Share

Bab 60

Penulis: Syanin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-28 23:34:19

“Kamu anak nomor tiga, ya?” Akbar menoleh sebentar, kemudian menatap kembali ke depan fokus ke kemudi.

Aluna mengangguk cepat sebagai tanggapannya. “Perasaan Abang pernah bertanya.”

“Benarkah? lupa! kakak kedua kamu cowok, ya? almarhum papa kamu jarang ekspos tentang keluarga. Kalaupun dikenalkan tidak sering, jadi jarang menghafalkan.” Akbar tertawa kecil terdengar.

“Kami jarang ada yang suka acara begitu. Apalagi kedua kakakku hobinya belajar terus. Tidak ada hari tanpa belajar, jadi wajar mereka lulusan luar negeri."

“Kamu gak suka belajar? kapan lulus?” Akbar kembali mengajukan pertanyaannya.

“Biasa saja, mungkin karena anak bungsu jadi kapasitas pembagi otaknya jadi sisa mungkin. Jadi tidak sepandai kedua kakakku.” Aluna menanggapi dengan tertawa.

“Mana ada konsep seperti itu? aku baru saja mendengarnya. Btw jadi kapan kamu lulusnya?” Akbar kembali mengutarakan pertanyaan yang belum mendapatkan jawabannya.

“Masih lama, Kak. Dua atau mungkin bisa lebih.”

“Kenapa mungkin,” cecar Ak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan   Bab 61

    “Ingat, meski sudah diizinkan pulang tetap istirahat total,” ucap Anggara sudah tidak terhitung.Eva mengangguk malas. “Kamu sudah dua puluh kali mengatakan itu!”Anggara tertawa, tawa membuat Eva yang sudah bersiap menatap dalam diam. Raut wajahnya tidak terbaca.“Kamu menghitungnya? tunggu sebentar Sarah bentar lagi datang anter kursi roda.”“Sarah lagi? bukanya dia habis kamu suruh ke kantor? kenapa sudah sampai sini lagi? kamu mengerjakan Sarah sebagai sekertaris atau pesuruh?” tanya Eva.Anggara mengusap dagunya dengan jambang tipis menghiasi. Wajahnya tampak berpikir keras. “Keduanya boleh! aku membayarnya mahal.”Eva berdecak dengan menggelengkan kepalanya. “Tidak kasihan sepertinya itu memang karakter kamu! kursi roda di depan ada! aku juga bisa jalan pelan. Merepotkan orang lain!” cetus Eva.toktok.tokKetukan pintu terdengar menghentikan perdebatan pasangan yang sering berdebat. Tidak lama Sarah masuk dan tidak sendiri.“Tuan Anggara, maaf sedikit terlambat,” lirih Sarah d

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-29
  • Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan   Bab 62

    Eva menarik napasnya bersamaan mobil terhenti di halaman rumah keluarga besar Anggara. Anggara benar-benar definisi meratukan dirinya saat ini. Mata sedikit terpejam, hati merasakan rasa aneh dengan perubahan semakin hari semakin besar.Pertanyaan muncul di otak, seperti inilah diperlakukan suami? perjalanan tidak memerlukan waktu hanya diisi dengan Eva yang terus terdiam dan Anggara banyak bertanya, membuat supir pribadi keluarga merasa aneh dengan sikap perubahan Anggara.Eva tidak menunggu Anggara, segera bergegas membuka pintu dan turun ketika mobil sudah sepenuhnya berhenti. Tangan langsung terentang, menarik napas dalam-dalam setidaknya udara kali ini cukup segar karena selepas hujan. Tubuh digerakkan ke kanan dan kiri, rasanya merindukan udara segar setelah hampir tiga hari dirawat rasanya seperti berbulan-bulan.Anggara menggeleng pelan melihat tingkah Eva. Mengurungkan menegur Eva yang terlihat begitu menggerakkan tubuhnya terlihat menggemaskan. Awalnya ingin marah karena Eva

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-30
  • Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan   Bab 63

    Eva termenung di depan cermin kamar mandi. Semua nampak disediakan lengkap oleh Anggara. Dari handuk kecil, sedang hingga besar lengkap beserta handuk kimono dengan semua serba warna putih. Bath up sudah terisi dengan tidak jauh ada lilin aromaterapi menyeruak menyegarkan ruangan.Meski tidak ada yang spesial atau taburan bunga atau buket bunga manis, tetap perlakuan pertama ini lagi-lagi sangat menyentuh hati Eva.“Aku tunggu di depan, jangan kunci pintunya,” ucapan Anggara seolah terus menggema ditelinganya. Suara sangat lembut dan pelan tanpa penekanan atau suara keras sangat Eva dambakan sejak dulu.Eva masih menatap dirinya dari balutan cermin di depannya. “Apa harus terluka dulu? apa setelah ini aku tidak akan terluka?” batin Eva dengan trauma yang tidak terlihat, tapi cukup membekas dalam hatinya.“Sayang kamu baik-baik saja? apa sudah selesai? apa perlu bantuan?” Suara Anggara serta ketukan pintu terdengar membuyarkan lamunan Eva.TokTokTok“Baik,” balas Eva sedikit teriak.

