Suara jangkrik malam mengisi kekosongan semua orang. Sama halnya dengan gadis yang tengah duduk di bangku taman mansion,
dengan nampan berisi nasi dan taburan garam.
Kaisar lagi-lagi menghukum Sheila seperti itu hanya karena dia berbicara dengan Gerry lebih dari 10 menit.
Menghela napas adalah satu-satunya cara yang bisa gadis malang itu lakukan sekarang. Dulu, dimata orang tuanya, Sheila adalah tuan putri yang manja dan sangat disayang. Meskipun jarang berjumpa, tapi Sheila tau jika orang tuanya sangat mencintainya. Dan sekarang? Dirinya diperlakukan dengan buruk oleh seorang pria yang tiba-tiba saja menyandang status sebagai suaminya.
Miris.
Hanya itu yang bisa di ungkapan untuk mencerminkan kehidupan Sheila Sekarang ini.
“Huh, aku akan membiasakan diri dengan kesusahan. Karena Daddy bilang kesenangan hanya bersikap sementara.”
Sheila hanya bisa menghibur diri, menguatkan dan memberikan senyum untuk nasib kehidupan yang kini dia jalani.
Mungkin benar kata pepatah, jika dengan seiring berjalannya waktu kau akan mulai terbiasa dengan kesulitan-kesulitan yang kau alami di masa depan.
Sheila menguatkan diri untuk menelan habis makanannya. Sheila bersyukur, setidaknya dia tak meminum susu rasa air laut hari ini.
“Bagus, jadi kau menghabiskan makananmu?“ Kaisar datang dengan menggandeng seorang wanita. Wanita yang cukup matang dan sangat cantik. Sheila jadi insecure melihat penampilannya sekarang. Lusuh dan lebih mirip gelandang daripada nona muda.
Pria itu benar-benar tak memiliki hati nurani. Meskipun tak menikah atas dasar cinta, setidaknya dia bisa menghargai sakralnya pernikahan. Tapi sayang, Kaisar sengaja menciptakan kesakitan dihati Sheila demi kepuasan dirinya sendiri
“Oh, Hai Tuan,“ Sheila berusaha menyapa dengan sebaik mungkin, meskipun dalam hatinya dia ingin sekali mengumpati pria ini.
“Sayang, dia siapa?“ tanya wanita itu pada Kaisar
“Dia bukan siapa-siapa. Hanya segumpal daging yang kehadirannya dikutuk oleh alam semesta dan kemudian berakhir menderita di tempat ini," jawab Kaisar.
Deg ....
Sheila terpaku dalam diam, kata-kata Kaisar sungguh menohok dan menyakitinya hingga kepermukaan.
“Tuan, apa maksudmu? Aku tidak mengerti," tanya Sheila.
“Tidak ada. Oh ya, kenalkan. Dia Marisa jie, kekasihku. Panggil dia Nyonya. Karena dalam beberapa minggu ke depan kami akan melangsungkan pernikahan. Dan tugasmu adalah memastikan semua keperluannya terpenuhi. Kau mengerti, bukan?“ ucap Kaisar.
Wanita yang menjabat sebagai kekasih Kaisar itu tersenyum puas. Akhirnya dia benar-benar bisa memperbudak Kaisar dengan cinta dan desahan manjanya. Siapa yang tidak iri? Kaisar adalah pengusaha yang masih terbilang baru. Namun, soal kelihaian dalam mengelola bisnis tidak dapat diragukan lagi. Itulah sebabnya keluarga Jie sanggup membiayai semua keperluan Kaisar dalam mengelola kembali bisnis keluarganya. Bahkan mereka menanamkan saham dengan sangat besar-besaran untuk mendomplang kembali kejayaan keluarga Anderson yang pernah hilang bersama dengan meleburnya jasad orang tua Kaisar.
“Baiklah, aku bersedia menjadi apapun yang kau pinta,“ kata Sheila dengan tatapan sendu. Hatinya merasa tercabik oleh kenyataan yang ada.
Sebagai seorang istri, tentu saja Sheila punya hak untuk marah dan merasa geram pada suaminya. Namun, Sheila hanya bisa diam tanpa mau melakukan apapun. Baginya, semua ini hanya akan menjadi hal yang sia-sia.
