Beranda / Romansa / Pernikahan Hampa / 7. Mencium Wanita Lain

Share

7. Mencium Wanita Lain

Penulis: Mira Restia
last update Terakhir Diperbarui: 2021-03-28 12:38:27

Aku membuka mata dini hari, masih ingin berbaring memanjakan diri di kasur ini. Badan pegal, jika boleh berucap berlebihan rasanya lututku remuk, sisa-sisa kegiatan suci semalam. Lucas is a strong man in the bed, durasi yang cukup lama buatku. Aku bangun, naluri seorang istri di pagi hari memanggil. Dihadapkan pada setumpuk tugas rumah yang mau tidak mau harus tetap berjalan dengan baik.

Sebelum menikah, aku sempat mencoba bekerja di perusahaan. Jujur saja, lebih melelahkan saat berada di rumah, padahal belum punya anak. Akan tetapi, kadang ada kepuasan sendiri seperti di saat tanaman di pekarangan tumbuh indah karena campur tanganku, membuat rumah ini lebih hidup dan bernuansa menenangkan. Atau jika pekerjaan utama sudah selesai, aku bebas berkreasi dengan membuat makanan yang lagi viral di sosmed.

Ibu rumah tangga adalah jantungnya keluarga, benar-benar tidak bisa disepelekan. 

Aku menyingkirkan selimut yang menutupi badan, meraih handuk lalu menuju ke kamar mandi yang berada di dalam ruang kamar. 

Lucas baru keluar dari kamar mandi. Tampangnya resah. "Cepetan mandinya, waktu subuh mau akhir."

Aku melirik jam di dinding, bodohnya karena leha-leha dan menganggap azan subuh belum berkumandang hanya karena suhu di ruang kamar lebih dingin dari biasanya. Kegiatan semalam terlalu panas, semalam aku mengatur suhu AC 16 derajat Celcius. Tubuh ini merespon lain, menanggap hari belum beranjak siang. 

Aku tergesa-gesa keramas, lalu mengguyur seluruh tubuh. Berburu dengan waktu secepatnya mengeringkan badan, memakai pakaian bahan katun rayon yang adem. Setelah semuanya selesai, menghampiri Lucas untuk shalat berjamaah. 

***

Salah satu caraku menyayangi Lucas adalah membuat dia lahap saat sarapan. Aku sarapan lebih sedikit, melihat dia menghabiskan masakanku malah cepat membuat perut ini kenyang.

"Aku suka sarapan sehat buatan istriku."

"Ya, aku juga suka suamiku lahap saat makan masakanku."

Lucas tersenyum, meminum teh yang kubuat. Aku membalas senyumannya. Dia menghampiri mengecup puncak kepala ini. "Aku berangkat kerja dulu."

"Ya, hati-hati di jalan. Selamat bertemu dengan tumpukan file dokumen."

"Jangan bilang hal itu sekarang, Flo. Aku malah pusing duluan sebelum sampai ke kantor."

Aku tertawa, aku yakin dia becanda. Lucas bukan type orang yang langsung loyo berhadapan dengan pekerjaan yang banyak. Dia orang yang cekatan dan bisa diandalkan.

Dia pergi, aku mengantar sampai pintu gerbang, aku menatap mobilnya melaju. Tidak aku lepas pandangan ini sebelum mobilnya benar-benar tidak terjangkau oleh mataku.

Aku kembali ke dalam mengerjakan pekerjaan rumah. 

***

Lucas pernah memberiku satu buku miliknya, yang berhasil dia cetak. Aku membukanya dulu, akan tetapi hanya selesai baca dua halaman aku berhenti karena tidak mengerti istilah sulit yang dia pakai. Lucu juga kalau setiap paragraf yang aku baca harus disertai kamus bahasa Indonesia untuk membantuku menerjemahkan artinya. 

Sekarang buku itu aku genggam, aku buka kembali, berusaha memahami hobby-nya. Walaupun hanya fiksi, harusnya aku tahu karakter dia dari gaya tulisannya. 

