Tidak ada yang pernah tahu alasan sebenarnya aku memaksakan keinginan untuk sekolah di tempat biasa seperti ini. Hampir semua teman baruku selalu keheranan mengenai alasan mengapa aku seolah membuang diri tinggal terpisah dari keluarga kayah rayah dan berada di lingkungan yang jelas berbeda-beda jauh dari semua barang branded yang melekat dalam diriku.
8 tahun lalu tepatnya, aku memaksakan keinginan untuk bisa sekolah di kota ini tanpa memperdulikan amarah keluarga besar ku.
Perpisahan kedua orang tua di tambah perebutan harta warisan keluarga Candra membuat Eyang menuruti semua keinginanku. Salah satunya adalah menjauh dari keluarga.
Menjelang kelulusan sekolah menengah, entah darimana kedua orangtuaku yang dulu bertikai malah rujuk dan memaksakan aku kembali pulang ke rumah. Mereka bahkan sudah merancang keinginan agar aku melanjutkan pendidikan kuliah di luar negeri.
Ck, selama ini mereka kemana?
Kring
Suara deri
Hari berganti"Di, loe udah bangun belum? Loe hari ini kagak sekolah 'pan?" tanya Rojak yang masih mengetuk pintu kamar Jodi."Iye, Beh," sahut Jodi sambil membuka pintu kamar.Wajah ngantuk dengan suara serak membuat Rojak menggelengkan kepalanya melihat keadaan putranya itu."Duh, bujang, ngapa loe gini hari batu bangun? Inget, loe kudu belajar tanggung jawab jadi laki orang jadi kagak bisa nyante kek temen loe nyang laen," cerocos Rodiah yang ternyata sudah ada disamping Rojak."Nyak, aye semalem kagak bisa tidur," aku Jodi."Ngapa loe kagak bisa tidur?" cecar Rodiah.Hm, gak mungkin juga aye ngaku kagak bisa tidur gara-gara mikirin Rara kagak respon telepon atau chat aye? batin Jodi meringis."Bocah ngapa bengong? Bang, sembur aje nih bocah," ujar Rodiah panik melihat Jodi tak merespon apapun."Heh, tong! Loe buruan mandi, sholat terus kite sarapan. Babeh mau ngajak kite jalan keluar rumah," titah Rojak tak mau ambil
"Mah, loe ngapa itu bibir berlipat gitu?" tanya Sabeni, tak senang melihat wajah murung istrinya."Huft," Halimah ragu mengutarakan perasaannya karena tahu Sabeni kurang menyetujui pernikahan Rara dan Jodi, sementara Halimah yakin kalau sikap aneh Rara pasti disebabkan oleh Jodi."Ngomong dong, ngomong. Laki loe ini kagak punya ilmu kebatinan, jadi kagak paham apa isi hati loe kalo loe kagak ngomong," tekan Sabeni agar Halimah mau bercerita."Hmm, aye ragu kalo cerita bakalan bikin masalah makin panjang," cicit Halimah yang tak tahan untuk mengeluarkan keluhannya."Hayo ngaku, loe mau ngomong apaan?" desak Sabeni semakin di dera rasa penasaran."Huft, ini anak perawan kite pegimane ye? Maksudnye bentar lagi pan bocah lulus sekolah, terus bakalan lanjut kuliah, tapi pan harus dapat izin dari laki nye," ucap Halimah berputar-putar kalimat yang intinya merujuk kepada hubungan Rara dan suaminya."Loe tenang aje. Jujur, gue awalnya emang pengen d
"Beh, jadi ini beneran rumah masa depan aye?" tanya Jodi antusias. "Iye, rumah loe sama bini loe, Rara," jawab Rojak tersenyum lebar. "Yang, kite punya rumah," ujar Jodi hendak memeluk Rara, namun sikap dingin Rara membuatnya ragu dan berakhir memeluk udara. "Hahaha, gares loe," ledek Sabeni. "Babeh, seneng banget mantu nya mangsedih," lirih Jodi. "Kagak bakalan ada asap kalo kagak ada api. Loe udah kagak bisa sembarangan lagi bergaul sama teman loe," Halimah mengingatkan. Ucapan Halimah sontak membuat kaget semuanya yang tidak mengetahui alasan kemarahan Rara. "Jak, anak loe ngapain anak gue?" tanya Sabeni. "Gue kagak tahu," jawab Rojak jujur. "Maaf, aye kemarin tuh pas mau pulang di ajak Riko. Dia bilang katanya mau gelar farewell party di cafe," ucap Jodi mulai menjelaskan. "Apa? Bawel mati? Loe ketemu orang bawel Nyang udah mati," tanya Rojak kebingungan. "Maksudnya pesta perpisahan kelas, Be
