Kediaman keluarga Eyang Soeroso pagi ini terlihat ramai oleh hampir seluruh keluarga besar yang hadir. di rumah utama. Soeroso yang memiliki satu anak lelaki dan satu anak perempuan di tambah keluarga kecil Hanafi, bapak dari Dodit yang merupakan anak sambung nya.
Suasana temaram masih menyelimuti. Maklum saja karena waktu masih menunjukkan jam lima pagi. Anggota keluarga itu belum lama menunaikan shalat subuh di masjid keluarga yang berada di area rumah utama.
Beberapa anak muda yang merupakan cucu dari Eyang Soeroso bercengkrama di teras rumah. Pandangan mereka semua teralihkan oleh kehadiran sebuah mobil modifikasi keluaran lama dan berwarna silver berplat Jakarta.
Mobil itu baru saja tiba di depan pintu utama istana megah yang berada di tengah kawasan pribadi yang dikelilingi oleh taman dan hutan lindung buatan.
Kepala pelayan bersama barisan pelayan berseragam hitam putih tampak sudah bersiaga di depan pintu menyambut kedatangan penghuni
Hal yang lebih menakutkan dari tiba-tiba di suruh maju mengerjakan soal matematika adalah bertemu dengan keluarga pasangan hidup mu.~ Dina yang sedang gugup ~Dodit menggenggam tangan Dina yang dingin sambil melangkah memasuki rumah keluarga Eyang Soeroso. Dodit tahu Dina sangat gugup karena ini pertama kalinya dia mengenalkan keluarganya kepada Dina. Tidak tanggung-tanggung ia bahkan langsung mengenalkan Dina kepada keluarga besar nya yang terkenal tajir melintir."Mas, tunggu bentar," ucap Dina memelas sambil menahan tangan Dodit yang hendak membuka pintu rumahnya. Dodit menolehkan kepalanya menatap Dina."Gu- A- aku beneran gugup mas, kalau mereka gak suka sama aku gimana?" tanya Dina dengan mata berkaca-kaca. Hampir saja ia kelepasan menyebut dirinya gue.Dodit hendak tertawa melihat ekspresi istrinya tetapi dia harus menahannya karena Dina membutuhkan dukungannya. Ya biar pun cuma drama tapi kan harus maksimal semp
Setiap perempuan memang memiliki bibit pelakor, hanya cara mereka saja yang berbeda. Ada yang melepaskan dan ada yang memaksakan untuk bersatu.~Sesuai dengan titah Eyang Soeroso kini Dodit tengah berada di butik langganan keluarga Soeroso bersama istrinya. Sebuah butik yang menyuguhkan tampilan tradisional namun tetap terkesan mewah sempat membuat Dina merasa minder dan enggan untuk memasuki tempat itu kalau saja sang suaminya tidak menarik paksa tangan nya untuk masuk ke dalam butik.Awalnya karyawan butik itu menawarkan sebuah gaun pengantin elegan yang telah di desain sesuai keinginan Yola selaku mempelai perempuan, tetapi Dodit menolak tegas dan meminta Dina untuk memilih gaun pengantin yang lainnya saja.Dodit dan Dina harus memilih dua buah gaun yang akan dipakai pada acara resepsi mereka nantinya karena sisanya mereka akan mengenakan pakaian adat pengantin Jawa tengah.Pandangan Dina tertarik dengan sebuah kebay
Dodit masih menggenggam tangan Dina lembut saat mereka memasuki kamarnya. Hal ini membuat suasana hati Dina mulai membaik. Entah mengapa drama pasangan suami istri bahagia itu lambat laun saling membahagiakan satu sama lain bagi hubungan mereka."Kamu mandi aja dulu sana biar segar," ucap Dodit begitu ia dan Dina masuk ke dalam kamar.Tanpa menjawab, Dina pun melangkah ke kamar mandi dengan langkah lesu tak bergairah.Dodit hanya memandangi miris keadaan Dina yang begitu terpukul. Hm, ternyata dia gak sekuat dugaan ku? Kemana sosok gadis bar-bar penebar keributan masa SMA dulu? Dodit mengenang awal ia mengenal sosok istrinya itu. Apa keputusannya mengajak Dina terlibat dalam keluarga besar Eyang Soeroso itu keputusan yang salah? Dodit pusing memikirkan kehidupan pernikahannya.DrrrtttDrrrtttDrrrtttDodit mengangkat panggilan telepon yang ternyata berada dari Eyang Soeroso. Huft, pasti Eyang Soeroso sudah mengetahui kejadian yang bar
Akhirnya Dina bisa tidur dengan nyenyak malam itu, meski berada dalam satu ranjang dengan seorang lelaki. Namun, tak bisa dipungkiri, Dodit memang sudah halal untuknya, walau mereka tidur dengan sebuah guling yang dijadikan pembatas.Pagi yang berbeda dari biasanya, pagi dengan suasana baru dan status baru sebagai istri yang mendapatkan perhatian khusus dari suaminya semalam sungguh membuat hatinya hangat.Dina membuka matanya, mendapat pemandangan segar di hadapannya. Sekilas dia tersenyum, namun hatinya gundah dan bingung. Haruskah dia mensyukuri kalau lelaki tampan di hadapannya ini, dan satu ranjang dengannya ini adalah miliknya? Tidak, Dina belum percaya diri untuk mengakui itu.Dodit masih penuh dengan teka-teki yang sulit di tebak. Dia tertawa kala mengingat jelas bagaimana ucapan Bu Sobariah selaku mak comblang handal yang mempromosikan Dodit yang memilih wirausaha dalam membuat roti sendiri padahal sebenarnya Dodit merupakan salah satu cucu dari konglom
