Home / Romansa / Pernikahan Hampa / 10. Jangan Sentuh Aku

Share

10. Jangan Sentuh Aku

Author: Mira Restia
last update Last Updated: 2021-03-30 09:01:04

Dadaku sesak, hati bagai terhimpit bebatuan besar saat mendengar suara wanita halus dan memanja pada Lucas pada sambungan telepon ini. Mungkin saja Lucas sudah berkali-kali memanjakan wanita yang  bernama Amanda ini, sehingga Amanda berani bernada manis saat berbicara, membuat aku ingin menarik sampai putus bibir indahnya. Lebih parahnya lagi, dia tahu namaku Flora. Berarti tahu, Lucas sudah mempunyai istri. Tapi kenapa masih nekad menelpon pada malam hari seperti ini.

"Hallo, Mbak Flora. Mas Lucas memangnya lagi ke mana?" tanya Amanda kembali, karena aku tidak menjawabnya tadi.

"Aku gak perlu bilang sama kamu Lucas ada di mana. Kamu harusnya tau diri untuk tidak menanyakan suami orang malam-malam kaya gini. Gak punya etika kamu."

"Aku minta maaf, aku gak berniat ganggu kalian. Aku hanya ingin tanya-tanya soal Novel padanya."

"Kalau bisa tanya siang hari, kenapa harus malam harim? Jangan cari-cari alasan kamu."

"Biasanya aku telpon malam juga gak apa-apa."

Pamer, Amanda secara tidak langsung ingin pamer bahwa dirinya sering teleponan bersama Lucas. Amanda punya otak, mana mungkin tidak tahu jika pria beristri menelepon pria lain, sudah pasti dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Dari gaya bahasanya, aku menebak Amanda type wanita yang suka playing victim. Dia berkata santun padaku, lalu menusukku, menjatuhkan harga diriku.

"Jangan lagi telepon ke sini, jika kamu punya otak! Dan jangan lagi minta dijagain suamiku kalau kamu lagi sakit!"

"Mbak Flo tahu aku lagi sakit, ya? Mas Lucas cerita?

Aku langsung mematikan telepon, takut emosiku meledak. Kemudian, kucari nomer tadi di kontak Lucas, untuk memblokirnya. Belum sempat niat itu terwujud, tangan kekar Lucas menyambar smartphone miliknya dari tanganku.

''Kamu ngapain dengan hape-ku, Flo?"

"Tadi Amanda telepon."

"Terus kamu angkat?"

"Iya."

"Sejak kapan kamu lancang angkat teleponku? Bukannya sudah kubilang sejak awal pernikahan. Aku tidak suka wanita mengusik privasi sekalipun sudah sah jadi suami istri. Kamu gak punya etika."

"Oh, terus menurutmu. Beretika jika ada cewek telepon malam-malam kaya gini, pada pria beristri? Kamu masih waras kan Lucas? Otakmu masih jalan?"

Lucas menatapku dengan tatapan murka. Dia menunjuk dengan telunjuk ke arahku, seolah dia manusia paling benar sedunia. "Flora, berani-beraninya kamu membentak dan berkata kasar pada suami. Kamu tidak takut durhaka?"

Aku mendengkus, ingin melawan tapi takut dengan badan Lucas yang tinggi dan kekar. "Aku gak punya ruang buat membela diri di rumah ini. Aku orang satu-satunya yang selalu salah. Baiklah, aku salah aku diam. Tapi jangan salahkan aku kalau aku ingin pergi dari rumah ini."

Aku berjalan ke luar, membuka pintu kamar. Akan tetapi Lucas menarik tanganku dan menghempaskan tubuh ku ke atas kasur. 

"Jangan pernah coba pergi ke mana-mana!" Lucas mengunci pintu kamar. Kemudian, dia menghampiriku lalu naik ke atas kasur. "Cepat sekarang tidur!"

"Tidak mau." Aku bangkit, tapi Lucas menghalangi dengan badannya. Dia menindihku.