Awalnya memang aku bingung dengan tema yang dia bahas. Maklumlah aku ini penyuka kisah romance, itu pun nonton televisi bukan membaca. Aku mulai terbiasa dan paham, apalagi sudah berhasil 10 lembar kubaca. Aku mulai jatuh cinta pada karakter ciptaan Lucas, ternyata dia sangat pandai membuat karakter, seolah aku ikut berpetualang bersama dengan tokoh utama mencari bukti pembunuhan temannya si tokoh.

Aku lanjutkan nanti, karena smartphone berbunyi. Ada notifikasi pesan via WhatsApp. Nomernya asing dia mengirim huruf P. Ayolah, apa-apaan ini, apa dia pikir aku remaja labil, yang suka diberondong dengan tulisan P. Aku lihat ada lebih dari 10 P. Aku abaikan nomer itu. Tidak langsung kublokir karena takut orang yang kenal, kalau benar-benar penting paling dia akan chat kembali, nanti.

Daripada menanggapi orang asing mengirim chat tidak penting, aku ke dapur membuat minuman coklat hangat untuk diriku sendiri. Coklat hangat adalah minuman saat me time terampuh untuk menjadikan moodku membaik.

Selang 10 menit setelah itu, smartphone berbunyi kembali. Lagi-lagi notifikasi WhatsApp. Orang yang tadi mengirim dua buah foto. Tidak sopan memang, tidak ada ucapan salam ataupun hallo tapi berani kirim foto, segabut itukah dia?

Kebetulan, aku seting smartphone-ku tidak simpan otomatis foto. Jadi aku harus klik download dulu, supaya foto itu masuk ke galeri. Meskipun dari orang tidak penting aku penasaran juga, dia kirim gambar apa? Aku tidak segan langsung hapus, jika foto tersebut tidak penting sama sekali. 

Aku menatap lekat layar smartphone, entah untuk tujuan apa nomer ini mengirim foto memalukan seperti ini. Apakah ini semacam teror? Apapun tujuannya, air mata mengalir tanpa bisa kutahan, saat memastikan orang yang berada di foto ini adalah Lucas, dia sedang mencium seorang wanita selain aku.

Hati ini baru saja membaik, tiba-tiba melihat Lucas seperti ini seolah ada batu yang menindih secara tiba-tiba di dalam hatiku. Aku terisak sendirian di sofa rumah. Padahal, sofa ini saksi bisu kemesraan kami semalam. Di mana kemarin Lucas mencium perutku dan berdoa supaya kami dikaruniai anak. 

Kenapa Lucas membuatku melayang tinggi kemudian menjatuhkanku tiba-tiba. Jika ingin mendepakku dari kehidupannya, harusnya dia terang-terangan supaya aku tidak berharap banyak.

Dengan tangan gemetar, aku menghubungi nomer tersebut. Namun yang punya nomer tidak mengangkat, padahal sudah tersambung dari tadi. Kuulangi untuk  menghubungi nomer tersebut hingga belasan kali, hasilnya sama saja.

***

Aku menunduk di depan meja rias. Kutatap wajah diri sendiri, terlihat sembab dan pucat. Aku akhirnya memilih merias diri, setelah sebelumnya menatap wajah ini lekat, menepuk pipi dengan bedak, lalu menggunakan lip tint dengan warna cerah. Sedikit membantu, kini wajahku tidak terlalu seperti hantu penunggu pohon beringin.

Lucas muncul dari belakang, aku melihat wajahnya dari pantulan cermin. Malas rasanya sekadar membalikan badan. Seorang penghianat tidak layak mendapat sambutan. Aku pikir kemarin, Lucas hanya mendamba wanita lain, jika seperti itu masih bisa tahan. Akan tetapi lain halnya jika dia sudah berselingkuh, aku tidak bisa terima.

