Beranda / Pernikahan / Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar / Bab 7 Apa yang sebenarnya terjadi?

Share

Bab 7 Apa yang sebenarnya terjadi?

Penulis: Endiy Fathia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Ia masih menatap foto sang istri, entah kenapa pada waktu itu darah yang cocok dengan golongan darah istrinya tidak ada di bank darah sehingga akhirnya sang istri tidak tertolong.

Entah permainan siapa yang membuat golongan darah sang istri tidak ada di bank darah manapun saat istrinya membutuhkannya dan apa motifnya, Manan benar-benar tidak tahu. Manan sangat kalut saat itu apalagi golongan darah sang istri sangat langkah sang istri mempunyai golongan darah yang sama dengan ayah mertuanya, yang saat itu melakukan perjalanan pulang dari luar kota dan waktu tidaklah banyak.

Dia juga heran mengapa di saat adik Iparnya mendapatkan kabar yang mengejutkan tentang Suaminya. Manan menghembuskan napasnya awalnya pria itu sangat kasihan pada Safia yang kehilangan anak, tetapi karena itu pula yang membuatnya harus menikahi Safia setelah masa idahnya. Wanita itu dan keluarganya tidak pernah tahu apa yang terjadi dengan Akran.

Ia mendes4h sambil memegang sebuah amplop coklat dari perusahaan Akran. Didalamnya ada dua buah surat untuk Safia. Lelaki itu menatap benda itu dengan hati gamang, ia sangat dilema harus diberikan ataukah tidak. Akhirnya ia pun menyimpan amplop itu di laci meja kerjanya.

Ia berfikir sejenak, berusaha menguak semua yang terjadi. Namun tidak menemukan jawabannya lelaki yang ditemui kemarin mengaku bukan Akran tetapi begitu sangat mirip.

'Apa Akran mempunyai saudara kembar, lalu kemana saudara kembarnya selama ini? kenapa baru muncul setelah Akran meninggal?' pikir Manan. Bahkan Manan dan juga keluarga Safia tidak boleh sama sekali mengunjungi makam itu

Manan menaruh potret almarhumah istri pertamanya dan keluar dari ruangan kerjanya berjalan menuju kamar Safia.

Lelaki itu memutar gagang pintu, tetapi ternyata terkunci, ia yakin Safia saat ini sangat ketakutan padanya. Ia memutar badannya berbalik arah menuju ke ruangan kerja untuk mengambil kunci serepnya lalu kembali lagi dan membuka pintu dengan kunci serep. Pintu terbuka dan Manan pun masuk ke dalam.

"Kenapa di kunci? Kau takut aku melihatmu? Bukankah itu yang kau inginkan agar aku melihat tubuh polosmu, agar kau mendapatkan kehangatan, dan agar aku menjamahmu bukan? Karena kau haus sentuhan maka bersedia menikah denganku bukan?" sarkasnya sambil tersenyum sinis.

"Mas hentikan aku tidak begitu, Kau boleh tidak menyentuhku dan pernikahan kita hanyalah di atas kertas," ucap Safia sambil bangun dari pembaringannya dan duduk di bibir ranjang.

Mana bisa begitu aku tidak akan menyia-nyiakan hal ini saat kau bersedia untuk memberikan ASImu pada Amar aku pun mengambilnya kali ini pun sama kamu memberikan tubuh dengan bersedia menikah denganku maka nikmati hidup denganku, sesuai yang ku mau sekarang buatkan makanan untukku aku lapar," ucap Manan dingin sambil meraih anaknya dan membawa ke luar kamar Safia.

"Satu lagi, jangan biasakan Amar tidur di sini bersamamu! Kau mengerti!" ucap Manan memperingatkan.

Manan berjalan menuju kamar Amar dan menaruh putranya di dalam box bayi. Safia menatap nanar sang mantan kakak ipar yang kini jadi suaminya.

Ia menghembuskan napasnya dan beranjak dari duduknya berjalan malas menuju dapur. Ia membuka lemari pendingin dan mulai mencari sesuatu yang bisa di masaknya.

Ada beberapa sayuran dan ayam. Ia segera memasak nasi, membumbui ayam tersebut dan memasaknya lalu memotong sayurannya dan di buat sub. Kemudian menggoreng ayam serta membuat sambal.

Satu jam makanan telah siap dan meletakan di atas meja lalu memanggil Manan. "Mas sudah siap katanya lapar," ucap Safia berjalan menuju kamarnya.

