Share

Bab 6 Serba 1000

Author: Aku_Ram
last update Last Updated: 2025-01-12 09:00:01

Wanita yang tubuhnya dipenuhi lemak turut berujar, “Untung bukan pemuda desa kita yang jadi korbannya.”

Korban? Hellow? Rasanya Lea ingin menyumpal mulut mereka dengan bakso mercon level 1000.

Nyinyir banget tahu nggak sih!

Lea berusaha menulikan telinga. Meski ia menjelaskan hingga mulutnya berbusa, mereka tidak akan memahami dirinya. Mereka hanya akan percaya pada pendapat mereka sendiri.

Bagaikan kotoran yang tak diharapkan. Lea dan Tanu diusir dari desa itu. Para warga di desa itu tidak sadar jika mereka baru saja mengusir pria yang memegang kendali atas mata pencaharian mereka.

Saking sentimennya, para warga minta mereka menunggu bus di perbatasan desa. Mereka takut kehadiran Lea dan Tanu memberikan anak-anak mereka pengaruh buruk.

Di halte yang penuh dengan tempelan wajah bakal calon anggota dewan dan kepala daerah. Lea dan suami dadakannya duduk berdampingan dengan tatapan lurus ke depan. Mereka baru saja melalui hal yang menggemparkan hidup tenang mereka berdua.

“Lea, kamu asli orang sini?” tanya laki-laki itu.

“Asli Tulungagung, tapi bukan asli desa ini. Aku tinggal di desa sebelah,” jawab Lea curi-curi pandang. Meski babak belur, ia bisa menilai jika wajah suaminya itu lumayan.

Tanu hanya mengangguk lalu bertanya, “Kamu kenal dengan pria bernama Pak Jay?”

Lea menggeleng. “Sejak kuliah aku tinggal di Surabaya, Mas. Dua tahun terakhir, justru aku tinggal di luar negri.”

“Saya ke sini nyari pria itu. Anehnya, semua orang yang saya tanya tidak tahu,” ungkap Tanu dan keduanya kembali terdiam memikirkan nasib masing-masing.

“Dalam tiga hari, hidupku benar-benar berjalan seperti roller coaster. Semua dimulai dari bayaran 1000 dollar. Tidur di kamar 1000-an. Lalu aku tiba di sini, diminta bayar satu milar alias 1000 juta. Dikasih mahar 1000 perak. Besok, 1000 apa lagi?” gumam Lea tanpa menanggapi ucapan suaminya.

Pria bertubuh mirip atlet itu duduk bersandar dengan mata terpejam. Lea hanya melirik sekilas. Ia cukup memaklumi. Tanu mungkin masih merasakan tubuhnya sakit setelah dihajar habisan-habisan semalam.

“Mas bukan penjahat, ‘kan?” tanya Lea tiba-tiba.

Setelah cukup lama diam, laki-laki itu membuka mata. “Kenapa kamu tanya begitu?”

“Semalam, saya lihat Mas dihajar, lebih tepatnya dikeroyok. Saya baru kepikiran. Jangan sampai Mas itu rampok yang lagi dikejar? Atau mungkin, lagi dikejar rentenir,” timpal Lea menelan salivanya kesat.

Laki-laki itu tersenyum tipis lalu berkata, “Telat kamu mikirnya. Tenang saja, saya bukan orang jahat. Saya hanya lagi apes saja ketemu mereka saat cari orang ke daerah ini.”

“Jadi Mas bukan orang Tulungagung?” gumam Lea mengangguk-angguk.

“Bukan.” Lea memicingkan mata lalu menyilang lengannya.

“Terus, Mas asli mana? Saya berhak tahu, soalnya saya ini istrinya Mas sekarang!” titahnya sok garang.

Tanu lagi-lagi menahan senyum. Gaya jutek gadis di sampingnya cukup menghibur. Padahal, beberapa saat lalu, Lea tidak berhenti menangis.

“Saya asli Surabaya. Tapi beberapa tahun terakhir, saya tinggal di kota lain.”

“Kalau kamu aslinya dari desa sebelah. Terus kenapa malah tinggal di kontrakan itu?” tanyanya heran.

