Share

Bab 3 Bayar Dulu Satu Miliar

Author: Aku_Ram
last update Last Updated: 2025-01-11 09:00:50

Gadis yang beberapa waktu lalu turun dari bus itu hanya bisa melongo. Bagaimana tidak? Ia dilarang masuk ke dalam rumahnya sendiri.

“Nggak bisa gitu dong, Tante! Ini rumahku, Tante sama Kak Tari yang numpang!” protes Lea.

Wanita bertubuk semok itu tertawa sumbang. Dari mimik wajahnya, Lea sadar jika seseoran pasti sudah mempengaruhi pikiran tantenya. Karena itulah, tantenya mengambil tindakan tiba-tiba seperti ini.

Ya Tuhan, kenapa Lea harus sesial ini? Ke mana keadilan untuk seluruh rakyat Indonesia?

“Aku akan mengembalikan rumah ini padamu asalkan, kau bisa membelinya dengan satu miliar,” ucap wanita itu menyeringai.

Gadis yang baru saja kembali dari luar negri itu membelalak. “Satu miliar?! Tante sudah gila?!”

“Tidak. Dari sudut mana aku terlihat gila?” balasnya mendelik kesal.

“Tante, dari mana aku dapat uang satu miliar? Aku aja baru selesai wisuda. Belum punya kerja, nggak ada gaji. Lagian, rumah ini rumah peninggalan keluarga ibuku. Kenapa Tante merasa sebagai pemilik?” protes gadis itu masih dilanda syok.

Wanita berambut pirang dan bertubuh semok itu melotot. Telunjuknya yang gemuk berkali-kali mendorong dahi keponakannya. Ia memang tidak suka jika ada yang membantahnya.

“Selama dua tahun terakhir, tante yang ngurus papa kamu! Tante yang jagain selama dia sakit! Semua pengeluaran untuk merawat rumah ini, tante yang keluarin duit! Jadi wajar dong, tante dapat bayaran yang setimpal!” tukasnya garang.

“Tapi aku ahli warisnya, Tante. Rumah ini rumah orang tuaku. Tante nggak berhak buat ngusir aku!” balas gadis itu dengan berani.

Senyum wanita paruh baya itu kembali mengembang. Kini, bibir merah yang tebal itu mulai komat-kamit tak jelas. Saat berhenti, bibir merah itu manyun.

“Dengar ya, Lea. Papa kamu sudah menggadaikan rumah ini sama tante. Buat biaya berobat sama biaya tambahan kamu kuliah di luar negri. Kalau kamu tidak mau tante menjualnya pada orang lain. Bayar dulu satu miliar! Tante kasih kamu waktu nyicil dalam setahun!” tegas wanita itu menutup pagar dengan keras.

Lagi-lagi Lea hanya bisa tercengang. Baru saja pulang ke Indonesia setelah menyelesaikan pendidikan magisternya, ia justru tak diizinkan masuk ke dalam rumahnya sendiri. Lebih dari itu, rumahnya telah diambil alih oleh tante dan sepupunya.

Tak pernah terbayang oleh Lea. Kepedihan karena kepergian papanya beberapa bulan lalu belum hilang. Kini, bertambah dengan musibah baru. Setelah diselingkuhi, ia juga ditipu keluarga sendiri.

Setelah kehilangan papanya, ia juga kehilangan rumah yang penuh kenangan berharga. Ia bahkan tak diizinkan untuk masuk ke halaman belakang. Tempat yang teramat ingin ia datangi di sudut rumah itu.

Gadis itu hanya bisa tergugu. Tubuh kecilnya yang lelah dan ringkih, tak mampu melawan tantenya. Ia tak menyangka jika saudara tiri papanya sejahat ini. Ketulusannya selama ini hanya kepalsuan.

Sejam lebih Lea menunggu belas kasih tantenya. Namun, wanita itu tak kunjung keluar. Hari sudah petang dan Lea hanya bisa pasrah. Ia harus menyeret kakinya pergi.

Lea tak ingin tidur di jalanan malam ini. Setidaknya, ia harus mencari kontrakan atau penginapan. Besok saja ia ke kota dan menemui sahabatnya.

