Share

Bab 3 Akan Kubawa Amar

Author: Endiy Fathia
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Mobil berjalan dengan kecepatan sedang, Manan hanya terdiam saat Safia merengek untuk minta diantar ke makam Suaminya. Hingga tiba di rumah yang sangat besar dan di sebelahnya ada makam Keluarga yang di jaga ketat.

"Mas Manan ini di mana?" tanya Safia.

"Di sanalah suamimu di makamkan Itu menurut info yang aku tahu," ucap Manan.

"Mana mungkin? Mas Akran itu tinggal di rumah yatim piatu," jawab Safia sambil mengeryitkan dahinya.

"Cobalah dulu jika tidak bisa langsung kembali kesini," Saran Manan.

"Baiklah!" ucap sambil turun dari mobil ia pun berjalan mendekati sekuriti yang menjaga pemakaman itu dan mulai berdebat dengan mereka tetapi akhirnya Safia kembali dengan wajah kesalnya.

Wanita itu membuka pintu mobil dan menutupnya sangat kasar serta menghentakkan pantatnya dengan sangat keras.

"Aku sangat kesal mereka tidak membolehkanku masuk. Kenapa aku tidak tahu apa-apa tentang Mas Akran, ya?," gerutunya

.Manan hanya diam dan menyalahkan kembali mobilnya berjalan berbalik arah. Sedangkan Safia masih tetap memikirkan tentang almarhum suaminya itu.

Setengah jam kemudian mereka sampai di rumah Safia. "Turunlah aku titip Amar, tolong jaga dia sepulang dari kantor aku akan ke sini mengunjungi Amar."

Safia menoleh pada pria itu dan mengangguk lalu membuka pintu dan turun. Setelah itu, mobil berjalan kembali meninggalkan rumah Safia

Safia menghela napas menatap mobil yang menjauh. Kakak iparnya itu tidak punya alasan untuk tinggal di rumah lagi sepeninggal Laila kakaknya.

Safia masuk kedalam rumahnya dengan menyapu pandangannya di sudut-sudut tempat dan ruangan. Sekelebat lintasan peristiwa teringat kembali.

'Kenapa begitu misterius kematian suaminya dan kenapa aku harus menandatangani surat itu di saat aku kesakitan? anaknya butuh pertolongan cepat. Surat apa sebenarnya yang aku tandatangani itu,' pikirnya.

Ia melangkahkan Kakinya menaiki tangga menuju kamarnya. Ia membuka pintu dan terlihat box bayi di samping tempat tidur hatinya menghangat.

Ia menghampiri dan menatap bayi yang berumur empat hari itu. "Hai, boy aku Tantemu, akan kuberikan kasih sayangku layaknya seorang ibu, jadi jangan khawatir kau tidak akan kehilangan kasih sayang sebab akan ada banyak kasih sayang yang datang untukmu." Safia membelai pipi bayi mungil itu dengan lembut.

-0-

Hari berganti hari Safia selalu sibuk dengan ponakannya, setiap malam selalu terbangun untuk memberikan Asi pada Amar uniknya bocah itu hanya mau minum dari sumbernya sehingga Safia tidak pernah memompa ASI untuk ditaruh di dalam freezer.

Tak terasa sudah 40 hari lebih dan masa Iddah Safia sudah selesai. Melihat ketergantungan Amar terhadap Safia itu membuat orang kedua belah pihak mempunyai keinginan untuk menikah Manan dan Safia, agar Safia bisa melupakan Akran dan putri yang sudah meninggal juga ada pelindungnya

Di acara makan malam bersama orang tua Safia menyampaikan keinginan mereka dan keinginan orang tua Manan.

"Aku tidak bisa, Bu, yah. Mas Manan itu sudah ku anggap sebagai mas aku sendiri, bagaimana mungkin aku bisa menikah dengannya? tolonglah jangan memaksa," ucapnya memohon

"Mereka tidak ingin menjalin ikatan dengan orang lain, kau tidak bisa menolaknya, mau tidak mau kau harus menikah dengan Manan," ucap Ibu Safiah dengan tatapan kesal.

Safia kesal ia meninggalkan ruang makan dengan perut kosong ia sudah tidak berselera makan lagi. Ia berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.