"Aku bilang jangan pergi ke mana-mana!"

Aku mendorong dadanya yang bidang, terlalu kokoh sehingga sulit untuk disingkirkan. Meskipun sudah sekuat tenaga aku mendorong..

"Kenapa menolakku?" tanya Lucas bodoh.

"Sering teleponan sama Amanda?"

"Gak sering. Dia hanya menelpon beberapa kali, kami gak berbuat macam-macam. Dia sakit, aku masih punya otak mana mungkin berzina dengan orang sakit."

"Oh, jadi nanti dilanjut selingkuhnya kalau dia udah sembuh?"

"Enggak, lah. Aku jelaskan dikit sama kamu, kami baru bertemu kembali setelah sekian lama. Aku bertemu sekali pas di rumah sakit, itu aja."

"Alasan. Kamu batalin liburan kita demi dia. Kalian sering teleponan juga 'kan?"

"Jangan bahas lagi, please!" Lucas mencium bibirku. Namun aku singkirkan wajahnya dari hadapanku dengan tangan. Dia tidak menyerah, malah mengecup leherku, membuat aku spontan mencakar wajahnya.

"Menurut jadwal dari dokter kandungan, malam ini termasuk masa subur kita. Kita lanjutkan dulu program kehamilan, daripada berdebat masalah telepon. Sudah kubilang, dia hanya menelpon kami gak berbuat macam-macam."

"Apa di otakmu hanya memikirkan berkembang biak? Kamu bahkan gak peduli seberapa hancur perasaanku."

"Jangan terlalu main perasaan, cape. Logikanya saja, sekarang kamu lah istriku bukan dia. Berarti sudah jelas aku lebih memilihmu."

Lucas bertubi-tubi menciumiku kembali, membuat aku menggigit tangannya. Lucas memekik, wajahnya memerah dan marah. "Sialan, kamu Flo. Makin sini makin ngelunjak, padahal dulu kamu penurut."

Aku menendang Lucas saat dia berdiri, lalu aku berlari ke arah pintu. Mencoba membuka kunci tapi ternyata kunci sudah tidak menggantung di pintu. Aku melirik ke arah belakang dan melihat Lucas menyeringai padaku. Aku takut.

"Kamu nyari kunci?" tanya Lucas sambil menghampiriku. Dia melingkarkan peluk dari belakang. Menggendongku ke atas kasur.

Aku kembali menghadapi Lucas, dengan terpaksa aku melayaninya dalam rasa sakitku.

***

Lucas membelai rambutku cukup lama, dia sudah berpakaian rapi dan harum. Pasti sebentar lagi akan pergi kerja. Sementara, aku meringkuk dengan selimut menutupi badan, kepala pusing karena semalaman aku habiskan hanya untuk menangis. Dan terkadang, hingga kini pun air mata begitu saja keluar tanpa bisa aku tahan.

"Flora, lain kali kamu tidak boleh menggigit, menendang, dan mencakar suami. Itu perbuatan dosa. Kali ini aku maafkan kamu, karena kamu tidak benar-benar melakukannya tadi."

Kurang ajar, Lucas. Disaat seperti ini, malah sempat-sempatnya ceramah padaku. Padahal, aku bisa seperti itu juga karena ulahnya. Aku jadi kepikiran, mengajaknya ke tempat ruqyah supaya dia sadar dosa sendiri daripada mengungkit dosa-dosaku.

Lucas berhenti mengelus rambutku, lalu dia mencium kepalaku. Aku diam, tanpa ekspresi. Malas merespon  apapun.

"Aku kerja dulu, ya!" kata Lucas.

Aku masih berada di kasur tidak menjawabnya, tidak mengantarnya sampai pintu seperti biasa. Melirik ke arahnya saja tidak. Aku agak heran juga, Lucas tidak menagih sarapan. Dan bodohnya aku, sempat merasa khawatir gara-gara dia belum sarapan, padahal bisa saja dia beli di tempat kerja, nanti.