Lucas memelukku dari belakang, lalu mencium bahuku. Dia melihat wajahku dari cermin. "Kamu kenapa lagi, Flo?"

"Aku sedang menahan marah."

"Tolong berhenti jadi stalker akunku. Apa kamu tidak lelah, membongkar masalaluku? Kamu juga punya masa lalu dan aku tidak pernah mengusiknya 'kan?"

Aku terdiam, wajah tegasku tidak berubah, sengaja aku perlihatkan padanya. Aku diam hanya ingin tahu seberapa lama bulannya bisa dia pertahankan.

"Dengar, Flo! Bagi pria, tidak semua hal harus selalu berbagi dengan pasangannya. Ruang privasi tetap ada walaupun sudah menikah. Kalaupun kamu penasaran banget sama masa laluku, kamu bisa tanya langsung daripada jadi penguntit, malah bikin aku ilfil padamu. Istri macam apa itu?"

Ketika dia sedang berbicara panjang lebar tapi isinya sampah itu. Tanganku membuka menu WhatsApp. Akan aku perlihatkan kelakuannya. 

"Mas Lucas, lihat ini! Ada nomer yang yang ngirim foto kamu lagi ciuman dengan wanita lain."

Lucas merebut handphone dari tanganku. Dahinya berkerut wajahnya suram. Aku sedikit menjauh, takut dia mencekikku karena wajahnya sangat menakutkan. 

"Mas Lucas, aku gak cari-cari informasi masa lalumu di sosmed lagi, kok. Nomer itu kirim fotomu begitu saja tanpa aku minta."

Lucas mendengkus, wajahnya ketus tapi masih bisa tersenyum. Senyum yang pahit tentunya. 

"Mas Lucas, kenapa kamu diam? Coba jelaskan padaku. Kenapa kamu bisa-bisanya berlaku keji di belakangku? Apa ini kelakuan asli dirimu? Memalukan."

Komen (2)
goodnovel comment avatar
desi sw
sakit hatiku bacanya thor...
goodnovel comment avatar
Sagala Cellular
keren bangett
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pernikahan Hampa   8. Foto Amanda

    Hal yang paling menyebalkan hari ini adalah saat aku marah pada Lucas, dan Lucas malah tertawa. Apanya yang lucu? Apa penderitaanku ini baginya adalah lelucon. Dia dengan entengnya bilang aku istri tidak sopan kalau salah. Dia lebih tidak sopan lagi, ketahuan ciuman dengan wanita lain malah tertawa.Ya, walaupun bukakan tawa menggelegar seperti saat nonton komedi, aku tetap tersinggung, loh."Foto sampah! Foto kaya gitu gak ada arti apa-apa buatku," kata Lucas, membuat aku ingin meninju wajah Lucas."Mas mau menyangkal itu adalah Mas? Apa mau bilang itu editan Photoshop? Atau Mas mau bilang bahwa selama ini diam-diam memiliki kembaran. Jelas gak mungkin 'kan?""Enggak lah. Aku ngaku, kok, yang di foto itu adalah aku.""Oh, jadi situ bangga nyium cewek lain, iya? Bangga banget berbuat mesum sama orang lain, hah? Oh ,tunggu! Cewek di foto itu mirip banget sama foto yang di laci. Jadi dia yang namanya Amanda?""Iya, benar itu Amanda."Aku

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-28
  • Pernikahan Hampa   9. Amanda Menelepon

