Safia akhirnya memutuskan untuk tidak masuk kerja dan menemani putrinya yang sedang sakit ia pun menghubungi sekertarisnya untuk mereschedule pertemuan dengan Tuan Aran, ia pun menelpon dengan menjauh dari anaknya juga Manan yang menatapnya, tetapi Safia tidak perduli sama sekali, setelah selesai dengan urusannya ia pun kembali ketempat mereka. "Papa kalau mau sarapan dulu, sudah siap dari tadi, apa ku ambilkan dan ingin sarapan pagi bersama Erina?" tanya Safia. "Gak usah deh Ma, biar aku kesana saja sambil menemani amar sarapan pagi, Mana ambilkan Erina saja biar lekas sembuh," ucap Manan pada Safia sambil menatap sang putri dan tersenyum manis, Seolah-olah mengatakan kami baik-baik saja. "kalau begitu tungguin Erina dulu ya Pa, aku mau ngambil makanan untuk Erina," ucap ucap shafiyah sambil berjalan keluar dari kamar putrinya itu "sekalian kuambil makananmu, Ma, biar bolak-balik ke atas ke bawah nanti kau capek," pesan Manan. "iya," jawab Safia seolah-olah tidak terjadi ap
Bagaimana dengan putrinya mas?" tanya Lala dengan antusias karena ia ingin memberikan perhatian penuh pada pria itu, sesungguhnya dalam hatinya hanya ada Akran tetapi pria itu ingin kembali dengan mantan istri yang di pisahkan secara paksa dan manipulasi oleh sang ayah. "Dia sudah lebih mendingan dan sedang bersama mamanya," ucap Manan dengan tersenyum sambil mengemudi. "Apa tidak apa-apa jika saya satu mobil dengan Anda?" tanya Lala. "Tidak apa-apa, memangnya kenapa? Apa yang kamu cemaskan?" tanya Manan "Istri anda tidak marah?" tanya Lala. "Kenapa harus marah, orang seperti saya selalu saja bertemu dengan orang dalam urusan bisnis pria ataupun wanita jadi dia pasti akan memakluminya lagi pula kami ada masalah dalam hubungan kami dan kami sepakat untuk jalan sendiri-sendiri walau tinggal satu atap, dan akan memutuskan bercerai saat menemukan pasangan yang benar-benar kami inginkan," ucap Manan. "Saya kira hubungan anda dengan istri baik-baik saja karena kulihat kalian beg
"Saya teman Ayahmu, saya diminta menyebutmu karena Ayahmu masih sibuk," ucap Lala. "Mana buktinya kalau Tante adalah teman papaku? kata mama dan papa Aku tidak boleh ikut atau percaya kepada orang yang baru kenal dan aku tidak tahu siapa Tante nama tante bisa jadi nanti cuma mengaku kalau teman teman papa,"ucap Amar. "Namaku Lala, Kok bisa panggil aku tante Lala, Aku ini benar-benar teman ayahmu dia menyuruhku untuk menjemputmu jika kau tidak percaya akan ku telepon dia," ucapnya pada Amar sambil mengambil handphonenya yang ada di dalam tas lalu menekan sebuah nomor yang terlama kemudian tersambung. "Putra Bapak tidak mau saya jemput katanya saya orang asing, apa anda bisa mengatakan sesuatu pada putra anda?" tanya Lala "Baiklah Saya mau bicara dengannya," ucap Manan. "ini papa kamu ingin bicara padamu tolong terima dulu," ucap Lala. "Iya Ada apa Pa, Kenapa Papa meminta tante-tante ini untuk menjemputku kan Om Andi bisa menyebutku," protes Amar. "Itu teman papa, kamu har
"Tante aku lapar?" ucap Amar sambil melirik wanita yang tengah mengemudi. "Oke, mau makan kemana? Tante temani makan," ucap Lala sambil mengemudi. "Aku ingin makan kepiting tante, sudah lama Papa gak ngajak makan kepeting. Apa tante mau mengajakku ke restoran Sea food?" tanya bocah itu lagi. "Kalau kamu ingin tentu saja, Tante mau mengajakmu," ucap Lala pada bocah itu. Lala pun mengemudi mobilnya menuju restoran Sea food, dengan sedikit mempercepat lajunya agar segera sampai ke restoran itu tapi hal itu malah justru mendapatkan teguran dari bocah lelaki itu. "Tante pengemudi yang buruk. Kenapa jalannya kencang sekali, Amar hanya ingin makan kepiting saja bukan sedang lapar. Ingat, tante! Tante itu bawa penumpang bukan kantung beras," ucap Amar dengan pedasnya. "Iya maaf, Tante kira kamu lapar banget, itu sebabnya Tante mempercepat laju mobilnya, karena bisanya kalau orang lapar itu tidak akan sabar dan segera perutnya minta diisi," ucap Lala sambil menghembuskan napas kasa