"Hai, kau mau kemana? Temani aku dan layani aku makan," ucapnya..

Safia menghebuskan napas ingin sekali saat ini ia mengambil tongkat baseball dan memukulkan ke kepala suaminya itu. Dengan malas ia pun berjalan mengikuti Manan.

Mereka sudah sampai di meja makan dengan suara baritonnya ia pun memerintahkan Safia Duduk sangking keras hingga ia pun terkejut.

Safia mulai menyendokan nasi, sayur, ayam dan sambal lalu meletakan di depan Manan. "Kau tidak makan?" tanyanya.

"Tidak aku makan nanti," ucap Safia

Manan menggeser piringnya ke depan Safia. "Makan itu!"

"Apa, Ini?" tanyanya sambil melebar matanya.

"Iya dan habiskan!" jawab Manan.

"Mas ini banyak loh? protesnya sambil menatap nasi yang ada di depannya

"Siapa suruh tidak tanya dulu, karena kau yang ambil maka makanlah!" ucap Manan sambil mengambil nasi dan lauk sendiri lalu menyuap makanan tanpa menghiraukan Safia.

Safia menelan salivanya sendiri, makanan sebanyak itu harus dia habiskan. "Dasar lelaki tidak punya perasaan," umpatnya.

"Apa yang kau tunggu, habiskan segera! aku menunggumu di sini dan aku tidak mau tahu dan harus habis aku tidak ingin anakku kelaparan karena kau tidak mau makan!" tandasnya tegas.

Bab terkait

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Bab 8 Rangkaian Bunga siapa ini?

    Safia melotot kearah Manan. "Kalau aku tidak menghabiskannya apa yang bisa kau lakukan padaku?" tanya Safia."Kau melawanku, baiklah jangan kau habiskan dan saat ini pula kau kumakan, pilih yang mana tergantung kecerdasanmu!" tekan Manan.Safia terdiam berdebat pun percuma karena tidak akan pernah menang dan dimenangkan apalah dirinya bagi Manan. 'Sungguh pria ini sangat menyebalkan,' pikirnya.Safia berusaha menghabiskan makanannya ia takut hal yang tadi terulang kembali. Perutnya sudah terasa sangat penuh dan di piring masih tinggal sedikit ia berusaha bernegosiasi dengan Manan. "Aku sudah sangat kenyang boleh ini kubuang, aku jamin Amar tidak akan kelaparan," jawab Safia."Habiskan atau kau lebih suka ...." Manan menatap tajam pada Safia."Iya aku habiskan!" teriak Safia lalu menyuapkan makanan dengan cepat setelah itu berlari ke kamarnya dan menutup rapat serta menguncinya ia tidak peduli kalau Manan akan marah pada dirinya. Rasa mual

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Bab 9 Kita Kembali

    Safia melihat bunga itu masih segar tentunya baru saja ada seseorang datang kesini. 'Siapa?' pikir Safia.Kembali ia menyapukan pandangannya tidak ada siapa-siapa selain dirinya. Ia menghembuskan napas, terkadang menginginkan sesuatu yang mustahil datang padanya. Semua orang yang dicintainya telah pergi, ingin sekali ia bertemu dengan satu cinta yang memberikan cinta yang lainnya yaitu mendiang suaminya.ia tidak pernah bermimpi tentang pria yang masih di hatinya itu, dan tidak bisa mengunjungi makamnya sama sekali. 'Kenapa mereka melarangku berkunjung di makamnya bukankah ia suamiku,' pikir Safia Ia ingin menanyakan ini sekali lagi pada Manan tetapi pria itu sudah berubah dia bukan lagi kakak ipar yang hangat seperti dulu.Duduk di pusara yang kakak sambil menabur bunga ia mengeluh, "Kakak suamimu sekarang adalah suamiku tetapi bukan suami yang semestinya seperti pernikahan yang bahagia, aku tidak mencintainya dan ia membenciku seolah sumber mas

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Bab 10 Selalu Mengancam

    Manan menggendong Safia menuju kamar wanita itu membaringkan di ranjang. "Istirahatlah! Setelah ini kita butuh tenaga untuk mengarungi rumah tangga yang hampa ini, dulu pernah kukatakan padamu jangan menikahi pria itu, kau malah menuduhku yang bukan-bukan dan karena pria itu pula aku kehilangan Lailaku. Tidak peduli betapa sakitnya dirimu karena kamu memilih hidup denganku," ucap Manam lalu ia meninggalkan kamar Safia.Ia berjalan kembali ke ruangan kerjanya mencoba untuk mengerjakan pekerjaannya yang terbengkalai beberapa hari. Satu jam, dua jam Manan mulai bosan. ia berjalan menuju kamar safia membukanya lalu menutupnya dengan sangat kasar.Safia terjengkit dan terbangun dari tidurnya. dan langsung mencapai kesadaran penuh melihat sekilas lelaki yang mengacaukan tidurnya itu, sambil mendengus kesal."Kenapa? Kau ingin marah padaku," ucapnya sambil duduk di sofa."Tidak, bukankah aku tidak punya hak untuk marah di rumah ini," ucap Safia

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Bab 11 Dia sekarang milikku!

