Share

Bab 2 Masih Perawan

Author: Aku_Ram
last update Last Updated: 2025-01-10 13:04:56

Sinar matahari semakin lama terasa menyilaukan. Keadaan itu memaksa Lea bangun lebih awal dari biasanya. Lea ingat dirinya tidak harus bekerja setelah resign dari toko roti tempatnya bekerja.

Gadis berambut panjang itu masih terpejam. Tangannya bergerak menutupi wajah dengan helaian rambutnya sendiri. Niatnya adalah bangun hingga waktu makan siang. Akan tetapi, keinginannya itu harus gagal sebelum sempat terealisasikan. Bukankah harusnya ia beres-beres dan bersiap untuk pulang ke Indonesia?

Kelopak matanya yang sayup, kini terbuka lebar. Keningnya berkerut saat Lea merasakan tangannya memeluk sesuatu yang terasa berbeda. Bukan guling empuk yang biasanya ia peluk setiap malam.

Yang dipeluknya ini terasa hangat. Tidak empuk, melainkan keras tapi juga halus. Samar ia mencium aroma kopi dan kayu. Apa mungkin ular besar?!

Lea terbelalak kaget. Gadis itu sontak menarik tangan dari sosok yang baru saja dilihatnya. Sekali lihat, otaknya menafsirkan jika sosok itu adalah seorang pria dengan rambut diikat bun dan sedikit berantakan.

Lea mengintip di balik selimut yang menutupi tubuhnya maupun pria itu. Oh, tidak! Rasanya kepala Lea baru saja dihantam palu besar.

Ia tidak mengenakan apapun! Begitu juga dengan pria yang masih pulas di sampingnya!

Sebisa mungkin Lea mencoba mengingat kejadian semalam. Bagaimana bisa ia berakhir di ranjang pria asing? Sialnya, Lea benar-benar tidak ingat apapun. Ia hanya ingat dirinya diserang lalu ditolong seorang pria di tangga darurat hotel.

Pria yang tidur telungkup di sampingnya itu melenguh. Lea kembali membelalak dan sontak terduduk. Perlahan selimut yang menutupi punggung pria itu tersingkap. Ada tato kepala harimau yang menganga seakan hendak menerkam Lea.

Lea memperhatikan penampakan pria itu sekali lagi. Dari belakang saja, pria itu sudah tampak menyeramkan. Rambutnya cukup panjang dan diikat karet gelang hitam. Otot tubuh dan lengannya kekar. Punggungnya memiliki bekas luka dan tato hewan buas.

“Apa dia mafia?” batin Lea menelan salivanya.

Ketimbang memikirkan banyak hal, Lea merasa lebih baik segera pergi. Secepatnya, sebelum ia ketahuan tidur dengan pria misterius itu. Jangan sampai pria itu terbangun dan menodongnya dengan senjata.

Bisa jadi ia kehilangan nyawa. Kemudian dibuang di suatu tempat. Bisa gagal pulang ke tanah air jika dirinya jadi korban.

“Ya ampun, bagaimana ini? Di mana sih celana dalam gue?” batin Lea sibuk mengedarkan pandangan mencari benda kecil berwarna merah muda yang dipakainya semalam.

Sepelan mungkin Lea beringsut. “Aduh ...,” lirih Lea meringis.

Ia merasakan sakit yang sulit dijelaskan pada bagian inti tubuhnya. Akan tetapi, rasa takutnya lebih mendominasi. Walau matanya berkaca-kaca, Lea menahan suara karena takut pria itu terbangun.

Sampai akhirnya ia menemukan sepasang benda merah muda itu. Setelah memakai kembali pakaian dalamnya, Lea kembali mencari dress hitam yang dipakainya semalam. Kain itu teronggok di lantai dekat sofa.

“Seganas apa dia sampai bajuku sobek begini?” keluh Lea.