Setelah berjalan hampir dua kilometer. Akhirnya Lea menemukan kontrakan sederhana. Perabot di dalamnya standar, tapi masih cukup layak pakai.

“Bu, ini sewa buat malam ini,” ucap Lea mengulurkan dua lembar uang merah.

“Makasih, Neng. Kalau Neng mau cari makan, bisa ke gang sebelah. Di situ ada beberapa warung yang jual makanan. Karena Neng datangnya malam, tabung gasnya belum sempat diganti,” ujar wanita pemilik kontrakan.

Lea mengangguk mengerti. “Terima kasih, Bu.”

“Sama-sama,” balas wanita itu sebelum beranjak pergi.

Lea mandi lebih dulu karena tubuhnya gerah. Setelah bersih-bersih, ia keluar mencari makan. Seporsi nasi goreng, satu botol besar air mineral dan beberapa cemilan coklat sudah memenuhi kantong kreseknya. Setidaknya, malam ini ia tidak akan tidur kelaparan.

Bugh! Bughh!

“Hajar saja dia! Kalau perlu kita habisi!” ucap pria yang memakai penutup wajah.

“Dia tidak mau mengatakan di mana menyembunyikannya, Bos,” ucap pria bertubuh gemuk.

Lea kembali membelalak melihat seorang laki-laki yang dihajar bertubi-tubi. Empat orang yang mengenakan penutup wajah dan pakaian serba hitam itu terus memaksa korbannya untuk buka mulut. Akan tetapi, yang diserang justru bergeming.

“Hei! Hentikan!” teriak Lea yang merasa iba.

Sang anak buah mulai panik dan mengedarkan pandangan. “Bos, ada yang mergokin kita, Bos!”

“Singkirkan juga gadis itu!” perintah sang bos.

“Pergi dari sini!” usir Lea kembali berteriak meminta tolong. Berharap ada warga yang mendengar teriakannya.

“Hei Anak Manis! Pergi dari sini! Pura-pura saja tidak melihat kami!” balas salah satu dari mereka.

***

Related chapters

  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 4 Kepergok Warga

    “Sepertinya kalian yang harus pergi! Aku baru saja menghubungi polisi!” teriak Lea dengan berani. Walau sebenarnya, ia berusaha mati-matian untuk mengumpulkan keberanian.Mereka berempat panik dan langsung kabur dengan mobil. Lea masih berteriak meminta tolong. Sayangnya, tak ada yang datang.Lea menghampiri laki-laki yang terbaring itu. Lea lega karena laki-laki itu masih hidup. Telunjuk pria itu mengarah ke pagar kontrakan Lea. Lea pikir, mungkin laki-laki itu juga tinggal di sana.Akan tetapi, tiba di teras kontrakan, laki-laki itu tidak sadarkan diri. Lea berteriak memanggil pemilik kontrakan. Namun, ia menyadari jika pintu pagar rumah sebelah tergembok dan tidak ada mobil di garasinya.Rumah itu ternyata kosong. Entah ke mana seluruh penghuni rumah dua lantai itu.Laki-laki itu benar-benar babak belur. Terdorong rasa iba, Lea membawa laki-laki itu masuk ke kamar kontrakannya. Kemudian mengobati lukanya dengan kotak P3K kecil yang kerap kali dibawanya.Lea menyerah saat berusaha m

    Last Updated : 2025-01-11
  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 5 Mahar 1000 Perak