    Manan menghentikan langkahnya, ia berjalan berbalik arah dan menatap pria itu dengan tajam."Apa yang ingin kau katakan lagi hai pecundang!" teriaknya marah."Aku hanya ingin memastikan Mas Manan bisa menjaga rahasia ini, aku akan kembali saat aku telah selesaikan urusanku!" ucapnya sambil membersihkan darah yang ada di hidungnya."Apa kau gila! otakmu kau taruh di mana hah?" ucap Manan gusar."Aku tidak gila, Mas, aku masih sangat mencintainya," ucap pria itu menunduk."Cinta katamu, Jika kau mencintainya menghilanglah tanpa mengusik dan menghancurkan keluargaku. Kau tahu aku juga mencintai istriku dan mereka merenggut dia dari sisiku apa perlu ku hancurkan otakmu agar kau berfikir waras!" teriaknya semakin keras kemarahan sudah sampai di ubun-ubun."Mas tenanglah! Tolong duduk dulu, apa kau kira aku tidak sedih dengan apa yang kau alami aku juga kehilangan putriku dan aku tidak berdaya," ucapnya menunduk."Tidak b

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Bab 12 Ketakutan

    Safia semakin ketakutan saat pintu terbuka, ia berlari ke kamar mandi dan mengunci pintunya. Terdengar suara Manan memanggilnya."Safia dimana kamu? Hai mainanku ke marilah! Aku pasti bisa menemukanmu! Ayo jangan bersembunyi! Di manapun kau berada pasti bisa kutemukan kecuali yang menyembunyikan kamu adalah cantikku Laila." Teriakan itu menggema.Sejenak Sunyi, Safia tidak mendengarkan lagi teriakan Manan. Namun, tak lama kemudian terdengar umpatan lagi dari mulut pria itu."Laila aku sangat merindukanmu, lelaki brensek itu membuatmu meninggalkanku. Kenapa ia tega melakukan pada cintaku?" ucap lelaki itu berulang kali hingga ruangan kembali sunyi. Safia menunggu selama tiga puluh menit akhir ia pun keluar, dan melihat Manan tertidur di lantai kamar Safia. Ia keluar dari kamarnya dan menuju kamar Manan yang di tempati Amar tidur. bayi lelaki itu tampak masih terlelap dan tidak terusik apapun.Ia terlelap beberapa saat lalu terdengar suara tangisan Amar dan Safia memberikan ASInya set

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Manis ataukah Hambar

    Safia menjauhkan mukanya. Namun, tiba-tiba saja tangan Manan meraih kepala Safia dan menekan serta menempelkan ke mukanya dengan sangat erat."Kenapa kau begitu takut, aku ini suamimu, 'kan? Bisa merasakan semua yang ada di kamu, Aku ingin mencicipi bibirmu, apa semanis milik Lailaku, atau justru hambar," ucap Manan lalu lelaki itu menyambar bibir Safia melum4tnya kemudian menggigitnya sampai berdarah."Benar-benar tidak berasa," ucapnya.Safia mengusap bibir yang berdarah, sambil menatap tajam Manan. Pria itu dengan santai mengambil gelas berisi jus lemon hangat."Kenapa rasanya masam, seperti wajahmu? Beri gula lagi jangan terlalu banyak setidaknya ada manis di rasa asam," perintahnya sambil menggeser gelasnya ke depan Safia Safia mengusap air matanya lalu mengambil gelas dan beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju meja dapur lalu membuka toples berisi gula dan diambilnya satu sendok gula dimasukan ke dalam gelas jus lemon dan diaduknya kemudian kembali kemeja makan lalu