Dress cantiknya sudah compang-camping, mirip seperti kain lap. Lea tak punya pilihan lain. Ia tetap memakai dress sobeknya. Kemudian, ia mengambil kemeja putih milik pria itu.

Sengaja Lea hanya memasang tiga kancing di bawah kerah. Sisanya ia kumpulkan lalu ia ikat. Setidaknya, penampilannya tidak terlalu aneh. Untung saja isi tasnya masih utuh.

Sembari berjinjit menenteng tas dan sepatunya, Lea keluar dari kamar itu. Lea berjanji tidak akan kembali lagi ke hotel ini. Ia juga tidak akan pernah memilih kamar dengan nomor 1002. Dengan langkah terseok, Lea beranjak menuju lift.

Tepat disaat pintu kamar hotel itu kembali tertutup rapat, terdengar suara khas pintu terkunci otomatis. Pria di dalam kamar hotel itu mengerjap. “Seno ... jam berapa pesawatnya?”

Hening.

Pria dengan pahatan otot tubuh yang nyaris sempurna itu akhirnya bangun dan bersandar di ranjang. Ia mengedarkan pandangan dan menyadari tak ada seorang pun selain dirinya. Sementara ia yakin jika, baru saja ada seseorang yang melewati pintu kamarnya.

Kala hendak beranjak dari ranjang, ia menyadari jika ia tidak mengenakan apapun. Celana, jas dan dasinya juga berserakan di lantai. Dengan tangan gemetar, ia mencoba mengintip tubuhnya di balik selimut.

Deg!

Pria itu tersentak dan refleks menarik selimut. Ia turun dari ranjang meraih boxer miliknya. Saat itulah ia melihat noda merah di seprei putih itu.

“Darah?” gumamnya sembari menghalau pantulan cahaya yang menyilaukan matanya.

Pria itu mendekat lalu meraih sebuah anting emas kecil. Ada inisial hurf ‘L’ yang terukir di belakangnya. Matanya kembali membelalak menatap bergantian benda itu dan noda di seprei.

“Siapa gadis yang semalam sudah kurenggut perawannya?” gumamnya sembari mengusap wajahnya resah.

Masih dengan pikiran yang kacau luar biasa. Angga lekas mencari ponselnya. Benda berharganya itu bahkan nyaris ia injak. Segera ia menekan #5 lalu menunggu seseorang di seberang sana menjawab panggilan telponnya.

“Halo, selamat pagi, Bos,” sahut Seno.

“Di mana kau?!” geram Angga.

“Di kantor staf keamanan hotel. Lagi nyari bukti kelakuan model yang makan malam sama lo semalam,” jawab Seno setenang mungkin.

Angga mengernyit lalu bertanya, “Bukti? Apa maksudmu?”

“Semalam aku pesan dua kamar berbeda. Kamar VIP untukmu dan kamar reguler untukku. Aku ingin bersenang-senang dengan staf cantik yang bersedia menghabiskan malam denganku. Setidaknya aku bersenang-senang setelah tiga hari kerja rodi denganmu. Tapi, kau tidak sabaran dan malah mengambil kartu kamarku. Sementara kartu kamar VIP yang kupesan untukmu, diambil Melani, model yang dikenalkan bundamu. Dia sudah masuk lebih dulu di kamar itu dan menunggumu untuk menghabiskan malam bersama,” jelas Seno.

“Jadi semalam, aku tidur dengan wanita kencanmu?!” bentak Angga.

“Apa maksudmu? Tidak, aku dan wanitaku memesan kamar lain.”

“Lalu siapa gadis perawan ini?”

“Perawan? Mana aku tahu. Tunggu! Jangan-jangan ....”

“Jangan-jangan apa? Jangan bilang dia model yang dikenalkan bundaku?!”

“Bukan. Aku sudah mengirim pria lain ke kamar VIP itu untuk memberikan Melani pelajaran. Tunggu, gadis di kamar itu tidak pergi? Kau tidur dengan gadis yang pingsan itu?!” tanya Seno balik. Dari suaranya, Angga tahu jika Seno juga panik sama sepertinya.