    Lucas memarkirkan mobil di area parkir yang lumayan luas. Sudah lama tidak ke tempat makan sebagus ini, membuat aku menjadi minder ketemu banyak orang-orang asing. Aku melirik Lucas, mendadak merasa tidak sepadan dengan dia yang bersinar terang di luar, akan tetapi aku malah meredup."Ayo turun, Flo! Kenapa malah lihat ke arahku kaya gitu?"Lidahku kaku untuk menjawab. "Banyak manusia di sini, Mas.""Kita juga manusia, Flo. Bukan Alien atau jin.""Ya, aku bukan manusia aku bidadari." Aku pura-pura becanda karena terlanjur malu dengan sikapku.Lucas tersenyum. "Ya, kamu secantik bidadari, Flo."Kami berdua masuk ke dalam restauran. Berjalan berdua dengannya membuat peluhku bercucuran karena tegang. Ada banyak yang aku pikirkan. Lucas sering ke sini tanpa mengajakku, apa aku ini membuat malu dirinya sehingga satu tahun menikah baru diajak ke tempat favoritnya. Aku butuh cermin, penampilanku gak buruk juga 'kan?"Kenapa lagi, Flo?

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-29
  • Pernikahan Hampa   10. Jangan Sentuh Aku

    Dadaku sesak, hati bagai terhimpit bebatuan besar saat mendengar suara wanita halus dan memanja pada Lucas pada sambungan telepon ini. Mungkin saja Lucas sudah berkali-kali memanjakan wanita yang bernama Amanda ini, sehingga Amanda berani bernada manis saat berbicara, membuat aku ingin menarik sampai putus bibir indahnya. Lebih parahnya lagi, dia tahu namaku Flora. Berarti tahu, Lucas sudah mempunyai istri. Tapi kenapa masih nekad menelpon pada malam hari seperti ini."Hallo, Mbak Flora. Mas Lucas memangnya lagi ke mana?" tanya Amanda kembali, karena aku tidak menjawabnya tadi."Aku gak perlu bilang sama kamu Lucas ada di mana. Kamu harusnya tau diri untuk tidak menanyakan suami orang malam-malam kaya gini. Gak punya etika kamu.""Aku minta maaf, aku gak berniat ganggu kalian. Aku hanya ingin tanya-tanya soal Novel padanya.""Kalau bisa tanya siang hari, kenapa harus malam harim? Jangan cari-cari alasan kamu.""Biasanya aku telpon malam juga

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-30
  • Pernikahan Hampa   11. Pergi Tanpa Ijin Suami

    Tenaga habis terkuras semalam karena marah-marah lalu bersenggama dengan Lucas, membuat aku jadi rakus saat pagi hari. Aku menyantap nasi goreng buatan suamiku dengan lahap dan dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Ternyata, pria bodoh tukang selingkuh itu bisa juga masak enak.Aku memegang gelas yang berisi susu murni hangat. Merasa takjub pria macam Lucas mau membuatkan ini untukku. Kerasukan apa dia? Takut kutinggal gara-gara ketahuan sering telepon wanita lain. Mereka sepertinya saling suka, tidak ada alasan yang masuk akal selain cinta mereka tidak direstui orang tua. Aku ingat, Lucas pernah bilang jangan bilang-bilang orang tua masalah penemuan foto wanita lain di laci.Tapi, itu cuma dugaan dan rasa cemburu butaku loh, ya! Aku harus memastikannya lagi.Aku mengacak rambut dengan frustasi. Tidak menyangka, bahwa aku akan mengalami apa yang pernah teman-temanku alami. Dea temanku, menjanda diusia muda karena suaminya pergi dengan wanita lain. Aku

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-30
  • Pernikahan Hampa   12. Lucas adalah Kehangatanku

    Ini tempat umum, Lucas masih saja berdiri menatapku dengan tatapan tajam dan menghakimi. Seolah aku istri yang bandel, beberapa pasang mata menatap penuh cibir pada kami. Membuat aku menjadi kaku, tidak bisa membela diri. Aku takut saat membela diri suara Lucas akan meninggi di sini. Walaupun kemungkinan kejadian seperti itu kecil, karena Lucas biasanya akan menjaga wibawa di hadapan umum. Entah jika dia sedang terlalu kesal, atau kesabarannya sedang runtuh."Duduk dulu, Lucas!" Alan berkata pada Lucas membuatku sedikit lega."Gak usah, Kak. Gak apa-apa. Kami harus langsung pulang.""Flora bisa balik bareng gua, kok. Gua kan kakaknya.""Gak apa-apa. Flora biar pulang sama gua aja, Kak.""Aku tidak mau. Aku mau pulang bareng Kak Alan aja."Alan menatap ke arahku, memberi kode lewat mata supaya aku pulang bersama Lucas. Aku tidak mau, aku malas."Kenapa gak mau, Flo? Ini sudah sore, nanti kita bisa kemalaman di jalan.""Gak apa-apa, just