Gadis itu kemudian berdiri hendak menyingkir dari dua manusia yang membuatnya meradang ini. Namun, detik berikutnya. Tubuh Sheila terasa limbung dan ambruk tepat ke arah tubuh Kaisar. Menyadari istrinya sempoyongan, bukannya menangkap seperti cerita-cerita di film, Kaisar justru menghindari tubuh Sheila yang ambruk hingga jatuh ketanah. Benar-benar manusia tak berhati nurani.
Kau pasti menyesal Kai.
“Bawa gadis ini ke kamarnya! tidak perlu panggilkan dokter, dia pasti hanya bersandiwara,“ kata Kaisar tanpa belas kasihan.
“Tapi, Tuan. Wajah Nyonya sangat pucat. Apa tidak sebaiknya kita panggilkan dokter?" kata salah seorang bodyguard.
“Aku tidak terima protes apapun. Lakukan atau kau akan tahu akibatnya.“
Ancaman pria kejam itu tentu saja menciutkan nyali semua orang. Siapa yang tidak mengenal Kaisar? Pria dingin yang selalu menginginkan kesempurnaan. Mereka tau, Kaisar tidak akan melepaskan siapa pun yang berbuat kesalahan. Karena bagi Kaisar, hukuman paling ringan adalah mendekam di balik jeruji besi untuk selamanya.
Dua orang bodyguard mengangkat tubuh Sheila dan membawanya masuk ke dalam kamar. Dalam hati, mereka sangat kasihan terhadap gadis belia ini. Dia harus menjadi korban kebencian yang sudah mendarah daging. Namun, apa boleh buat? Mereka hanya pelayan rendahan yang menggantungkan nasib pada pekerjaan.
Hampir tengah malam, kala Sheila bangun dari pingsan. Tenggorokannya terasa kering. Menatap ke arah teko air yang terletak di atas meja, Sheila pun meraihnya.
“Yah, airnya kosong. Aku harus mengambil kedapur dulu.“
Gadis itu kemudian beranjak dari posisi berbaring dan berjalan menuju dapur. Tubuhnya masih terasa lemah, meskipun begitu Sheila tidak meminta bantuan pada orang lain. Sebenarnya, Kaisar menempatkan dua bodyguard untuk mengawasi Sheila supaya tidak melarikan diri. Menjadi tahanan di istana yang di sebut dengan Mansion keluarga Anderson.
Di dapur, Sheila bisa melihat ada seseorang yang tengah berkutat dengan peralatan masak. Tubuh tegap dengan punggung lebar itu sangat indah dipandang dari belakang. Sheila tersenyum simpul, Kaisar terlihat sangat keren dengan celemek pink dan spatula di tangannya.
“Ekhmmm,” Sheila berdehem, mengejutkan Kaisar yang sedang mengaduk bahan masakan. Hampir saja, pria itu melemparkan spatula yang dia pegang. Untung tidak sampai terjadi, karena kemudian Kaisar sadar jika itu adalah Sheila.
“Sedang apa kau disini?“ sarkas Kaisar.
“Um, sebenarnya tadi aku haus. Jadi aku ingin mengambil air. Lalu, apa yang tuan lakukan disini?“ Sheila balik bertanya.
“Aku lapar, tentu saja aku sedang membuat masakan.“
Sheila tersenyum, Kaisar terlihat begitu imut dengan sisa saus di pipi. Sepertinya saat memberikan saus pada nasi goreng, Kaisar tak menyadari jika saus tersebut terciprat ke arah pipi.
Pria itu terlihat salah tingkah kala Sheila menatap dengan begitu dekat. Berusaha menyadarkan dirinya sendiri kala tangan Sheila mengusap lembut pipinya, Kaisar memejamkan mata.
“A-apa yang k-kau lakukan?" kata Kaisar terbata.
Sheila memicing, kemudian berkata, “Aku hanya membantu mengusap pipimu yang terkena saus, suamiku.“
Deg ....
Jantung Kaisar berdetak kencang kala bibir manis Sheila mengucap kata 'Suami' yang di tujukan untuk dirinya. Entah apa yang terjadi. Namun, ada rasa haru yang menyeruak hingga jutaan kupu-kupu dalam perut Kaisar berterbangan dengan liar, menimbulkan rasa bahagia yang belum dia rasakan sebelumnya.