“Cek cctv di depan pintu kamar 1002. SEKARANG JUGA!!!” teriak Angga.

Seno berdeham dan dengan kalem ia menyahut, “Iya, Bosku.”

“Cari tahu siapa gadis yang tidur denganku semalam! Kalau tidak, aku akan membuangmu ke laut!” ancam Angga.

Seno lekas mengiyakan. Tanpa menunggu balasan dari sahabat sekaligus atasannya, Seno kabur. Jangan sampai Angga mematahkan seluruh tulangnya.

Angga masuk ke dalam kamar mandi. Guyuran air mulai menerpa tubuhnya. Perlahan ia mulai merasa rileks dan tenang.

Disaat yang sama, bayangan kejadian semalam mulai berdatangan. Suara lenguhan dan desahan itu berbisik manja. Yang mengejutkan adalah, bisa-bisanya ia terangsang hanya karena membayangkan kejadian semalam.

“Sial!” umpatnya saat menyadari jika harus menidurkan sesuatu yang terlanjur bangun. Cukup lama ia harus berjuang sampai mencapai puncak dengan usahanya sendiri.

“Setelah pergi begitu saja, dia masih saja menyusahkan!” geram Angga sembari memukul dinding kamar mandi.

Angga merasakan telapak tangannya yang dingin. Sangat berbeda dengan semalam di mana ia menyentuh sesuatu yang hangat, lembut dan kenyal. Kembali ia menatap kedua telapak tangannya lalu membaliknya. Refleks, 10 ujung jarinya bergerak seakan meremas sesuatu.

“Kalau begini terus aku bisa gila!” geram Angga sembari mengusak rambutnya.

Pikiran kotornya kembali berkelana. Ingatannya terasa jelas kala bibirnya mengecap sesuatu yang terasa lembut dan manis. Bukan permen tapi terasa seperti campuran buah. Aromanya pun samar masih teringat olehnya.

“Apa semalam aku benar-benar mencium bibirnya?” batin Angga sembari mengigit bibirnya sendiri.

Ia masih tak percaya menghabiskan malam panas dengan seorang gadis perawan. Ironisnya, ia merasa dicampakkan.

Angga bertekad akan mencari gadis itu sampai kapanpun. Satu hal yang ditakutkannya. Semalam, ia melakukannya tanpa pengaman.

Masalah tak berhenti disitu saja. Sang bunda terus membuat ponselnya berdering. Angga diminta kembali ke Indonesia hari ini juga.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 3 Bayar Dulu Satu Miliar

    Gadis yang beberapa waktu lalu turun dari bus itu hanya bisa melongo. Bagaimana tidak? Ia dilarang masuk ke dalam rumahnya sendiri.“Nggak bisa gitu dong, Tante! Ini rumahku, Tante sama Kak Tari yang numpang!” protes Lea.Wanita bertubuk semok itu tertawa sumbang. Dari mimik wajahnya, Lea sadar jika seseoran pasti sudah mempengaruhi pikiran tantenya. Karena itulah, tantenya mengambil tindakan tiba-tiba seperti ini.Ya Tuhan, kenapa Lea harus sesial ini? Ke mana keadilan untuk seluruh rakyat Indonesia?“Aku akan mengembalikan rumah ini padamu asalkan, kau bisa membelinya dengan satu miliar,” ucap wanita itu menyeringai.Gadis yang baru saja kembali dari luar negri itu membelalak. “Satu miliar?! Tante sudah gila?!”“Tidak. Dari sudut mana aku terlihat gila?” balasnya mendelik kesal.“Tante, dari mana aku dapat uang satu miliar? Aku aja baru selesai wisuda. Belum punya kerja, nggak ada gaji. Lagian, rumah ini rumah peninggalan keluarga ibuku. Kenapa Tante merasa sebagai pemilik?” protes g