"Woah, udah lengkap ternyata isi perabotan di kamar," ujar Jodi kegirangan begitu menyadari isi kamar yang dia tempati. Jodi langsung bersantai ria, berbaring di atas kasur. "Aku tidur bentar ya? Aku semalaman gak bisa tidur kamu gak respon telepon dan chat aku," ucap Jodi sambil memandangi Rara lekat. Merasa gerah, Jodi meloloskan kaos yang sedang dikenakannya. Tak hanya itu, dia juga tidak sungkan melepas ikat pinggang yang masih melekat pada celana jeans-nya. "Eh, mau apa?!" sentak Rara setengah berteriak. Rara jelas ketakutan luar biasa karena itu merupakan hal baru baginya melihat suaminya itu melepaskan celana. Terbayang kembali kejadian panas dingin saat Rara terpaksa harus skin to skin kala mengobati Jodi yang sedang demam. "Di, jangan macam-macam loe ye! Enyak kurung loe berdua supaya berdamai. Tapi peralatan mandi belum sempat beli. Enggak boleh dulu ya enggak boleh!" peringatan Rodiah dari luar kamar, dengan suara nyaring dan
Menjelang sore baru lah little pasutri itu diberikan kesempatan untuk keluar dari kamar mereka. Wajah mereka lebih segar dari pada sebelumnya karena di dalam kamar waktu dihabiskan dengan boci, bobo ciang.Sepasang baju muslim berwarna peach telah disiapkan untuk mereka kenakan. Demi menghormati para leluhur, eh keempat orang tua mereka yang begitu kompak ingin menyatukan putra dan putrinya agar tidak bertengkar lagi.Rupanya keduanya orang tua Jodi dan Rara telah menyiapkan acara syukuran pindahan rumah baru. Aneka kudapan dan tumpukan nasi kotak telah berjejer rapih memenuhi satu kamar tamu yang kosong.Satu persatu para tetangga kanan, kiri, depan dan belakang, serta warga sekitar rumah itu berdatangan ke rumah baru little pasutri, Jodi dan Rara.Semua orang begitu antusias menikmati interior rumah minimalis nan manis milik little pasutri yang tampak memperlihatkan binar kebahagiaan. Iya, mana mungkin Jodi dan Rara menunjukkan pertengkaran di antara mereka kep
CeklekJodi keluar dari kamar mandi hanya membungkus tubuhnya di bagian bawah. Untuk pertama kalinya Rara melihat perut sixpack Jodi. Entah bagaimana perut itu bisa terbentuk dan anehnya Jodi terlihat begitu mempesona dengan perut yang tampak indah. Apalagi tetesan air yang mengalir di perut Jodi terlihat menggoda sekali. Hingga Rara hanya bisa menelan salivanya."Tutup mulut loe tuh. Itu iler udah kemana-mana, awas basah iler dah-" ledek Jodi.Dengan bodohnya Rara menutup mulutnya. Sejak melihat Jodi keluar dari kamar mandi memang mulutnya menganga karena terkejut.Apa Jodi sengaja menggoda dirinya agar traveling otak sebelum memasuki zona me sum?Pikiran itulah yang pertama kali melintas dipikirannya. Namun, buru-buru dia menghilangkan pikirannya, terlebih lagi ketika Jodi membuka handuknya. Tak butuh waktu lama, dia pun menutup matanya menggunakan selimut."Aku pakai celana pendek," ucap Jodi seraya mengeringkan tubuhnya.Perlahan Rara memberani