'Apa-apaan mereka, bisa-bisanya menentukan hidupku, aku bisa menjadi ibunya Amar tanpa harus menikah dengan Mas Manan,' pikirnya

Ia membuka pintu dengan kasar dan menutupnya sangat kencang lupa di kamarnya ada Amar keponakan itu dan bayi itu langsung menangis keras.

Ia tergopoh -gopoh menghampiri box lalu mengangkat Amar dan menggendongnya sambil mengayun-ayun agar dia diam.

"Oh, sayang maafkan Tante, kau pasti kaget bukan?" ucapnya menenangkan bayi itu.

Terdengar ketukan pintu dari luar membuatnya harus berteriak lebih keras. "Masuklah!"

Masuklah bik Mina dengan senampan makanan dan minuman kemudian di letakan di atas meja lalu berpesan agar memakannya sebab dia sedang menyusui Amar.

"Ia hanya mengangguk saja dan bik mina pun pamit meninggalkan kamar majikan mudahnya itu.

Setelah sekian lama bayi itu kembali tenang. Safia meletakan kembali amar ke tempat tidurnya lalu ia melangkah ke sofa dan duduk di sana mulai memakan makanan.

'Apa yang kukatakan pada Mas Manan, jika mereka ingin mewujudkan keinginannya, aku sudah menganggapnya sebagai kakakku sendiri. Andai mbak Laila masih hidup mungkin tidak akan terjadi perjodohan ini. Mas Akran aku harus apa?' tanya dalam batinnya air matanya menetes membasahi pipinya.

Sementara itu Manan di ruangan di rumahnya juga sangat gelisah. Ia tidak mungkin menuruti kehendak orang tuanya untuk menikahi Safia. Ia masih sangat mencintai Laila.

"Ahh ... sialan kenapa kalian memaksa dan membawa Amar dalam masalah ini, tanpa pernikahan Safia masih bisa menjadi ibu Amar karena dialah yang memberikan ASI untuk Amar," gerutunya kesal.

Manan berfikir sangat keras, ia keluar dari rumahnya dan masuk kedalam mobilnya lalu menjalankannya dengan sangat kencang serta berhenti di rumah orang tua Safia.

Ia mengucapkan salam lalu masuk kedalam mencium punggung tangan orang tua Safia dan bertanya tentang keberadaan Safia lalu ia pun berjalan menaiki tangga menuju kamar Safia.

Mengetuk pintu berkali-kali hingga terdengar suara dari dalam. "Sebentar aku sedang menyusui."

Manan menghelah napasnya, ia berdiri menunggu hingga setengah jam lamanya lalu terdengar kembali suara dari dalam. "Masuklah aku sudah selesai!"

Pintu terbuka dan pria itu menerobos masuk kedalam lalu mencengkram tangan wanita itu sambil menatapnya tajam.

"Apa kau menerima permintaan mereka, Safia? Jawab aku!" tuntut Manan.

"Apa maksudmu, Mas? Aku tidak mengerti!" tanyanya bingung

"Jangan pura-pura tidak tahu apa yang sedang ku bicarakan!" teriaknya keras.

"Pelankan suaramu Mas! Nanti Amar terbangun," ucapnya lirih.

Manan menghembuskan nafasnya ia mencoba untuk meredakan amarahnya. "Kau tahu bukan orang tua kita menginginkan kita menikah demi Amar?" tanya Manan pada Safia.

"Iya tetapi aku belum menerimanya," jawab Safia

"Itu artinya kamu akan menerimanya?" tanya Manan dengan memicingkan matanya

"Tidak juga, aku tidak ingin mengkhianati almarhum suamiku dan almarhumah mbak Laila tetapi aku bisa apa? Kau yang harusnya menolak, bukan aku!" teriak Safia lirih dengan mata yang mulai basah.

"Akan kubawa pulang Amar! Kau kirimkan saja ASImu biar nanti diambil pegawaiku! Mulai sekarang Amar harus belajar meminum ASI dari botol agar tidak ketergantungan padamu," ucapnya dengan tegas sambil mengambil Amar dari box tempat tidurnya.

"Mas, akan kamu bawa Amar kemana? Tolong jangan lakukan itu aku akan berusaha menolak mereka!" teriak Safia mencegah Manan membawa Amar pergi.

"Tidak, Safia! kau tidak akan bisa menolak mereka jika Amar berada di sini, aku bisa mengurusnya sendiri tanpa bantuanmu. Akan kubeli ASImu itu!" putus Manan dengan tegas.