“Mari aku bantu, aku juga bisa memasak loh," kata Sheila menawarkan diri. Tak mendapatkan respon apapun dari Kaisar, Sheila menggidikkan bahunya kemudian mulai mengambil beberapa bahan masakan di dalam kulkas.
Sheila terlihat sangat cekatan dengan bahan dan alat dapur, sampai-sampai Kaisar menatap dengan kagum pada istrinya yang terlihat begitu seksi saat sedang memasak.
Apalagi rambut Sheila digulung keatas sehingga menampilkan leher jenjang putih menggodanya. Kaisar menelan siliva-nya dengan susah payah. Ada rasa aneh kala bayangan Sheila berwarna abu-abu berbaur menjadi satu dengan sosok adiknya. Seperti ...Memory yang hilang.
Rasa pusing tiba-tiba menjalar dikepala Kaisar bersamaan dengan jantungnya yang berdetak tak karuan.
Sheila menyadari Kaisar yang limbung pun segera membimbing pria yang berstatus suaminya itu untuk duduk di kursi bar.
“Apa kau belum meminum obatmu hari ini?" tanya Sheila. Kaisar mengangguk pelan, benar! Dirinya belum minum obat hari ini.
“Dimana kau menyimpan obatmu?“ tanya Sheila lagi.
“Ditempat biasa” kata Kaisar.
Sheila dengan segera berlari menuju sebuah kamar yang tak jauh dari dapur, kamar khusus milik Kaisar yang tak pernah boleh disentuh oleh siapapun. Bahkan memasukinya saja membutuhkan sidik jari dan pemindai retina milik orang-orang tertentu. Namun, bagaimana mungkin Sheila bisa memasukinya dengan mudah?
Persetan! Kaisar tidak perduli. Yang penting gadis itu segera mendapatkan obatnya.
Tak lama kemudian, Sheila keluar dengan terburu-buru mendekati Kaisar yang sudah pucat bak mayat hidup. Pria itu seperti kehilangan taring keganasan kala rasa sakit tiba-tiba mendera. Sheila menyodorkan obat sesuai takaran kepada Kaisar bersama dengan air mineral.
“Terimakasih, Sheila.“
Atas kebaikan Sheila hari ini, Kaisar mengijinkan Sheila untuk menemani dirinya memasak dan makan malam. Keduanya terlihat sangat harmonis saat saling duduk berdampingan di taman Mansion, menikmati makan malam dibawah terangnya cahaya bintang.“Tuan, boleh aku bertanya sesuatu padamu?“ tanya Sheila.Kaisar hanya berdeham menanggapi pertanyaan itu dan melanjutkan acara makannya. Entah mengapa, nasi goreng buatan Sheila yang di padukan dengan omlet sederhana terasa begitu nyaman di lidah.“Jika kau menganggap aku sebagai anak seorang pembunuh seperti yang kau katakan waktu itu, kenapa kau tidak membunuhku dan malah menikahiku?“ celetuk Sheila.Kaisar menghela napas sejenak sebelum menjawab pertanyaan Sheila, “Aku ingin melihat orang tuamu menangis darah kala putri tercintanya hidup dengan sangat menderita di tanganku.“She
Rasanya benar-benar aneh, kala Sheila tiba-tiba digandeng dengan begitu lembut oleh suami jahatnya. Sampai-sampai Sheila menepuk pipinya berkali-kali untuk menyadarkannya dari mimpi yang terasa begitu indah dan mengagumkan.Kapan lagi Kaisar bisa bersikap lembut padanya. Selama perjalanan dari paviliun menuju ruang tamu Mansion, Kaisar dan Sheila saling lirik dengan tatapan yang... Penuh kerinduan.Mata bulat dengan manik biru milik Sheila yang ditatap hari ini, membuat Kaisar seperti mengulang kembali kejadian di masa lalu. Atau mungkin dirinya hanya berhalusinasi?“Tuan, aku tau kau ini sangat ingin menggandengku dihadapan orang asing. Tapi tidak bisakah kau sedikit pelan-pelan jalannya, “gerutu Sheila.Bagaimana tidak menggerutu? Keduanya sudah seperti orang yang tergesa-gesa untuk mengantre beras gratis.Kaisar berdecak sebal, gadis ini terlalu percaya diri. Jika saja dia tak ingin cari muka untuk kesan yang baik dihadapan kawan men