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Kopi pahit

    "Apa? Aku kau suruh menghabiskan lagi?" protesnya."Kenapa? Kau ingin yang lain?" tanya Manan"Tidak nanti kuhabiskan," teriaknya sambil berlari menuju kamar Manan lalu mengambil Amar yang ada di box dan membawanya ke kamar.Manan telah selesai dengan sarapannya. Ia menatap piring Safia lalu beranjak dan pergi ruangannya Safia. Safia terperanjat pasalnya ia tengah menyusui. "Mas Manan kenapa masuk?" tanya Safia. dengan wajah memerah karena malu."Kenapa? Kau Istriku, 'kan aku akan ke kantor jelas kau harus cium punggung tanganku bukan?" tanya Manan sambil melihat putranya yang menyusu. 'Andai itu kau Laila, mungkin aku lebih bahagia,' batinnya.Safia meraih punggung tangan Manan dan lalu menciumnya. Manan hanya menatapnya sebentar lalu pergi keluar dari kamar Safia.Tetapi baru saja mencapai pintu Safia, menghentikan langkahnya. Manan berhenti dan menoleh kebelakang. "Ada apa?""Bagaimana dengan pintu kamarku K

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Kau Tidak Takut Padaku?

    Citra menatap atasan seolah tak percaya apa yang ditanyakan beliau padanya. Dengan mulut setengah menganga ia terpaku."Aku memberikan dua hari libur untukmu, bersenang-senanglah dengan kekasihmu!" ucap Manan selanjutnya."Oh ... tidak Tuan, saya tidak ingin libur, tolong jangan beri saya libur saya sedang butuh uang untuk biaya sekolah adik-adik saya, jika saya libur bonus transportasi akan hilang," jawab Citra sedikit takut.Aku tidak akan memotong bonusmu, aku khawatir saja satu Minggu kau bekerja denganku kau akan pingsan," jawab Manan dengan Mimik datar."Tidak, Pak, saya senang bekerja dengan Anda," jawab Citra."Hem ... bohong, kamu tadi sempat mengeluh, 'kan?" tanya Manan.Citra mendongak mengigit bibirnya. 'Mati aku! Pak Manan tahu,' pikirnya."Maaf, Pak, lain kali saya tidak mengeluh, tolong jangan pecat saya," ucap Citra memohon."Siapa yang memecatmu? Aku ingin kau libur, Citra. Kupikir selama ini aku telah memforsir tenaga dan perasaanmu." Terdengar des4h4n berat."Aku ta

Bab terbaru

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Menghibur Majikan Kecil

    Hari berjalan terus Manan sibuk dengan Lala bahkan tidak memperhatikan anak-anaknya selalu berangkat lebih awal, dan tidak pernah lagi sarapan pagi di rumah, ia lebih suka melakukannya di apartemen Lala. Amar mulai kehilangan sosok sang ayah, berbeda lagi dengan Safia, ia selalu saja menyempatkan dirinya untuk sarapan pagi dengan anak -anaknya dan masih mengantar jemput mereka. Akan tetapi Amar merasa sangat tidak suka saat Safia bersama lelaki lain saat menjemputnya bersama sang adik. Namun, Amar tidak bisa memprotesnya sebab sang mama bilang mereka baru meninjau bersama dan sekalian menjemput mereka. Sesampainya di atar di rumah, Safia kembali ke kantor bersama pria itu sedangkan Amar dan Erina berada di rumah dengan Ira sang asisten rumah tangga. Amar menatap mobil yang keluar dari pintu gerbang rumahnya lalu mengajaknya sang adik masuk ke dalam sambil berfikir bagaimana cara agar orang tuanya tahu, bahwa ia dan adiknya membutuhkan mereka berdua. Sampai di dalam mereka disa

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Ada Apa Denganmu, Mas

    Safia dengan tergesa-gesa berjalan menaiki tangga menuju kamar Sang Putri, Ia pun berhenti beberapa saat untuk menetralkan kemarahannya pada Manan yang entah kenapa bersikap sinis padanya. ia menghembuskan nafas beratnya lalu tersenyum kemudian berjalan masuk ke dalam kamar yang putri terlihat wajah lelaki yang duduk di bibir ranjang menemani sang adik yang belum tidur sana menunggu papanya untuk menemaninya tidur. "Mana Papa? Kenapa Mama kembali ke sini sendirian?" tanya Amar "Papa masih harus menyelesaikan pekerjaannya dia akan menyusul kemari, nanti setelah pekerjaannya selesai dan kamu Amar, Pergilah tidur di kamar tidurmu biar mama yang akan menemani adikmu sampai bapakmu kemari," perintah Safia. "Mama mengusir Amar?" tanya bocah lelaki itu. "Tidak, hanya besok kamu harus sekolah, jadi lebih kamu beristirahat di kamarmu sendiri lagi pulang adiknya masih sakit kan takutnya kamu juga akan terkena virusnya lalu ikut sakit yang repot siapa kan Mama juga," ucap Safiah. "Oh

