Kaisar mengepalkan tangannya kuat dia benar-benar marah kali ini, “Kau pikir kau siapa seenaknya meminta kami bercerai Jangan karena kalian memiliki sebagian kenangan di masa lalu membuatmu merasa berhak atas istriku,” kata Kaisar.
“Oho, calm down, Man. Ini pasti salah paham,” kata Gamma.
“Salah paham kepalamu, dia jelas-jelas minta kami bercerai apa kau tuli,” teriak Kaisar pada gamma.
“Kau pasti cemburu kan,” tuduh Kaisar lagi pada Rafael.
Sheila memijit pelipisnya yang tiba-tiba berdenyut, baik Kaisar maupun Rafael sama-sama keras dalam pendirian.
“Kau pikir kau siapa? Keluarganya? Bukan, kan. Kau itu hanya orang asing yang kebetulan pernah menjalin kasih dengan istriku. Asalkan kau tahu, saat ini Sheila sedang mengandung anakku.”
“Apa itu benar, Sheila? Kau sedang mengandung?” tanya Rafael dengan suara tercekat.
Sheila hanya menunduk, menarik napas dalam
Suasana terik siang hari di kota Jakarta. Hiruk-pikuk kendaraan ketika jam makan siang menjadi hal biasa bagi sebagian besar masyarakat. Tetapi tidak dengan wanita anggun bernama Stella, yang tengah duduk di sebuah bangku taman sambil mengipasi diri dengan kipas genggam.“Sayang, tolong dong cepet dateng. Aku udah panas banget tau gak, nungguin kamu dari tadi,“ rutuk Stella dengan ponsel genggamnya, wanita itu terus saja menggerutu bahkan berteriak pada ponselnya sendiri. Andai saja ponsel itu memiliki tangan, mungkin saja Stella sudah dibungkam dengan satu pukulan.Siapa yang dia hubungi wanita itu? Tentu saja suaminya.Kaisar Andelon.Pengusaha sukses di bidang properti yang nama perusahaannya sudah bukan kaleng-kaleng lagi di pendengaran jajaran pengusaha.Mendengar nama K.A Property saja sudah akan banyak perusahaan yang mundur teratur jika sedang sama-s
Empat tahun sebelumnya. Sheila Arthana, gadis ceria dengan sikap sopan dan sedikit bar-bar itu tengah membereskan sisa sampah makan dan beberapa jajanan hasil kawan-kawannya yang baru saja pulang. Mengerjakan tugas kelompok di apartemen Sheila adalah oase tersendiri bagi kawan-kawannya. Merekaka sangat bersemangat seperti pejuang kala mendengar tugas kelompok dikerjakan di kediaman Sheila. Selain banyak makanan, di Apartemen Sheila juga bebas dan luas. Tidak ada orang tua, atau orang lain yang akan memarahi mereka ketika mengacak-acak isi apartemen tersebut. Karena Sheila akan selalu bersikap biasa-biasa saja. “Aisshh, mereka ini benar-benar! Sudah menghancurkan apartemenku, meninggalkan sampah sebanyak ini dan juga menghabiskan camilanku. Untung saja aku tidak akan bangkrut dalam seketika,” rutuk Sheila.
Seorang gadis cantik tengah duduk di sebuah hamparan rumput hijau yang begitu luas nan indah.Nuansa rumput dan bunga-bunga yang mekar menambah aksen pemandangan semakin menyejukkan. Namun, kenapa gadis manis itu malah terlihat murung?Seorang wanita dewasa menghampiri, mengusap lembut rambut indah itu dengan penuh kasih sayang.“Nak, Kenapa kau bersedih? Apa kau sedang memikirkan pangeran berkudamu?“ goda wanita itu, yang tak lain adalah ibunya.Mereka berdua terlihat benar-benar seperti grub marawis yang memakai pakaian serba putih dari ujung kepala hingga ke ujung kaki.Balutan warna putih dalam hamparan hijaunya pemandangan terlihat begitu bersinar di bawah sang surya yang memancarkan cahaya kekuningan di ufuk barat.“Kenapa? Kalian meninggalkan aku tanpa kabar? Aku ini sebenarnya anakmu atau apa? “ teriaknya pada sang ibu. Emosinya seolah s
Sheila berlari dengan tergesa-gesa kala suara seseorang yang mulai mengucapkan ijab-qobul terdengar hingga ke kamar yang dia tempati."Jangan-jangan," desis Sheila.Tak menghiraukan teriakan Matt yang memintanya berhati-hati, Sheila berlari sekencang mungkin berharap semuanya belum terjadi.Dalam otak mininya, dia takut jikalau dirinya yang cantik, ternyata dinikahkan dengan bandot tua yang sudah bau tanah. Sheila menggelengkan kepala dengan cepat.Ya, Sheila berlari sekencang mungkin ketika mendengar nama dirinya disebutkan sebagai seorang mempelai wanita.Sheila bahkan tidak memiliki rencana untuk menikah sebelumnya, lalu kenapa sekarang dia justru menjadi seorang mempelai.Menapaki tangga dengan gaun yang menjuntai, Sheila akhirnya tiba di dasar anak tangga.Tak peduli dengan tatapan orang-orang yang hadir dan memperhatikan, gadis itu segera berteriak.“Tidak!”Beberapa orang te