Kaisar tengah menemani Marisa berbelanja. Sesuai keinginan wanita itu, merekapun akhirnya shopping dan membeli tas yang diinginkan oleh Marisa di salah satu mall terbesar di pusat kota.Walaupun menggerutu, Kaisar tetap mengikuti kemana kekasihnya itu pergi. Barang belanjaan sudah menumpuk seperti anakan gunung sampai Kaisar kuwalahan membawanya seorang diri. Sedangkan Marisa, wanita itu hanya berlari kesana kemari mengambil apapun yang dia suka. Tentu saja apapun. Karena, semua yang dia beli akan dibayar oleh Kaisar.Huh ....Kaisar menghembuskan napas kasar. Dirinya benar-benar lelah mengikuti kemauan Marisa. Membeli ini dan itu, berjalan ke sana kemari hingga Kaisar kelelahan.Pria itu akhirnya memutuskan untuk beristirahat sejenak di sebuah kafe dan tak memerdulikan kekasihnya yang sibuk dengan acara foya-foya.Sibuk berdiam diri sambil melihat orang-orang yang berlalu lalang, mata Kaisar menangkap siluet tubuh seseorang yang sangat dia ken
Wanita itu menatap Sheila dengan tatapan rindu. Terlihat jelas dari air mata yang menggenang di pelupuk, Sheila segera merengkuh tubuh renta itu dengan ribuan kasih sayang.“Mom,“ cicit Sheila.“K-kau, kem-bali?“ kata wanita itu terbata. Stroke disease yang diderita membuatnya lumpuh dan sulit bicara.“Ya, Mom. Sheila kembali sesuai janjiku dua tahun yang lalu.“ Sheila memeluk wanita yang disebutnya sebagai mommy itu dengan erat.“Sheila, daddy senang kau kembali menemui kami setelah sekian lama. Sepertinya, keadaanmu pun sudah baik-baik saja,“ kata seorang pria parubaya yang tak lain adalah suami dari wanita yang sedang dalam pelukan Sheila itu.“Maafkan aku yang harus pergi dari kalian, kejadian itu membuatku cukup takut, Mom, Dad.“ Sheila melepaskan pelukannya kemudian beralih memeluk pria paruh baya itu.
Malam semakin larut, kala Sheila sudah selesai dengan acara makan malamnya. Gadis malang itu kembali ke dalam kamar dalam keadaan yang ...entahlah.Nafas yang memburu, penampilan yang acak-acakan serta darah yang mengalir dari hidung dan telinganya.“Kenapa sakit sekali. Ya Tuhan, tolong jangan buat aku semakin tersiksa," rintih gadis itu.Darah segar mengalir dari hidungnya tanpa henti. Rasa sakit, berkunang-kunang dan pening yang mendera, membuat gadis itu semakin kelabakan mencari sesuatu di dalam tas. Namun, sepertinya gadis itu tak menemukan apa yang dia cari. Dalam minimnya penglihatan Sheila sekarang, gadis itu cukup kesulitan mencari obatnya.Obat berwarna putih yang biasa dia konsumsi, dan biasa dia simpan di dalam tas.Tapi tunggu.Pikirannya menelisik ke beberapa waktu yang lalu, dimana Kaisar tiba-tiba merasakan sakit dan ...