    Last Updated : 2025-01-11
  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 4 Kepergok Warga

    “Sepertinya kalian yang harus pergi! Aku baru saja menghubungi polisi!” teriak Lea dengan berani. Walau sebenarnya, ia berusaha mati-matian untuk mengumpulkan keberanian.Mereka berempat panik dan langsung kabur dengan mobil. Lea masih berteriak meminta tolong. Sayangnya, tak ada yang datang.Lea menghampiri laki-laki yang terbaring itu. Lea lega karena laki-laki itu masih hidup. Telunjuk pria itu mengarah ke pagar kontrakan Lea. Lea pikir, mungkin laki-laki itu juga tinggal di sana.Akan tetapi, tiba di teras kontrakan, laki-laki itu tidak sadarkan diri. Lea berteriak memanggil pemilik kontrakan. Namun, ia menyadari jika pintu pagar rumah sebelah tergembok dan tidak ada mobil di garasinya.Rumah itu ternyata kosong. Entah ke mana seluruh penghuni rumah dua lantai itu.Laki-laki itu benar-benar babak belur. Terdorong rasa iba, Lea membawa laki-laki itu masuk ke kamar kontrakannya. Kemudian mengobati lukanya dengan kotak P3K kecil yang kerap kali dibawanya.Lea menyerah saat berusaha m

    Last Updated : 2025-01-11
  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 5 Mahar 1000 Perak

    “KTP dia nggak ada, Pak,” sahut Lea menyodorkan KTP miliknya. Ia sendiri sudah mencarinya tapi tidak menemukannya.Laki-laki yang berwajah lebam itu meringis merasakan denyutan di kepalanya. “Saya tidak tahu kenapa saya ada di sini,” ucap laki-laki itu.“Semalam dia dibegal, Pak. Terus pingsan di depan, saya cuma nolongin,” ujar Lea berharap mereka mau mengerti.“Nama kamu siapa?” tanya Pak RT membaca KTP Lea lalu menoleh pada laki-laki di sampingnya.“Saya Lea, Pak.”“Saya Ang- nama saya Tanu.”Meski sudah memberikan penjelasan, tatapan mereka pada Lea tak berubah. Beberapa pertanyaan diajukan oleh Pak RT pada Tanu. Akan tetapi, para warga seakan tak puas. Lebih tepatnya, tidak percaya.“Bohong, Pak RT! Semalam saya ke warung di samping gang. Saya lihat mereka jalan sambil pelukan. Mereka mesra-mesraan. Si cowoknya ini saya lihat cium kening ceweknya,” ucap seorang pria.“Bukan mesra-mesraan, Pak! Saya bantu dia berdiri. Jalannya aja sempoyongan habis dihajar empat orang!” bantah Lea

    Last Updated : 2025-01-11
  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 6 Serba 1000

    Wanita yang tubuhnya dipenuhi lemak turut berujar, “Untung bukan pemuda desa kita yang jadi korbannya.”Korban? Hellow? Rasanya Lea ingin menyumpal mulut mereka dengan bakso mercon level 1000.Nyinyir banget tahu nggak sih!Lea berusaha menulikan telinga. Meski ia menjelaskan hingga mulutnya berbusa, mereka tidak akan memahami dirinya. Mereka hanya akan percaya pada pendapat mereka sendiri.Bagaikan kotoran yang tak diharapkan. Lea dan Tanu diusir dari desa itu. Para warga di desa itu tidak sadar jika mereka baru saja mengusir pria yang memegang kendali atas mata pencaharian mereka.Saking sentimennya, para warga minta mereka menunggu bus di perbatasan desa. Mereka takut kehadiran Lea dan Tanu memberikan anak-anak mereka pengaruh buruk.Di halte yang penuh dengan tempelan wajah bakal calon anggota dewan dan kepala daerah. Lea dan suami dadakannya duduk berdampingan dengan tatapan lurus ke depan. Mereka baru saja melalui hal yang menggemparkan hidup tenang mereka berdua.“Lea, kamu asl

