Rumah Sakit Nasional.Setelah menyerahkan pil obat kepada Hannes, Suzy menghubungi Wolter melalui panggilan video untuk mengetahui kondisinya sekarang.Wolter tampak duduk di kursi roda, raut wajahnya tidak banyak berubah, tapi dia sudah tidak frustasi seperti sebelumnya.Suzy memberikan beberapa saran, lalu berkata, "Kebetulan Paman mau pergi ke Kota Hanggola. Jadi, aku sekalian menitipkan pil obat kepadanya."Begitu mendengar Suzy yang meracik pil obat untuknya, mata Wolter langsung memerah dan berkata, "Kamu sudah kehabisan banyak darah demi meracik pil obat untukku. Ke ... kenapa kamu meraciknya lagi? Nyonya ...."Suara Wolter terdengar gemetaran. Bagi Wolter, selain Suzy, tidak ada wanita yang berhak menyandang status sebagai istri Robert.Suzy tersenyum acuh tak acuh. "Kamu adalah sahabatku dan Robert, tidak perlu sesungkan ini. Wolter, kamu harus segera sembuh. Kami semua membutuhkanmu!""Baik," Wolter menjawab sambil menahan tangis.Saat tengah mengobrol, tiba-tiba Suzy melihat
Setibanya di lokasi, Cole buru-buru meletakkan sepeda itu di depan pagar, lalu bergegas masuk ke dalam mobil dan mendesaknya pergi.Cole takut tindakannya akan memicu kecurigaan pemilik maupun tetangga di sekitar.Suzy menginjak pedal gas sambil tersenyum. "Kamu datang untuk mengembalikan sepeda, bukan mencuri. Untuk apa panik seperti ini?""Meskipun sudah mengembalikan sepedanya, pemiliknya belum tentu akan memaafkan aku. Bagaimanapun, aku sempat mencuri sepedanya," jawab Cole.Cole bersandar di jendela sambil memandang keluar, dia ingin melihat apakah pemilik rumah itu melihat sepeda yang diletakkan di depan pagar.Seiring mobil yang melaju pergi, bayangan yang ada di depan Cole pun menghilang. Dia tidak dapat melihat apa pun lagi.Ketika melihat reaksi Cole, sebenarnya Suzy sempat berpikir untuk putar balik, tapi dia mengurungkan niat itu. Mobil yang dikendarai Suzy melaju stabil di sepanjang jalan.Seingat Suzy, di depan jalan ada sebuah pom bensin. Akhirnya, Suzy memutuskan untuk
Suzy menceritakan secara ringkas semua kejadian yang dilihatnya barusan dan meminta bantuan Robert. "Aku sedang mengikuti mereka, tapi aku juga takut kalau ketahuan. Aku membutuhkan bantuanmu. Aku akan mengirimkan nomor mobil dan titik lokasi kepadamu. Tolong utus orang untuk mengikutinya juga.""Baik!" jawab Robert.Setelah menerima pesan dari Suzy, Robert bingung antara harus mengutus Hannes atau Vermont. Pada akhirnya, Robert pun memilih untuk menghubungi Vermont.Vermont lebih memahami kondisi ibu kota, koneksinya pun jauh lebih luas. Jadi, Robert mempercayakan Vermont untuk membantu Suzy. Apalagi, sebagai peretas yang hebat, Janet dapat membantu Vermont.Begitu mendapatkan perintah dari Robert, Vermont dan Janet pun langsung bergerak. Vermont dan Suzy bekerja sama untuk mengikuti mobil tersebut.Sesaat memasuki pusat ibu kota, mobil hitam itu menambah kecepatannya. Suzy bertanya-tanya, "Ada apa ini? Apakah aku ketahuan?"Meskipun kebingungan, Suzy tidak akan menyerah begitu saja.
