Barbie merasa bahwa dirinya telah menyembunyikan identitasnya dengan baik. Dia juga selalu mengenakan topeng kelinci agar tidak ketahuan. Mustahil, tidak mungkin identitasnya dapat diketahui secepat ini.Namun melihat Lukito yang memeriksa para wanita, jelas bahwa mereka sedang mencari Barbie. Hanya ada satu penjelasan, semua rencana Barbie gagal, identitasnya telah terungkap!Siapa yang mengetahui identitas Barbie secepat ini? Hanya ada satu orang ...."Suzy ...." Barbie mengepalkan tangannya dengan erat. Lukito dan rombongannya telah tiba di pantai, tempat para nelayan memilih hasil tangkapan laut.Barang-barang ini dikemas berdasarkan jenis dan kualitasnya, lalu didistribusikan ke berbagai tempat di pulau ini. Tempat ini bau amis, Lukito dan pasukannya tidak menyukai tempat ini. Namun demi menemukan Barbie, mereka tak memiliki pilihan lain.Lukito menutup hidungnya sambil berteriak kepada puluhan nelayan, "Semuanya, berhenti! Bagi para wanita maju ke depan. Tunjukkan dahi dan angka
"Di mana dia?" tanya Lukito.Wanita itu ketakutan hingga meringkuk, lalu menjawab secara terbata-bata, "Ba-baru pergi .... Beberapa menit yang lalu.""Kejar!" Lukito memerintahkan pengawalnya.Barbie yang melihat dari kejauhan pun tak punya waktu untuk memikirkan kenyataan bahwa Suzy telah membongkar penyamarannya. Barbie langsung berlari secepat mungkin.Sesaat melihat sebuah pintu tebing, Barbie langsung masuk tanpa pikir panjang.Lukito dan anak buahnya mengejar hingga ke bawah tebing, tetapi mereka hanya menemukan sebuah keranjang berisi ikan yang ditinggalkan di balik batu karang. Hanya saja, tidak ada tanda-tanda keberadaan manusia. Salah satu pengawal bertanya, "Pak, apakah wanita itu melompat ke laut?"Sebelum pengawal tersebut menyelesaikan ucapannya, Lukito langsung memukul kepala pengawalnya. "Lau tini penuh batu karang, ombaknya besar dan arusnya kuat. Kalau melompat yang ada malah mati. Aku yakin, wanita itu tidak mungkin bunuh diri."Seorang pengawal lain menunjuk ke arah
Suzy berbalik dan berjalan dengan tenang. Sesaat membalikkan badan, Suzy tersenyum kecil dan penuh makna.Upaya Barbie untuk mencelakai Elizabeth berhasil digagalkan. Sebenarnya, tindakan Barbie justru membantu Suzy untuk mendapatkan kepercayaan Elizabeth.Selain itu, Lukito juga jadi bertekuk lutut dan berpihak kepada Suzy. Hanya saja, Lukito tidak sepenuhnya dapat dipercaya. Kesetiaannya kepada orang selalu berubah-ubah. Jadi, Suzy tetap harus mewaspadainya.....Tiga hari kemudian. Setelah dirawat secara intensif, semua bercak merah di wajah Elizabeth telah menghilang. Tak hanya itu, kulitnya bahkan lebih mulus dan kencang daripada sebelumnya."Wajahku sangat mulus. Suzy, kamu benar-benar hebat!" Elizabeth memuji Suzy sambil becermin.Elizabeth sangat puas dengan kemajuan kulit wajahnya.Suzy tersenyum tanpa banyak berbicara. "Aku bisa menyembuhkan wajahmu dalam waktu satu bulan.""Satu bulan?" Elizabeth terkejut. Dia meletakkan cerminnya, lalu menggenggam pundak Suzy dan bertanya,