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Dilema

    Safia menatap kepergian Manan dengan hati galau. 'Apa ini benar, andai pun terjadi masalah antara aku dan Manan harusnya aku tidak boleh mempunyai ketertarikan dengan pria lain hingga masalah rumah tanggaku beres, tetapi lelaki yang memenjarakan dirinya dalam hubungan pernikahan hanya mau melepaskanku saat ada seseorang pria yang mampu menyentuh hatiku dan saat ini pria itu hadir, Namun kenapa aku merasa Mas Manan tidak sungguh-sungguh untuk melepaskanku. Meski tak ada rasa cinta dari sebuah hubungan pernikahan, tetaplah salah jika membina hubungan dengan pria lain di atas pernikahan yang rapuh.' batinnya sedih ia menatap putra sambungnya dan tersenyum berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri. "Apa Mama baik-baik saja?" tanya Amar pada Safia. "Mama baik-baik saja sayang, jangan cemas tidak ada sesuatu yang di perdebatkan dengan papa, kami hanya mitra kerja, jangan terlalu berfikir yang belum saatnya kamu pikirkan," ucap Safia pada Amar. "Aku hanya ingin selalu bersama kalian,

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Liar Juga Dia

    Saya yang minta maaf, karena menyentuhmu, saya tunggu di ruang tamu," ucap Manan berjalan keluar dari kamar Lala sambil merapikan pakaiannya. Lala menghebuskan napas. 'Liar juga si Bapak punya anak dua itu,' gumamnya dalam hati. sambil melihat bercak merah di leher dan dada. ia pun mengambil pakaian di dalam lemari dan memakainya lalu berjalan keluar menuju ruang tamu untuk menemui Manan. "Hemm ... Bapak mau minum apa?" tanya Lala menghilangkan kecanggungannya terhadap pria itu. "Tidak usah repot-repot, kamu duduk di sini dengan saya saja, sebenarnya saya ingin meminta maaf padamu tetang perbuatan Amar padamu, malah jadi berlaku tidak senonoh, mestinya kamu menampar saya," jawab Manan. "Saya yang salah, keluar hanya memakai handuk saja, jadi maaf bukan maksud saya untuk menggoda Anda. "Tidak, saya merasa kamu tidak menggoda saya wajar saja karena saya tidak memberi tahumu sebelumnya kalau saya datang. Justru saya minta maaf atas kelancangannya saya, Saya jamin tidak akan ter

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Makin Jauh.

    "Bagaimana?" tanya Aran saat Safia telah tiba di ruang tamu. "Hem gak tahu, kayaknya di sekolah ada masalah sehingga seperti itu," jawab Safia pada lelaki itu. "Oke, karena anakmu sudah pulang aku pulang saja, takut menganggu quali time kamu saja," pamit Aran. "Oh ya, maaf penyambutan putraku yang mungkin membuat kamu tidak enak hati," ucap Safia pada pria itu. "Tidak apa-apa, jangan lupa besok pagi-pagi kita harus sudah sampai ke lokasi proyek, jika mobilmu masih di perbaiki maka nanti akan kujemput, bagaimana?" tanya pria itu pada Safia. "Tidak usah aku mau ke kantor dulu," ucap Safia. "Iya, di kantor maksudku," ucap Aran pada Safia. "Baiklah terserah Anda saja," ucap Safia tersipu dan Aran menggangguk sopan lalu pria itu pun keluar dari ruang tamu menuju mobilnya dan masuk serta mengemudikannya berjalan melewati gerbang rumah Manan. Safia menatap mobil itu hingga pergi menjauh. Ia menggelengkan kepalanya menepikan rasa yang ada dalam dirinya. Ia berjalan masuk kem