Jodi berusaha menahan kedua di bibirnya melihat rona merah jambu di pipi Rara ketika Jodi sengaja menggodanya. Istrinya yang tidak hanya galak tapi juga bermulut pedas itu tampak menggemaskan di mata Jodi.Apakah ungkapan benci merupakan singkatan benar-benar cinta dalam hubungan mereka? Sepertinya iya karena Jodi tanpa sadar pun merasakannya. Aneh memang seharusnya dirinya tidak langsung berubah bersikap sok romantis kepada Rara agar tidak membuat istrinya itu menjauh.Pemaksaan yang dilakukan oleh orang tua kedua belah pihak untuk menjalani pernikahan dini di awal memang sangat menyebalkan bagi Jodi. Namun, baru berjalan beberapa hari saja dia sudah berubah haluan dan seratus persen yakin kalau akan terus mempertahankan pernikahan dini mereka yang terpaksa dijalani.Sebenarnya rasa tertarik terhadap gadis galak itu sejak lama dirasakan oleh Jodi. Untuk itu lah dia kerap kali sengaja mengajak gadis itu ribut bak Tom and Jerry. Konyol memang karena sikap emosi y
Pernikahan itu bersama secara fisik, jiwa dan pikiran. Itu berarti tak seharusnya sepasang suami istri tinggal terpisah. Bukankah pernikahan bertujuan untuk saling berbagi rasa kasih sayang sehingga kita merasa tentram. Apakah rasa tentram akan tercapai bila suami istri tinggal berjauhan? Hal-hal itu terus beradu di dalam pikiran Jodi. Hingga dia akhirnya memutuskan untuk mengambil tindakan tegas, tapi tidak terkesan memaksakan kehendak dirinya agar bisa tidur satu kamar bersama Rara. Udara dingin dari pendingin ruangan terasa begitu menusuk ke tulang. Padahal selimut sudah menghalangi udara dingin. Namun, tetap saja tembus hingga membuat dua orang yang berada di balik selimut kedinginan. Sepasang suami istri yang berada di balik selimut merasa kedinginan, sehingga membuat mereka saling memeluk mencari kehangatan. Tubuh mereka melekat sempurna. Membuat beberapa anggota tubuh yang tidak dilapisi baju pun terasa menempel satu dengan yang lain. Semakin k
Beberapa hari kemudianHari ini suasana di kediaman Dodit dan Dina tampak semarak dengan kehadiran para personil para mantan jomblo beserta keluarga kecil masing-masing. Ya, mereka datang ingin melihat sosok penghuni baru nan menggemaskan itu.Bayi mungil bernama Zayn Fayyad Alvarendra Hadiningrat yang artinya adalah laki-laki yang memiliki keindahan, baik, dermawan, murah hati, cerdas dan beruntung yang merupakan keturunan Hadiningrat. Sebuah nama yang mewakili doa dan harapan kedua orang tua dan semua sanak saudaranya.Meski di awal para sahabat dari bayi menggemaskan itu awalnya tidak diperkenankan untuk datang menjenguk ke rumah sakit, tapi masih bisa datang ke rumah untuk merasakan kebahagiaan yang sama."Gimana rasanya jadi orang tua baru?" tanya Rosa yang memang belum dikaruniai buah hati."Nikmat banget. Loe lihat sendiri nih mata panda gue. Sehari tidur bisa di hitung cuman berapa jam," curhat Dina."Baru satu aja loe udah ngeluh, pegimana gue yang otewe mau tiga ini?" sambar
Setahun kemudian Hari itu, Eyang Soeroso menemui putra sambungnya, Bambang di kantor polisi. Wajah anak sambungnya itu terlihat kusut dan lusuh. Hilang sudah jejak kesombongan dari wajah pria itu tergerus keadaan di dalam jeruji besi.Cukup rumit dampak dari penangkapan Bambang karena setelahnya sang Ibu, Ambar dan cucunya Panji malah ingin melepaskan diri dari status mereka sebagai bagian dari keluarga Hadiningrat. Hal ini sangat mengejutkan Eyang Soeroso hingga akhirnya terpaksa menyetujui keinginan istri dan cucu sambungnya tersebut.Bambang memang belum di pindah ke rumah tahanan karena berkas kasus pria itu baru naik ke kejaksaan dan sedang di proses.Mereka duduk di ruangan khusus, Eyang Soeroso melihat Bambang yang mengenakan pakaian tahanan sebenarnya sangat sedih. Ya, biar bagaimanapun mereka telah puluhan tahun menjadi satu keluarga.Terkadang Eyang Soeroso merasa tak habis pikir mengapa putra sambungnya ini tidak pernah bersyukur dengan semua fasilitas dan kemewahan yang i