Sesayang inikah aku pada Lucas. Pria good looking bodoh, yang sering membohongi istri. Apa setiap pria tampan ditakdirkan bejad? 

Aku menyibak selimut, melangkah ke dapur karena haus. Saat melewati cermin, aku melihat wajah diri sendiri begitu konyol sekaligus menyeramkan. Mataku sembab, wajahku pucat seperti hantu. Cinta membutakan segalanya, andai saja aku tidak jatuh cinta pada pria seperti Lucas.

Aku membuka kulkas, mencari minuman isotonik. Meneguknya dan merasakan dahaga mulai lenyap saat minuman itu masuk ke tenggorokan. Sedikit membantu, otakku agak konek sekarang. Tapi malas untuk mengerjakan pekerjaan rumah.

Aku tertegun, saat tidak sengaja menatap ke arah meja makan. Ada satu piring nasi goreng yang masih utuh dan satu gelas susu. Lucas masak? Serius dia mau masak?

Aku menghampiri dan meraih satu catatan tangan Lucas. "Sarapan dulu sayang, jangan marah lagi. I love you."

Aku mencibir dengan ekspresi wajahku. Memasang wajah ingin muntah, sambil meremas lalu memasukkan catatan indah itu ke tong sampah.

Ada notifikasi masuk, aku membuka WhatsApp lalu membaca pesan terbaru dari Lucas. "Jangan lama-lama di kamar, kamu pergi ke dapur sekarang, ada nasi goreng untukmu."

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Gusty Ibunda Alwufi
sepertinya amanda sakit yg ngak bisa beri keturunan.kasian jg sm flora.tp semoga saja kucas benar2 sayang dan flora cpt hamil. yg sabar ya flora.
goodnovel comment avatar
Qeqe Sunarya
Untuk sementara yang terbersit, Amanda lumpuh. G bisa punya anak hmmm...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pernikahan Hampa   11. Pergi Tanpa Ijin Suami

    Tenaga habis terkuras semalam karena marah-marah lalu bersenggama dengan Lucas, membuat aku jadi rakus saat pagi hari. Aku menyantap nasi goreng buatan suamiku dengan lahap dan dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Ternyata, pria bodoh tukang selingkuh itu bisa juga masak enak.Aku memegang gelas yang berisi susu murni hangat. Merasa takjub pria macam Lucas mau membuatkan ini untukku. Kerasukan apa dia? Takut kutinggal gara-gara ketahuan sering telepon wanita lain. Mereka sepertinya saling suka, tidak ada alasan yang masuk akal selain cinta mereka tidak direstui orang tua. Aku ingat, Lucas pernah bilang jangan bilang-bilang orang tua masalah penemuan foto wanita lain di laci.Tapi, itu cuma dugaan dan rasa cemburu butaku loh, ya! Aku harus memastikannya lagi.Aku mengacak rambut dengan frustasi. Tidak menyangka, bahwa aku akan mengalami apa yang pernah teman-temanku alami. Dea temanku, menjanda diusia muda karena suaminya pergi dengan wanita lain. Aku

    Last Updated : 2021-03-30
  • Pernikahan Hampa   12. Lucas adalah Kehangatanku

    Ini tempat umum, Lucas masih saja berdiri menatapku dengan tatapan tajam dan menghakimi. Seolah aku istri yang bandel, beberapa pasang mata menatap penuh cibir pada kami. Membuat aku menjadi kaku, tidak bisa membela diri. Aku takut saat membela diri suara Lucas akan meninggi di sini. Walaupun kemungkinan kejadian seperti itu kecil, karena Lucas biasanya akan menjaga wibawa di hadapan umum. Entah jika dia sedang terlalu kesal, atau kesabarannya sedang runtuh."Duduk dulu, Lucas!" Alan berkata pada Lucas membuatku sedikit lega."Gak usah, Kak. Gak apa-apa. Kami harus langsung pulang.""Flora bisa balik bareng gua, kok. Gua kan kakaknya.""Gak apa-apa. Flora biar pulang sama gua aja, Kak.""Aku tidak mau. Aku mau pulang bareng Kak Alan aja."Alan menatap ke arahku, memberi kode lewat mata supaya aku pulang bersama Lucas. Aku tidak mau, aku malas."Kenapa gak mau, Flo? Ini sudah sore, nanti kita bisa kemalaman di jalan.""Gak apa-apa, just