Lala beranjak dari duduknya dengan sangat kesal, tetapi bagaimana lagi, anak kecil itu adalah jalan untuk bisa mewujudkan misinya yaitu menaklukkan hati Manan. "Anak itu sedang mengerjaiku," gerutunya lirih. Ia berjalan ke kamar mandi dan membersihkan pakaiannya sayangnya noda itu tidak bisa dibersihkan. Kembali ia mengumpat dalam hati. 'Ahh ... sial mengapa tidak bisa hilang?' Setelah berusaha untuk menghilangkan noda itu tetapi tetap tidak bisa, ia pun keluar dari toilet dengan hati kesal dan kembali kemejanya dan alangkah terkejutnya ia begitu banyaknya yang di pesan Amar. "Kau memesan semua ini?" tanya Lala menatap tak percaya. "Kenapa, Tante?" tanya Amar. "Apa kau bisa menghabiskan semua ini?" tanya pada bocah itu. "Tidak, Tante, tetapi aku mencari makanan yang tidak pedas makanya itu aku pesan semuanya," ucap Amar tersenyum dengan manis "Iya tante tahu tapi tidak seperti itu kau bisa tanyakan pada pelayan mana makanan yang tidak pedas Tidak harus memesan semua in
"Aku kenyang, Tante karena Tante cemberut," protes Amar. Lala duduk dengan memijit kepalanya sambil melirik bocah yang duduk tertunduk kepalanya itu. Ia menghela napas lalu berkata lagi," pesanlah kepiting lalu makanlah!" Wanita memecahkan cangkang kepiting dengan alat pemecah cangkang lalu menyuapkan dagingnya ke dalam mulutnya. "Baiklah aku akan coba beberapa porsi yang gak pedas," ucap anak itu sampai membuat Lala hampir tersedak. "Anak tampan pesan satu porsi saja dan makanlah, Oke, pesan yang biasa kamu makan dengan ayahmu, mengerti anak manis?" ucap Lala sambil menekan rasa jengkelnya yang sudah sampai ubun-ubun. "Baiklah aku hanya pesan satu porsi saja dan memakannya karena aku takut Tante kehabisan dan di suru cuci piring!" ucap amar tersenyum sambil memanggil pelayan. Tak berapa lama pelayan pun datang Amar mulai memesan makanan yang biasa di makannya dan dia juga memesan es krim coklat kesukaannya satu gelas besar. Beberapa saat kemudian pelayan kembali dengan
"Ia menghembuskan nafasnya. 'Hemm ... anak kecil lihat aku menjadi pusat perhatian dan gunjingan mereka padahal ini baru mulai bagaimana nanti selanjutnya apa harus mundur, Aaahhh ... tidak, aku tidak boleh mundur walaupun apa yang terjadi.' Pintu lift terbuka Lala pun belum beranjak dari tempatnya berdiri, ia masih menatap pakaiannya yang sangat kotor. "Tante selanjutnya kita kemana?" tanya Amar sambil mengulum senyum samar ia sangat puas telah mengerjai wanita itu. 'jangan pikir muda untuk dapatkan Papa, hadapi anaknya dulu,' pikir Amar sambil menunggu jawaban dari Lala. "Ahh ... iya ayo keluar," ajak Lala saat tersadar kalau dia harus mengantar Amar sampai di kantor ayahnya dan ia sudah mengirim foto pada pria itu tetang pesanan makanan anaknya yang begitu banyak. Mereka berjalan menuju kantor Manan, Lala sangat beruntung di lantai ini hanya ada ruangan Manan dan Asistennya. Hingga sampai akhirnya mereka sampai di ruangan itu dan Lala mengetuk pintunya terbuka lalu Manan m
"Papa, membela Tante itu?" tanyanya pada sang papa. "Bukan membela, kalau sikapmu seperti itu, mungkin tadi papa tidak meminta tolong padanya. Papa akan Andi untuk menjemputmu. "kenapa tidak menyuruh paman Andi," tanya sambil memakan makanannya. "Oke Papa yang salah dan papa kira anak Papa bisa sopan terhadap teman Papa ternyata Papa salah anak Papa tidak sesopan yang papa harapkan," ucap Manan. Didalam kemasan itu pun disediakan pula alat pemecah cangkang dan Manan membantu memecahkan kulit cangkang makanan milik Amar. "Ya Amar minta maaf kan semua terjadi karena Amar gak sengaja membuat pakaian Tante kotor," ucap Amar tanpa merasa bersalah pada wanita itu. Manan tak lagi berbicara karena berbicara dengannya saat ini akan percuma saja karena anak itu pasti mengira dirinya ada hubungan Lala Manan menghelah napas dan menatap putranya dengan kecewa karena membuat pujaan hatinya terlihat buruk, mungkin Lala tadi juga dapat cemoohan dari karyawan yang tak sengaja berpapasan