Elizabeth berpikir, lalu menjawab, "Yang kamu katakan memang masuk akal, tapi ....""Kenapa kamu begitu bersemangat untuk menyenangkanku? Apakah ada sesuatu yang kamu inginkan?" Sorotan mata Elizabeth tampak tajam.Akhirnya, pertanyaan ini diajukan. Suzy telah menyiapkan kalimat yang ingin diucapkan, tetapi dia berpura-pura dan berkata, "Aku ... tidak berani berbohong. Aku memang ingin meminta bantuan.""Hem, sudah kuduga." Elizabeth bertanya dengan dingin, "Katakan, ada apa?""Begini .... Sejak merawatmu, beberapa pekerjaan di laboratorium jadi terhenti dan mengalami beberapa kesulitan. Kalau aku tidak dapat mengembangkan obat yang diminta dalam jangka waktu yang telah ditentukan, mereka akan menghabisiku," Suzy berbicara sambil memasang ekspresi ketakutan.Setelah mendengarnya, Elizabeth menghela napas lega dan menjawab dengan acuh, "Aku pikir adalah hal lain, ternyata cuma ini? Kamu ingin memintaku untuk memohon belas kasihan? Tenang saja, setelah kamu menyembuhkan wajahku, aku past
Cahaya matahari pagi menyinari permukaan laut.Di dalam kamar yang gelap dan tertutup rapat, Suzy bangun seperti biasanya. Dia bangun dengan suasana hati yang bersemangat.Suzy melompat dari tempat tidur, mandi, dan berganti pakaian. Setelah semuanya selesai, dia membuka jendela kecil tempat makanan disajikan untuk mengambil sarapan hari itu.Kemudian Suzy meletakkan makanannya ke atas meja kecil dan menyantapnya dengan tenang. Setelah selesai makan, Suzy mengembalikan piring makanan ke tempat penyajian.Suzy merapikan diri dan bersiap-siap untuk pergi menemui Elizabeth. Suzy meraih gelang tangan yang terbuat dari cangkang kerang sambil berbicara dalam hati, "Welly, kuatkan Ibu! Ibu akan menyelamatkan Ayah. Kita pasti akan segera berkumpul kembali."Suzy bangkit berdiri, lalu menarik napas panjang dan beranjak meninggalkan kamarnya. Suzy melangkah keluar saat pintu besi laboratorium terbuka secara perlahan-lahan.Pertama-tama, Suzy pergi menyiapkan ramuan obat untuk Elizabeth. Di tenga
Di belakang Elizabeth dan Suzy, terdapat belasan pengawal yang terbagi menjadi dua barisan. Mereka berjalan di belakang untuk melindungi Elizabeth dan Suzy hingga tiba di arena.....Arena berbentuk seperti tenda raksasa.Di atas sana, terdapat sebuah lampu raksasa yang terdiri dari ratusan lampu kecil. Ketika dinyalakan, arena yang gelap pun menjadi terang.Di bawah lampu besar, terdapat panggung berbentuk bulat yang ditutupi oleh sebuah sangkar besi besar berbentuk persegi empat.Setiap tiang di sangkar besi sangatlah tebal dan mengeluarkan kilauan dingin khas logam.Hanya terdapat satu pintu masuk dan keluar di sangkar tersebut. Pintu tersebut dikunci dengan menggunakan gembok yang besar dan berat.Setelah memasuki sangkar, hanya terdapat satu jalan keluar, yaitu dengan mengalahkan lawan untuk bertahan hidup.Begitu memasuki sangkar itu, tidak ada jalan keluar lain, kecuali dengan mengalahkan lawan untuk bertahan hidup. Ini seperti pertempuran binatang terjebak.Suzy mengalihkan pan
Elizabeth menggoyangkan sedikit sisa anggur merah di dalam gelasnya sambil mengeluh, "Jacques, kamu terlalu awal memanggilku ke sini. Anggurku sudah hampir habis, kapan pertandingannya dimulai?""Sebentar lagi. Hari ini kami menyiapkan pertunjukan pembukaan yang istimewa," jawab Jacques.Jacques? Mendengar nama tersebut, Suzy langsung kehilangan minat untuk memperhatikan situasi di tengah arena. Kemudian Suzy membalikkan badan untuk melihat orang yang bertanggung jawab atas arena gladiator di sini.Suzy melihat seorang pria paruh baya yang gemuk berdiri di depan Elizabeth. Pria ini memiliki postur tubuh yang pendek, penampilannya sederhana, dan wajahnya tidak memikat. Namun satu yang tidak bisa diabaikan adalah sorotan tajam yang terpancar di matanya.Mengelola arena yang dipenuhi pertumpahan darah dan kekerasan bukanlah peran yang sederhana.Suzy tidak berani meremehkannya dan menyapa dengan sopan, "Pak Jacques?"Sejak awal, Jacques telah memperhatikan gerak-gerik Suzy. Jacques mengam