    Last Updated : 2021-03-31
  • Pernikahan Hampa   13. Aku sakit, Aku butuh Lucas

    Satu Minggu berlalu semenjak aku pergi ke luar bersama Alan. Seminggu kemarin Lucas selalu mewanti-wanti supaya aku harus ijin ke manapun. Bukan hanya itu, walaupun tidak ke luar aku wajib mengirim share location setiap jam 12 siang, sebagai bukti bahwa aku stay at home. Sudah kaya tahanan dalam kota aja, padahal hanya tidak ijin satu kali, itupun gak sengaja. Dasar Lucas, nyebelin.Ada paket masuk, rupanya buku yang waktu itu Lucas buat sudah selesai proses cetak. Aku membuka paketnya, menyimpan puluhan tumpukan buku yang masih tersegel ke meja kerja suamiku. Lalu memfoto tumpukan buku tersebut kemudian mengirimnya pada Lucas sebagai laporan. "Paket datang, nih!""Makasih sudah dirapikan, Flo.""Sama-sama, Mas. Kamu beneran pilih cover sesuai pilihanku, ya, Mas?" tanyaku lewat pesan WhatsApp, karena merasa senang sampul warna Salem yang kupilih waktu itu menjadi sampul buku Lucas."Pilihan kamu yang terbaik, sayang."Kata Lucas, sebagian lagi dibe

    Last Updated : 2021-03-31
  • Pernikahan Hampa   14. Lucas Bermesraan dengan Amanda

    Aku mencari keberadaan Lucas. Aku abaikan kondisi kesehatan yang kurang baik ini demi mengetahui fakta yang sesungguhnya. Kaki sudah semakin letih berjalan, tapi tetap saja belum melihat keberadaanya di mana. Apa orang yang memberitahu Lucas ada di pantai ini berkata jujur? Jangan-jangan, aku kena prank lagi oleh nomer Gaje itu.Semakin lelah, aku pun jongkok. Pasir putih ini, membuat kaki merasa sedikit terbebani. Aku kembali berdiri setelah beberapa detik termenung, berniat akan pulang karena tidak mendapat apa pun di sini, kecuali rasa letih.Aku tidak jadi pulang, saat melihat di depanku ada pria mirip Lucas.Dari jarak beberapa meter, aku melihat seorang pria sedang menggendong wanita muda. Wanita itu, nampak bahagia berada di punggung pria. Adegan yang aku lihat mirip drama Korea stairway to heaven. Aku menghampiri mereka, karena merasa kenal dengan t-shirt yang dipakai pria itu. T-shirt yang kemarin malam baru aku strika dan di simpan di lemari pada

    Last Updated : 2021-04-01
  • Pernikahan Hampa   15. Pisah Rumah

    Untuk pertama kalinya setelah menikah aku berada malam-malam di luar tanpa Lucas. Aku masih akan menjadi istri yang penurut, berkomitmen tidak akan keluar malam tanpa suami jika saja Lucas tidak berselingkuh. Sia-sia saja jika aku terus yang berjuang mempertahankan rumah tangga ini. Sialnya, aku berada di tempat ini bersama pria lain.Sebisa mungkin, aku tidak terlalu dekat dengan Dean. Walaupun niat Dean hanya murni menolongku.Aku mengunyah burgers yang dibelikan Dean dengan lahap. Beruntung, perutku bisa menerimanya. Walaupun rasa dagingnya menjadi aneh. Aku tidak tahu apa yang terjadi pada diriku, biasanya aku suka daging, dan sekarang malah memilih bagian roti dan sayurannya saja."Makan yang banyak, Flo. Bukannya katamu belum makan dari pagi."Aku hanya mengangguk sambil mengambil kentang goreng karena burgernya sudah habis. Pria di hadapanku melongo, melihat aku menandaskan makanan dengan cepat. Maklum, mencari Lucas di pantai membuatku kelel