Bagai tersambar petir di siang bolong. Sheila merasa hatinya seperti dihujam dengan ribuan jarum. Kata 'PERNIKAHAN KARENA DENDAM' membuat Sheila sedikit paham tentang alur dari jalan kehidupannya kelak. Kaisar menikahinya karena alasan dendam."Apa mungkin? Aku dengan tak sengaja sudah menabrak calon mempelai Kaisar hingga tewas, seperti di novel-novel yang sering kubaca?" batin Sheila.Sepertinya otak Sheila sudah tercemar dengan kisah-kisah para tuan muda.“Tuan, apa maksudmu?“ tanya Sheila bingung.“Dengar! Meskipun sekarang kau adalah istriku, tapi statusmu di rumah ini sama dengan pembantu. Jangan pernah berpikir untuk menjadi seorang putri, karena disini kau hanyalah upik abu,” sentak Kaisar."Tuan, aku tidak ...."Plakk ....Sebuah tamparan dari Kaisar mendarat sempurna di pipi.
Pagi menyapa, cahaya matahari sudah menelusup memasuki area kamar mini yang terlihat begitu tak layak pakai dengan sang pemiliknya yang masih betah bergulung di atas kasur.Kaisar berkacak pinggang melihat Sheila yang tertidur seperti mayat. Berulang kali pria itu sudah memanggil Sheila. Namun, gadis itu seolah tuli dan tak bergeming sama sekali.Kehabisan akal untuk membangunkan Koala pemalas peliharaannya, Kaisar pun keluar kamar dan kembali dengan seember air dingin. Byur.... Kaisar mengguyur tubuh Sheila dengan air tersebut hingga si gadis pemalas itu terlonjak kaget dan bangun dengan gelagapan. “Bangun kau pemalas! “sentak Kaisar.Berusaha Mengumpulkan nyawa yang masih tercecer dialam mimpi, Sheila mengerjap beberapa kali dan baru menyadari dirinya diguyur dengan tak manusiawi oleh Kaisar, suaminya sendiri. “Tuan, “kata Sheila. “Sudah cukup kan tidurmu? Sekarang bersihkan Mansion sa
Suara jangkrik malam mengisi kekosongan semua orang. Sama halnya dengan gadis yang tengah duduk di bangku taman mansion,dengan nampan berisi nasi dan taburan garam.Kaisar lagi-lagi menghukum Sheila seperti itu hanya karena dia berbicara dengan Gerry lebih dari 10 menit.Menghela napas adalah satu-satunya cara yang bisa gadis malang itu lakukan sekarang. Dulu, dimata orang tuanya, Sheila adalah tuan putri yang manja dan sangat disayang. Meskipun jarang berjumpa, tapi Sheila tau jika orang tuanya sangat mencintainya. Dan sekarang? Dirinya diperlakukan dengan buruk oleh seorang pria yang tiba-tiba saja menyandang status sebagai suaminya.Miris.Hanya itu yang bisa di ungkapan untuk mencerminkan kehidupan Sheila Sekarang ini.“Huh, aku akan membiasakan diri dengan kesusahan. Karena Daddy bilang kesenangan ha
Atas kebaikan Sheila hari ini, Kaisar mengijinkan Sheila untuk menemani dirinya memasak dan makan malam. Keduanya terlihat sangat harmonis saat saling duduk berdampingan di taman Mansion, menikmati makan malam dibawah terangnya cahaya bintang.“Tuan, boleh aku bertanya sesuatu padamu?“ tanya Sheila.Kaisar hanya berdeham menanggapi pertanyaan itu dan melanjutkan acara makannya. Entah mengapa, nasi goreng buatan Sheila yang di padukan dengan omlet sederhana terasa begitu nyaman di lidah.“Jika kau menganggap aku sebagai anak seorang pembunuh seperti yang kau katakan waktu itu, kenapa kau tidak membunuhku dan malah menikahiku?“ celetuk Sheila.Kaisar menghela napas sejenak sebelum menjawab pertanyaan Sheila, “Aku ingin melihat orang tuamu menangis darah kala putri tercintanya hidup dengan sangat menderita di tanganku.“She