    “KTP dia nggak ada, Pak,” sahut Lea menyodorkan KTP miliknya. Ia sendiri sudah mencarinya tapi tidak menemukannya.Laki-laki yang berwajah lebam itu meringis merasakan denyutan di kepalanya. “Saya tidak tahu kenapa saya ada di sini,” ucap laki-laki itu.“Semalam dia dibegal, Pak. Terus pingsan di depan, saya cuma nolongin,” ujar Lea berharap mereka mau mengerti.“Nama kamu siapa?” tanya Pak RT membaca KTP Lea lalu menoleh pada laki-laki di sampingnya.“Saya Lea, Pak.”“Saya Ang- nama saya Tanu.”Meski sudah memberikan penjelasan, tatapan mereka pada Lea tak berubah. Beberapa pertanyaan diajukan oleh Pak RT pada Tanu. Akan tetapi, para warga seakan tak puas. Lebih tepatnya, tidak percaya.“Bohong, Pak RT! Semalam saya ke warung di samping gang. Saya lihat mereka jalan sambil pelukan. Mereka mesra-mesraan. Si cowoknya ini saya lihat cium kening ceweknya,” ucap seorang pria.“Bukan mesra-mesraan, Pak! Saya bantu dia berdiri. Jalannya aja sempoyongan habis dihajar empat orang!” bantah Lea

    Last Updated : 2025-01-11
  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 6 Serba 1000

    Wanita yang tubuhnya dipenuhi lemak turut berujar, “Untung bukan pemuda desa kita yang jadi korbannya.”Korban? Hellow? Rasanya Lea ingin menyumpal mulut mereka dengan bakso mercon level 1000.Nyinyir banget tahu nggak sih!Lea berusaha menulikan telinga. Meski ia menjelaskan hingga mulutnya berbusa, mereka tidak akan memahami dirinya. Mereka hanya akan percaya pada pendapat mereka sendiri.Bagaikan kotoran yang tak diharapkan. Lea dan Tanu diusir dari desa itu. Para warga di desa itu tidak sadar jika mereka baru saja mengusir pria yang memegang kendali atas mata pencaharian mereka.Saking sentimennya, para warga minta mereka menunggu bus di perbatasan desa. Mereka takut kehadiran Lea dan Tanu memberikan anak-anak mereka pengaruh buruk.Di halte yang penuh dengan tempelan wajah bakal calon anggota dewan dan kepala daerah. Lea dan suami dadakannya duduk berdampingan dengan tatapan lurus ke depan. Mereka baru saja melalui hal yang menggemparkan hidup tenang mereka berdua.“Lea, kamu asl

    Last Updated : 2025-01-12
  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Part 7 Suamiku Seorang Petani

    Lea pun tak berharap lebih. Karena pernikahan itu mendadak dan dibawah paksaan, mereka sepakat untuk membuat kontrak pernikahan. Angga berjanji, enam bulan kemudian ia akan kembali ke desa untuk menceraikan Lea dan memberikannya kompensasi.“Mas, aku lupa nama kamu siapa?” tanya Lea kikuk.“Tanu.”“Mas Tanu kerjaannya apa, sih? Kok sampai dibegal?”“Saya petani.”Lea melongo. “Jadi suamiku seorang petani?” batinnya. Kini ia bisa mengerti dari mana otot-otot itu berasal. Mungkin karena kesehariannya Tanu membajak ladang.Tak ingin Lea menaruh curiga, Tanu berujar, “Mungkin mereka tahu kalau saya baru saja jual hasil panen.”Lea terkesiap lalu bertanya, “Jadi hasil panennya Mas Tanu raib dibawa begal semua? Kalau kayak gitu, harus lapor polisi dong, Mas.”“Nggak semua hal harus dilaporkan sama polisi. Kamu jangan naif jadi orang. Kadang biaya pengurusan sebuah kasus, lebih besar dari nominal materi yang dicuri orang. Mending fokus melanjutkan apa yang bisa dikerjakan daripada berharap s

    Last Updated : 2025-01-12
  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 8 Mencari Saksi Kunci

    Beberapa jam yang lalu.“Pak, kita mampir dulu di barber shop,” pinta Angga pada supir keluarganya.“Iya, Aden. Mau di anterin ke barber shop mana, Den?” tanya pria paruh baya yang datang menjemputnya.“Yang mana aja yang kita lewati nanti,” sahut Angga.Seno tersentak dan menatap heran sahabatnya. “Lo yakin mau potong rambut?”“Hem!” sahut Angga malas.Melihat penampilan sahabatnya, Seno juga merasa jika Angga perlu potong rambut. Nyonya Hartanuwiguna bisa syok kena serangan jantung saat melihat putra bungsunya seperti brandalan.“Bapak yang sabar ya, kita lagi satu mobil sama harimau kutub. Dia semalam udah bermanuver di depan bidadari. Tapi bidadarinya pergi gitu aja. Bahkan, nggak niat kenalan dan minta kartu namanya. Makanya dia sensi,” ujar Seno pada supir keluarga Hartanuwiguna.Pria paruh baya itu hanya mengangguk sembari mengulum senyum. Kalau tertawa, bisa saja ia membuat seekor macan mengamuk. Jangan sampai pula ia kehilangan pekerjaan.Laki-laki bermata sipit itu melirik k