"Cepat, mulai!"Suzy mengepalkan tangan saat melihat semua ini. Di saat bersamaan, Elizabeth bertanya kepada Jacques, "Jacques, kamu menyuruh suami istri untuk saling membunuh?"Hati Suzy terasa remuk, dia menoleh dan menatap ke arah Elizabeth. Namun Elizabeth malah tersenyum sambil menyesap anggur merahnya. "Kamu memang paling hebat memikirkan ide-ide semacam ini.""Hehe." Jacques tertawa kecil sambil merentangkan kedua tangannya. "Mau bagaimana lagi? Semua orang sudah bosan kalau diberikan pertunjukan yang sama. Aku terpaksa melakukan inovasi untuk menjaga minat penonton. Lagi pula, siapa suruh pria itu datang mengantarkan nyawa?"Elizabeth tersenyum dan memujinya. "Bagus, bagus, ini ide yang bagus. Aku penasaran, siapa yang bakal menang, ya?"Suzy mendengar jelas antusiasme mereka dan sorak-sorai para penonton.Hati Suzy terasa berkecamuk saat melihat Yuvan dan Lolita yang dikurung di dalam sangkar.Suzy tahu betapa Yuvan sangat mencintai istrinya. Demi Lolita, Yuvan bahkan merelaka
"Kakak!" Tim dan Sam menyapa Welly dan Rose.Di antara keempat anak ini, Welly yang paling besar, Rose nomor dua, lalu disusul Tim dan Sam.Jarak usia Tim dan Sam hanya berbeda 10 hari. Tim adalah anak Tori, sedangkan Sam adalah anaknya Christina.Tori dan Christina melahirkan anak laki-laki, sementara anak yang masih berada di kandungan Aluna pun berjenis kelamin laki-laki. Ditambah dengan Shad, anak dari James dan Samantha, Rose adalah satu-satunya cucu perempuan di keluarga ini.Rose memiliki wajah yang cantik dan menggemaskan, semua orang sangat menyayanginya.Semua mata tampak berbinar-binar melihat penampilan Rose yang cantik. Semua orang merentangkan tangan dan ingin memeluknya."Rose sayang, sini sama Kakek dan Nenek.""Aku mau sama Kakak dan adik-adik.," jawab Rose.Mobil melaju ke arah desa. Hari ini adalah hari peringatan kepergian Sheila.Setiap tahun Suzy selalu pergi melayat ke makam neneknya sekaligus menjenguk Gilbert.Sebelumnya anak-anak masih terlalu kecil, jadi Suzy
Ivan membawa istri dan anaknya untuk datang menjenguk Suzy. Mereka juga tak lupa membawakan hadiah."Selamat, keluarga kalian sudah lengkap. Satu anak laki-laki dan satu anak perempuan." Anna memberikan ucapan selamat."Terima kasih." Robert tersenyum sambil menatap Suzy dengan penuh cinta. "Semua berkat istriku."Di tengah suasana bahagia, Ivan memberikan sebuah kabar baik. "Sekarang kami sudah membangun sekitar 10 klinik amal, tapi belum diberikan nama. Bagaimana kalau kamu ...."Ivan melirik Robert, sedangkan Robert malah melirik Suzy."Ngapain melihat aku?" Suzy mengerutkan alis.Robert tersenyum. "Proyek ini adalah milikmu dan Ivan, kamu juga harus ikut memberikan ide. Kamu saja yang memberikan nama untuk kliniknya.""Aku?" Suzy membelalak.Ivan mengangguk. "Em."Suzy memang harus berkontribusi, meski hanya memberikan nama. Dia berpikir sebentar dan menjawab, "Tujuan klinik ini adalah membantu orang-orang susah yang tidak mampu berobat ke rumah sakit. Bagaimana kalau diberi nama P