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Kecewa 2

    Taksi membawa Manan dan putranya pulang ke rumah, tadi dia berniat untuk pulang tetapi ia berfikir untuk meminta maaf secara langsung pada Lala. Ditengah perjalanan ia pun berubah pikiran. "Hem, sepertinyq Papa hanya bisa mengantarkanmu sampai pintu gerbang karena Sekertarisnya Papa, mbak Citra mengingatkan papa kalau jam satu akan ada rapat," jelas Manan pada sang putra. "Baiklah terserah Papa, dari tadi kan Amar ingin pulang sendiri, Papa saja yang memaksa untuk mengantarku pulang," jawab Amar pada Manan dengan ketusnya. Bocah lelaki itu menduga pasti sang ayah akan menemui Tante-tante yang menjemputnya tadi untuk miminta maaf. Manan menatap putra dengan lekat sambil menghelah napas. Taksi pun berhenti tepat di depan pintu gerbang rumahnya dan Amar pun turun sendiri tanpa sang ayah, menutup dengan keras dan berjalan tanpa menengok ke arah ayahnya. "Marah anaknya, Pak?" tanya sang sopir taksi dan Manan hanya tertawa lalu memberi tahukan alamat mana yang harus dituju dan tak

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar    Kecewa

    "Papa, membela Tante itu?" tanyanya pada sang papa. "Bukan membela, kalau sikapmu seperti itu, mungkin tadi papa tidak meminta tolong padanya. Papa akan Andi untuk menjemputmu. "kenapa tidak menyuruh paman Andi," tanya sambil memakan makanannya. "Oke Papa yang salah dan papa kira anak Papa bisa sopan terhadap teman Papa ternyata Papa salah anak Papa tidak sesopan yang papa harapkan," ucap Manan. Didalam kemasan itu pun disediakan pula alat pemecah cangkang dan Manan membantu memecahkan kulit cangkang makanan milik Amar. "Ya Amar minta maaf kan semua terjadi karena Amar gak sengaja membuat pakaian Tante kotor," ucap Amar tanpa merasa bersalah pada wanita itu. Manan tak lagi berbicara karena berbicara dengannya saat ini akan percuma saja karena anak itu pasti mengira dirinya ada hubungan Lala Manan menghelah napas dan menatap putranya dengan kecewa karena membuat pujaan hatinya terlihat buruk, mungkin Lala tadi juga dapat cemoohan dari karyawan yang tak sengaja berpapasan

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Kau Kenapa?

    "Ia menghembuskan nafasnya. 'Hemm ... anak kecil lihat aku menjadi pusat perhatian dan gunjingan mereka padahal ini baru mulai bagaimana nanti selanjutnya apa harus mundur, Aaahhh ... tidak, aku tidak boleh mundur walaupun apa yang terjadi.' Pintu lift terbuka Lala pun belum beranjak dari tempatnya berdiri, ia masih menatap pakaiannya yang sangat kotor. "Tante selanjutnya kita kemana?" tanya Amar sambil mengulum senyum samar ia sangat puas telah mengerjai wanita itu. 'jangan pikir muda untuk dapatkan Papa, hadapi anaknya dulu,' pikir Amar sambil menunggu jawaban dari Lala. "Ahh ... iya ayo keluar," ajak Lala saat tersadar kalau dia harus mengantar Amar sampai di kantor ayahnya dan ia sudah mengirim foto pada pria itu tetang pesanan makanan anaknya yang begitu banyak. Mereka berjalan menuju kantor Manan, Lala sangat beruntung di lantai ini hanya ada ruangan Manan dan Asistennya. Hingga sampai akhirnya mereka sampai di ruangan itu dan Lala mengetuk pintunya terbuka lalu Manan m

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Dibuat Jengkel

    "Aku kenyang, Tante karena Tante cemberut," protes Amar. Lala duduk dengan memijit kepalanya sambil melirik bocah yang duduk tertunduk kepalanya itu. Ia menghela napas lalu berkata lagi," pesanlah kepiting lalu makanlah!" Wanita memecahkan cangkang kepiting dengan alat pemecah cangkang lalu menyuapkan dagingnya ke dalam mulutnya. "Baiklah aku akan coba beberapa porsi yang gak pedas," ucap anak itu sampai membuat Lala hampir tersedak. "Anak tampan pesan satu porsi saja dan makanlah, Oke, pesan yang biasa kamu makan dengan ayahmu, mengerti anak manis?" ucap Lala sambil menekan rasa jengkelnya yang sudah sampai ubun-ubun. "Baiklah aku hanya pesan satu porsi saja dan memakannya karena aku takut Tante kehabisan dan di suru cuci piring!" ucap amar tersenyum sambil memanggil pelayan. Tak berapa lama pelayan pun datang Amar mulai memesan makanan yang biasa di makannya dan dia juga memesan es krim coklat kesukaannya satu gelas besar. Beberapa saat kemudian pelayan kembali dengan

DMCA.com Protection Status