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-31
  • Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan   Bab 64

    “Bunda ….”“Bun ….”“Bunda dimana?”Anggara keluar kamarnya dengan terburu-buru. Tanpa berpikir untuk sekedar mengeringkan rambutnya yang masih menetes. Dengan telanjang dada mencari ibunya.“Bunda ….”“Astaga, kenapa terus teriak, Angga? ini rumah bukan hutan, Anggara!” Bunda Zia yang sibuk di dapur segera keluar. Celemek berwarna pink melekat pada bagian depan tubuhnya. Spatula di acungkan menyambut kedatangan Anggara berteriak kencang berdiri di ambang pintu dapur.“Kemana Eva, Bun?” Anggara menoleh, masuk ke dapur hanya terdapat pelayan yang menutup matanya, kemudian membalikan tubuhnya dan meja makan kosong.“Dikamar gak ada,” jelasnya.“Eva?” ulang Bunda Zia.“Iya, Eva istriku. Dia gak ada di kamar. Mana kursi roda juga di kamar,” kesal Anggara mengatakan dengan mata terus mengedarkan sekitar. Bergerak tidak tentu arah mencari sosok Eva.“Dulu aja di sia-siakan, disakiti, berkhianat, cari pacar bawang-bawangan! eh, sekarang tinggal lima menit gak ada aja sudah dicari-cari.”“Bun

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-01
  • Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan   Bab 65

    Makan malam dominan banyak terisi dengan suara Anggara. Baik Eyang maupun Ayah Rasyid lebih banyak diam menikmati hidangan makanan malamnya. Keduanya tampak tidak bercengkrama seperti sebelumnya.Eva melirik piring makan Anggara masih utuh, tanda pria itu belum menyuapkan satu suapan masuk ke mulutnya. Pria itu sibuk memisahkan duri dari ikan yang Eva pilih. Memilih lauk dan menawarkan banyak hal.“Makan yang banyak, kamu tidak makan sendiri sekarang. Sejak pagi dan siang kamu selalu makan sedikit.” Anggara tampak antusias, apalagi kini Eva begitu lahab menikmati masakan Bunda Zia.Eva mengangguk sekali. Mulutnya terus tanpa henti menyuapkan makanan, membalas pertanyaan Anggara lebih banyak dengan bahasa tubuh atau sekedar iya maupun tidak. Apa yang dikatakan Anggara sangat benar, lidahnya terasa enak untuk mengecap dan perutnya begitu tidak protes merasa mual ketika makan malam saat ini, tidak seperti biasa seperti hari-hari sebelumnya.“Masakan Bunda enak, biasanya aku mual, Bun.”

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-02
  • Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan   Bab 66

    Suapan terakhir langsung terasa tersendat dan sulit tertelan bersamaan dengan pernyataan Eva. Anggara segera meraih kasar dan meneguk cepat air minumnya dengan tergesa-gesa. Napas lega dilakukan ketika sudah bisa lagi menelan makanan yang seolah berhenti di tenggorokan begitu menyakitkan.TakSuara gelas yang sudah tandas diletakkan dengan kasar beradu dengan meja makan terdengar kencang.Masih tanpa merespon atau menjawab ucapan Eva, pria itu segera beranjak berdiri dengan kasar. Suara kaki kursi beradu dengan lantai terdengar menggema sangking kerasnya memekik telinga.KrakEva reflek langsung memejamkan matanya. Tangan mencengkram erat pegang kursi rodanya. Bibir bagian dalam tanpa sadar dia menggigitnya, gerakan reflek akhir-akhir ketika melihat kemarahan Anggara. Bedanya biasanya dengan suara nyaring, namun kali ini Eva belum mendengarkan sepatah kata satupun.Saat kedua mata terbuka kursi rodanya mulai berjalan perlahan didorong Anggara.Dorongan tidak cepat juga tidak lambat. Ev

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-03
  • Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan   Bab 67