Ukuran kandungan Suzy lumayan besar sehingga dia tidak bisa kembali ke Kota Hanggola. Akhirnya dia dan Robert memutuskan untuk melahirkan di ibu kota.Sejak tiga bulan lalu, Lucy membawa Welly untuk datang menemani dan menjaga Suzy. Seiring perut Suzy yang makin membesar, Keluarga Xin meminta Suzy untuk pulang ke rumah keluarganya agar bisa ikut merawatnya.Karena Keluarga Xin terus mendesak, akhirnya Suzy, Lucy, dan Welly pindah ke rumah Keluarga Xin. Semuanya adalah satu keluarga, kehidupan sehari-hari dilewati dengan harmonis.Selain Daniel dan Lorraine, rumah Keluarga Xin juga ditempati oleh Wallace dan Tori, Joris dan Christina, serta Lance dan Aluna. Suasana di rumah selalu dipenuhi tawa.Saat usia kandungan Suzy menginjak 9 bulan, Tori dan Christina memberi tahu berita kehamilan mereka. Keluarga Xin sangat bahagia, Daniel dan Lorraine langsung menyiapkan berbagai suplemen untuk ibu hamil.Memasuki usia kandungan 10 bulan, akhirnya hari persalinan telah tiba. Robert menyerahkan p
Ketika masuk ke kamar, Robert melihat Suzy yang serius membaca dokumen. "Kamu lagi ngapain?"Suzy mengangkat kepala dan menceritakan rencana pembangunan klinik amal kepada Robert."Ide yang bagus. Kalau perlu bantuan, jangan ragu memberitahuku." Robert mendukung Suzy.Suzy pun tidak ragu-ragu dan menjawab, "Aku perlu bantuan uang dan orang."Robert tertawa kecil, Suzy sudah tidak sungkan-sungkan kepadanya. "Baik. Kamu perlu berapa banyak dana? Tapi ...."Robert mengambil dokumen yang dibaca Suzy. "Kamu lagi hamil, jangan terlalu capek.""Tapi ....""Biar aku yang mengurusnya." Robert memotong ucapan Suzy.Kemudian Robert duduk di samping Suzy dan membaca proposal tersebut.Suzy menatap wajah Robert yang sedang fokus bekerja, tampak dan menawan.Setelah selesai membaca, Robert meminta Suzy untuk menghubungi Ivan.Suzy menyalakan pengeras suara sehingga Robert bicara berbicara kepada Ivan secara langsung. "Aku sudah baca proposalnya. Ada beberapa tambahan ...."Saat ini kerajaan, Rumah S
"Oh ...." Welly mengangguk, dia terlihat bingung. "Aku mau punya dua adik, kalau bisa kembar.""Dasar, anak ini." Simon dan Lucy tertawa melihat tingkah cucunya."Ibu dan Ayah tidak punya genetik untuk melahirkan anak kembar. Kemungkinannya sangat kecil." Suzy mengusap kepala Welly.Welly mengangguk, seolah memahami maksud penjelasan Suzy.....Begitu mengetahui kabar kehamilan Suzy, Anna dan Ivan membawa Sisi datang untuk menjenguknya.Anna dan Ivan memberikan anaknya nama Sienna yang dipanggil Sisi, sebuah nama yang cantik dan indah. Sisi memiliki mata yang bulat dan hitam, serta wajah cantik bak putri kecil.Keluarga Calvin dan Keluarga Xin kagum melihat kecantikan Sisi."Anak pintar, anak cantik." Simon terkesima melihat mata Sisi yang bulat."Semoga Suzy mengandung anak perempuan," kata Lucy.Lorraine menghela napas. "Aku punya 3 anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Suzy, maafkan Ibu yang tidak menemanimu di saat masa kecilmu ....""Semua sudah lewat." Daniel menepun pundak
Sebagian orang masih berusaha mencerna informasi yang diberikan Suzy.Suzy terlihat gugup. Di saat Suzy kebingungan, Robert mewakilinya menjawab, "Kami terlalu sibuk, baru tahu belum lama ini."Tidak ada yang curiga, Suzy dan Robert memang sibuk.Lucy berdecak dan mengomeli mereka, "Kalian berdua ini .... Jangan terlalu sibuk, apalagi Suzy sedang hamil. Ingat, jaga kesehatan.""Robert, jaga Suzy baik-baik," Simon berpesan."Ayah, Ibu, tenang saja, Robert sangat melindungi aku." Suzy membela suaminya.Semua orang tersenyum melihat Suzy yang membela Robert.Berita kehamilan Suzy berhasil mencairkan suasana yang tengah berkabung. Untuk sesaat, semua orang melupakan kesedihan pasca kepergian Jenny.Sebenarnya bukan sedih, tetapi tidak rela karena semua terjadi secara tiba-tiba. Sejujurnya Keluarga Calvin lega melihat Jenny yang pergi dalam keadaan tenang.Sekarang Suzy sedang mengandung kehidupan kecil di dalam perutnya. Ketika orang-orang sedang mengobrol, Robert dan Suzy memperhatikan We