“Aku diusir dari rumahku sendiri. Tepatnya, aku dirampok sama tanteku,” jawab Lea mendadak lesu.

Merasa jika topik yang ditanyakannya membuat gadis itu sedih, ia pun mencoba mengalihkannya. “Terima kasih atas baju ini juga. Setidaknya saya bisa keluar dengan pakaian layak.”

Lea menatap hoodie jumper yang dikenakan suaminya. “Anggap aja Mas beruntung. Tadinya itu buat seseorang. Tapi karena orangnya penipu, hadiahnya nggak jadi saya kasih.”

“Saya rasa kita sama-sama tahu ini tidak akan berhasil.” Suara itu serak tapi tetap terdengar tenang di antara gangguan deru angin.

Mata mereka bertemu, masing-masing memendam kebingungan. Semua ini terlalu tiba-tiba. Tak ada dalam rencana mereka berdua.

“Pernikahan ini ... tak pernah menjadi pilihan kita berdua. Saya akan menceraikan kamu secepatnya. Tapi tidak hari ini juga,” ucapnya dengan lugas.

Ada hal mendesak yang harus dilakukannya. Membawa gadis itu bersamanya juga bukan pilihan yang tepat.

“Belum cukup sehari menikah, sudah bahas cerai. Payah,” gumam Lea tertawa miris memikirkan hidupnya.

“Sekarang pukul berapa?” Pertanyaan itu berubah dingin. Tersinggung kali?

Lea menjawab sambil mengulurkan pergelangan tangannya di depan wajah suami dadakannya. Tanu mengamati sekitarnya. Dari kejauhan ada angkot yang melaju ke arah mereka.

“Tidak perlu menunggu besok,” ucap Lea tertawa.

“Untuk?” Tanu mengernyit heran.

“Tadi aku bilang, besok 1000 apa lagi? Aku baru nyadar kalau kita ketemunya baru 17 jam. Ini udah lebih dari 1000 menit sejak aku nolongin Mas dan jadi tunawisma,” terang Lea menertawakan nasibnya.

Laki-laki itu mengepalkan tangannya. Ada rasa iba yang menyeruak di hatinya. Ia ingin melindungi gadis itu, tapi ia juga tidak ingin Lea berada dalam bahaya.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Part 7 Suamiku Seorang Petani

    Lea pun tak berharap lebih. Karena pernikahan itu mendadak dan dibawah paksaan, mereka sepakat untuk membuat kontrak pernikahan. Angga berjanji, enam bulan kemudian ia akan kembali ke desa untuk menceraikan Lea dan memberikannya kompensasi.“Mas, aku lupa nama kamu siapa?” tanya Lea kikuk.“Tanu.”“Mas Tanu kerjaannya apa, sih? Kok sampai dibegal?”“Saya petani.”Lea melongo. “Jadi suamiku seorang petani?” batinnya. Kini ia bisa mengerti dari mana otot-otot itu berasal. Mungkin karena kesehariannya Tanu membajak ladang.Tak ingin Lea menaruh curiga, Tanu berujar, “Mungkin mereka tahu kalau saya baru saja jual hasil panen.”Lea terkesiap lalu bertanya, “Jadi hasil panennya Mas Tanu raib dibawa begal semua? Kalau kayak gitu, harus lapor polisi dong, Mas.”“Nggak semua hal harus dilaporkan sama polisi. Kamu jangan naif jadi orang. Kadang biaya pengurusan sebuah kasus, lebih besar dari nominal materi yang dicuri orang. Mending fokus melanjutkan apa yang bisa dikerjakan daripada berharap s

    Last Updated : 2025-01-12
  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 8 Mencari Saksi Kunci