    Last Updated : 2021-04-02
  • Pernikahan Hampa   16. Aku Hamil

    Terbangun pukul setengah lima dini hari, saat pertama membuka mata rasanya memilukan. Ini bukan di kamarku, rasanya masih belum ikhlas walaupun aku yang memilih pergi dari Lucas. Biasanya Lucas akan mengajakku shalat berjamaah saat subuh, tapi sekarang tidak ada dia. Semua itu hanya ada di dalam khayalan saja sepertinya.Semalam, Ririn pergi ke mini market hanya untuk membeli alat tes kehamilan. Dia takut aku salah minum obat. Dia melarangku minum obat mag sebelum aku tes kehamilan.Aku tahu waktu yang paling akurat adalah pagi hari. Aku pun pergi ke kamar kecil untuk memastikan apakah ada nyawa di dalam perutku atau tidak. Tidak tahu apa yang akan terjadi nanti, mungkin jika hasilnya positif, akan aku rahasiakan bahwa aku telah mengandung demi menghindar dari Lucas.Beberapa menit menunggu hasil, jantungku berdebar untuk melihat benda itu. Kakiku melemas, dada terasa sesak dan dihimpit kepasrahan saat kutahu hasil tesnya positif. Aku menjatuhkan diri di lant

    Last Updated : 2021-04-02
  • Pernikahan Hampa   17. Minta Cerai

    Lucas membawaku masuk ke dalam mobilnya, aku tidak meronta karena ingat sedang hamil. Hanya bisa minta dia menurunkan secara baik-baik. "Tolong turunkan aku!""Suruh siapa tidak menurut kalau diajak pulang.""Aku lagi nunggu cemilan via kurir. Aku mau ngemil sekarang. Gak mau pergi ke mana-mana.""Kita akan beli cemilan lain di jalan."Gerak tubuhku menolak saat masuk mobil, tapi Lucas mendorongku hingga tubuh terasa sakit. Dia tidak cinta padaku, dia hanya mencintai harga dirinya. Harga dirinya pasti terusik jika istri sendiri sampai kabur. Aku melihat wajah arogan Lucas saat memaksaku masuk.Aku duduk di jok depan, berpikir hal lain. Bagaimana kalau sekalian saja ambil pakaian ganti dan beberapa uang di laci. Bukankah saat pergi aku hanya membawa baju yang menempel di badan. Aku bisa pergi kapan pun, bahkan ke tempat yang jauh jika dibekali uang."Kamu lagi mikirin apa?" tanya Lucas, dia sadar rupanya aku melamun."Gak ada. Aku hanya ingin

    Last Updated : 2021-04-04
  • Pernikahan Hampa   18. Pernikahan Kami Akan Berakhir

    Setelah semua yang telah terjadi, aku malas satu kamar dengan Lucas. Aku pura-pura nonton televisi sampai larut, menunggu Lucas terpejam duluan, lalu memilih tidur di sofa sendirian. Namun kenyataannya tidak terjadi, karena Lucas malah menungguku untuk pergi ke kamar bersamanya."Kamu besok harus kerja 'kan? Sana, tidur duluan aku masih mau nonton televisi.""Acaranya sampah, tidak bermutu dan lebay lebih baik kita ke kamar karena malam ini adalah jadwal untuk berhubungan badan kita.""Aku lagi menonton realiti show, kalau aku nonton sampah saat ini dihadapanku tong sampah bukan TV.""Ya sudah terserah kamu saja, suka-suka. Tapi yang jelas, layani aku sekarang! Buka bajumu!"Aku tahu, Lucas sulit untuk ditentang keinginannya. Semakin ditentang semakin dia memaksaku, kalau tidak dia akan marah besar nantinya. Daripada cape-cape melawan, lebih baik aku pura-pura mendengkur biar dia ilfil dan menjauh. Soalnya, aku gak tahu juga hubungan badan saat hamil mu