Suzy kembali ke kamar, tetapi tidak menyalakan lampu. Dia beranjak ke balkon dan menatap langit gelap yang diselimuti awan.Ketika Robert masuk, dia melihat Suzy yang duduk di balkon. Karena takut Suzy masuk angin, Robert membawakan jaket untuknya.Suzy tersadar dari lamunan. "Kamu sudah kembali?""Nenek akan dimakamkan tiga hari lagi bersama barang peninggalan Kakek," kata Robert."Em." Suzy mengangguk.Robert memeluk Suzy. "Ada apa?"Suzy bersandar di pundak Robert. "Aku lagi berpikir, seandainya aku memberi tahu kehamilanku lebih awal, mungkin Nenek tidak akan pergi secepat ini ...."Tangan Robert bergetar saat mendengar ucapan Suzy. Robert terdaim sejenak, lalu menghela napas. "Tidak ada gunanya, hati Nenek sudah tidak sabar untuk pergi menemui Kakek. Tidak ada seorang pun bisa membaca isi hati Nenek.""Aku sedih, aku tidak siap .... Semuanya terjadi terlalu tiba-tiba." Suzy menatap mata Robert."Semuanya akan baik-baik saja. Aku rasa Nenek sudah bahagia di atas sana." Robert menat
Suzy melepaskan benda yang dipegang Jenny, ternyata benda tersebut adalah sebuah sisir.Sisir ini terbuat dari bambu yang dihiasi bunga mawar."Kakek memberikan sisir itu kepada Nenek saat menyatakan cintanya. Kakek sendiri yang memahat sisir itu. Saat meninggalkan rumah, Kakek hanya membawa sisir itu bersamanya," kata Robert dengan mata berkaca-kaca.Suzy memegang sisir tersebut sambil menatap Jenny yang memejamkan matanya dengan tenang.Jenny tidak pernah berhenti mencintai Ambar. Sejak mengetahui Ambar yang masih hidup, tetapi mengorbankan diri demi melindungi ribuan nyawa, Jenny pasti sedih dan menyayangkannya.Setiap hari Jenny tampak tersenyum dan bahagia, tapi sebenarnya dia merindukan Ambar ...."Akhir-akhir ini Nyonya Besar tidak bisa tidur nyenyak," kata Paman Ming. "Aku dengar dari pelayan, Nyonya Besar sering terbangun di tengah malam. Saat kalian tidak ada, Nyonya tidak nafsu makan. Aku mau memanggil dokter, tapi Nyonya Besar melarangku untuk memberi tahu kalian. Siapa san
Suzy tidak bisa tidur. Sebentar lagi dia dan Robert akan pulang ke ibu kota, tetapi mereka belum memberi tahu kehamilannya kepada keluarganya."Sayang, bagaimana kalau besok kita umumkan kehamilanku?" tanya Suzy."Terserah kamu." Robert tersenyum manis.Suzy merenungkan keputusannya secara serius. Setelah membuat keputusan, dia baru memejamkan mata dan memaksakan diri untuk tidur.Manusia hanya bisa berencana, terlalu banyak hal yang tidak bisa diprediksi.Sebelum matahari terbit, pelayan berteriak membangunkan semua orang, "Gawat, gawat ...."Semua orang terkejut mendengar teriakan pelayan. Kemudian mereka keluar dari kamar dan berkumpul di kamar Jenny.Ketika Robert dan Suzy tiba, semua orang telah memenuhi kamar Jenny.Lucy menangis di dalam pelukan Simon yang terlihat sedih.Suzy dan Robert saling bertatapan, mereka merasakan firasat buruk.Robert menarik Suzy ke dalam kamar. Begitu melihat mereka, Lucy berkata dengan terisak-isak, "Nenek ...."Robert dan Suzy melihat ke arah Jenny