    Beberapa jam yang lalu.“Pak, kita mampir dulu di barber shop,” pinta Angga pada supir keluarganya.“Iya, Aden. Mau di anterin ke barber shop mana, Den?” tanya pria paruh baya yang datang menjemputnya.“Yang mana aja yang kita lewati nanti,” sahut Angga.Seno tersentak dan menatap heran sahabatnya. “Lo yakin mau potong rambut?”“Hem!” sahut Angga malas.Melihat penampilan sahabatnya, Seno juga merasa jika Angga perlu potong rambut. Nyonya Hartanuwiguna bisa syok kena serangan jantung saat melihat putra bungsunya seperti brandalan.“Bapak yang sabar ya, kita lagi satu mobil sama harimau kutub. Dia semalam udah bermanuver di depan bidadari. Tapi bidadarinya pergi gitu aja. Bahkan, nggak niat kenalan dan minta kartu namanya. Makanya dia sensi,” ujar Seno pada supir keluarga Hartanuwiguna.Pria paruh baya itu hanya mengangguk sembari mengulum senyum. Kalau tertawa, bisa saja ia membuat seekor macan mengamuk. Jangan sampai pula ia kehilangan pekerjaan.Laki-laki bermata sipit itu melirik k

    Last Updated : 2025-01-13
  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 9 Dikira Biskuit Ternyata Duit

    “Lea, ayo!” ajaknya sembari meraih koper istrinya.“Ke mana?” tanya Lea bingung.“Kita makan siang dulu. Setelah itu, kita ke terminal. Tadi kamu bilang mau ke Surabaya, ‘kan?” putus Tanu tanpa meminta pendapat Lea.Lea hanya mengangguk dan ikut naik ke mobil. Lumayan, bisa irit ongkos.Mata Lea bergerak mengedarkan pandangan. Dari dalam dashboard, Tanu mengambil sebuah buku. Kemudian membukanya seolah mencari sesuatu yang terselip di sana.“Ini kartu nama saya,” ucapnya sembari menyodorkan kartu kecil yang tampak mahal. “Simpan di dompet! Tulis juga nomor ponsel kamu di sini!”Tanu merobek kertas yang baru saja ditulisi Lea dan mengantonginya, lalu berkata, “Pak, kita makan siang di warung dekat terminal saja.”“Baiklah,” sahut pria yang sedang mengemudi.Tak butuh waktu lama, mereka tiba di sebuah rumah makan yang cukup ramai. Sembari menunggu pesanan makanan, pria pemilik mobil itu pamit sejenak. Meninggalkan Tanu dan Lea yang kembali canggung.“Mas beneran kenal bapak tadi?” tanya

    Last Updated : 2025-01-14
  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 10 Kegalauan Heru

    Hasil kerjanya mendapatkan apresiasi yang cukup besar dari sang atasan. Hanya saja, Heru tak bisa benar-benar bahagia dengan hasil kerjanya selama menjalankan proyek terakhir. Bonus yang diharapkannya pun tak ia dapatkan.“Sayang!” seru Tari sembari berjalan menghampiri Heru.Kekasihnya itu tampak lesu. Sore ini mereka memang janjian untuk bertemu. Di sudut kafe tak jauh dari kantor, pasangan itu duduk bersama dengan sang wanita memberikan kecupan di pipi Heru.“Kamu kok gitu? Tumben kamu bete’ gini?” tanya Tari heran.Pasalnya, sejak mereka menjalin hubungan. Tak pernah sekalipun Heru mengabaikannya. Bahkan, kerap kali pacarnya ini yang nyosor duluan.“Proyek yang aku kerjain kemarin, diterima baik sama bos,” kata Heru.“Jadi Pak Seno senang dengan kinerja kamu? Bagus, dong! Itu artinya kamu bisa dapat bonus, ‘kan?” ucap Tari sumringah. Ini juga berarti, ia bisa kecipratan bonus itu.Heru lagi-lagi mengangguk lesu. “Iya, bonusnya dapet, tapi nggak sekarang.”“Maksudnya?” Tari tersent

    Last Updated : 2025-01-15
  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 11 Di Balik Manisnya Selingkuhan