    Last Updated : 2025-01-12
  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Part 7 Suamiku Seorang Petani

    Lea pun tak berharap lebih. Karena pernikahan itu mendadak dan dibawah paksaan, mereka sepakat untuk membuat kontrak pernikahan. Angga berjanji, enam bulan kemudian ia akan kembali ke desa untuk menceraikan Lea dan memberikannya kompensasi.“Mas, aku lupa nama kamu siapa?” tanya Lea kikuk.“Tanu.”“Mas Tanu kerjaannya apa, sih? Kok sampai dibegal?”“Saya petani.”Lea melongo. “Jadi suamiku seorang petani?” batinnya. Kini ia bisa mengerti dari mana otot-otot itu berasal. Mungkin karena kesehariannya Tanu membajak ladang.Tak ingin Lea menaruh curiga, Tanu berujar, “Mungkin mereka tahu kalau saya baru saja jual hasil panen.”Lea terkesiap lalu bertanya, “Jadi hasil panennya Mas Tanu raib dibawa begal semua? Kalau kayak gitu, harus lapor polisi dong, Mas.”“Nggak semua hal harus dilaporkan sama polisi. Kamu jangan naif jadi orang. Kadang biaya pengurusan sebuah kasus, lebih besar dari nominal materi yang dicuri orang. Mending fokus melanjutkan apa yang bisa dikerjakan daripada berharap s

    Last Updated : 2025-01-12
  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 8 Mencari Saksi Kunci

    Beberapa jam yang lalu.“Pak, kita mampir dulu di barber shop,” pinta Angga pada supir keluarganya.“Iya, Aden. Mau di anterin ke barber shop mana, Den?” tanya pria paruh baya yang datang menjemputnya.“Yang mana aja yang kita lewati nanti,” sahut Angga.Seno tersentak dan menatap heran sahabatnya. “Lo yakin mau potong rambut?”“Hem!” sahut Angga malas.Melihat penampilan sahabatnya, Seno juga merasa jika Angga perlu potong rambut. Nyonya Hartanuwiguna bisa syok kena serangan jantung saat melihat putra bungsunya seperti brandalan.“Bapak yang sabar ya, kita lagi satu mobil sama harimau kutub. Dia semalam udah bermanuver di depan bidadari. Tapi bidadarinya pergi gitu aja. Bahkan, nggak niat kenalan dan minta kartu namanya. Makanya dia sensi,” ujar Seno pada supir keluarga Hartanuwiguna.Pria paruh baya itu hanya mengangguk sembari mengulum senyum. Kalau tertawa, bisa saja ia membuat seekor macan mengamuk. Jangan sampai pula ia kehilangan pekerjaan.Laki-laki bermata sipit itu melirik k

    Last Updated : 2025-01-13
  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 9 Dikira Biskuit Ternyata Duit

    “Lea, ayo!” ajaknya sembari meraih koper istrinya.“Ke mana?” tanya Lea bingung.“Kita makan siang dulu. Setelah itu, kita ke terminal. Tadi kamu bilang mau ke Surabaya, ‘kan?” putus Tanu tanpa meminta pendapat Lea.Lea hanya mengangguk dan ikut naik ke mobil. Lumayan, bisa irit ongkos.Mata Lea bergerak mengedarkan pandangan. Dari dalam dashboard, Tanu mengambil sebuah buku. Kemudian membukanya seolah mencari sesuatu yang terselip di sana.“Ini kartu nama saya,” ucapnya sembari menyodorkan kartu kecil yang tampak mahal. “Simpan di dompet! Tulis juga nomor ponsel kamu di sini!”Tanu merobek kertas yang baru saja ditulisi Lea dan mengantonginya, lalu berkata, “Pak, kita makan siang di warung dekat terminal saja.”“Baiklah,” sahut pria yang sedang mengemudi.Tak butuh waktu lama, mereka tiba di sebuah rumah makan yang cukup ramai. Sembari menunggu pesanan makanan, pria pemilik mobil itu pamit sejenak. Meninggalkan Tanu dan Lea yang kembali canggung.“Mas beneran kenal bapak tadi?” tanya