    “Keputusan aku tidak salah kan, Fian? sudah memberi kesempatan dia untuk mendampingi putri kita. Dulu kita dijodohkan juga, banyak badai yang juga kita berdua lalui. Apa aku salah, Fian? putri kita juga sepertinya ada rasa.”Tawa kecil lolos dari Mama Dara. Tawa dengan air mata yang sama juga mengalir melalui ujung matanya. “Kalau aku memisahkan mereka, kasihan cucu kita. Disini tidak ada sosok dirimu, terus aku memaksa masuk dalam sini. Pasti kamu paham, Fian. Tidak ada sosok laki-laki disini.”Mama Dara memeluk erat pigura foto suaminya. Tidak ada rasa lelah, kadang dicium, bahkan hampir tiap malam. Di kamar juga ada.Aluna melotot melihat apa yang dia lihat. Matanya mulai mengembun melihatnya, bahkan mulutnya langsung tertutup rapat kembali mengurungkan segera menyapa. Hatinya sedikit miris ternyata ini alasan mamanya selalu banyak alasan ketika membahas Eva dan Anggara.“Besok aku akan berkunjung ke tempat kamu. Istirahat yang tenang,” ucap Mama Dara segera mengusap kasar pipinya

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-05
  • Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan   Bab 68

    Mama Dara mengurungkan niatnya untuk berbaring. Kembali duduk dengan tatapan teduh melekat tertuju pada Aluna. Dalam pikirannya waktu benar-benar sudah cepat berlalu. “Kenapa tanya seperti itu?” Mama Dara mengatakan pelan. Melanjutkan menarik selimut dan membenarkan bantal di sandaran ranjang sebelum bersandar nyaman.Aluna menggeleng pelan, kemudian mengangguk. “Yah, kalau itu benar terjadi dan ada tiba-tiba Aluna harus persiapkan diri. Paling tidak Aluna akan ikut bela diri dasar siapa tahu laki-laki itu belok atau ada pelakor bisa Aluna hajar.”Mama Dara menanggapi dengan tertawa pelan. Tidak kaget karena Aluna memang sw bar-bar itu.“Tidak,” jawab Mama Dara.Aluna langsung tidak puas. Duduk semakin mendekati Mama Dara. “Tidak apanya, Ma? tidak salah?”Mama Dara menggeleng dengan tingkah ramainya Aluna. Satu ruang hanya ada dia dan Aluna, tapi terasa sudah ramai dan cukup selalu menghibur disela seperti ini.“Tidak ada, Aluna. Perjodohan hanya kakak kamu dan Anggara. Anak pertama,

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-06

Bab terbaru

  • Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan   Bab 77

    “Bagaimana kerja kamu hari ini?” Anggara dengan balutan baju tidur keluar dari kamar mandi. Langkahnya pelan menghampiri Eva yang sibuk dengan ponselnya.Kedua pasangan menginap di rumah Mama Dara tentu Aluna berhenti berdebat karena suara rendah Mama Dara. Entah perempuan muda masih belum menerima kenyataan kakaknya yang disakiti, atau mungkin karena sesama perempuan dengan ego tinggi merasa tidak terima dengan perlakuan Anggara dengan mudah mendapatkan maaf kakaknya.Eva mendongak kepalanya dengan cepat. Beberapa saat aktivitasnya terhenti ketika mendengarkan pertanyaan Anggara. Bukan merasa aneh, lebih tepatnya kenapa Anggara perlu bertanya, merasa tidak biasa.“Kamu tanya?” balas Eva dengan nada malas.Anggara segera duduk di sofa kosong tepat di sebelah Eva. Anggukan kepala Eva lakukan, kemudian membalas tatapan Eva dengan sorot mata menunggu jawaban dari Eva.“Bukannya laporan Sarah tidak telat, bukan?” balas Eva dengan nada sindiran, “kurang kerjaan banget ada Sarah.”“Kamu bis

  • Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan   Bab 76

    “Mama ….” Eva memeluk Mama Dara. Pelukan begitu erat seakan lama tidak bertemu.“Sudah mulai bekerja lagi?” Mama Dara membalas pelukan dengan lembut. Tatapan beralih pada kedatangan putri sulungnya yang tidak sendiri, ada David dan perempuan yang baru ditemuinya.“Baru hari ini, Ma.” Eva melepaskan pelukan dengan pelan.“Kenapa David tidak bercerita?” Kedua mata Mama Dara menatap David, kemudian bergerak cepat beralih menatap Sarah hari ini hanya punya kerjaan satu hari penuh tidak menjauh meninggalkan Eva.“David juga baru tahu, Ma.” David mengatakan tanpa ekspresi seperti biasanya.“Sore, Tante.” Sarah menyadari tatapan Mama Dara segera mengulurkan tangannya. Tersenyum dengan sopan santun.“Sore, Sayang. Ini siapa? Mama baru lihat. Pacar kamu David?” Mama Dara tertawa seraya menatap anak laki-laki dengan gelengan kepala.David nampak terhenyak beberapa saat karena terkejut tuduhan tiba-tiba Mama Dara, sementara Eva sudah duduk di sofa.“Tidak menyangka sekali, ini sangat peningkatan

  • Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan   Bab 75

    Eva menatap bingung dengan kelakuan Anggara. Masih dengan wajah tidak mengerti ucapan terakhirnya, lebih tepatnya di saat ini merasakan jantungnya terpompa lebih cepat karena tindakan Anggara yang menciumnya di depan David. Meski pria terlihat datar tidak peduli tetap Eva tidak merasa biasa.“Ibu ukuran sandalnya berapa?” Sarah bertanya dengan pelan ketika Anggara sepenuhnya tidak terlihat lagi. Suaranya terdengar memburu sepertinya tadi cukup menguras tenaganya membawa barang brand tidak hanya satu, melainkan cukup memenuhi kedua tangannya.Eva segera tertarik dari lamunannya sekilas hanyut jauh menatap Anggara yang keluar ruangannya. Langkahnya begitu nampak terburu-buru, bahkan mengabaikan sekertarisnya Sarah yang masih tertinggal.“Tiga sembilan, kenapa?” kata Eva menatap Sarah mulai mengeluarkan sandal-sandal yang dibawanya.“Syukurlah.” Sarah membuang napasnya lega.“Kenapa?” Eva masih belum mencerna.“Mau minum dulu?" David menyerahkan air mineral. Tidak menunggu Sarah menerim

  • Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan   Bab 74

    “Davit, kapan kamu datang?” Eva tidak kuasa untuk langsung menghamburkan memeluk adiknya.Davit segera membalasnya, memeluk dengan wajah cuek, datar, senyum sekilas tampak sedikit langsung lenyap dalam hitungan beberapa detik.“Apa sekolah kamu selesai? ada agenda apa pulang? kenapa tidak ngabarin?” Eva melepaskan pelukan. Pertanyaan muncul dengan beruntun dan berbicara terdengar sangat cepat.“Dua hari yang lalu. Hampir selesai, doakan segera selesai.” David melenggang menuju sofa. Dimana Anggara yang menyaksikan adegan pelukan itu dengan rasa dongkol dan cemburu karena ia tidak seluassa dan sebebas Davit memeluk Eva yang tampak mesra.Eva segera mengikuti. Masih mengenakan sandal bulu miliknya. “Kenapa tidak ngasih kabar. Kamu baik-baik saja, bukan?”Davit hanya membalas dengan anggukan sekali. Kemudian tatapannya menoleh teralih menatap Anggara. “Kak Angga, aku sudah kirim email. Aplikasi baru milik Kakak luar biasa.”Eva mengerutkan dahinya. Apalagi respon Anggara terlihat mengang

  • Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan   Bab 73

    Eva menatap tampilannya saat ini. Entah sudah tidak terhitung berapa kali dia melihat tampilannya kini, hingga sampai di kantor semakin membuat Eva memelankan langkahnya setelah menyadari tatapan tidak biasa para karyawan sejak keluar mobil.Ekor matanya melirik Anggara tidak melepaskan belitan tangan menggenggam tangannya sejak keluar mobil. Pria yang terkenal, sombong, arogan dan bermulut pedas tanpa ekspresi melangkah satu langkah lebih dulu dari langkahnya.“Ada apa? apa merasakan sakit?” tanyanya sangat jelas terdengar. Semakin membuat suara bisik-bisik dan perhatian karyawan tertuju pada Eva dan Anggara.Eva menggeleng pelan. Merapatkan langkahnya mendekati Anggara. “Tampilanku jelek banget? mereka melihat terus.”“Mereka punya mata.”Anggara mengatakan dengan santai. Menoleh sekilas dan mata mengedarkan ke sekitar menurutnya hal biasa.“Bukan itu,” kesal Eva.“Kamu seksi dan cantik, Sayang. Jangan lupakan kalau suami kamu cukup sangat tampan, jadi biasakan seperti ini.”Eva lant

  • Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan   Bab 72

    “Duduk dulu. Tunggu sebentar.” Anggara datang dengan kursi meja rias. Wajahnya tampak sangat datar tidak terbaca. Suara tidak sekeras sebelumnya, terdengar merendah penuh penekanan seperti menahan amarahnya.Eva masih tidak mengerti menautkan alisnya. Tangan kanan masih memegang handle pintu yang belum terbuka sepenuhnya.“Duduk, jangan kemana-mana.” Anggara mengatakan tegas. Menarik Eva dan mendudukkannya pelan.Eva tidak bisa mengelak banyak. Apalagi gerakan Anggara kali ini. Kemudian nampak pria itu mulai berlari menuju walk in closet dengan langkah cepat terburu-buru.“Apasih? gak jelas.” Eva mengatakan dengan kesal. “Aku tidak tuli,” geramnya mengingat tidak terima atas suara keras Anggara yang terkejut, tapi di terima Eva seperti bentakan perintah.“Ganti sepatu kamu.” Anggara datang dengan sandal rumahan milik Eva. Sandal berbulu imut tanpa hak yang dibelikan Bunda Zia, beberapa waktu lalu. Sandal trepes satu-satunya miliknya.“Apa!” Eva memekik kaget. Menatap sepatu berhak tid

  • Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan   Bab 71

    “Kamu mau kemana? kenapa sudah cantik sekali?” Anggara menatap Eva. Tubuhnya mulai terlihat lebih berisi, meski setiap malam selalu mual-mual hingga muntah parah.Bila kebanyakan ibu hamil merasakan morning sick parah setelah bangun pagi, beda dengan Eva lebih sering mual di malam hari di dua Minggu terlahir ini.Eva melanjutkan menyisir rambutnya. Menatap Anggara dengan balutan pakaian olahraga dari kaca riasnya. Dokter kandungan sudah mengatakan janinnya sudah kuat, bahkan Eva tidak mengalami flek lagi. Bisa dikatakan dua Minggu hampir tiga minggu diperlakukan Anggara seperti orang lumpuh berhasil membuat kehamilannya aman, atau bisa dikatakan emang bayi tanpa rencana yang hidup di rahimnya memilihnya untuk jadi ibu.“Ke kantor. Lama gak ke kantor.” Eva mengatakan dengan tenang. Masih melanjutkan merapikan ribut dan mengaplikasikan skincare ke wajahnya.“Apa!” Anggara tampak terkejut. Keringat terlihat menetes di wajahnya, rambut tampak lembab. Langkahnya segera berayun cepat mendek

  • Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan   Bab 70

    “Semua sudah aku urus. Berkas perceraian yang naik sudah aku tarik. Pengalihan sudah tidak jelas semua harta akan berpindah pada kamu dan anak kita.” Anggara kembali dengan kertas di tangannya. Suaranya terdengar tenang, tapi beda dengan Eva sangat penasaran apa yang dimaksud atas apa yang Anggara katakan.“Maksudnya?” Eva menautkan alisnya. Ponselnya sudah diabaikan dan fokusnya pada Anggara.“Kamu bisa baca sendiri.” Anggara tersenyum tipis. Menyerahkan kertas pengalihan harta yang baru diterimanya tidak lama. Bahkan pengesahannya tepat saat Eva masuk ke rumah sakit, itu artinya saat peresmian sekaligus pesta pernikahan yang berakhir dengan berita kehamilan. Dan saat ini tepatnya kemarin semua berubah isinya.Eva menerima dan setiap kata tertulis, angka hingga huruf tidak lepas dari kedua mata Eva. Ia butuh dua kali untuk membaca untuk menyakinkan semua, meski kenyataannya isinya sangat jelas dan sebenarnya bukan pertama kalinya membaca meski dengan konsep dan isi yang berbeda berb

  • Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan   Bab 69

    Eva melototkan matanya. Perasaan baru beberapa hari tidak memegang ponsel dan yang terjadi sangat luar biasa. Berita tentang pernikahan menjadi trending, begitu juga kehamilannya menduga karena tragedi saat resepsi dan dibenarkan oleh Anggara. Bahkan di akun media sosialnya biasanya sepi saat ini sangat ramai sekali.“Apa-apaan ini?” Eva sampai tidak berkedip. Notifikasi tidak berhenti ketika ponselnya mulai menyala. Bagaimana bisa akunnya di temui oleh orang-orang. Bahkan karyawannya banyak yang tidak tahu jadi sekarang tahu. Apalagi komentar yang bermunculan tidak berhenti.“Astaga! dia banyak idola!” Eva menggeleng melihat tag dirinya dengan Anggara.“Dia milikku!” lirih Eva dengan muka mulai serius. Dahi berkerut dengan alis terangkat.“Apa maksudnya? akun tidak jelas!” Eva mengatakan dengan pelan. Dua kata aneh dengan tanda seru tidak hanya sekali begitu banyak dibaca berulang-ulang oleh Eva. Belum lagi akun tidak ada nama yang jelas pemiliknya bisa dikatakan akun palsu.Guratan

DMCA.com Protection Status