    “Tawaran itu kamu terima aja tanpa mikirin apapun lagi. Kamu itu pria hebat, Heru. Aku yakin kamu bisa makin bersinar di Tanufood. Aku bahkan nolak pria lain, karena aku yakin kamu yang layak. Aku yang akan berusaha keras buat dapat promosi juga, biar ditransfer ke sana. Okey?” bujuk Tari.“Tapi kalau begini, kita bakalan jarang ketemu, Sayang,” keluh Heru.Tari mengurai pelukan lalu tersenyum manis. Kemudian ia berbisik, “ Bagaimana kalau ... aku pindah ke apartemen kamu?”Walau terkejut, senyum Heru langsung merekah. Ia semakin yakin jika Tari mencintainya. Mereka juga bisa bersenang-senang sepuasnya.Tanpa Heru sadari jika, kekasihnya itu ingin menumpang hidup tanpa perlu mengeluarkan biaya sewa dan menghemat ongkos. Setiap berangkat dan pulang kerja, ia bisa minta Heru menjemputnya seperti biasa.“Sayang, pulang, yuk!” ajak Heru sambil mengusap lutut kekasihnya. Tatapannya yang tadi kosong berubah mendamba.“Pulang ke mana?” tanya Tari yang meraih minuman Heru.Tari belum sempat m

    Last Updated : 2025-01-17
  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 12 Selingkuhan Heru

    Heru dan wanita itu terkejut bukan main. Mereka berdua gelagapan karena mengira sedang kepergok anak kecil. Mereka sampai memperhatikan sosok itu punya bayangan atau tidak.“Hei, Anak Kecil! Jangan urusi urusan orang lain! Sana masuk saja dan ganggu kami!” usir Tari.“Dek, mending sana kamu pergi. Pacarku ini galak loh?” ujar Heru.Disaat yang sama, Tari kembali memeluk Heru dengan tatapan sengit. “Sayang, aku belum puas dipeluk kamu,” ucapnya bermanja.Lea mendadak mual. Bukannya pergi, kedua manusia tak tahu diri itu malah kembali bermesraan.Seakan tak peduli dengan kehadiran seseorang di dekat mereka. Heru justru mencumbu Tari. Suara tawa dan rengekan manja Tari, membuat Lea rasanya ingin memasukkan mereka berdua ke dalam tong sampah.Lea dengan sigap merogoh ponselnya. Ia tak ingin kehilangan kesempatan untuk memotret perselingkuhan Tari dan Heru. Merasa cukup, Lea kemudian bertepuk tangan.“Aish ... anak ini mengganggu saja!” geram Heru.“Makanya tadi aku bilang, mending kita mai

    Last Updated : 2025-01-19
  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 13 Cuma Tiga Hari

    Heru mengusak rambutnya frustasi. Pasalnya, sebagian uang itu sudah habis ia gunakan bersenang-senang dengan Tari. Bahkan, beberapa saat lalu, ia baru saja membelikan Tari tas seharga 5 juta rupiah.“Lea, bisa 10 juta aja dulu? Nanti habis gajian aku transfer sisanya,” bujuk Heru.“Memangnya, duitku ke mana? Ah, habis lo pakai foya-foya sama dia? Kalian berdua mau gue laporin ke kantor polisi?!” ancam Lea lagi.Heru membuka mobilnya dan mengambil tas branded di dalam sana. Tari tampak tidak rela melepaskan tas impiannya. Lea benar-benar menahan murka dan ingin rasanya mencabik-cabik mereka berdua. Dugaannya ternyata benar.“Aku nggak mau tas modelan gitu! Kak Tari juga transfer sekarang juga! Paling nggak, tansfer senilai tas itu! Kalau tidak, aku lemparin mobil itu sampai hancur!” geram Lea.Heru membelalak dan tidak terima. Mobil barunya adalah kebanggannya. Membeli tas lagi bisa kapan-kapan saja.“Sayang, tf aja. Nanti akau ganti,” bujuk Heru pada Tari.Tari memberengut kesal bukan

    Last Updated : 2025-01-21
  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 14 Mau Curhat