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-31
  • Pernikahan Hampa   13. Aku sakit, Aku butuh Lucas

    Satu Minggu berlalu semenjak aku pergi ke luar bersama Alan. Seminggu kemarin Lucas selalu mewanti-wanti supaya aku harus ijin ke manapun. Bukan hanya itu, walaupun tidak ke luar aku wajib mengirim share location setiap jam 12 siang, sebagai bukti bahwa aku stay at home. Sudah kaya tahanan dalam kota aja, padahal hanya tidak ijin satu kali, itupun gak sengaja. Dasar Lucas, nyebelin.Ada paket masuk, rupanya buku yang waktu itu Lucas buat sudah selesai proses cetak. Aku membuka paketnya, menyimpan puluhan tumpukan buku yang masih tersegel ke meja kerja suamiku. Lalu memfoto tumpukan buku tersebut kemudian mengirimnya pada Lucas sebagai laporan. "Paket datang, nih!""Makasih sudah dirapikan, Flo.""Sama-sama, Mas. Kamu beneran pilih cover sesuai pilihanku, ya, Mas?" tanyaku lewat pesan WhatsApp, karena merasa senang sampul warna Salem yang kupilih waktu itu menjadi sampul buku Lucas."Pilihan kamu yang terbaik, sayang."Kata Lucas, sebagian lagi dibe

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-31
  • Pernikahan Hampa   14. Lucas Bermesraan dengan Amanda

    Aku mencari keberadaan Lucas. Aku abaikan kondisi kesehatan yang kurang baik ini demi mengetahui fakta yang sesungguhnya. Kaki sudah semakin letih berjalan, tapi tetap saja belum melihat keberadaanya di mana. Apa orang yang memberitahu Lucas ada di pantai ini berkata jujur? Jangan-jangan, aku kena prank lagi oleh nomer Gaje itu.Semakin lelah, aku pun jongkok. Pasir putih ini, membuat kaki merasa sedikit terbebani. Aku kembali berdiri setelah beberapa detik termenung, berniat akan pulang karena tidak mendapat apa pun di sini, kecuali rasa letih.Aku tidak jadi pulang, saat melihat di depanku ada pria mirip Lucas.Dari jarak beberapa meter, aku melihat seorang pria sedang menggendong wanita muda. Wanita itu, nampak bahagia berada di punggung pria. Adegan yang aku lihat mirip drama Korea stairway to heaven. Aku menghampiri mereka, karena merasa kenal dengan t-shirt yang dipakai pria itu. T-shirt yang kemarin malam baru aku strika dan di simpan di lemari pada

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-01
  • Pernikahan Hampa   15. Pisah Rumah

    Untuk pertama kalinya setelah menikah aku berada malam-malam di luar tanpa Lucas. Aku masih akan menjadi istri yang penurut, berkomitmen tidak akan keluar malam tanpa suami jika saja Lucas tidak berselingkuh. Sia-sia saja jika aku terus yang berjuang mempertahankan rumah tangga ini. Sialnya, aku berada di tempat ini bersama pria lain.Sebisa mungkin, aku tidak terlalu dekat dengan Dean. Walaupun niat Dean hanya murni menolongku.Aku mengunyah burgers yang dibelikan Dean dengan lahap. Beruntung, perutku bisa menerimanya. Walaupun rasa dagingnya menjadi aneh. Aku tidak tahu apa yang terjadi pada diriku, biasanya aku suka daging, dan sekarang malah memilih bagian roti dan sayurannya saja."Makan yang banyak, Flo. Bukannya katamu belum makan dari pagi."Aku hanya mengangguk sambil mengambil kentang goreng karena burgernya sudah habis. Pria di hadapanku melongo, melihat aku menandaskan makanan dengan cepat. Maklum, mencari Lucas di pantai membuatku kelel