    Last Updated : 2025-01-13
  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 9 Dikira Biskuit Ternyata Duit

    “Lea, ayo!” ajaknya sembari meraih koper istrinya.“Ke mana?” tanya Lea bingung.“Kita makan siang dulu. Setelah itu, kita ke terminal. Tadi kamu bilang mau ke Surabaya, ‘kan?” putus Tanu tanpa meminta pendapat Lea.Lea hanya mengangguk dan ikut naik ke mobil. Lumayan, bisa irit ongkos.Mata Lea bergerak mengedarkan pandangan. Dari dalam dashboard, Tanu mengambil sebuah buku. Kemudian membukanya seolah mencari sesuatu yang terselip di sana.“Ini kartu nama saya,” ucapnya sembari menyodorkan kartu kecil yang tampak mahal. “Simpan di dompet! Tulis juga nomor ponsel kamu di sini!”Tanu merobek kertas yang baru saja ditulisi Lea dan mengantonginya, lalu berkata, “Pak, kita makan siang di warung dekat terminal saja.”“Baiklah,” sahut pria yang sedang mengemudi.Tak butuh waktu lama, mereka tiba di sebuah rumah makan yang cukup ramai. Sembari menunggu pesanan makanan, pria pemilik mobil itu pamit sejenak. Meninggalkan Tanu dan Lea yang kembali canggung.“Mas beneran kenal bapak tadi?” tanya

    Last Updated : 2025-01-14
  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 10 Kegalauan Heru

    Hasil kerjanya mendapatkan apresiasi yang cukup besar dari sang atasan. Hanya saja, Heru tak bisa benar-benar bahagia dengan hasil kerjanya selama menjalankan proyek terakhir. Bonus yang diharapkannya pun tak ia dapatkan.“Sayang!” seru Tari sembari berjalan menghampiri Heru.Kekasihnya itu tampak lesu. Sore ini mereka memang janjian untuk bertemu. Di sudut kafe tak jauh dari kantor, pasangan itu duduk bersama dengan sang wanita memberikan kecupan di pipi Heru.“Kamu kok gitu? Tumben kamu bete’ gini?” tanya Tari heran.Pasalnya, sejak mereka menjalin hubungan. Tak pernah sekalipun Heru mengabaikannya. Bahkan, kerap kali pacarnya ini yang nyosor duluan.“Proyek yang aku kerjain kemarin, diterima baik sama bos,” kata Heru.“Jadi Pak Seno senang dengan kinerja kamu? Bagus, dong! Itu artinya kamu bisa dapat bonus, ‘kan?” ucap Tari sumringah. Ini juga berarti, ia bisa kecipratan bonus itu.Heru lagi-lagi mengangguk lesu. “Iya, bonusnya dapet, tapi nggak sekarang.”“Maksudnya?” Tari tersent

    Last Updated : 2025-01-15
  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 11 Di Balik Manisnya Selingkuhan