    Lengkap dengan jaket dan topi hitam. Angga akhirnya tiba di basemen apartemennya. Tak lupa ia juga merogoh selembar masker hitam di saku celananya.Sebuah lipatan kertas kecil terjatuh. Bergeser pelan saat ujung sepatu Angga tak sengaja menginjaknya. Pria itu tak sadar sudah menjatuhkan sesuatu yang penting.Tak akan ada yang menduga jika, pria yang sengaja menggunakan mobil box sayuran itu adalah Angga. Sosok pemilik unit termahal di gedung itu.Bagaimanapun, ia harus berkamuflase agar bisa luput dari incaran lensa pencari berita. Satu berita kecil tentangnya, bisa mempengaruhi pergerakan saham perusahaan keluarga.Tanpa menoleh dengan langkah yang cepat, pria itu masuk ke dalam lift. Tujuannya tidak lain adalah apartemen penthouse miliknya. Unit yang berada di lantai teratas gedung itu.Berselang beberapa saat setelah pintu lift tertutup rapat. Seorang petugas kebersihan apartemen memungut kertas yang dijatuhkan Angga tadi. Kemudian menaruhnya di kantong sampah.Setibanya di hunian

    Last Updated : 2025-02-17

Latest chapter

  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 100 Ada Bahagia Ada Duka

    “Jadi Lea hamil? Hamil anak kami?” batin Angga yang matanya berkaca-kaca. Baru saja ia kehilangan calon anaknya.“Innalillahi ...,” lirih Angga yang merasakan dinding lorong itu perlahan menyempit. Menghimpit tubuhnya yang kini terasa remuk.Tatapan mereka kini beralih pada Angga. Pria itu tampak lebih syok sampai nyaris tidak bisa berdiri dengan tegak. “Kamu kenapa tidak bilang kalau Lea hamil?” tanya Ivanka.Angga menggeleng pelan sembari berkata, “Aku tidak tahu.”Sang dokter mengangguk lalu berkata, “Kemungkinan besar, Ibu Lea juga belum menyadari kehamilannya. Usia kandungannya memang masih muda, baru memasuki minggu keempat atau usia satu bulan. Umumnya wanita hamil belum merasakan gejalanya. Pendarahan yang dialaminya tadi, membuat janinnya kekurangan oksigen. Ditambah dengan efek racun yang menyebar di area lukanya.”Sejam kemudian, Lea sudah dipindahkan ke ICU. Di sampingnya, Angga duduk meggenggam tangan istrinya.Hal yang tengah dirasakan pria itu sekarang adalah terguncang

  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 99 Ada Buktinya

    Tangis Keysa tak juga berhenti. Bayi itu melihat Lea dibawa pergi oleh Angga meninggalkan dirinya. Panggilan mama yang mereka dengar dari Keysa bagaikan goresan sembilu. Bayi cantik itu seakan tahu bahwa mama angkatnya tidak sedang baik-baik saja.Sejak tadi Angga mondar-mandir di depan pintu ruang operasi. Kembali mendengar tangisan Keysa yang terbangun membuatnya lekas menghampiri Ivanka. Mereka baru saja tiba setelah proses pemeriksaaan awal.“Sini, sama papa, Sayang,” kata Angga mengambil alih Keysa.Belum ada satupun dari keluarga Angga yang beranjak. Seno, Putra dan asisten Gani yang saat inI bergerak untuk masalah penyerangan teradap Lea.Masih terngiang jelas teriakan Angga. Begitu menghampiri Lea yang tergeletak tak berdaya, Angga berteriak kencang. Ia tidak membolehkan siapapun keluar dari ballroom dan gedung kantor Tanufood sebelum diperiksa oleh staf keamanan dan pihak kepolisian.“Pappapa ...,” lirih Keysa.

  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 98 Suamiku Petani Berdasi

    Banyak yang mempertanyakan asal-usul dan latar belakang Lea. Mereka penasaran, Lea sebenarnya berasal dari keluarga mana? Namun, masalah itu seakan ditepis dengan prestasi risetnya.Sikapnya yang sopan dan berkelas. Kelembutannya pada cucu sang presdir. Ditambah lagi tatapan penuh cinta dan kekaguman dari Angga. Mereka mewajarkan jika seorang Gani Hartanuwiguna dan Ivanka menerima gadis itu sebagai menantunya.Setelah Lea naik ke panggung dan menerima trofi penghargaannya. Ia mengundang suaminya untuk menemani di panggung. Dengan polosnya Lea mengungkapkan jika kakinya lemas karena banyak pasang mata yang tertuju padanya.Setelah Lea, kini satu persatu karyawan berprestasi lainnya naik ke panggung. Mereka mendapatkan reward sesuai prestasi dan kinerja mereka. Termasuk Seno yang mewakili kerja sama antara Adecoagro dan Tanufood.“Congratulations!” ucap seseorang yang menghampiri Seno dengan membawa sebuah buket.Kehadiran model cantik itu nyatanya turut mencuri panggung. Apalagi meliha

