Dalam kondisi tercengang, Billy kembali mendengar ucapan Charles. "Bahkan seorang satpam pun sangat bertanggung jawab. Perusahaan Robert bukanlah perusahaan biasa. Aku tidak buru-buru menemui Robert. Ayo, kita keliling dulu."Setelah bicara, Charles mengangkat tangannya dan asal memencet tombol lantai lift.Di saat bersamaan, telepon ruang sekretaris berdering. Setelah James menjawab panggilan tersebut, raut wajahnya sontak berubah. Dia segera bangkit berdiri dan beranjak ke ruang CEO.Di dalam ruangan yang sangat besar, tampak Robert yang sedang membereskan setumpuk berkas yang dikirimkan oleh Bernard.Setelah perseteruan yang terjadi di pesta Hugo, akhirnya pabrik militer melakukan pemutusan hubungan kontrak. Sampai saat ini, semua berjalan sesuai rencana Robert dan Albert.Robert menandatangani kontrak itu sambil tersenyum kecil. Di saat bersamaan, dia mendengar suara langkah kaki yang terburu-buru. Tak berapa lama, James tiba di depan ruangan, lalu mengetuk pintu dan masuk.James y
Ruang rapatSetelah sekretaris Robert menyuguhkan teh, dia pamit dan meninggalkan ruangan.Kemudian, Robert menggeser teh tersebut, lalu mengeluarkan sebuah map berwarna hitam dan menaruhnya di hadapan Charles.Charles melirik dokumen itu dengan acuh tak acuh. Dokumen itu adalah surat rekomendasi yang belum ditandatangani oleh Robert.Charles terlihat agak kecewa. Dia kembali menatap Robert dan bertanya, "Setelah bergabung dengan Kamar Dagang Ibu Kota, aku pikir kamu akan menerima tawaranku. Tampaknya kamu masih ragu-ragu."Robert menatap Charles dengan tegas dan menjawab tanpa ragu-ragu, "Iya."Sebenarnya, Charles sudah menebak jawaban Robert. Namun sikap Robert yang frontal membuat Charles agak terkejut.Charles merasa Robert sangat mirip dengan dirinya waktu masih mudah. Seketika, Charles pun tercengang, hatinya terasa campur aduk."Apa yang kamu inginkan?" tanya Charles secara langsung.Mereka berdua adalah orang yang cerdas, tidak perlu berbelit-belit.Robert juga menjawab secara
Charles mengerutkan alisnya, lalu menundukkan kepala."Raja, ada apa?" tanya Billy saat melihat reaksi Charles yang aneh.Charles hanya melambaikan tangan. "Tidak apa-apa. Aku mau pulang."Reaksi Charles terlihat aneh, tapi Billy tidak enak menanyakan lebih lanjut. Dia memencet tombol lift sambil mengangguk. "Baik, Raja.""Ting." Pintu lift terbuka dan Charles beranjak keluar. Langkah kaki Nolan sangat cepat, dia terlihat seperti orang yang buru-buru.Billy terkejut saat melihat Charles yang berkeringatan. Dia langsung bertanya, "Raja, Anda ...."Sebelum Billy sempat menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba Charles membungkuk kesakitan. Billy sontak terkejut dan segera memapah Charles."Raja, Anda kenapa?" tanya Billy dengan cemas.Charles menutup mata dan bibirnya tampak bergetar. Dia seperti sedang menahan rasa sakit.Billy sangat ketakutan, dia pun bergegas memerintahkan pengawal, "Cepat, bawa ke rumah sakit!"Setelah bicara, Billy melihat ke sekeliling untuk mencari bantuan, tapi lobi k
Billy memperhatikan pil yang dikeluarkan oleh James, lalu bertanya, "Apa ini?""Obat yang sangat berkhasiat," jawab James dengan singkat.Billy tidak melanjutkan pertanyaannya. Bagaimanapun, kondisi Charles jauh lebih penting dibanding rasa penasarannya. Mereka tidak boleh membuang-buang waktu. Billy mengernyit dan berkata, "Tuan James, tolong selamatkan Raja!"Kemudian, Billy segera menyingkir agar James bisa memeriksa dan memberikan Charles obat.Sebenarnya James tidak mau dekat-dekat dengan Charles, tapi dia tidak punya pilihan karena sudah memutuskan untuk menolong Charles.Dengan bantuan Billy, James membuka mulut Charles dan memasukkan pil itu ke dalam mulutnya. Setelah itu, Billy mengambil sebotol air dan memberikannya kepada Charles."Uhuk, uhuk!" Charles terpaksa menelan pil itu.Sambil menunggu ambulans, Billy memerintahkan pengawal untuk memapah Charles ke atas sofa.James baru saja memberikan obat kepada Charles, dia tidak bisa langsung meninggalkannya begitu saja. James da