"Mas Manan, Jangan begitu! Aku tidak pernah menjual ASIku." tangis Safia pecah tetapi Manan tidak memperdulikan lagi. Ia sudah memutuskan untuk tidak akan dekat secara emosional dengan Safiah Mantan adik iparnya itu.

Ia berjalan keluar dengan langkah lebarnya. "Kemasi pakaian Amar nanti pegawaiku yang akan mengambilnya."

"Mas Manan, tolong jangan lakukan ini! Amar adalah nyawaku, aku tidak bisa berpisah dengannya," pinta Safia memohon.

Namun, Manan menulikan telinganya ia terus berjalan menuruni tangga dan di susul oleh Safiah ketika anak tangga hanya beberapa undakan saja untuk mencapai lantai bawah kaki Safia terkilir hingga pijakannya tidak seimbang ia pun jatuh terguling dan meringis kesakitan. Manan menghentikan langkahnya dan memejamkan matanya dia sangat dilema.

Related chapters

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Bab 4 Fitnah

    Manan meneguhkan hatinya ia berjalan keluar rumah mantan mertuanya itu dengan membawa serta Amar di gendongannya dan masuk kedalam mobilnya kemudian berjalan meninggalkan rumah itu.Safia menangis tergugu, ia sudah sangat mencintai Amar dan menganggap putranya sendiri jika dia di pisahkan itu sama artinya memutus urat nadinya.Ia tak sanggup berdiri membuat Manaf ayah Safia iba pada putrinya. Lelaki itu mengusap kasar wajahnya langsung menghampiri putrinya itu dan menggendongnya membawanya naik ke lantai atas ke kamar Safia.Sesampainya di sana sang Ayah mendudukkan di ranjang lalu keluar mencari dan memanggil bik Mina untuk membantu mengurut kaki Safia yang terkilir.Bik Mina dengan cepat masuk ke dalam kamarnya dan mengambil minyak urut lalu berjalan menaiki tangga menuju kamar Safia, ia pun masuk setelah safia mengijinkannya..Bik Mina mulai memijat kaki Safia, ia menaruh Iba kepada wanita itu. Sudah ditinggal suami dan anaknya sekarang harus dipisahkan dengan bayi yang telah diraw

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Bab 5 Menikah

    Orang tua Safia dan Manan pun datang mereka berembuk dengan warga, dan akhirnya warga pun pulang karena sudah ada keputusan bahwa besok pagi Manan harus menikahi Safia di rumah mantan mertuanya itu.Itu semua tidak luput dari akal-akalan orang tua Manan agar lelaki itu tidak dapat mengelak tetapi dengan terjadinya kejadian itu membuat Manan semakin membenci Safia karena wanita itu tidak melatih anaknya untuk bisa minum ASIP di botol dan karena itu Amar menjadi tergantung dengan Safia hingga dia harus menikahi wanita itu.Safia di ajak pulang oleh orang tuanya bersama Amar karena bayi itu menangis lagi ketika terdengar ribut-ribut di rumah Manan.Manan terlihat sangat kacau ia menatap tajam kedua orang tua itu. Ia yakin semua itu ada sangkut pautnya dengan mereka dan Kenapa tiba-tiba sopirnya tidak ada di tempat lalu warga berdatangan dan menggedor rumahnya."Jangan tanya kami, itu kesalahanmu sendiri yang sudah teledor jadi bertanggung jawablah," ucap Sang Ayah pada Manan lalu mengaja

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Bab 6 Kau Salah, Mas!

    Mata Safia menatap manan penuh dengan ketakutan, ia tidak percaya lelaki yang dikenal lembut itu kini terlihat sangat menakutkan.Manan terus berjalan ke depan mendekati Safia yang berjalan mundur dan membentur tembok itu. Ia begitu sangat marah pada Safia, yang membuat ia terpaksa menikahi wanita itu."Katakan saja dengan jujur, kalau kau membutuhkan belaian sebab almarhum suamimu tidak pernah memberikannya, Hem ...." Manan mencengkram rahang Safia.Wanita itu menangis tak sanggup menjawab apa yang dikatakan Manan, ia hanya menggeleng sambil berurai airmata."Inikah yang kau inginkan, Safia? Ayo jawab aku!" teriak Manan sambil melepaskan cengkraman di rahang Safia. Namun, sekarang bibirnya menyapu pipi Safia."Ti- tidak kau salah paham, Mas," kata Safia "Aku salah paham, katamu? Mana yang membuatku salah paham? Jawab Safia!" teriak Manan menggelegar membuat Safia terjengkit."Aku tidak bisa menolak mereka lalu kenapa k

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Bab 7 Apa yang sebenarnya terjadi?