Berita mengenai cucu menantunya yang mengalami keguguran membuat murka seorang pria paruh baya yang masih berkuasa penuh dalam keluarga Hadiningrat, Eyang Soeroso."Saya tidak mau tahu temukan motor yang telah menabrak cucu menantu saya! Dan bawa orangnya kesini!"Eyang Soeroso berdiri membelakangi tiga laki-laki bertubuh gempal dengan baju seragam serba hitam. Saat ini mereka sedang berada di ruang kerjanya.Kedua laki-laki bertubuh gempal berseragam itu terlihat menunduk patuh. "Baik, Tuan. Akan saya laksanakan."Eyang Soeroso melirik sekilas, "Saya tidak main-main, kalau kalian tidak bisa mendapatkannya, maka kepala kalian adalah bayarannya!"Pria paruh baya yang masih tampak berwibawa itu memutar dirinya ke arah kedua laki-laki berseragam itu. Dengan kedua tangan yang masuk ke dalam saku celananya. Menatap lekat dan tegas kepada keduanya, menghadirkan rasa segan dan takut secara bersamaan."Ba-baik, Pak."Merasa puas dengan ekspresi yang ditampilkan kedua manusia itu. Eyang Soeros
"DOKTER!!?" teriakan pilu Dodit di sebuah pintu masuk rumah sakit terdengar jelas oleh petugas medis yang mendapat shift malam itu.Terlihat Dodit wara-wiri dengan baju yang penuh darah. Saat menggendong wanita yang sangat dicintainya itu. Beruntung rumah sakit 24 jam ini memang di dukung penuh oleh Soeroso grup. Sehingga teriakan Dodit langsung mendapat tanggapan positif dan tindakan cepat untuk segera membawa Dina ke ruang IGD."Dodit! Ada apa ini, nak?" Hanafi dan istrinya datang, bersama Pandu, Panji dan Yola. Mereka terlihat panik.Dodit hanya terdiam, dan menunduk dalam. Membuat mereka paham kalau saat ini Dodit masih terpukul atas kecelakaan yang baru saja menimpa sang istri."Ada apa, nak? Kenapa jadi seperti ini?"Dodit masih terdiam. Kedua tangannya terlihat gemetar. Kedua matanya menatap kosong pada lantai yang ia pijak, lalu detik kemudian ia memeluk sang ibu dengan isakan pilu.Keadaan rumah sakit yang sepi, karena jam sudah menunjukkan pukul tiga dini hari. Membuat rasa
"Padit! Aku mau wedang ronde!" Dina sengaja menggunakan panggilan Padit yang menurut pasutri ini artinya Papa Dodit lantaran menginginkan sesuatu.Rengekan Dina terdengar cukup nyaring sehingga Dodit yang tengah tertidur mengerjapkan kedua matanya. Menatap ke arah jarum jam dinding yang berdetak menunjukkan pukul satu dini hari."Ini jam satu malam, kamu mau wedang ronde?"Sungguh tak habis pikir pada wanita terkasihnya itu. Kenapa ia harus dibangunkan, tepat saat ia mau bermimpi indah?"Madin, sekarang udah malam banget, sayang ... " Dodit pun kali ini sengaja menggunakan panggilan Madin yang artinya Mama Dina.Dina pun menggembungkan kedua pipinya yang semakin chubby semenjak dirinya hamil. "Aku gak peduli pokoknya aku mau wedang ronde!"Lihat bagaimana keras kepalanya wanita yang dicintainya itu. Membuat Dodit pusing sekali. Kenapa minta hal yang aneh-aneh di tengah malam seperti ini."Aku enggak tau cara bikinnya sayang. Lagian, kalau malam gelap begini gak ada yang jualan."Menco