    “Tawaran itu kamu terima aja tanpa mikirin apapun lagi. Kamu itu pria hebat, Heru. Aku yakin kamu bisa makin bersinar di Tanufood. Aku bahkan nolak pria lain, karena aku yakin kamu yang layak. Aku yang akan berusaha keras buat dapat promosi juga, biar ditransfer ke sana. Okey?” bujuk Tari.“Tapi kalau begini, kita bakalan jarang ketemu, Sayang,” keluh Heru.Tari mengurai pelukan lalu tersenyum manis. Kemudian ia berbisik, “ Bagaimana kalau ... aku pindah ke apartemen kamu?”Walau terkejut, senyum Heru langsung merekah. Ia semakin yakin jika Tari mencintainya. Mereka juga bisa bersenang-senang sepuasnya.Tanpa Heru sadari jika, kekasihnya itu ingin menumpang hidup tanpa perlu mengeluarkan biaya sewa dan menghemat ongkos. Setiap berangkat dan pulang kerja, ia bisa minta Heru menjemputnya seperti biasa.“Sayang, pulang, yuk!” ajak Heru sambil mengusap lutut kekasihnya. Tatapannya yang tadi kosong berubah mendamba.“Pulang ke mana?” tanya Tari yang meraih minuman Heru.Tari belum sempat m

    Last Updated : 2025-01-17

Latest chapter

  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 18 Alien Tampan

    Perlahan air mulai mengalir dari teko yang dituang Angga. Disaat yang bersamaan, terdengar pintu apartemennya dibuka oleh seseorang. Tamu yang datang sudah pasti Seno. Hanya dia yang tahu sandi apartemen ini.“ASTAGA! ADA APA DENGAN WAJAHMU?!” pekik Seno membelalak.Angga dengan acuh tak acuh beranjak meninggalkan dapur. Ia membawa kopi seduhannya. Tak ada niat menawari tamu yang datang tanpa diundang.“Kau terlihat seperti pangeran buruk rupa saja. Kau habis kecelakaan? Jangan bilang kalau kau jadi pemeran pengganti untuk aktor laga?” sindir Seno yang mengikuti langkah Angga.Melihat sahabatnya diam saja, Seno kembali berkata, “Kalau kau tidak jawab, aku tidak akan berbagi info penting.”“Aku dibius dan dipukuli,” jawab Angga singkat lalu menyesap kopinya.Seno meringis memperhatikan sahabatnya. Wajah rupawan dari petani kaya raya sekaligus CEO PT. Adecoagro itu, kini terlihat kacau.Ada banyak lebam dan luka lecet. Tidak hanya di tu

  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 17 Ingatnya Cuma Mas Tanu

    Melati menggeleng pelan sembari berujar, “Lo kalau mau bercanda, nggak usah halu, Lea.”Lea mulai memelas. “Gue serius, Mel. Gue udah jadi istri orang.”“Nikah sama siapa lo? Member idol Korea?” tanya Melati dengan tangan kiri tang menopang sebelah pipinya.“Sama Mas Tanu,” jawab Lea yang kemudian menggigit bibirnya.“Tanu siapa?”Lea menggaruk kepalanya bingung. “Gue lupa nama lengkapnya. Kartu namanya hilang.”“Kapan, Lea? Tadi malam di alam mimpi?” Lagi-lagi Melati menanggapi dengan candaan.Lea menggeleng. “Tadi pagi di Tulungagung. Gue digerebek warga dan dipaksa nikah.”Melati memijat kepalanya yang mendadak pening. Apa-apaan ini?“Lea, kalau lo mau nge-prank gue, nggak gini juga kali?” ujar Melati tertawa sampai memeluk perut.Lea membuka galeri ponselnya. Kemudian, ia menunjukkan foto ijab q

  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 16 Gue Udah Sold Out

    Melati mengernyit kebingungan. Ponsel Lea sama sekali tidak berbunyi. Di atas meja makan yang sempit itu, ia bisa melihat jelas tampilan layar ponsel sahabatnya. Tidak ada notifikasi apapun.“Mau nelpon siapa nih anak?” batin Melati sembari mengaduk isi mangkuknya.“Gue kayak cewek bego dan sial banget,” ungkap Lea kembali menghapus air matanya yang jatuh.“Antara sial ama beruntung. Sial karena lo udah kenal mereka. Beruntung karena lo udah selamat dari sosok penipu hati kayak Heru. Bayangin aja kalau lo tahu bobroknya pas udah nikah sama si Heru?” komentar Melati sembari meraih gelas air minumnya.Tadinya, Melati mengira akan melihat Lea bergidik. Menunjukkan ekspresi jijik, mual atau mungkin ekspresi penolakan lainnya. Ternyata tidak. Bukannya merasa lebih baik, tangis Lea malah semakin pecah.“Lea … gue nggak maksud bikin lo makin sedih. Maksud gue itu, lo lihat perspekif kedepannya. Okey?” hibur Melati.“Huwaaa …. Gue belum bilang kalau

