Seminggu setelah kepergian Dina yang mengantarkan babeh Rojali dan Jaka pulang ke Jakarta konsentrasi Dodit dalam bekerja menjadi buyar. Hal ini membuat Andri kesal mengingat pekerjaan dirinya sebagai partner bos besar dan asisten pribadi yang menguras pikiran dan tenaga dalam mengelola anak perusahaan yang rumit nya luar biasa, belum lagi resiko akan keselamatan nyawa mereka yang sewaktu waktu bisa terancam
"Dit, loe kenapa sih? rencana kita bisa kacau nih kalo loe gak fokus!" bentak Andri sambil tangannya mencoba merenggangkan dasi nya yang mendadak membuatnya merasa tercekik.
"Sorry, bro," ucap Dodit sambil melirik asistennya itu tanpa semangat sedikitpun.
"Ngopi dulu dah loe biar bisa bener kerjanya." Saran Andri sembari menyodorkan kembali secangkir kopi latte kesukaan Dodit.
"Dina lagi apa ya?" gumam Dodit tanpa menghiraukan saran Andri sama sekali.
"Hah? Jan bilang loe kangen sama bini." tebak Andri tepat sasaran dengan senyum miring nya.
Beberapa jam sebelumnyaJaka yang panik mendengar pekik teriakan Dina yang tak biasanya dan bahkan mengancam akan pergi dari rumah berinisiatif menelepon kakak iparnya."Assalamualaikum, Mas Dodit." Jaka memberi salam setelah memastikan sambungan telepon nya telah di angkat oleh Dodit."Walaikum salam, Jason," jawab Dodit sengaja menyebutkan nama kebanggaan Jaka, Jason."Mas, itu Mpok Dina-" Jaka menggaruk rambutnya yang tidak gatal."Kenapa sama Dina? dia gak apa-apa kan? sekarang posisinya lagi dimana?" Kepanikan Jaka mendadak menular kepada sang penerima telepon, kakak iparnya."Mpok lagi ngambek gak jelas banget dah. Aye malah dengar tadi dia bilang mau pergi dari rumah ini karena kita di anggap gak pengen Mpok disini padahal tadi niatnya mau ingetin Mpok biar mau balik ke Jogja." Jaka menjelaskan panjang lebar."Kok bisa? emang gimana awal ceritanya? loe jangan bikin mas disini takut dong!" Dodit langsung spaneng.
Seharian dibuat kelimpungan dengan tumpukan pekerjaan dan meeting penting dengan klien membuat Andri tak hentinya mengumpat sosok bucin baru alias sang bos besar, Dodit.Huft, dimana sih akal sehatnya masa seenaknya saja pergi tanpa persiapan apa-apa cuman karena galau gak ketemu istri? Batin Andri kesal.Rasa kesal itu berubah menjadi tawa bahagia ketika beberapa waktu lalu bucin baru itu memberi kabar kalau ada undangan menghadiri acara syukuran empat bulanan kehamilan Hilda.Sudah bukan rahasia umum lagi kalau di masa sekolah mereka saat itu Dina begitu bucin terhadap Jodi, sementara hubungan Dodit dan Rosa bak Romeo and Juliet. Entah akan jadi seperti apa jika mereka dipertemukan? Andri sebenarnya penasaran ingin melihat langsung, tetapi ia masih merasa berat jika harus bertemu dengan Siska.DrrrtttDrrrtttAndri langsung menekan layar ponselnya yang bergambar gagang telepon berwarna hijau. Hm, siapin telinga tebal nih karena pasti alamat dengar cur
Dodit dan Dina akhirnya tiba di rumah Rafli ketika acara pengajian hendak di mulai. Kondisi pasca PSBB membuat Rafli dan Hilda selaku tuan rumah memang membatasi hanya mengundang sebagian ibu pengajian di mushola terdekat dan hanya beberapa saudara dan anggota mantan jomblo saja yang di undang.Suasana canggung mengawali pertemuan perdana Dina sebagai istri dari salah satu anggota mantan jomblo. Untunglah baik Rara maupun Rosa tidak melihat sikap ketus dan sangar yang dulu kerap diperlihatkan oleh Dina kala mereka masih duduk di bangku sekolah sehingga mereka pun masih bisa bersikap ramah bak orang baru saling kenal.Hilda dan Rafli yang memang sengaja tidak ingin mencari tahu jenis kelamin sang janin pada acara itu akhirnya Hilda membaca surat Yusuf dan Maryam bergantian. Entah mengapa ada rasa haru menggelegak dalam diri Dina mendengar lantunan ayat suci dari suara Hilda. Tanpa terasa Dina terus mengelap air matanya."Ini tisu." Siska yang duduk dan berada di
"Mengapa Soeroso tidak pernah berpihak kepada ku?" Suara bass itu mengusik rasa sepi yang dia ciptakan sendiri di ruangan itu. Angin menyusup dari jendela yang terbuka dan gorden biru muda menari-nari dikarenakan nya. Pintu berdaun dua memiliki tinggi empat meter masih tertutup rapat. Beberapa orang berjaga disana tak membiarkan siapapun masuk ke dalam sesuai permintaan pria berjas hitam, Bambang, putra pertama dari salah satu konglomerat ternama, Soeroso Hadiningrat.Tak ada jawaban yang ia dapat. Perih, ia menerjang arus yang semakin kuat menunjukkan gejolaknya. Lantai sepuluh, menjadi lantai paling tinggi salah satu tower milik anak perusahaan Eyang Soeroso yang cukup berpengaruh di Indonesia. Di sanalah ruangan dari sosok paling ambisius di keluarga besar Eyang Soeroso.Bambang kembali di buat geram untuk kesekian kalinya dengan kecerdikan cucu kesayangan Eyang Soeroso, Dodit. Berbagai upaya telah dilakukan agar sosok itu lenyap dari dunia namun selalu gagal.