    Last Updated : 2021-04-05

Latest chapter

  • Pernikahan Hampa   EXTRA PART - POV LUCAS

    Aku seakan bermimpi, saat membuka mata di pagi hari, dan yang pertama kali aku lihat adalah sosok wanita yang kucinta. Dulu, dia mengisi hati ini kemudian pergi dengan membawa luka. Aku tidak bisa mencegahnya walaupun sudah berusaha menahannya. Dia tidak setuju dengan tawaran yang aku berikan. Tawaran untuk berpoligami. Entahlah, aku merasa tidak ada yang salah waktu itu. Hatiku tetap ada untuknya. Lalu sudah aku katakan berulang kali bahwa menikahi wanita lain hanya sebatas alasan yang mendesak. Bukankah pria mempunyai hak jika mampu? Tapi istriku tidak mau peduli dengan apa pun alasannya. Amanda mantanku, dia kembali setelah cukup lama tidak berjumpa. Dia datang dengan tidak berdaya, sakit dan menyedihkan. Dia memintaku untuk melindunginya. Karena katanya, tidak ada satu pria pun yang mencintai wanita lumpuh dengan tulus. Karena akulah penyebab dia kecelakaan. Aku merasa bersalah mendengar kata-katanya. Dia memukul terus kakinya yang pincang, dan ha

  • Pernikahan Hampa   62. TAMAT

    Semua mata tertuju padaku bukan karena pernyataan Lucas, tapi karena aku tersedak dengan tiba-tiba. Wajahku pasti terlihat konyol saat ini, aku malu. Lucas memberiku segelas air putih dan aku menandaskannya dengan segera. Saat ada kalimat selamat yang terlontar dari mulut mereka secara bergantian, hatiku belum sepenuhnya sadar. Seakan Lucas sedang membuat konten prank di Chanel YouTube untuk menjahiliku. Tapi saat aku melirik ke arahnya dia nampak serius. Kami pulang. Sepanjang perjalanan pulang Lucas nampak tersenyum. Pria gila itu selalu berhasil mewujudkan keinginannya. Sementara aku mendadak gugup, tak berselera untuk bicara namun jiwaku terasa hangat. Walau caranya membuat aku jengkel, tapi aku suka saat dia meminta aku kembali jadi miliknya. Lucas menerima panggilan telepon, entah dari siapa. Namun raut wajahnya nampak lesu dan risau. "Huh, merepotkan!" umpat Lucas. "Ada apa?" tanyaku ragu-ragu. "Papah masuk rumah sakit, dia pecah pembul

  • Pernikahan Hampa   61. Lucas Membawaku Bersamanya

    Aku paham, butuh waktu cukup lama untuk seseorang memahami isi hati orang lain. Begitupun bagi Andrean, meskipun Lucas sudah merangkul dan meminta maaf. Dia mematung, tidak ada minat sedikitpun untuk berbicara dengan Lucas. Tak lama dia memilih pulang. Dia hanya pamit kepadaku dan tidak menanggap Lucas ada di dekatnya. Lucas menatap punggung Andrean hingga menghilang. Tertunduk dan melamun, mungkin saja Lucas ingin hubungannya baik seperti dulu kala. Menjalani masa kecil bersama, sekolah dan masuk universitas yang sama dan kini hubungannya retak hanya karena masalah hati. Aku paham pahitnya ditinggalkan sahabat sendiri. Cukup lama aku dan Lucas berada di ruang yang sama namun memilih saling diam dari tadi. Akhirnya Lucas menatap ke arahku dan tersenyum. "Flora, lagi sibuk? Apa bisa minta waktumu sebenar saja buat ikut denganku?" Aku tersenyum, tidak biasanya dia meminta waktuku dengan sesopan itu. Lucas berkata kembal