Rumah Sakit Nasional.Setelah menyerahkan pil obat kepada Hannes, Suzy menghubungi Wolter melalui panggilan video untuk mengetahui kondisinya sekarang.Wolter tampak duduk di kursi roda, raut wajahnya tidak banyak berubah, tapi dia sudah tidak frustasi seperti sebelumnya.Suzy memberikan beberapa saran, lalu berkata, "Kebetulan Paman mau pergi ke Kota Hanggola. Jadi, aku sekalian menitipkan pil obat kepadanya."Begitu mendengar Suzy yang meracik pil obat untuknya, mata Wolter langsung memerah dan berkata, "Kamu sudah kehabisan banyak darah demi meracik pil obat untukku. Ke ... kenapa kamu meraciknya lagi? Nyonya ...."Suara Wolter terdengar gemetaran. Bagi Wolter, selain Suzy, tidak ada wanita yang berhak menyandang status sebagai istri Robert.Suzy tersenyum acuh tak acuh. "Kamu adalah sahabatku dan Robert, tidak perlu sesungkan ini. Wolter, kamu harus segera sembuh. Kami semua membutuhkanmu!""Baik," Wolter menjawab sambil menahan tangis.Saat tengah mengobrol, tiba-tiba Suzy melihat
Setibanya di lokasi, Cole buru-buru meletakkan sepeda itu di depan pagar, lalu bergegas masuk ke dalam mobil dan mendesaknya pergi.Cole takut tindakannya akan memicu kecurigaan pemilik maupun tetangga di sekitar.Suzy menginjak pedal gas sambil tersenyum. "Kamu datang untuk mengembalikan sepeda, bukan mencuri. Untuk apa panik seperti ini?""Meskipun sudah mengembalikan sepedanya, pemiliknya belum tentu akan memaafkan aku. Bagaimanapun, aku sempat mencuri sepedanya," jawab Cole.Cole bersandar di jendela sambil memandang keluar, dia ingin melihat apakah pemilik rumah itu melihat sepeda yang diletakkan di depan pagar.Seiring mobil yang melaju pergi, bayangan yang ada di depan Cole pun menghilang. Dia tidak dapat melihat apa pun lagi.Ketika melihat reaksi Cole, sebenarnya Suzy sempat berpikir untuk putar balik, tapi dia mengurungkan niat itu. Mobil yang dikendarai Suzy melaju stabil di sepanjang jalan.Seingat Suzy, di depan jalan ada sebuah pom bensin. Akhirnya, Suzy memutuskan untuk
Suzy menceritakan secara ringkas semua kejadian yang dilihatnya barusan dan meminta bantuan Robert. "Aku sedang mengikuti mereka, tapi aku juga takut kalau ketahuan. Aku membutuhkan bantuanmu. Aku akan mengirimkan nomor mobil dan titik lokasi kepadamu. Tolong utus orang untuk mengikutinya juga.""Baik!" jawab Robert.Setelah menerima pesan dari Suzy, Robert bingung antara harus mengutus Hannes atau Vermont. Pada akhirnya, Robert pun memilih untuk menghubungi Vermont.Vermont lebih memahami kondisi ibu kota, koneksinya pun jauh lebih luas. Jadi, Robert mempercayakan Vermont untuk membantu Suzy. Apalagi, sebagai peretas yang hebat, Janet dapat membantu Vermont.Begitu mendapatkan perintah dari Robert, Vermont dan Janet pun langsung bergerak. Vermont dan Suzy bekerja sama untuk mengikuti mobil tersebut.Sesaat memasuki pusat ibu kota, mobil hitam itu menambah kecepatannya. Suzy bertanya-tanya, "Ada apa ini? Apakah aku ketahuan?"Meskipun kebingungan, Suzy tidak akan menyerah begitu saja.
Wajah yang ada di foto ini tampak buram, dia hanya terlihat mengenakan topi, bertubuh kurus, dan berwajah pucat.Meskipun begitu, tidak sulit bagi Suzy untuk mengenali pria yang ada di foto ini. Seketika, cahaya dingin pun melintas di kedua mata Suzy. Dia tidak akan pernah melupakan penyiksaan dan masa kelam yang dialaminya dulu. Dia juga tidak bisa melupakan pria kejam yang membuatnya seperti itu!Andaikan menjadi abu, Suzy tetap bisa mengenali iblis itu!"Jose ...." Suara Suzy terdengar gemetaran.Robert langsung bangkit berdiri dan memeluknya dengan lembut. Setidaknya, dekapan Robert membuat Suzy merasa lebih nyaman.Robert menghela napas panjang dan berkata, "Dia muncul tepat waktu. Kita bisa segera menangkapnya!"Seketika, ucapan Robert langsung menyadarkan Suzy. Suzy pun mengatur kembali suasana hatinya dan mengangguk tegas. "Benar, kali ini kita tidak boleh membiarkannya kabur!"Setelah mendengar percakapan Suzy dan Robert, Vermont menatap ragu sosok yang ada di dalam foto dan b