    Ia masih menatap foto sang istri, entah kenapa pada waktu itu darah yang cocok dengan golongan darah istrinya tidak ada di bank darah sehingga akhirnya sang istri tidak tertolong. Entah permainan siapa yang membuat golongan darah sang istri tidak ada di bank darah manapun saat istrinya membutuhkannya dan apa motifnya, Manan benar-benar tidak tahu. Manan sangat kalut saat itu apalagi golongan darah sang istri sangat langkah sang istri mempunyai golongan darah yang sama dengan ayah mertuanya, yang saat itu melakukan perjalanan pulang dari luar kota dan waktu tidaklah banyak. Dia juga heran mengapa di saat adik Iparnya mendapatkan kabar yang mengejutkan tentang Suaminya. Manan menghembuskan napasnya awalnya pria itu sangat kasihan pada Safia yang kehilangan anak, tetapi karena itu pula yang membuatnya harus menikahi Safia setelah masa idahnya. Wanita itu dan keluarganya tidak pernah tahu apa yang terjadi dengan Akran. Ia mendes4h sambil memegang sebuah amp

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Bab 8 Rangkaian Bunga siapa ini?

    Safia melotot kearah Manan. "Kalau aku tidak menghabiskannya apa yang bisa kau lakukan padaku?" tanya Safia."Kau melawanku, baiklah jangan kau habiskan dan saat ini pula kau kumakan, pilih yang mana tergantung kecerdasanmu!" tekan Manan.Safia terdiam berdebat pun percuma karena tidak akan pernah menang dan dimenangkan apalah dirinya bagi Manan. 'Sungguh pria ini sangat menyebalkan,' pikirnya.Safia berusaha menghabiskan makanannya ia takut hal yang tadi terulang kembali. Perutnya sudah terasa sangat penuh dan di piring masih tinggal sedikit ia berusaha bernegosiasi dengan Manan. "Aku sudah sangat kenyang boleh ini kubuang, aku jamin Amar tidak akan kelaparan," jawab Safia."Habiskan atau kau lebih suka ...." Manan menatap tajam pada Safia."Iya aku habiskan!" teriak Safia lalu menyuapkan makanan dengan cepat setelah itu berlari ke kamarnya dan menutup rapat serta menguncinya ia tidak peduli kalau Manan akan marah pada dirinya. Rasa mual

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Bab 9 Kita Kembali

    Safia melihat bunga itu masih segar tentunya baru saja ada seseorang datang kesini. 'Siapa?' pikir Safia.Kembali ia menyapukan pandangannya tidak ada siapa-siapa selain dirinya. Ia menghembuskan napas, terkadang menginginkan sesuatu yang mustahil datang padanya. Semua orang yang dicintainya telah pergi, ingin sekali ia bertemu dengan satu cinta yang memberikan cinta yang lainnya yaitu mendiang suaminya.ia tidak pernah bermimpi tentang pria yang masih di hatinya itu, dan tidak bisa mengunjungi makamnya sama sekali. 'Kenapa mereka melarangku berkunjung di makamnya bukankah ia suamiku,' pikir Safia Ia ingin menanyakan ini sekali lagi pada Manan tetapi pria itu sudah berubah dia bukan lagi kakak ipar yang hangat seperti dulu.Duduk di pusara yang kakak sambil menabur bunga ia mengeluh, "Kakak suamimu sekarang adalah suamiku tetapi bukan suami yang semestinya seperti pernikahan yang bahagia, aku tidak mencintainya dan ia membenciku seolah sumber mas