  • Pernikahan Hampa   60. Membesarkan Anak Sendiri

    Aku melempar pakaian Lucas ke lantai di kamar. "Cepat pakai pakaianmu! Memalukan! Mentang-mentang tidak ada Renata, so merasa jadi anak muda? Jangan coba-coba tebar pesona padaku! Tidak akan mempan." "Siapa yang tebar pesona? Terus menurutmu, cara pakai handuk seorang bapak satu anak bagaimana? Apa dililitkan di leher, hah? Atau diikat pada dua kaki seperti orang yang sedang diculik penjahat? Kamu akan lebih menjerit histeris jika melihat aku seperti itu." Ah sialan, kenapa Lucas berkata seperti itu aku malah membayangkan Lucas melilitkan handuk ke leher dan kaki. Aku jadi frustrasi membayangkan visual aneh itu. Sepertinya Lucas melangkah mengambil pakaiannya yang tercecer. Entahlah, setelah dengar ocehannya aku langsung menutup pintu tanpa menatap ke arahnya. Kemudian aku menyeduh macchiato untuk kami berdua. Lucas keluar kamar dengan stelan casual warna denim. Seingatku, pakaian itu aku yang pilihkan, belanja di online shop saat ada diskon dan grati

  • Pernikahan Hampa   59. Roti Sobek Lucas

    Lucas menggendong Andrean. "Mau kita buang ke mana pria brengsek ini?"Aku teramat resah, masa iya Lucas mau membuang Andrean seperti barang bekas. Apa mungkin dia akan melempar Andrean ke lapangan yang tandus seperti halnya membuang Amanda kemarin itu?"Jangan becanda, Lucas." Aku mengikuti langkah Lucas yang pelan karena beban di punggungnya."Kamu parkir mobil di mana?" tanya Lucas."Aku gak bawa mobil, mobil ada di parkiran Cofee Shop. By the way, aku hanya berniat membawa Andrean ke pinggir dekat pohon itu. Kita bisa taruh dia di sana saja, lalu pura-pura tidak tahu apa yang terjadi." Aku menunjuk pohon besar yang di depannya terdapat tong sampah."Andrean tidak akan muat jika masuk ke tempat sampah sekecil itu. Kita butuh TPS berukuran besar.""Ayolah, Lucas! Kamu tahu sendiri maksudku adalah taruh Andrean di pinggir pohon, supaya tidak menghalangi jalan. Bukan menaruh Dean di tong sampah."Lucas tersenyum, sambil terus berjalan

  • Pernikahan Hampa   58. Mantan Suami Rese

    Sejenak, aku merasa diri ini kehilangan akal sehat karena membiarkan mantan suami mengecup puncak kepalaku. Dan bisa-bisanya aku memejamkan mata menahan degup jantung yang berdetak lebih cepat dari biasanya. Bibir Lucas enggan berpindah selama beberapa menit, mungkin dia keterusan. Aku membuka mata, tersentak saat melihat ada orang yang lewat sehingga tanpa sengaja menyundul kepala Lucas. Menyisir rambut dengan jari, dan merapikan posisi baju yang hampir kusut. Aku hampir melupakan Lucas yang sedang meringis menahan sakit pada bibir. Dia menutup mulut dengan kedua tangannya, dengan ekspresi bodoh sedang menahan sakit. Lucas menatapku. "Agghh ... dasar cewek preman! Lihat ini! lukaku bertambah lagi di bibir. Apa bedanya kamu dengan scurity di kantor Papah?" Sembarangan, bisa-biaanya Lucas menyamakan aku dengan scurity kantor yang bertubuh besar. "Suruh siapa kamu begitu lancang mencium kepalaku? Lagian kamu pikir kepalaku juga tidak sakit beradu dengan