Semenjak bertemu di acara syukuran empat bulanan kehamilan Hilda membuat Dina menjadi dekat dengan istri para mantan jomblo. Dia bahkan sudah dimasukkan ke dalam wag dan hampir setiap jam mereka berkomunikasi mengenai hal apapun seputar dunia rumah tangga dan sekitarnya. Siska jelas yang sering protes mengingat posisinya sendiri yang masih gadis di antara para sahabatnya itu."Duh, serius amat liat hape sampe gak ingat ke suami," sindir Dodit yang berada disampingnya."Hehehe. Ini lucu Siska baper gitu aku bahas masalah panggilan ke suami," ucap Dina sambil tertawa pelan."Ya wajar lah, bee... Jomblo itu sensitif kalo bahas tentang pasangan." Nasihat sang mantan jomblo berpengalaman."Salah dia juga yang mulai duluan topik kita. Eh itu..." Dina menunjukkan layar ponselnya.CupDodit yang kesal merasa terabaikan memilih untuk mencium bibir istrinya. Awalnya hanya kecupan tetapi rasa manisnya membuat Dodit lupa diri hingga..."Bang Caaa
Meeting intern pagi ini berlangsung alot mengingat agenda acaranya adalah mengenai peluncuran produk makanan sereal yang akan dilakukan bulan depan. Produksi nya sendiri baru akan di mulai minggu depan."Setelah meeting hari ini kami dari bagian produksi akan langsung mulai memproduksi makanan sereal ini," jelas Tedjo, kepala produksi perusahaan Anti Gagal."Tunggu, kenapa harus terburu-buru untuk kita produksi?" sela Dodit santai."Maaf, Pak, kita tidak bisa menunda waktu agar tidak ada kendala ke depannya." Tedjo tetap dengan pendiriannya."Sejauh ini sudah berapa banyak yang diproduksi?" tanya Dodit sambil memegangi dagunya."Untuk saat ini bagian produksi baru membuat sampel yang akan kita gunakan saat promo bulan depan." Lapor Tedjo dengan ekspresi penuh percaya diri."Hm, oke biar tidak ada kendala ke depannya mulai besok kita semua wajib sarapan menggunakan makanan sereal produk baru kita," ucap Dodit penuh ketegasan sambil menatap se
Di dalam mobil Panji menekan layar ponselnya dan menghubungi salah satu anak buahnya. Rencana untuk menghancurkan reputasi produk baru yang akan diluncurkan bulan depan oleh anak perusahaan Anti Gagal itu ternyata sesuai namanya yang juga Anti Gagal terhadap rencana busuk Panji dan Bambang.Maka, kini ia harus bergerak cepat untuk melaksanakan rencana cadangan berikutnya yang akan menghancurkan anak perusahaan itu dengan membakar gudang produksi sekaligus menghilangkan jejak kejahatan mereka yang telah sengaja mencampurkan bahan makanan berbahaya dalam makanan sereal yang akan launching bulan depan."Jalankan plan B." Perintah Panji begitu nada sambungan telepon nya telah di angkat oleh sang anak buahnya."Ta-tapi Tuan ini terlalu mencolok dan pasti aparat penegak hukum akan bisa menebak kalau kita lah pelakunya," sang anak buahnya berusaha membuat Panji berpikir logis."Hm, tapi Tedjo bisa saja membocorkan rencana kita kepada aparat penegak hukum." Panji
Penat seharian bekerja tak membuat Dodit melupakan istrinya yang biasa menyambut kedatangan nya di ruang tamu. Sosok itu bahkan sudah terlelap di sofa dan menurut si mbok Darmi sejak sholat isya Dina tetap setia menunggu kepulangannya di tempat itu.Hatinya menghangat mendapatkan perhatian sedemikan rupa dari istrinya. Dodit mendekati Dina lalu mengecup lembut keningnya. Lama ia pandangi wajah Dina yang semakin cantik di matanya. Ketika Dodit hendak menggendong istrinya itu malah terkejut dan mendadak bangun dari tidur lelapnya."Hngh, Beib ... kamu udah pulang?" sapa Dina dengan suara khas orang baru bangun tidur. Wanita itu memastikan sosok yang menggendongnya kini adalah suaminya.Mendengar panggilan Beib yang terucap dari bibir mungil istrinya membuat senyum Dodit melebar hingga menampilkan senyuman yang tak pernah ia perlihatkan kepada orang lain."A-a-aku bisa jalan sendiri kok ... kasian ah kamu baru pulang kan pasti capek." Dina bermaksud un