Sheila sampai mengedipkan mata beberapa kali. Bukan karena apa, tapi dirinya benar-benar terkejut kala tiba-tiba mendapatkan tawaran untuk tidur satu kamar dengan suaminya.Dia bahkan merasa sebentar lagi matahari akan terbit dari selatan.Apakah ini mimpi?Bukan, Ini kenyataan. Pada dasarnya, ucapan Kaisar disebabkan karena rasa cemburu pada sosok Ibra. Calon dokter yang menangani Sheila hari ini. Pria itu benar-benar muak dan jengah melihat betapa dekatnya istri kecil yang dibencinya itu dengan sang dokter.Andaikan Kaisar tahu, hal lain yang ditutupi Sheila dari dirinya adalah sebuah rasa sakit yang sedang Sheila pupuk untuk penyesalan Kaisar di masa depan.Dengan langkah yang gembira, gadis cantik itu berjalan menuju ke lantai paling atas. Di mana tempat Kaisar tidur berada. Kamar utama adalah kamar yang tak pernah boleh disentuh siapa pun, tak terkecuali Marisa Jie kekas
KA'PropertiKaisar tengah duduk dengan tampang serius menghadap kearah laptop. Jari-jarinya tak kunjung berhenti menekan tombol-tombol keyboard yang berjajar rapi. Matt masuk dengan Diana sekretaris Kaisar,“Tuan, meeting dengan Smithsun Group akan diadakan di lantai 15. Mungkin, 30 menit lagi Tuan Betrand akan tiba disini, “kata Diana.“Siapkan materinya, beri tahu aku jika mereka sudah datang, “kata Kaisar.“Baik, Tuan! “Seorang Pria muda tengah menatap bangunan tinggi menjulang yang katanya adalah milik seorang pengusaha kaya raya. Namun, bukan itu yang membuatnya datang kemari. Melainkan masalah hati.Raffael Smith, Mantan kekasih Sheila datang!“Tuan muda, apa anda yakin jika Nona Sheila ada disini? “tanya supir.“Kata Ibra, gadis payah itu ada disini. Coba kah tanyakan pada penjaga, “titah Raffael kemudian. Dengan patuh, sang supir pu
Kaisar menggeram kesal sambil mengepalkan tangan kuat-kuat. Pandangan di hadapannya begitu menyesakkan. Apalagi ditambah dirinya yang tak bisa kembali ke rumah saat ini.Mengintai sang istri dari ponsel dan CCTV rumah berujung penyesalan, kala Sheila dengan gamblang memeluk pria lain di belakangnya. Tersenyum dengan lembut, tertawa begitu lepas. Semuanya membuat Kaisar begitu gerah. Andai saja dia tak harus pergi ke London saat ini, Kaisar pasti akan mencincang habis pria itu dan juga Sheila.“Gadis kecil ini membuatku gila. Astaga, berani sekali dia bermain main di belakangku. Memeluk pria lain, tertawa haha-hihi dan sebagainya. Arrghhh, aku akan memberimu hukuman yang setimpal setelah aku kembali dari sini,” kata Kaisar sambil terus memandangi ponselnya.“Tuan, apa saya perlu meminta bodyguard untuk mengusir pria itu jika memang Anda merasa keberatan?” tanya Matt.“Ya, aku sangat keberatan. Bisa-bisany
Kaisar mengepalkan tangannya kuat dia benar-benar marah kali ini, “Kau pikir kau siapa seenaknya meminta kami bercerai Jangan karena kalian memiliki sebagian kenangan di masa lalu membuatmu merasa berhak atas istriku,” kata Kaisar.“Oho, calm down, Man. Ini pasti salah paham,” kata Gamma.“Salah paham kepalamu, dia jelas-jelas minta kami bercerai apa kau tuli,” teriak Kaisar pada gamma.“Kau pasti cemburu kan,” tuduh Kaisar lagi pada Rafael.Sheila memijit pelipisnya yang tiba-tiba berdenyut, baik Kaisar maupun Rafael sama-sama keras dalam pendirian.“Kau pikir kau siapa? Keluarganya? Bukan, kan. Kau itu hanya orang asing yang kebetulan pernah menjalin kasih dengan istriku. Asalkan kau tahu, saat ini Sheila sedang mengandung anakku.”“Apa itu benar, Sheila? Kau sedang mengandung?” tanya Rafael dengan suara tercekat.Sheila hanya menunduk, menarik napas dalam