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Bab 10 Selalu Mengancam

    Manan menggendong Safia menuju kamar wanita itu membaringkan di ranjang. "Istirahatlah! Setelah ini kita butuh tenaga untuk mengarungi rumah tangga yang hampa ini, dulu pernah kukatakan padamu jangan menikahi pria itu, kau malah menuduhku yang bukan-bukan dan karena pria itu pula aku kehilangan Lailaku. Tidak peduli betapa sakitnya dirimu karena kamu memilih hidup denganku," ucap Manam lalu ia meninggalkan kamar Safia.Ia berjalan kembali ke ruangan kerjanya mencoba untuk mengerjakan pekerjaannya yang terbengkalai beberapa hari. Satu jam, dua jam Manan mulai bosan. ia berjalan menuju kamar safia membukanya lalu menutupnya dengan sangat kasar.Safia terjengkit dan terbangun dari tidurnya. dan langsung mencapai kesadaran penuh melihat sekilas lelaki yang mengacaukan tidurnya itu, sambil mendengus kesal."Kenapa? Kau ingin marah padaku," ucapnya sambil duduk di sofa."Tidak, bukankah aku tidak punya hak untuk marah di rumah ini," ucap Safia

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Bab 11 Dia sekarang milikku!

    Manan menghentikan langkahnya, ia berjalan berbalik arah dan menatap pria itu dengan tajam."Apa yang ingin kau katakan lagi hai pecundang!" teriaknya marah."Aku hanya ingin memastikan Mas Manan bisa menjaga rahasia ini, aku akan kembali saat aku telah selesaikan urusanku!" ucapnya sambil membersihkan darah yang ada di hidungnya."Apa kau gila! otakmu kau taruh di mana hah?" ucap Manan gusar."Aku tidak gila, Mas, aku masih sangat mencintainya," ucap pria itu menunduk."Cinta katamu, Jika kau mencintainya menghilanglah tanpa mengusik dan menghancurkan keluargaku. Kau tahu aku juga mencintai istriku dan mereka merenggut dia dari sisiku apa perlu ku hancurkan otakmu agar kau berfikir waras!" teriaknya semakin keras kemarahan sudah sampai di ubun-ubun."Mas tenanglah! Tolong duduk dulu, apa kau kira aku tidak sedih dengan apa yang kau alami aku juga kehilangan putriku dan aku tidak berdaya," ucapnya menunduk."Tidak b

Latest chapter

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Menghibur Majikan Kecil

    Hari berjalan terus Manan sibuk dengan Lala bahkan tidak memperhatikan anak-anaknya selalu berangkat lebih awal, dan tidak pernah lagi sarapan pagi di rumah, ia lebih suka melakukannya di apartemen Lala. Amar mulai kehilangan sosok sang ayah, berbeda lagi dengan Safia, ia selalu saja menyempatkan dirinya untuk sarapan pagi dengan anak -anaknya dan masih mengantar jemput mereka. Akan tetapi Amar merasa sangat tidak suka saat Safia bersama lelaki lain saat menjemputnya bersama sang adik. Namun, Amar tidak bisa memprotesnya sebab sang mama bilang mereka baru meninjau bersama dan sekalian menjemput mereka. Sesampainya di atar di rumah, Safia kembali ke kantor bersama pria itu sedangkan Amar dan Erina berada di rumah dengan Ira sang asisten rumah tangga. Amar menatap mobil yang keluar dari pintu gerbang rumahnya lalu mengajaknya sang adik masuk ke dalam sambil berfikir bagaimana cara agar orang tuanya tahu, bahwa ia dan adiknya membutuhkan mereka berdua. Sampai di dalam mereka disa

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Ada Apa Denganmu, Mas

    Safia dengan tergesa-gesa berjalan menaiki tangga menuju kamar Sang Putri, Ia pun berhenti beberapa saat untuk menetralkan kemarahannya pada Manan yang entah kenapa bersikap sinis padanya. ia menghembuskan nafas beratnya lalu tersenyum kemudian berjalan masuk ke dalam kamar yang putri terlihat wajah lelaki yang duduk di bibir ranjang menemani sang adik yang belum tidur sana menunggu papanya untuk menemaninya tidur. "Mana Papa? Kenapa Mama kembali ke sini sendirian?" tanya Amar "Papa masih harus menyelesaikan pekerjaannya dia akan menyusul kemari, nanti setelah pekerjaannya selesai dan kamu Amar, Pergilah tidur di kamar tidurmu biar mama yang akan menemani adikmu sampai bapakmu kemari," perintah Safia. "Mama mengusir Amar?" tanya bocah lelaki itu. "Tidak, hanya besok kamu harus sekolah, jadi lebih kamu beristirahat di kamarmu sendiri lagi pulang adiknya masih sakit kan takutnya kamu juga akan terkena virusnya lalu ikut sakit yang repot siapa kan Mama juga," ucap Safiah. "Oh