Wajah yang ada di foto ini tampak buram, dia hanya terlihat mengenakan topi, bertubuh kurus, dan berwajah pucat.Meskipun begitu, tidak sulit bagi Suzy untuk mengenali pria yang ada di foto ini. Seketika, cahaya dingin pun melintas di kedua mata Suzy. Dia tidak akan pernah melupakan penyiksaan dan masa kelam yang dialaminya dulu. Dia juga tidak bisa melupakan pria kejam yang membuatnya seperti itu!Andaikan menjadi abu, Suzy tetap bisa mengenali iblis itu!"Jose ...." Suara Suzy terdengar gemetaran.Robert langsung bangkit berdiri dan memeluknya dengan lembut. Setidaknya, dekapan Robert membuat Suzy merasa lebih nyaman.Robert menghela napas panjang dan berkata, "Dia muncul tepat waktu. Kita bisa segera menangkapnya!"Seketika, ucapan Robert langsung menyadarkan Suzy. Suzy pun mengatur kembali suasana hatinya dan mengangguk tegas. "Benar, kali ini kita tidak boleh membiarkannya kabur!"Setelah mendengar percakapan Suzy dan Robert, Vermont menatap ragu sosok yang ada di dalam foto dan b
Setelah Robert pergi, Suzy, Vermont, dan Janet beranjak keluar dari ruang rahasia.Sembari menunggu Suzy, Cole duduk di kafe sambil menyantap sebongkah kue. Saat melihat Suzy beranjak keluar, Cole buru-buru menghabiskan makanannya dan menghampiri mereka.Cole menyeka mulutnya dan bertanya, "Kita sudah bisa pulang?"Tanpa menunggu Suzy menjawab, Janet yang ada di samping langsung berkata, "Kamu tidak perlu ikut pulang. Mulai sekarang, kamu tinggal di sini saja!"Cole tertegun mendengarnya, dia menatap Suzy dengan kebingungan.Suzy mengangguk dan menjelaskan, "Em. Sementara ini aku tidak akan kembali ke Rumah Sakit Nasional. Jadi, kamu tinggal di sini dulu saja.""Oh? Hah?! Bagaimana denganmu? Kamu tidak tinggal bersamaku?" tanya Cole.Janet tersenyum sambil menepuk kepala Cole. "Dia punya tempat tinggal sendiri. Kamu hanya perlu mematuhinya."Cole menggaruk kepalanya sambil memelototi Janet.Tak berapa lama, Vermont maju dan berdiri di samping Janet. Ekspresi Vermont terlihat sangat ser
Pelayan memasuki ruang tamu dan berkata. "Jenderal, Tuan Robert sudah datang."Sesaat mendengar ucapan pelayan, Daniel dan Thomas langsung terdiam, lalu melihat ke arah pintu ruang tamu. Kemudian, tampak Robert yang melangkah masuk, dia terlihat sangat tenang."Tuan Robert?" sapa Daniel sambil tersenyum.Berbeda dengan Daniel, ekspresi Thomas justru terlihat penasaran. Dia mengernyit sambil memperhatikan wajah Robert yang tampak sangat dingin.Thomas hanya pernah melihat wajah Robert di televisi, mereka tidak pernah bertemu secara langsung. Sesampainya di hadapan Daniel, Robert pun menunduk dan menyapanya, "Paman Daniel."Kemudian, Robert menatap Thomas yang duduk di samping ....'Meskipun pria ini tidak setampan Daniel dan tubuhnya tidak kekar, dia memiliki aura yang sangat kuat. Sepertinya dia bukan orang biasa,' pikir Robert.Seketika, Robert pun teringat dengan Thomas, orang yang pernah diceritakan Vermont. Daniel dan Thomas adalah sahabat dekat. Walaupun Thomas bertugas di luar n
Daniel menarik lengan Thomas sambil tersenyum.Robert bertanya kepada Thomas, "Paman Thomas, aku tahu Anda selalu bertugas di laut. Tapi apakah Anda pernah mendengar Pelelangan Baren?"Begitu mendengar nama pelelangan, tidak hanya Thomas yang terkejut, tapi Daniel pun sampai melotot."Pelelangan Baren ...." Thomas mengerutkan alis sambil menjawab, "Aku tidak punya hak untuk ikut campur dalam masalah mereka. Aku juga tidak pernah berhubungan dan tidak akan mengambil inisiatif untuk menyelidikinya. Jujur, aku tidak tahu banyak tentang Pelelangan Baren."Robert agak terkejut mendengar jawaban Thomas. Pelelangan Baren telah banyak merugikan masyarakat. Tidak hanya itu, mereka juga sering melakukan transaksi ilegal. Bagaimana mungkin bisa dibiarkan begitu saja?Terlebih, Thomas memiliki pangkat yang cukup tinggi. Mana mungkin tidak tahu banyak mengenai Pelelangan Baren?Tampaknya Thomas menyadari kecurigaan Robert. Dia pun lanjut menjelaskan, "Bukannya tidak mau menyelidiki, tetapi setiap o
Thomas memerintahkan sopir, "Ke rumah sakit.""Komandan, sepertinya Nona Barbie sudah tidur. Apakah tidak sebaiknya besok saja baru pergi menjenguknya?" tanya sopir."Tidak apa-apa. Berangkat," jawab Thomas sambil memandang ke luar jendela. Tatapannya terlihat sangat dingin dan muram.Rumah Sakit Pertama Ibu Kota.Begitu keluar dari mobil, Thomas langsung beranjak menuju bangsal Barbie. Namun, Thomas tidak masuk, melainkan hanya mengamati dari luar jendela.Suasana di dalam bangsal sangat hening, tampaknya Barbie masih belum sadarkan diri.Tak berapa lama, terdengar suara yang menyapanya dengan kaget dan antusias. "Komandan Thomas?"Thomas membalikkan badan secara perlahan-lahan, lalu tersenyum dan berkata, "Pak Mathius, kamu masih berada di rumah sakit?""Komandan, apakah Anda datang untuk menemuiku?" tanya Mathius.Mathius mengangguk sambil menjawab, "Aku ingin membicarakan masalah Meggy denganmu."....Di Kediaman Keluarga Xin.Robert dan Daniel membahas rencana penangkapan Jose hin