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-02

Bab terbaru

  • Pernikahan Hampa   EXTRA PART - POV LUCAS

    Aku seakan bermimpi, saat membuka mata di pagi hari, dan yang pertama kali aku lihat adalah sosok wanita yang kucinta. Dulu, dia mengisi hati ini kemudian pergi dengan membawa luka. Aku tidak bisa mencegahnya walaupun sudah berusaha menahannya. Dia tidak setuju dengan tawaran yang aku berikan. Tawaran untuk berpoligami. Entahlah, aku merasa tidak ada yang salah waktu itu. Hatiku tetap ada untuknya. Lalu sudah aku katakan berulang kali bahwa menikahi wanita lain hanya sebatas alasan yang mendesak. Bukankah pria mempunyai hak jika mampu? Tapi istriku tidak mau peduli dengan apa pun alasannya. Amanda mantanku, dia kembali setelah cukup lama tidak berjumpa. Dia datang dengan tidak berdaya, sakit dan menyedihkan. Dia memintaku untuk melindunginya. Karena katanya, tidak ada satu pria pun yang mencintai wanita lumpuh dengan tulus. Karena akulah penyebab dia kecelakaan. Aku merasa bersalah mendengar kata-katanya. Dia memukul terus kakinya yang pincang, dan ha

  • Pernikahan Hampa   62. TAMAT

    Semua mata tertuju padaku bukan karena pernyataan Lucas, tapi karena aku tersedak dengan tiba-tiba. Wajahku pasti terlihat konyol saat ini, aku malu. Lucas memberiku segelas air putih dan aku menandaskannya dengan segera. Saat ada kalimat selamat yang terlontar dari mulut mereka secara bergantian, hatiku belum sepenuhnya sadar. Seakan Lucas sedang membuat konten prank di Chanel YouTube untuk menjahiliku. Tapi saat aku melirik ke arahnya dia nampak serius. Kami pulang. Sepanjang perjalanan pulang Lucas nampak tersenyum. Pria gila itu selalu berhasil mewujudkan keinginannya. Sementara aku mendadak gugup, tak berselera untuk bicara namun jiwaku terasa hangat. Walau caranya membuat aku jengkel, tapi aku suka saat dia meminta aku kembali jadi miliknya. Lucas menerima panggilan telepon, entah dari siapa. Namun raut wajahnya nampak lesu dan risau. "Huh, merepotkan!" umpat Lucas. "Ada apa?" tanyaku ragu-ragu. "Papah masuk rumah sakit, dia pecah pembul

  • Pernikahan Hampa   61. Lucas Membawaku Bersamanya

    Aku paham, butuh waktu cukup lama untuk seseorang memahami isi hati orang lain. Begitupun bagi Andrean, meskipun Lucas sudah merangkul dan meminta maaf. Dia mematung, tidak ada minat sedikitpun untuk berbicara dengan Lucas. Tak lama dia memilih pulang. Dia hanya pamit kepadaku dan tidak menanggap Lucas ada di dekatnya. Lucas menatap punggung Andrean hingga menghilang. Tertunduk dan melamun, mungkin saja Lucas ingin hubungannya baik seperti dulu kala. Menjalani masa kecil bersama, sekolah dan masuk universitas yang sama dan kini hubungannya retak hanya karena masalah hati. Aku paham pahitnya ditinggalkan sahabat sendiri. Cukup lama aku dan Lucas berada di ruang yang sama namun memilih saling diam dari tadi. Akhirnya Lucas menatap ke arahku dan tersenyum. "Flora, lagi sibuk? Apa bisa minta waktumu sebenar saja buat ikut denganku?" Aku tersenyum, tidak biasanya dia meminta waktuku dengan sesopan itu. Lucas berkata kembal