  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 15 Sakit Hati Itu Pasti

    Suara gebrakan meja itu membuat Lea tersentak. Jantungnya hampir copot mengira gelas kaca itu akan pecah. Jika itu terjadi, maka semua makanan di hadapannya tidak akan bisa dimakan karena terkena pecahan beling. “LO BILANG APA TADI?!” tanya Melati melotot. Bola matanya sudah nyaris keluar. Lea kembali berucap tanpa suara. Namun, gerak bibirnya masih terlihat dan terbaca dengan jelas. “SELINGKUH?!!” pekik Melati. Lea memejamkan mata mendengar pekikan suara gadis bar-bar itu. Belum lagi wajah garang sahabatnya. Melati sudah seperti titisan seorang penyihir saja. Lea kembali mengangguk setelah menceritakan tentang perselingkuhan Heru dan Tari. “Lo yakin? Bukannya Heru, selama ini sayang banget sama lo?” Melati sendiri tampak ragu. Raut wajahnya seakan tak percaya dengan apa yang baru saja Lea katakan. Pikirnya, sejak kapan Lea tahu? Lea mengigit bibir bawahnya. Melihat reaksi sahabatnya, mungkin seperti ini juga reaksi keluarga Heru. Tidak percaya kalau Heru akan setega itu. Malas

  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 14 Mau Curhat

    Lengkap dengan jaket dan topi hitam. Angga akhirnya tiba di basemen apartemennya. Tak lupa ia juga merogoh selembar masker hitam di saku celananya.Sebuah lipatan kertas kecil terjatuh. Bergeser pelan saat ujung sepatu Angga tak sengaja menginjaknya. Pria itu tak sadar sudah menjatuhkan sesuatu yang penting.Tak akan ada yang menduga jika, pria yang sengaja menggunakan mobil box sayuran itu adalah Angga. Sosok pemilik unit termahal di gedung itu.Bagaimanapun, ia harus berkamuflase agar bisa luput dari incaran lensa pencari berita. Satu berita kecil tentangnya, bisa mempengaruhi pergerakan saham perusahaan keluarga.Tanpa menoleh dengan langkah yang cepat, pria itu masuk ke dalam lift. Tujuannya tidak lain adalah apartemen penthouse miliknya. Unit yang berada di lantai teratas gedung itu.Berselang beberapa saat setelah pintu lift tertutup rapat. Seorang petugas kebersihan apartemen memungut kertas yang dijatuhkan Angga tadi. Kemudian menaruhnya di kantong sampah.Setibanya di hunian

  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 13 Cuma Tiga Hari

    Heru mengusak rambutnya frustasi. Pasalnya, sebagian uang itu sudah habis ia gunakan bersenang-senang dengan Tari. Bahkan, beberapa saat lalu, ia baru saja membelikan Tari tas seharga 5 juta rupiah.“Lea, bisa 10 juta aja dulu? Nanti habis gajian aku transfer sisanya,” bujuk Heru.“Memangnya, duitku ke mana? Ah, habis lo pakai foya-foya sama dia? Kalian berdua mau gue laporin ke kantor polisi?!” ancam Lea lagi.Heru membuka mobilnya dan mengambil tas branded di dalam sana. Tari tampak tidak rela melepaskan tas impiannya. Lea benar-benar menahan murka dan ingin rasanya mencabik-cabik mereka berdua. Dugaannya ternyata benar.“Aku nggak mau tas modelan gitu! Kak Tari juga transfer sekarang juga! Paling nggak, tansfer senilai tas itu! Kalau tidak, aku lemparin mobil itu sampai hancur!” geram Lea.Heru membelalak dan tidak terima. Mobil barunya adalah kebanggannya. Membeli tas lagi bisa kapan-kapan saja.“Sayang, tf aja. Nanti akau ganti,” bujuk Heru pada Tari.Tari memberengut kesal bukan