Seorang wanita bercadar merah berjalan dengan angkuh dihadapan manusia yang menunduk memberikan hormat padanya. Dia adalah Queen. Seorang mafia kakap yang namanya bukan lagi recehan. Queen masih berusia belasan, namun darah psychopat yang dia miliki mengalirkan aura yang mencekam.Seorang pria menghampirinya dengan tatapan lembut, "Honay, sudah lama kau tidak datang kemari. Apa kau merindukanku?" tanya Leon. Dia adalah pimpinan dari klan Tiger. Mafia yang bergerak dalam bidang 'Eksekusi' atau pembunuh bayaran."Aku ada perlu denganmu, Lee," kata Queen."Baiklah. Kalian semua keluar! Aku ingin bicara empat mata dengan Queen." Mendengar perintah dari bosnya, anak buah Tiger langsung mengundurkan diri. Kini hanya ada Leon dan Queen saja dalam ruangan itu."Tidak perlu banyak basa-basi, aku ingin informasi tentang penyerangan di jalan cempaka pagi tadi," kata Queen dengan wajah datar dan mata
Jalanan yang sepi di manfaatkan oleh penjahat itu untuk melakukan aksinya. Mereka menodongkan senjata pada orang-orang di dalamnya. Kaisar menatap Matt dan Sheila secara bergantian. Sebagai seorang pria, tentu saja dia harus turun dan melindungi istrinya. Akan tetapi bagaimana dengan ....“Kalian di sini saja, biar aku yang turun,” ucap Sheila mencengangkan.“Tetap di sini, ini urusan laki-laki,” sanggah Kaisar kemudian bergegas turun di ikuti Matt dan sang sopir.“Kita lihat, pertunjukan apa yang akan tayang kali ini,” kekeh Sheila kemudian kembali fokus pada ponsel.Di depan sana, Kaisar dan Matt menatap nyalang para pria pemegang senjata api itu, “Apa yang kalian inginkan?” tanya Kaisar.“Istrimu, berikan dia pada kami maka kau akan selamat,” ucap salah seorang dari dua pria itu.“Kenapa harus istriku?”“Karena ....”“Bukan urusanmu
Kaisar sedang menemani Sheila memasak di dapur. Setelah kejadian dua bulan yang lalu, kini hubungan keduanya terlihat mulai membaik. Kaisar yang sudah tak lagi menyiksa Sheila, bahkan lebih sering menggoda dengan segala kekonyolannya. Sheila juga menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri. Meskipun para maid belum kembali, Sheila tak pernah mengeluh dan menjalankan setiap pekerjaan rumah dengan baik dan benar.“Kenapa kau masih disini? Pergilah. Aku tidak mau kau menghabiskan masakanku sebelum dihidangkan,” kata Sheila.Ya. Pagi tadi saat Sheila menyiapkan sarapan. Kaisar sudah menghabisi ayam mentega masakannya sebelum dihidangkan. Bahkan pria itu mencomot nasi goreng yang masih berada dalam wajan.“Kau berbelanja dengan uangku. Kenapa aku tidak boleh menghabiskan masakanmu?” jawab Kaisar.“Oh, ayolah suamiku. Kau harus berangkat kerja,” kata Sheila.“Aku akan libur hari ini,” jawab K
Kaisar berdiri di sebuah taman yang tampaknya sedikit asing. Anak-anak muda sedang lalu lalang sambil berpegangan tangan pada pasangan masing-masing. Seorang gadis dengan dress brokat berwarna peach menghampiri seorang pria yang sedang duduk di salah satu bangku dengan sebuah buket bunga dan di tangannya, “Halo, Kak Kaisar. Rose datang. Sesuai janji, jam tiga sore.”Gadis itu berbicara dengan riang. Wajahnya tampak begitu ayu dengan riasan tipis terkesan natural itu.“Tapi kau terlambat tiga menit,” ucap pria itu. Pria yang duduk memunggungi Kaisar.Kaisar melihat punggung yang tak asing baginya itu. Seperti Dejavu yang mengingatkan pada satu hal, tapi apa?Saat pria itu berbalik, Kaisar tersentak ketika melihat dirinya sendiri. Ya, pria itu adalah Kaisar sendiri Namun, dengan versi remaja. Sedangkan gadis kecil itu terlihat seperti anak SMP atau mungkin awalan SMA.“Kau ini, aku hanya terlambat tiga menit. Bukan tiga