Kaisar mengepalkan tangannya kuat dia benar-benar marah kali ini, “Kau pikir kau siapa seenaknya meminta kami bercerai Jangan karena kalian memiliki sebagian kenangan di masa lalu membuatmu merasa berhak atas istriku,” kata Kaisar.“Oho, calm down, Man. Ini pasti salah paham,” kata Gamma.“Salah paham kepalamu, dia jelas-jelas minta kami bercerai apa kau tuli,” teriak Kaisar pada gamma.“Kau pasti cemburu kan,” tuduh Kaisar lagi pada Rafael.Sheila memijit pelipisnya yang tiba-tiba berdenyut, baik Kaisar maupun Rafael sama-sama keras dalam pendirian.“Kau pikir kau siapa? Keluarganya? Bukan, kan. Kau itu hanya orang asing yang kebetulan pernah menjalin kasih dengan istriku. Asalkan kau tahu, saat ini Sheila sedang mengandung anakku.”“Apa itu benar, Sheila? Kau sedang mengandung?” tanya Rafael dengan suara tercekat.Sheila hanya menunduk, menarik napas dalam
Seorang wanita bercadar merah berjalan dengan angkuh dihadapan manusia yang menunduk memberikan hormat padanya. Dia adalah Queen. Seorang mafia kakap yang namanya bukan lagi recehan. Queen masih berusia belasan, namun darah psychopat yang dia miliki mengalirkan aura yang mencekam.Seorang pria menghampirinya dengan tatapan lembut, "Honay, sudah lama kau tidak datang kemari. Apa kau merindukanku?" tanya Leon. Dia adalah pimpinan dari klan Tiger. Mafia yang bergerak dalam bidang 'Eksekusi' atau pembunuh bayaran."Aku ada perlu denganmu, Lee," kata Queen."Baiklah. Kalian semua keluar! Aku ingin bicara empat mata dengan Queen." Mendengar perintah dari bosnya, anak buah Tiger langsung mengundurkan diri. Kini hanya ada Leon dan Queen saja dalam ruangan itu."Tidak perlu banyak basa-basi, aku ingin informasi tentang penyerangan di jalan cempaka pagi tadi," kata Queen dengan wajah datar dan mata
Jalanan yang sepi di manfaatkan oleh penjahat itu untuk melakukan aksinya. Mereka menodongkan senjata pada orang-orang di dalamnya. Kaisar menatap Matt dan Sheila secara bergantian. Sebagai seorang pria, tentu saja dia harus turun dan melindungi istrinya. Akan tetapi bagaimana dengan ....“Kalian di sini saja, biar aku yang turun,” ucap Sheila mencengangkan.“Tetap di sini, ini urusan laki-laki,” sanggah Kaisar kemudian bergegas turun di ikuti Matt dan sang sopir.“Kita lihat, pertunjukan apa yang akan tayang kali ini,” kekeh Sheila kemudian kembali fokus pada ponsel.Di depan sana, Kaisar dan Matt menatap nyalang para pria pemegang senjata api itu, “Apa yang kalian inginkan?” tanya Kaisar.“Istrimu, berikan dia pada kami maka kau akan selamat,” ucap salah seorang dari dua pria itu.“Kenapa harus istriku?”“Karena ....”“Bukan urusanmu
Kaisar sedang menemani Sheila memasak di dapur. Setelah kejadian dua bulan yang lalu, kini hubungan keduanya terlihat mulai membaik. Kaisar yang sudah tak lagi menyiksa Sheila, bahkan lebih sering menggoda dengan segala kekonyolannya. Sheila juga menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri. Meskipun para maid belum kembali, Sheila tak pernah mengeluh dan menjalankan setiap pekerjaan rumah dengan baik dan benar.“Kenapa kau masih disini? Pergilah. Aku tidak mau kau menghabiskan masakanku sebelum dihidangkan,” kata Sheila.Ya. Pagi tadi saat Sheila menyiapkan sarapan. Kaisar sudah menghabisi ayam mentega masakannya sebelum dihidangkan. Bahkan pria itu mencomot nasi goreng yang masih berada dalam wajan.“Kau berbelanja dengan uangku. Kenapa aku tidak boleh menghabiskan masakanmu?” jawab Kaisar.“Oh, ayolah suamiku. Kau harus berangkat kerja,” kata Sheila.“Aku akan libur hari ini,” jawab K
Kaisar berdiri di sebuah taman yang tampaknya sedikit asing. Anak-anak muda sedang lalu lalang sambil berpegangan tangan pada pasangan masing-masing. Seorang gadis dengan dress brokat berwarna peach menghampiri seorang pria yang sedang duduk di salah satu bangku dengan sebuah buket bunga dan di tangannya, “Halo, Kak Kaisar. Rose datang. Sesuai janji, jam tiga sore.”Gadis itu berbicara dengan riang. Wajahnya tampak begitu ayu dengan riasan tipis terkesan natural itu.“Tapi kau terlambat tiga menit,” ucap pria itu. Pria yang duduk memunggungi Kaisar.Kaisar melihat punggung yang tak asing baginya itu. Seperti Dejavu yang mengingatkan pada satu hal, tapi apa?Saat pria itu berbalik, Kaisar tersentak ketika melihat dirinya sendiri. Ya, pria itu adalah Kaisar sendiri Namun, dengan versi remaja. Sedangkan gadis kecil itu terlihat seperti anak SMP atau mungkin awalan SMA.“Kau ini, aku hanya terlambat tiga menit. Bukan tiga