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Dilema

    Safia menatap kepergian Manan dengan hati galau. 'Apa ini benar, andai pun terjadi masalah antara aku dan Manan harusnya aku tidak boleh mempunyai ketertarikan dengan pria lain hingga masalah rumah tanggaku beres, tetapi lelaki yang memenjarakan dirinya dalam hubungan pernikahan hanya mau melepaskanku saat ada seseorang pria yang mampu menyentuh hatiku dan saat ini pria itu hadir, Namun kenapa aku merasa Mas Manan tidak sungguh-sungguh untuk melepaskanku. Meski tak ada rasa cinta dari sebuah hubungan pernikahan, tetaplah salah jika membina hubungan dengan pria lain di atas pernikahan yang rapuh.' batinnya sedih ia menatap putra sambungnya dan tersenyum berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri. "Apa Mama baik-baik saja?" tanya Amar pada Safia. "Mama baik-baik saja sayang, jangan cemas tidak ada sesuatu yang di perdebatkan dengan papa, kami hanya mitra kerja, jangan terlalu berfikir yang belum saatnya kamu pikirkan," ucap Safia pada Amar. "Aku hanya ingin selalu bersama kalian,

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Liar Juga Dia

    Saya yang minta maaf, karena menyentuhmu, saya tunggu di ruang tamu," ucap Manan berjalan keluar dari kamar Lala sambil merapikan pakaiannya. Lala menghebuskan napas. 'Liar juga si Bapak punya anak dua itu,' gumamnya dalam hati. sambil melihat bercak merah di leher dan dada. ia pun mengambil pakaian di dalam lemari dan memakainya lalu berjalan keluar menuju ruang tamu untuk menemui Manan. "Hemm ... Bapak mau minum apa?" tanya Lala menghilangkan kecanggungannya terhadap pria itu. "Tidak usah repot-repot, kamu duduk di sini dengan saya saja, sebenarnya saya ingin meminta maaf padamu tetang perbuatan Amar padamu, malah jadi berlaku tidak senonoh, mestinya kamu menampar saya," jawab Manan. "Saya yang salah, keluar hanya memakai handuk saja, jadi maaf bukan maksud saya untuk menggoda Anda. "Tidak, saya merasa kamu tidak menggoda saya wajar saja karena saya tidak memberi tahumu sebelumnya kalau saya datang. Justru saya minta maaf atas kelancangannya saya, Saya jamin tidak akan ter

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Makin Jauh.

    "Bagaimana?" tanya Aran saat Safia telah tiba di ruang tamu. "Hem gak tahu, kayaknya di sekolah ada masalah sehingga seperti itu," jawab Safia pada lelaki itu. "Oke, karena anakmu sudah pulang aku pulang saja, takut menganggu quali time kamu saja," pamit Aran. "Oh ya, maaf penyambutan putraku yang mungkin membuat kamu tidak enak hati," ucap Safia pada pria itu. "Tidak apa-apa, jangan lupa besok pagi-pagi kita harus sudah sampai ke lokasi proyek, jika mobilmu masih di perbaiki maka nanti akan kujemput, bagaimana?" tanya pria itu pada Safia. "Tidak usah aku mau ke kantor dulu," ucap Safia. "Iya, di kantor maksudku," ucap Aran pada Safia. "Baiklah terserah Anda saja," ucap Safia tersipu dan Aran menggangguk sopan lalu pria itu pun keluar dari ruang tamu menuju mobilnya dan masuk serta mengemudikannya berjalan melewati gerbang rumah Manan. Safia menatap mobil itu hingga pergi menjauh. Ia menggelengkan kepalanya menepikan rasa yang ada dalam dirinya. Ia berjalan masuk kem