    Last Updated : 2025-01-14
  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 10 Kegalauan Heru

    Hasil kerjanya mendapatkan apresiasi yang cukup besar dari sang atasan. Hanya saja, Heru tak bisa benar-benar bahagia dengan hasil kerjanya selama menjalankan proyek terakhir. Bonus yang diharapkannya pun tak ia dapatkan.“Sayang!” seru Tari sembari berjalan menghampiri Heru.Kekasihnya itu tampak lesu. Sore ini mereka memang janjian untuk bertemu. Di sudut kafe tak jauh dari kantor, pasangan itu duduk bersama dengan sang wanita memberikan kecupan di pipi Heru.“Kamu kok gitu? Tumben kamu bete’ gini?” tanya Tari heran.Pasalnya, sejak mereka menjalin hubungan. Tak pernah sekalipun Heru mengabaikannya. Bahkan, kerap kali pacarnya ini yang nyosor duluan.“Proyek yang aku kerjain kemarin, diterima baik sama bos,” kata Heru.“Jadi Pak Seno senang dengan kinerja kamu? Bagus, dong! Itu artinya kamu bisa dapat bonus, ‘kan?” ucap Tari sumringah. Ini juga berarti, ia bisa kecipratan bonus itu.Heru lagi-lagi mengangguk lesu. “Iya, bonusnya dapet, tapi nggak sekarang.”“Maksudnya?” Tari tersent

    Last Updated : 2025-01-15

Latest chapter

  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 62 Sudah Punya Pilihan

    Ivanka dengan raut wajah tegas, menghampiri putranya yang duduk di pean klinik. Kini saatnya ia menagih penjelasan pada putranya. Ivanka sadar jika berita viral ini bisa ia manfaatkan untuk meminta Angga segera menikah.Lebih dari itu, ia cukup mengenal keluarga Darmawan. Vina atau Vivian Natisya Darmawan. Putri keluarga itu adalah salah seorang model terkenal yang berkecimpung dalam industri pemasaran sandang.Setahun belakangan Vina memang jarang muncul di media. Kabar yang terdengar jika gadis cantik itu dilamar seorang pengusaha kaya asal negri tetangga. Kemudian beredar kabar di beberapa koleganya jika Vina kabur dari acara pertunangan.“Angga, sekarang jelasin sama bunda!” pinta Ivanka sambil menyilang kedua lengan di depan perutnya. Keangkuhannya tak pernah surut.“Jelasin apa?” balas Angga yang sama sekali tidak mengalihkan tatapannya dari ponselnya.“Ya jelasin yang tadi? Kenapa kamu ada di apartemennya Seno s

  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 61 Berita Viral

    Sebelum pulang, Seno meminta tolong Angga agar mampir ke lantai apartemennya un tuk mengambil berkas Adecoagro. Berkas yang diurusnya bulan lalu, masih ada di meja kerja dalam apartemennya. Seno baru saja selesai mandi saat Bi Tami meminta tolong Seno menjaga Keysa karena wanita itu butuh untuk membeli beberapa bahan masakan di minimarket dekat apartmen.Baru saja Angga memasuki area parkir basemen apartmen. Lea membalas pesannya. Istrinya bersedia bertemu besok.Angga menekan sandi pintu apartemen Seno. Begitu ia masuk, ia heran melihat tumpahan air di atas meja. Seketika ia ingat jika di apartmen Seno ada seseorang yang tinggal. Gadis yang tidak sengaja diserempet oleh Seno. “Permisi, Nona. Saya datang untuk mengambil sesuatu di kamar Seno,” ucap Angga.Hening. Tak ada sahutan.Angga mengernyit heran saat menyadari pendingin ruangan yang masih aktif. Samar tercium aroma makanan yang mirip mie instan. Karena penasaran, Angga menghubungi Seno.“Halo, kenapa? Berkasnya di meja kerja,