  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 12 Selingkuhan Heru

    Heru dan wanita itu terkejut bukan main. Mereka berdua gelagapan karena mengira sedang kepergok anak kecil. Mereka sampai memperhatikan sosok itu punya bayangan atau tidak.“Hei, Anak Kecil! Jangan urusi urusan orang lain! Sana masuk saja dan ganggu kami!” usir Tari.“Dek, mending sana kamu pergi. Pacarku ini galak loh?” ujar Heru.Disaat yang sama, Tari kembali memeluk Heru dengan tatapan sengit. “Sayang, aku belum puas dipeluk kamu,” ucapnya bermanja.Lea mendadak mual. Bukannya pergi, kedua manusia tak tahu diri itu malah kembali bermesraan.Seakan tak peduli dengan kehadiran seseorang di dekat mereka. Heru justru mencumbu Tari. Suara tawa dan rengekan manja Tari, membuat Lea rasanya ingin memasukkan mereka berdua ke dalam tong sampah.Lea dengan sigap merogoh ponselnya. Ia tak ingin kehilangan kesempatan untuk memotret perselingkuhan Tari dan Heru. Merasa cukup, Lea kemudian bertepuk tangan.“Aish ... anak ini mengganggu saja!” geram Heru.“Makanya tadi aku bilang, mending kita ma

  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 11 Di Balik Manisnya Selingkuhan

    “Tawaran itu kamu terima aja tanpa mikirin apapun lagi. Kamu itu pria hebat, Heru. Aku yakin kamu bisa makin bersinar di Tanufood. Aku bahkan nolak pria lain, karena aku yakin kamu yang layak. Aku yang akan berusaha keras buat dapat promosi juga, biar ditransfer ke sana. Okey?” bujuk Tari.“Tapi kalau begini, kita bakalan jarang ketemu, Sayang,” keluh Heru.Tari mengurai pelukan lalu tersenyum manis. Kemudian ia berbisik, “ Bagaimana kalau ... aku pindah ke apartemen kamu?”Walau terkejut, senyum Heru langsung merekah. Ia semakin yakin jika Tari mencintainya. Mereka juga bisa bersenang-senang sepuasnya.Tanpa Heru sadari jika, kekasihnya itu ingin menumpang hidup tanpa perlu mengeluarkan biaya sewa dan menghemat ongkos. Setiap berangkat dan pulang kerja, ia bisa minta Heru menjemputnya seperti biasa.“Sayang, pulang, yuk!” ajak Heru sambil mengusap lutut kekasihnya. Tatapannya yang tadi kosong berubah mendamba.“Pulang ke mana?” tanya Tari yang meraih minuman Heru.Tari belum sempat m

  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 10 Kegalauan Heru

    Hasil kerjanya mendapatkan apresiasi yang cukup besar dari sang atasan. Hanya saja, Heru tak bisa benar-benar bahagia dengan hasil kerjanya selama menjalankan proyek terakhir. Bonus yang diharapkannya pun tak ia dapatkan.“Sayang!” seru Tari sembari berjalan menghampiri Heru.Kekasihnya itu tampak lesu. Sore ini mereka memang janjian untuk bertemu. Di sudut kafe tak jauh dari kantor, pasangan itu duduk bersama dengan sang wanita memberikan kecupan di pipi Heru.“Kamu kok gitu? Tumben kamu bete’ gini?” tanya Tari heran.Pasalnya, sejak mereka menjalin hubungan. Tak pernah sekalipun Heru mengabaikannya. Bahkan, kerap kali pacarnya ini yang nyosor duluan.“Proyek yang aku kerjain kemarin, diterima baik sama bos,” kata Heru.“Jadi Pak Seno senang dengan kinerja kamu? Bagus, dong! Itu artinya kamu bisa dapat bonus, ‘kan?” ucap Tari sumringah. Ini juga berarti, ia bisa kecipratan bonus itu.Heru lagi-lagi mengangguk lesu. “Iya, bonusnya dapet, tapi nggak sekarang.”“Maksudnya?” Tari tersent

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status