  • Pernikahan Hampa   57. Penuh Luka

    Saat itu, Ibuku yang selama ini tidak pernah tahu menahu urusanku tiba-tiba hadir di pemakaman mamahnya Lucas. Ternyata bukan tanpa alasan, karena Mamah Lusi yang memanggil beliau sebelum wafat. Hanya untuk menyampaikan satu permohonan terakhir sebelum melepas nyawanya satu Minggu yang lalu. Dia meminta aku dan Lucas rujuk demi kebahagiaan Renata.Aku diam sebagai tanda protes. Ibuku datang-datang menodong dengan permintaannya tanpa berniat memperbaiki hubungan dulu denganku. Dan apakah tidak pernah terbersit dalam hatinya, meminta maaf padaku? Maaf karena dulu berniat melenyapkan aku dari dunia ini. Walau belum lahir, tapi aku hidup di dalam perutnya. Untung usahanya gagal.Ibu berkata padaku dan Lucas, "Flora, Lucas! Ibu rasa permintaan Lusi adalah satu amanah yang harus dipenuhi. Kalian mungkin bisa menurunkan ego masing-masing karena sudah terikat oleh seorang anak."Aku berdiri, memberi senyum ke arahnya. "Ibu! Aku bukan orang yang dengan mudah terpengaruh

  • Pernikahan Hampa   56. Dilecehkan

    "Kenapa dari kemarin pesan dariku tidak kamu baca?" Andrean bertanya padaku saat dia berkunjung ke rumah tanpa persetujuan dariku.Satu pertanyaan itu membuatku tertekan. Aku masih terlarut dalam duka, dua Minggu yang lalu mamah Lusi meninggal, aku pun sedang malas menerima tamu. Namun dia tidak pernah mengerti. Ditambah, sudah ketahuan bahwa Andrean sekongkol bersama Amanda membuat aku tidak ingin menemuinya dulu.Andrean mencengkram pundakku. Aku menepisnya. "Tolong jangan kasar gini, Andrean! Aku mau istirahat, lebih baik kamu pulang saja!""Kita harus lanjutkan membahas pernikahan kita! Please!" Andrean mendesak."Tidak sekarang!""Kapan kamu bisa?""Tidak sekarang dan tidak juga untuk selamanya. Aku rasa kita lebih cocok jadi teman dan partner bisnis. Aku kehilangan kamu yang dulu. Kamu sudah berubah jadi over protektif padaku."Andrean meraup udara yang banyak disekitarnya, wajahnya nampak resah bercampur kesal. "Kamu pikir, aku

  • Pernikahan Hampa   55. Lucas Butuh Pelukanku

    Rungan ini pengap dan gerah karena tidak ada pendingin ruangan, ditambah melihat Amanda dari tadi meraung-raung seperti kucing di dalam karung yang hendak dibuang ke hutan, membuat kepalaku terkena sakit kepala sebelah gara-gara mendengar suaranya. Dia lebay dan bikin pusing, aku tidak bisa membayangkan bagaimana saat Amanda di samping Lucas. Pasti hidup Lucas bagaikan lelucon bernuansa tragedi.Aku membuka pintu untuk keluar dari tempat ini. Saat pintu terbuka aku melihat wajah Lucas yang penuh tanda tanya saat melihatku. Aku yakin, dia yang mengetuk pintu dari tadi.Lucas bertanya lirih setelah sebelumnya melirik ke belakangku ada Amanda di sana. "Ngapain kalian ada di tempat ini?""Lagi bicara sesuatu."Tangan Lucas bergerak, perlahan terangkat hendak menyentuh pipiku namun tertahan di udara, kemudian dia mengepalkan tangannya dan menaruhnya lagi ke tempat semula. Dia mendengus dan menyimpan semua hasrat untuk diri sendiri."Di sini panas, kamu

DMCA.com Protection Status