  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 60 Cincin Kawin

    Kesibukan kantor pada umumnya akan digambarkan dengan tumpukan berkas, dering telpon atau perangkat lainnya. Meski bekerja dan menjadi bagian dari perusahaan besar, suasana tampak berbeda di ruang quality control. Aroma mulai menguar dari makanan yang manis dan gurih dengan sentuhan rasa pedas. Pagi tadi, para staf quality control memang sedang melakukan uji coba produk jajanan baru dengan berbahan kentang.Meski suasana masih riuh rendah, tapi tampak dua di antaranya sedang duduk tenang di hadapan mikroskop. Berusaha fokus memastikan agar bahan produk uji coba ini tidak terdapat kontaminan mikroba. Apalagi bahan atau benda asing yang ukurannya sulit dilihat dengan mata secara langsung.Tiba-tiba pintu ruangan bergeser. Sang ketua tim melangkah masuk dengan membawa berkas penilaian uji coba. Di tengah ruangan, di atas sebuah meja berjejeran makanan hasil uji coba produk baru dari bahan kentang.Dengan tenang, ketua tim mengitari meja. Mencicipi satu persatu varian yang dibuat. Kemudia

  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 59 Nyaris Dipecat

    Melati, sahabat Lea yang mengetahui satu fakta dari aib perselingkuhan Heru dan Tari. Ternyata selama ini, sebagian uang kerja keras Lea habis digunakan Heru untuk memanjakan Tari.Melati masih menyimpan kesal. Meski Heru sudah mengganti separuhnya, tetap saja Melati masih belum puas. Karena itulah, Melati sengaja memviralkan wajah Tari sebagai orang ketiga.Dikarena berita itu, Tari nyaris dipecat dari pekerjaannya. Beruntung ada Heru yang menyogok HRD agar Tari tidak dipecat. Sebagai gantinya, Tari dimutasi ke kantor cabang yang ada di Malang. Ibunya, Sonia, malah meminta Tari meninggalkan Heru, kemudian mencari pria kaya lainnya. Dengan kecantikan dan tubuh putrinya, Sonia yakin jika putrinya bisa menjerat pria kaya raya agar mau menikahinya.Sudah dua pekan ibu dan anak itu pindah ke Malang. Sejak saat itu pula Tari mudah emosi. Apalagi saat Heru tidak langsung menjawab telpon atau membalas pesannya.Wanita takut keadaan akan berbalik. S

  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 58 Calon Pebinor

    Seno tiba-tiba menghentikan langkahnya. Hal itu turut membuat Angga berhenti. Kemudian mengikuti arah pandang Seno.Di depan ruangan staf quality control, tampak seorang pria yang sudah tidak asing bagi keduanya. Dari tempat mereka berdiri, suara pria itu masih terdengar jelas.Mata Angga seketika membebelak mendengar pria itu datang mencari Lea. Istrinya.Disaat yang sama, Seno melirik Angga. Sahabat sekaligus atasannya itu seperti gunung berapi yang sudah siap meledak. Bahkan, Angga membawa langkahnya berbelok menghampiri sepupunya itu.“Eh, ada Dokter Juna. Selamat sore, Dok!” sapa Lea dengan ramah.Deg!Angga tertegun melihat senyum manis istrinya ditujukan pada sepupunya. Lain halnya dengan Seno yang justru cukup menikmati suasana. Ingin sekali rasanya ia meledek Angga habis-habisan! Sok jaim tapi cemburuan.“Gimana? Udah kelar kerjaan kamu? Saya mau tepatin janji sama kamu, Lea,” kata Juna.Lea mengernyit bingung