Keesokan paginyaPasangan pengantin baru awkward itu menghabiskan sarapannya dalam suasana hening lantaran memang sudah lewat dari waktu nya. Iya, mereka kini sarapan di atas jam 9 pagi, jadi jelas para penghuni rumah ini sudah menyelesaikan sarapannya sejak tadi.Jangan tanyakan mengapa mereka terlambat karena Dodit lah penyebabnya. Dengan alasan sebagai istri Dina harus mengenal baik adik kandung Dodit.Mereka berjalan dengan tangan yang saling menggenggam keluar kamar."Kok sepi?" Dina celingukan mencari sosok penghuni rumah yang tak terlihat di meja makan."Hehehe... kita kan keluar kamar udah lewat waktu sarapan." Dodit tertawa."Gara-gara e-" Dina hampir menyalahkan suaminya dan mengucapkan sebutan elo kepada Dodit.Cup"Satu huruf satu ciuman jadi kalau kamu keseringan lupa tinggal di hitung aja berapa ciuman yang bakalan aku kasih, istri ku." Dodit sumringah."Haduuuhhh... kenapa jadi makin mesumabl
"Kamu suka sama modelnya?" tanya Dodit sambil menunjukkan cincin pernikahan mereka yang sudah di pesan desain nya oleh Eyang Soeroso.Sekilas cincin itu terlihat biasa seperti pada umumnya cincin pernikahan karena nama kedua pasangan itu tertulis begitu kecil di bagian dalam nya.Hal yang tidak diketahui oleh Dodit dan kelak akan diberitahu Eyang Soeroso adalah cincin itu bisa berfungsi sebagai GPS sehingga bisa melacak keberadaan mereka satu sama lain apabila terjadi situasi berbahaya yang mengancam keselamatan nyawa mereka."Hm, iya suka." Dina memaklumi selera Eyang Soeroso yang klasik dan tak terlalu antusias karena komitmen awal yang ditawarkan oleh Dodit sebelum mereka berangkat ke Jogja adalah apapun yang mereka lakukan selama di depan keluarga Dodit adalah drama jadi Dina hanya perlu bersikap manis menanggapi semua bentuk perhatian Dodit dan keluarganya."Oke, Pakdhe ini ukurannya sudah pas jadi bisa langsung di bungkus." Dodit menyerahkan cincin
Kini Dodit dan Dina kembali melanjutkan perjalanan mereka ke arah pulang. Hmm, kenapa ada yang aneh sama ini mobil? Tadi kayaknya gak begini deh. Dodit si montir di bengkel mantan jomblo merasa adanya hal yang berbeda kala menyetir kali ini."Bee...." Suara panggilan dari Dodit untuk istrinya itu memecah keheningan diantara mereka semenjak memasuki mobil.Sekilas Dina menoleh tak acuh karena sejak tadi ia selalu memandangi arah keluar jendela mobil. Tatapan matanya menghindari untuk tidak menatap suaminya itu."Ada apaan sih di luar? Kenapa diem aja dari tadi? Mm, kamu bisa nyetir gak?" tanya Dodit beruntun."Mau tanya apa ngerampok? Banyak bener," sinis Dina yang kini dengan mode senggol bacok.Kening Dodit berkerut tiga mendengar jawaban istrinya itu. Haduh, situasi begini istri pake ngambek segala lagi, keluh Dodit dalam hati."Bee, tolong-" Dodit tak ada pilihan selain meminta bantuan istrinya karena memang hanya mereka berdua di dalam m
Riyadi yang telah mendapatkan kepercayaan penuh menjadi bodyguard bagi cucu kandung Eyang Soeroso kini sedang mengamati gerak-gerik mencurigakan seorang pria muda mengenakan jaket navy dengan topi yang menutupi hampir seluruh wajahnya.Pria itu entah bagaimana caranya begitu lihai membuka bagian dalam mobil lalu masuk kedalamnya. Sebenarnya Riyadi sudah gatal ingin bertindak menegur apa yang sedang dilakukan oleh pria itu, tetapi amanah sang senior, Pak Slamet kalau Riyadi hanya boleh menjaga dari jauh tuan muda nya yang di kenal kepala batu karena tidak mau mendapatkan pengawalan dalam bentuk apapun.Perlahan ia menyuruh anak buahnya mengambil foto dan video kegiatan yang dilakukan pria berjaket itu. Langkah ini ia lakukan agar nantinya tuan muda nya bisa melihat langsung bahwa keselamatan nyawanya selalu terancam sehingga membutuhkan pengawalan khusus seperti keinginan Eyang Soeroso.Lima menit berselang pria itu telah selesai melakukan misinya dan keluar dari