Kaisar menggeram kesal sambil mengepalkan tangan kuat-kuat. Pandangan di hadapannya begitu menyesakkan. Apalagi ditambah dirinya yang tak bisa kembali ke rumah saat ini.Mengintai sang istri dari ponsel dan CCTV rumah berujung penyesalan, kala Sheila dengan gamblang memeluk pria lain di belakangnya. Tersenyum dengan lembut, tertawa begitu lepas. Semuanya membuat Kaisar begitu gerah. Andai saja dia tak harus pergi ke London saat ini, Kaisar pasti akan mencincang habis pria itu dan juga Sheila.“Gadis kecil ini membuatku gila. Astaga, berani sekali dia bermain main di belakangku. Memeluk pria lain, tertawa haha-hihi dan sebagainya. Arrghhh, aku akan memberimu hukuman yang setimpal setelah aku kembali dari sini,” kata Kaisar sambil terus memandangi ponselnya.“Tuan, apa saya perlu meminta bodyguard untuk mengusir pria itu jika memang Anda merasa keberatan?” tanya Matt.“Ya, aku sangat keberatan. Bisa-bisany
KA'PropertiKaisar tengah duduk dengan tampang serius menghadap kearah laptop. Jari-jarinya tak kunjung berhenti menekan tombol-tombol keyboard yang berjajar rapi. Matt masuk dengan Diana sekretaris Kaisar,“Tuan, meeting dengan Smithsun Group akan diadakan di lantai 15. Mungkin, 30 menit lagi Tuan Betrand akan tiba disini, “kata Diana.“Siapkan materinya, beri tahu aku jika mereka sudah datang, “kata Kaisar.“Baik, Tuan! “Seorang Pria muda tengah menatap bangunan tinggi menjulang yang katanya adalah milik seorang pengusaha kaya raya. Namun, bukan itu yang membuatnya datang kemari. Melainkan masalah hati.Raffael Smith, Mantan kekasih Sheila datang!“Tuan muda, apa anda yakin jika Nona Sheila ada disini? “tanya supir.“Kata Ibra, gadis payah itu ada disini. Coba kah tanyakan pada penjaga, “titah Raffael kemudian. Dengan patuh, sang supir pu
Sheila sampai mengedipkan mata beberapa kali. Bukan karena apa, tapi dirinya benar-benar terkejut kala tiba-tiba mendapatkan tawaran untuk tidur satu kamar dengan suaminya.Dia bahkan merasa sebentar lagi matahari akan terbit dari selatan.Apakah ini mimpi?Bukan, Ini kenyataan. Pada dasarnya, ucapan Kaisar disebabkan karena rasa cemburu pada sosok Ibra. Calon dokter yang menangani Sheila hari ini. Pria itu benar-benar muak dan jengah melihat betapa dekatnya istri kecil yang dibencinya itu dengan sang dokter.Andaikan Kaisar tahu, hal lain yang ditutupi Sheila dari dirinya adalah sebuah rasa sakit yang sedang Sheila pupuk untuk penyesalan Kaisar di masa depan.Dengan langkah yang gembira, gadis cantik itu berjalan menuju ke lantai paling atas. Di mana tempat Kaisar tidur berada. Kamar utama adalah kamar yang tak pernah boleh disentuh siapa pun, tak terkecuali Marisa Jie kekas
Malam semakin larut, kala Sheila sudah selesai dengan acara makan malamnya. Gadis malang itu kembali ke dalam kamar dalam keadaan yang ...entahlah.Nafas yang memburu, penampilan yang acak-acakan serta darah yang mengalir dari hidung dan telinganya.“Kenapa sakit sekali. Ya Tuhan, tolong jangan buat aku semakin tersiksa," rintih gadis itu.Darah segar mengalir dari hidungnya tanpa henti. Rasa sakit, berkunang-kunang dan pening yang mendera, membuat gadis itu semakin kelabakan mencari sesuatu di dalam tas. Namun, sepertinya gadis itu tak menemukan apa yang dia cari. Dalam minimnya penglihatan Sheila sekarang, gadis itu cukup kesulitan mencari obatnya.Obat berwarna putih yang biasa dia konsumsi, dan biasa dia simpan di dalam tas.Tapi tunggu.Pikirannya menelisik ke beberapa waktu yang lalu, dimana Kaisar tiba-tiba merasakan sakit dan ...