  • Pernikahan Hampa   60. Membesarkan Anak Sendiri

    Aku melempar pakaian Lucas ke lantai di kamar. "Cepat pakai pakaianmu! Memalukan! Mentang-mentang tidak ada Renata, so merasa jadi anak muda? Jangan coba-coba tebar pesona padaku! Tidak akan mempan." "Siapa yang tebar pesona? Terus menurutmu, cara pakai handuk seorang bapak satu anak bagaimana? Apa dililitkan di leher, hah? Atau diikat pada dua kaki seperti orang yang sedang diculik penjahat? Kamu akan lebih menjerit histeris jika melihat aku seperti itu." Ah sialan, kenapa Lucas berkata seperti itu aku malah membayangkan Lucas melilitkan handuk ke leher dan kaki. Aku jadi frustrasi membayangkan visual aneh itu. Sepertinya Lucas melangkah mengambil pakaiannya yang tercecer. Entahlah, setelah dengar ocehannya aku langsung menutup pintu tanpa menatap ke arahnya. Kemudian aku menyeduh macchiato untuk kami berdua. Lucas keluar kamar dengan stelan casual warna denim. Seingatku, pakaian itu aku yang pilihkan, belanja di online shop saat ada diskon dan grati

  • Pernikahan Hampa   59. Roti Sobek Lucas

    Lucas menggendong Andrean. "Mau kita buang ke mana pria brengsek ini?"Aku teramat resah, masa iya Lucas mau membuang Andrean seperti barang bekas. Apa mungkin dia akan melempar Andrean ke lapangan yang tandus seperti halnya membuang Amanda kemarin itu?"Jangan becanda, Lucas." Aku mengikuti langkah Lucas yang pelan karena beban di punggungnya."Kamu parkir mobil di mana?" tanya Lucas."Aku gak bawa mobil, mobil ada di parkiran Cofee Shop. By the way, aku hanya berniat membawa Andrean ke pinggir dekat pohon itu. Kita bisa taruh dia di sana saja, lalu pura-pura tidak tahu apa yang terjadi." Aku menunjuk pohon besar yang di depannya terdapat tong sampah."Andrean tidak akan muat jika masuk ke tempat sampah sekecil itu. Kita butuh TPS berukuran besar.""Ayolah, Lucas! Kamu tahu sendiri maksudku adalah taruh Andrean di pinggir pohon, supaya tidak menghalangi jalan. Bukan menaruh Dean di tong sampah."Lucas tersenyum, sambil terus berjalan

  • Pernikahan Hampa   58. Mantan Suami Rese

    Sejenak, aku merasa diri ini kehilangan akal sehat karena membiarkan mantan suami mengecup puncak kepalaku. Dan bisa-bisanya aku memejamkan mata menahan degup jantung yang berdetak lebih cepat dari biasanya. Bibir Lucas enggan berpindah selama beberapa menit, mungkin dia keterusan. Aku membuka mata, tersentak saat melihat ada orang yang lewat sehingga tanpa sengaja menyundul kepala Lucas. Menyisir rambut dengan jari, dan merapikan posisi baju yang hampir kusut. Aku hampir melupakan Lucas yang sedang meringis menahan sakit pada bibir. Dia menutup mulut dengan kedua tangannya, dengan ekspresi bodoh sedang menahan sakit. Lucas menatapku. "Agghh ... dasar cewek preman! Lihat ini! lukaku bertambah lagi di bibir. Apa bedanya kamu dengan scurity di kantor Papah?" Sembarangan, bisa-biaanya Lucas menyamakan aku dengan scurity kantor yang bertubuh besar. "Suruh siapa kamu begitu lancang mencium kepalaku? Lagian kamu pikir kepalaku juga tidak sakit beradu dengan