  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 97 Kejutan Malam Ini

    Melihat penampilan Lea malam ini membuat Angga terpukau. Istri lugunya tidak tampak seperti gadis belia. Gaun dan riasannya menegaskan jika Lea adalah wanita dewasa.“Aku kelihatan aneh ya, Mas?” tanya Lea sambil memutar tubuhnya di depan Angga.“Apa Melati yang merekomendasikan penampilanmu malam ini?” tanya Angga.Lea mengangguk mantap sambil tersipu kala melihat senyum suaminya. “Sahabatmu layak dapat bonus.”“Bonus? Bonus apa?” tanya Lea penasaran.“Beasiswa pendidikan spesialis sepertinya bonus yang tidak akan dia tolak,” jawab Angga.Mata Lea kembali berbinar. Ia tahu bagaimana jatuh bangunnya Melati menanbung untuk bisa kuliah spesialis. “Beneran, Mas? Melati kalau denger langsung pasti bakalan joget-joget kayak member blackpink.”Angga mengangguk dan mengajak Lea keluar. Di ruang tamu sudah ada Seno dengan penampilannya yang paripurna. Tuxedo mewah menambah kadar ketampanannya. Begitu juga dengan Keysa yang tampak cantik di gendongannya.“Ayo, Papa, Mama, kita berangkat!” ucap

  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 96 Mayat Hidup

    Sejak Melati menegaskan padanya untuk berhenti menyukainya, Juna pun mulai menjaga jarak. Bukan untuk menyerah, melainkan mencoba memberi Melati ruang. Tepatnya ruang rindu yang diharapkan Juna.Melati menikmati hidupnya seperti biasa. Namun, harus ia akui jika setiap kali tiba di rumah sakit, ada sesuatu yang hilang. Namun, ia justru mengira sesuau yang hilang itu adalah karena rasa kesepian setelah Lea memutuskan tinggal bersama suaminya.Mendapatkan undangan langsung dari CEO Tanufood untuk menghadiri acara penting perusahaan itu, tak Melati lewatkan. Pasalnya, Angga membocorkan sebuah rahasia penting tentang prestasi Lea. Karena itulah, sore ini Melati menyempatkan diri mampir ke pusat perbelanjaan untuk membelikan Lea hadiah.Saat mendapat pesan dari ayahnya, Melati setuju untuk duduk bersama. Ayahnya juga diundang dalam acara itu. Kali ini ia tidak ingin melewatkan kesempatan sejak ayahnya meminta maaf.Ayahnya memang sudah berjanji akan memberikannya keadilan. Keadilan yang bah

  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 95 Suaminya Petani Miskin

    Ketidakhadiran Lea di kantor selama sebulan terakhir menghadirkan banyak tanya. Banyak rekan kerjanya di Tanufood yang penasaran ke mana Lea. Pasalnya, karyawan di tim Adecoagro juga mencarinya.“Aku heran loh, ke mana Lea sebenarnya? Masa anak Adecoagro malah nanya ke aku?” ungkap salah satu karyawan bagian quality control.“Apa jangan-jangan ... Lea dipecat? Anak Adecoagro bilang, Lea nggak ada di kantor pusat Adecoagro,” tambah rekan yang lain.Tatapan mereka beralih pada sang ketua tim. Bukankah pria itu harusnya tahu ke mana perginya sang bawahan?“Kayaknya Lea cuti panjang. Mungkin dia hamil. Soalnya saya tidak sengaja lihat dia di rumah sakit, keluar dari ruangan dokter spesialis kandungan,” jawab pria itu.“Hamil?” gumam mereka kompak mengernyit.“Kalian lupa? Lea kan pernah bilang kalau dia sudah menikah sama petani?”“Kasihan juga ya, jadi Lea. Padaha