Kaisar menggeram kesal sambil mengepalkan tangan kuat-kuat. Pandangan di hadapannya begitu menyesakkan. Apalagi ditambah dirinya yang tak bisa kembali ke rumah saat ini.Mengintai sang istri dari ponsel dan CCTV rumah berujung penyesalan, kala Sheila dengan gamblang memeluk pria lain di belakangnya. Tersenyum dengan lembut, tertawa begitu lepas. Semuanya membuat Kaisar begitu gerah. Andai saja dia tak harus pergi ke London saat ini, Kaisar pasti akan mencincang habis pria itu dan juga Sheila.“Gadis kecil ini membuatku gila. Astaga, berani sekali dia bermain main di belakangku. Memeluk pria lain, tertawa haha-hihi dan sebagainya. Arrghhh, aku akan memberimu hukuman yang setimpal setelah aku kembali dari sini,” kata Kaisar sambil terus memandangi ponselnya.“Tuan, apa saya perlu meminta bodyguard untuk mengusir pria itu jika memang Anda merasa keberatan?” tanya Matt.“Ya, aku sangat keberatan. Bisa-bisany
KA'PropertiKaisar tengah duduk dengan tampang serius menghadap kearah laptop. Jari-jarinya tak kunjung berhenti menekan tombol-tombol keyboard yang berjajar rapi. Matt masuk dengan Diana sekretaris Kaisar,“Tuan, meeting dengan Smithsun Group akan diadakan di lantai 15. Mungkin, 30 menit lagi Tuan Betrand akan tiba disini, “kata Diana.“Siapkan materinya, beri tahu aku jika mereka sudah datang, “kata Kaisar.“Baik, Tuan! “Seorang Pria muda tengah menatap bangunan tinggi menjulang yang katanya adalah milik seorang pengusaha kaya raya. Namun, bukan itu yang membuatnya datang kemari. Melainkan masalah hati.Raffael Smith, Mantan kekasih Sheila datang!“Tuan muda, apa anda yakin jika Nona Sheila ada disini? “tanya supir.“Kata Ibra, gadis payah itu ada disini. Coba kah tanyakan pada penjaga, “titah Raffael kemudian. Dengan patuh, sang supir pu
Sheila sampai mengedipkan mata beberapa kali. Bukan karena apa, tapi dirinya benar-benar terkejut kala tiba-tiba mendapatkan tawaran untuk tidur satu kamar dengan suaminya.Dia bahkan merasa sebentar lagi matahari akan terbit dari selatan.Apakah ini mimpi?Bukan, Ini kenyataan. Pada dasarnya, ucapan Kaisar disebabkan karena rasa cemburu pada sosok Ibra. Calon dokter yang menangani Sheila hari ini. Pria itu benar-benar muak dan jengah melihat betapa dekatnya istri kecil yang dibencinya itu dengan sang dokter.Andaikan Kaisar tahu, hal lain yang ditutupi Sheila dari dirinya adalah sebuah rasa sakit yang sedang Sheila pupuk untuk penyesalan Kaisar di masa depan.Dengan langkah yang gembira, gadis cantik itu berjalan menuju ke lantai paling atas. Di mana tempat Kaisar tidur berada. Kamar utama adalah kamar yang tak pernah boleh disentuh siapa pun, tak terkecuali Marisa Jie kekas
Malam semakin larut, kala Sheila sudah selesai dengan acara makan malamnya. Gadis malang itu kembali ke dalam kamar dalam keadaan yang ...entahlah.Nafas yang memburu, penampilan yang acak-acakan serta darah yang mengalir dari hidung dan telinganya.“Kenapa sakit sekali. Ya Tuhan, tolong jangan buat aku semakin tersiksa," rintih gadis itu.Darah segar mengalir dari hidungnya tanpa henti. Rasa sakit, berkunang-kunang dan pening yang mendera, membuat gadis itu semakin kelabakan mencari sesuatu di dalam tas. Namun, sepertinya gadis itu tak menemukan apa yang dia cari. Dalam minimnya penglihatan Sheila sekarang, gadis itu cukup kesulitan mencari obatnya.Obat berwarna putih yang biasa dia konsumsi, dan biasa dia simpan di dalam tas.Tapi tunggu.Pikirannya menelisik ke beberapa waktu yang lalu, dimana Kaisar tiba-tiba merasakan sakit dan ...