Ambar yang lebih dari separuh hidupnya dihabiskan dengan ambisi menguasai harta dan tahta keluarga Hadiningrat merasa sangat kesal sekaligus kecewa lantaran gagal membujuk cucu kandungnya, Panji agar tidak memilih melanjutkan pendidikan ke luar negeri dan memutuskan untuk tidak menuruti semua keinginan pemuda itu melepaskan status sosial sebagai seorang penerus klan Hadiningrat.Puluhan tahun Ambar menggantungkan harapan bahwa kelak anak keturunannya akan hidup secara terhormat dan makmur dalam keluarga Hadiningrat. Sayangnya hanya Panji saja yang mau menjadi penerus ambisinya dalam melakukan semua hal, termasuk menyingkirkan anak keturunan Tantri yang merupakan nenek kandung Dodit.Selama ini dia memang sudah tidak bisa menaruh harapan pada Pandu, sang cucu pertama yang dari awal tidak pernah mau menjadi cucu yang penurut baginya. Lihat saja, ketimbang menjadi pengusaha kini Pandu malah berprofesi sebagai dosen. Ya, walaupun hal tersebut bukan hal yang buruk, tapi jelas naluri wanita
"Kalau kamu tidak mampu bersaing secara terbuka, coba sekarang bermain cantik. Dekati wanita itu dan jadilah sahabatnya agar kamu lebih tahu banyak semua kekurangannya untuk menjadi senjata kamu mengembalikan hati suaminya menjadi milikmu!" seru Ambar memberikan petuah sesat kepada cucunya, Yola.Sejak itulah Yola mendekati Dina. Yola memulai dengan permintaan maaf. Awalnya Yola mengira Dina si cewek bar-bar itu akan menolak mentah-mentah dirinya, namun siapa sangka justru sosok itu membuka tangannya lebar-lebar dan resmi menjadikannya adik sepupunya terdekat.Setiap hari mereka berbagi cerita dan saling berkunjung atau hang out bersama. Seperti kegiatan yang kali ini mereka lakukan di sebuah pusat perbelanjaan."Bumil, astaga tenaganya kuat sekali tak kenal lelah menjelajah hampir setiap sudut mall ini," sindir Yola yang cenderung malas sebenarnya mengikuti semua keinginan Dina sehingga sengaja mengajaknya untuk makan siang di sebuah restoran western."Ya loe tau sendirilah gimana be
Dodit dan Andri sudah kembali pada rutinitas mereka, bekerja. Rupanya koneksi persahabatan antara sesama sahabat mantan jomblo masih berlanjut hingga kini mereka menjalin kerjasama dengan perusahaan milik keluarga Riko.Untuk itulah hari ini rencananya mereka sebagai perwakilan kedua perusahaan akan melakukan pertemuan bisnis sekaligus merajut silaturahmi yang sempat merenggang karena jarak dan kesibukan masing-masing.Sebelum memulai pembicaraan serius, mereka berkumpul di cafetaria perusahaan."Kayaknya hari ini udah gak ada yang kekurangan pupuk sama air lagi deh," ujar Dina menyindir sikap ceria Riko."Ho'oh lihat tuh mukanya si duda kayak lampu baru di ganti," sahut Dodit menyambung sindiran sang istri."Silau, Men. Hahaha...." Andri latah menimpali ledekan duet maut pasutri sahabatnya itu."Yes ... Kita gak bakalan dapat curhatan sendu nan manjah lagi nih," ucap Dina sambil tersenyum sumringah."Apaan sih kalian," sahut Riko bak kura-kura dalam perahu.Sudah bukan rahasia umum l
Kebahagiaan yang terpancar dari wajah Andri dan Siska berbanding terbalik dengan sang kakak, Sandra, tetapi dia juga tidak mau di cap sebagai penghambat pernikahan keduanya. Tatapannya menatap lirih Jaka, perjaka yang tak memiliki urat malu sedikitpun mengutarakan perasaannya.Huh, bagaimana bocah tengil ini bisa punya pikiran mau serius komitmen sama gue? oke, untuk saat ini aja deh gue iya in aja lantaran gue gak bisa biarin Siska terhalang dapat jodoh karena gue. Batin Sandra dengan berpura-pura tersenyum ramah kepada para tamunya.Acara itu sekaligus juga menjadi ajang reuni para mantan jomblo dan keluarganya. Hilda yang sedang menghitung hari hendak melahirkan menjadi sosok yang begitu antusias bercerita."Bro, sorry ya kayaknya anak gue kecapean nih jadi gue balik duluan ya?" Pamit Jodi saat melihat Dira tertidur pulas di pangkuannya.Sementara Rara sejak tadi memang sedang asyik gosip sana sini sambil mengusap punggung Rani yang sejak tadi tertidur dalam gendongannya."Oh, ya