  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 94 Gadis Baik

    Dari cerita Lea semalam, Angga tidak bisa menerka tujuan kedatangan kedua orang tuanya. Benarkaah hanya sekedar kangen Keysa? Akal sehat Angga mencoba menerima walau itu sulit.Namun, menyadari mereka datang ke rumahnya saat ia tidak berada di rumah. Bahkan tidak mengabarinya, membuat Angga menaruh curiga. Rasanya ada udang di balik batu.Sebelum ke kantor, Angga sengaja mampir ke rumah orang tuanya. Lebih baik bertanya langsung tujuan mereka datang ke rumahnya. Ia tidak yakin jika Lea berkata jujur sepenuhnya. Mungkin saja Lea sengaja menyembunyikan hal buruk dan hanya bercerita yang baik-baik saja.Mungkin saja Lea sengaja menyembunyikan sikap kasar orang tuanya. Ia cukup mengenal watak ayah dan bundanya. Keegoisan mereka bukanlah hal yang baru dalam hidupnya.“Tumben kamu pagi-pagi datang ke rumah?” tanya Ivanka terkejut bukan main.Ada apa dengan putra bungsunya ini? Gani sendiri sampai terheran-heran karena Angga datang tanpa kabar

  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 93 Kedatangan Mertua

    Pagi ini, setelah Angga berangkat ke kantor, Lea kedatangan tamu. Tamu yang tak pernah ia duga akan datang saat suaminya tidak ada. Melihat keduanya dari layar monitor, Lea lekas membukakan pintu dan mempersilakan mereka masuk. “Apa kabar, Leana?” sapa Gani sembari tersenyum pada menantunya.“Kabar saya baik, Pak,” sahut Lea tersenyum dan mengangguk sopan. “Mari, sialakan masuk!”Gani dan Ivanka melangkah masuk ke dalam penthouse putranya. Ada beberapa perubahan posisi furnitur sejak terakhir kali mereka datang tahun lalu. Ruang tengah tampak dibiarkan lebih luas dan terdapat spot khusus area bermain Keysa.Tampak Keysa duduk di baby wakler. Suara ribut gemerincing terdengar dari mainan hiasan tempat duduk bayi itu. Namun, saat bayi itu melihat kedatangan nenek dan kakeknya, ia justru terdiam.Sepasang mata bulat dan jernih itu sedang memperhatikan dua sosok yang terasa asing di matanya. Begitu Lea membuka pagar pembatas area bermain Keysa, ia pun memanggil agar Keysa mendekat.“Mamm

  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 92 Bukan Simpanan

    "Saya tidak tahu detail apa masalah yang sudah kamu lakukan, Heru. Padahal, selama ini saya cukup mengapresiasi pekerjaan kamu. Saya sudah coba melobi Pak Seno untuk mempertimbangkan kembali keputusan pemecatan kamu. Tapi, Pak Seno bilang, kesalahan kamu cukup fatal sampai Pak Anggara sendiri selaku owner yang minta pemutusan hubungan kerja," jelas sang manajer.Heru mengangguk lesu. Sejak semalam, ia sudah bisa memprediksi hal ini. Namun, ia tidak menyangka akan terjadi secepat ini.Belum cukup 24 jam sejak bertemu Lea dan Pak Angga semalam di mall. Kini pria itu sudah memecatnya. Heru yakin jika Lea pasti sudah mengadukan dirinya pada pria itu."Sialan kamu Lea!" batin Heru."Satu hal lagi, Tari juga dipecat kemarin. Rekan-rekan di Adecoagro turut membuktikan kesalahannya dengan mengungkapkan kegiatan nepotisme yang dia lakukan," papar sang manajer.Pria itu tahu kalau Heru dan Tari menjalin hubungan. Dirinya ditolak oleh Tari karena Tari lebih menyukai Heru.Ucapan sang manajer mem

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status