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Kecewa 2

    Taksi membawa Manan dan putranya pulang ke rumah, tadi dia berniat untuk pulang tetapi ia berfikir untuk meminta maaf secara langsung pada Lala. Ditengah perjalanan ia pun berubah pikiran. "Hem, sepertinyq Papa hanya bisa mengantarkanmu sampai pintu gerbang karena Sekertarisnya Papa, mbak Citra mengingatkan papa kalau jam satu akan ada rapat," jelas Manan pada sang putra. "Baiklah terserah Papa, dari tadi kan Amar ingin pulang sendiri, Papa saja yang memaksa untuk mengantarku pulang," jawab Amar pada Manan dengan ketusnya. Bocah lelaki itu menduga pasti sang ayah akan menemui Tante-tante yang menjemputnya tadi untuk miminta maaf. Manan menatap putra dengan lekat sambil menghelah napas. Taksi pun berhenti tepat di depan pintu gerbang rumahnya dan Amar pun turun sendiri tanpa sang ayah, menutup dengan keras dan berjalan tanpa menengok ke arah ayahnya. "Marah anaknya, Pak?" tanya sang sopir taksi dan Manan hanya tertawa lalu memberi tahukan alamat mana yang harus dituju dan tak

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar    Kecewa

    "Papa, membela Tante itu?" tanyanya pada sang papa. "Bukan membela, kalau sikapmu seperti itu, mungkin tadi papa tidak meminta tolong padanya. Papa akan Andi untuk menjemputmu. "kenapa tidak menyuruh paman Andi," tanya sambil memakan makanannya. "Oke Papa yang salah dan papa kira anak Papa bisa sopan terhadap teman Papa ternyata Papa salah anak Papa tidak sesopan yang papa harapkan," ucap Manan. Didalam kemasan itu pun disediakan pula alat pemecah cangkang dan Manan membantu memecahkan kulit cangkang makanan milik Amar. "Ya Amar minta maaf kan semua terjadi karena Amar gak sengaja membuat pakaian Tante kotor," ucap Amar tanpa merasa bersalah pada wanita itu. Manan tak lagi berbicara karena berbicara dengannya saat ini akan percuma saja karena anak itu pasti mengira dirinya ada hubungan Lala Manan menghelah napas dan menatap putranya dengan kecewa karena membuat pujaan hatinya terlihat buruk, mungkin Lala tadi juga dapat cemoohan dari karyawan yang tak sengaja berpapasan

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Kau Kenapa?

    "Ia menghembuskan nafasnya. 'Hemm ... anak kecil lihat aku menjadi pusat perhatian dan gunjingan mereka padahal ini baru mulai bagaimana nanti selanjutnya apa harus mundur, Aaahhh ... tidak, aku tidak boleh mundur walaupun apa yang terjadi.' Pintu lift terbuka Lala pun belum beranjak dari tempatnya berdiri, ia masih menatap pakaiannya yang sangat kotor. "Tante selanjutnya kita kemana?" tanya Amar sambil mengulum senyum samar ia sangat puas telah mengerjai wanita itu. 'jangan pikir muda untuk dapatkan Papa, hadapi anaknya dulu,' pikir Amar sambil menunggu jawaban dari Lala. "Ahh ... iya ayo keluar," ajak Lala saat tersadar kalau dia harus mengantar Amar sampai di kantor ayahnya dan ia sudah mengirim foto pada pria itu tetang pesanan makanan anaknya yang begitu banyak. Mereka berjalan menuju kantor Manan, Lala sangat beruntung di lantai ini hanya ada ruangan Manan dan Asistennya. Hingga sampai akhirnya mereka sampai di ruangan itu dan Lala mengetuk pintunya terbuka lalu Manan m

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Dibuat Jengkel

    "Aku kenyang, Tante karena Tante cemberut," protes Amar. Lala duduk dengan memijit kepalanya sambil melirik bocah yang duduk tertunduk kepalanya itu. Ia menghela napas lalu berkata lagi," pesanlah kepiting lalu makanlah!" Wanita memecahkan cangkang kepiting dengan alat pemecah cangkang lalu menyuapkan dagingnya ke dalam mulutnya. "Baiklah aku akan coba beberapa porsi yang gak pedas," ucap anak itu sampai membuat Lala hampir tersedak. "Anak tampan pesan satu porsi saja dan makanlah, Oke, pesan yang biasa kamu makan dengan ayahmu, mengerti anak manis?" ucap Lala sambil menekan rasa jengkelnya yang sudah sampai ubun-ubun. "Baiklah aku hanya pesan satu porsi saja dan memakannya karena aku takut Tante kehabisan dan di suru cuci piring!" ucap amar tersenyum sambil memanggil pelayan. Tak berapa lama pelayan pun datang Amar mulai memesan makanan yang biasa di makannya dan dia juga memesan es krim coklat kesukaannya satu gelas besar. Beberapa saat kemudian pelayan kembali dengan

DMCA.com Protection Status