  • Pernikahan Hampa   57. Penuh Luka

    Saat itu, Ibuku yang selama ini tidak pernah tahu menahu urusanku tiba-tiba hadir di pemakaman mamahnya Lucas. Ternyata bukan tanpa alasan, karena Mamah Lusi yang memanggil beliau sebelum wafat. Hanya untuk menyampaikan satu permohonan terakhir sebelum melepas nyawanya satu Minggu yang lalu. Dia meminta aku dan Lucas rujuk demi kebahagiaan Renata.Aku diam sebagai tanda protes. Ibuku datang-datang menodong dengan permintaannya tanpa berniat memperbaiki hubungan dulu denganku. Dan apakah tidak pernah terbersit dalam hatinya, meminta maaf padaku? Maaf karena dulu berniat melenyapkan aku dari dunia ini. Walau belum lahir, tapi aku hidup di dalam perutnya. Untung usahanya gagal.Ibu berkata padaku dan Lucas, "Flora, Lucas! Ibu rasa permintaan Lusi adalah satu amanah yang harus dipenuhi. Kalian mungkin bisa menurunkan ego masing-masing karena sudah terikat oleh seorang anak."Aku berdiri, memberi senyum ke arahnya. "Ibu! Aku bukan orang yang dengan mudah terpengaruh

  • Pernikahan Hampa   56. Dilecehkan

    "Kenapa dari kemarin pesan dariku tidak kamu baca?" Andrean bertanya padaku saat dia berkunjung ke rumah tanpa persetujuan dariku.Satu pertanyaan itu membuatku tertekan. Aku masih terlarut dalam duka, dua Minggu yang lalu mamah Lusi meninggal, aku pun sedang malas menerima tamu. Namun dia tidak pernah mengerti. Ditambah, sudah ketahuan bahwa Andrean sekongkol bersama Amanda membuat aku tidak ingin menemuinya dulu.Andrean mencengkram pundakku. Aku menepisnya. "Tolong jangan kasar gini, Andrean! Aku mau istirahat, lebih baik kamu pulang saja!""Kita harus lanjutkan membahas pernikahan kita! Please!" Andrean mendesak."Tidak sekarang!""Kapan kamu bisa?""Tidak sekarang dan tidak juga untuk selamanya. Aku rasa kita lebih cocok jadi teman dan partner bisnis. Aku kehilangan kamu yang dulu. Kamu sudah berubah jadi over protektif padaku."Andrean meraup udara yang banyak disekitarnya, wajahnya nampak resah bercampur kesal. "Kamu pikir, aku

  • Pernikahan Hampa   55. Lucas Butuh Pelukanku

    Rungan ini pengap dan gerah karena tidak ada pendingin ruangan, ditambah melihat Amanda dari tadi meraung-raung seperti kucing di dalam karung yang hendak dibuang ke hutan, membuat kepalaku terkena sakit kepala sebelah gara-gara mendengar suaranya. Dia lebay dan bikin pusing, aku tidak bisa membayangkan bagaimana saat Amanda di samping Lucas. Pasti hidup Lucas bagaikan lelucon bernuansa tragedi.Aku membuka pintu untuk keluar dari tempat ini. Saat pintu terbuka aku melihat wajah Lucas yang penuh tanda tanya saat melihatku. Aku yakin, dia yang mengetuk pintu dari tadi.Lucas bertanya lirih setelah sebelumnya melirik ke belakangku ada Amanda di sana. "Ngapain kalian ada di tempat ini?""Lagi bicara sesuatu."Tangan Lucas bergerak, perlahan terangkat hendak menyentuh pipiku namun tertahan di udara, kemudian dia mengepalkan tangannya dan menaruhnya lagi ke tempat semula. Dia mendengus dan menyimpan semua hasrat untuk diri sendiri."Di sini panas, kamu

DMCA.com Protection Status