  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 57 Kejujuran Angga

    Angga menghubungi Bi Tami sebelum ia pulang. Ia bertanya apakah ada sesuatu yang Keysa dan wanita itu butuhkan. Angga bisa sekalian mampir membelikannya. Namun, Seno memberi isyarat jika hal itu akan jadi urusannya.“Antar dulu istri lo pulang. Dia masih syok ngira lo tulang selingkuh, duda tapi single, sama duda punya anak,” goda Seno lagi.Angga berdecak kesal lalu menarik Lea ke dalam pelukannya. “Nggak ada wanita lain. Kamu yang pertama, terakhir dan satu-satunya,” bisik Angga sambil mengusap punggung Lea.“Nggak usah pamer di depan gue, Ga!” ketus Seno yang tengah membereskan berkas-berkas tadi. Termasuk berkas yang basah karena terkena tumpahan air yang Lea siramkan pada Angga.Setelah Seno pulang lebih dulu, Angga menarik Lea duduk di sofa. Ia tunjukkan foto-fotonya bersama Keysa. Begitu juga dengan kejadian awal di mana keponakannya dilahirkan dalam kondisi prematur.“Aku minta maaf dengan

  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 56 Dia Sahabat Suamiku

    “Iya, namanya Keysa. Bukan Pak Putra yang bilang, tapi Dokter Juna,” jawab Lea yang masih enggan menatap Angga.Tiba-tiba terdengar suara tawa seseorang. Lea dan Angga tersentak kaget. Hampir saja Lea jatuh dari pangkuan suaminya.Seno yang berada di balik pintu kamar pribadi itu tidak bisa mengendalikan tawanya. Ia sama sekali tidak menyesal sudah menguping obrolan pasangan aneh yang satu ini.Putra dan Juna sudah sukses membuat Lea salah paham. Entah bagaimana reaksi Lea saat tahu jika Keysa adalah keponakan suaminya atau bisa disebut keponakannya juga. Bukankah Lea sudah resmi jadi istri Angga?“Diem lo!” tegur Angga.“Sorry, Ga. Istri lo lucu banget soalnya,” ucap Seno beranjak keluar.Pria itu mengambil tempat di depan Angga dan Lea yang duduk di sofa tunggal. Tatapan Seno beralih pada botol air kemasan mineral di meja. Kemudian beralih menatap pakaian pasangan itu yang sama-sama basah.

  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 55 Mengaku Cemburu

    Lea menarik napas panjang saat mendapat pesan balasan dari Angga. Pria itu setuju bertemu sore nanti. Lea sendiri setuju untuk menemui Angga di ruangannya.Tersisa waktu sejam lagi jam pulang kantor. Lea lekas menyelesaikan sisa pekerjaannya. Dengan begitu, ia juga bisa tenang menyelesaikan masalah lainnya.Sementara di ruang CEO, Angga tersenyum lebar. Ini pertama kalinya Lea berinisiatif mengirimkan pesan lebih dulu. Biasanya, harus dirinya yang bertidak lebih awal.“Gimana sama cewek yang lo serempet? Lo yakin dia bukan mata-mata perusahaan lain yang mencoba deketin lo?” tanya Angga pada Seno yang sedang menikmati secangkir kopi hangat.Seno menggeleng lalu berkata, “Nggak tahu gue. Makanya gue bawa dia sementara ke apartemen gue.”“Lo udah gila? Sejak kapan lo bawa cewek masuk ke apartemen?” tanya Angga heran.“Dia nggak minta ganti rugi sama gue. Tadinya gue kira dia bakalan minta duit.”“Tapi?”“Dia minta gue cariin kost atau kontrakan sementara. Katanya dia kabur dari perjodoha

  • Pernikahan Dengan Sang Penguasa: Suamiku Bukan Petani Biasa   Bab 54 Gadis Cantik

    Seno menghela lega saat dokter menyampaikan gadis yang tak sengaja terserempet mobilnya baik-baik saja. Hanya luka lecet di lutut dan siku. Tak ada benturan fatal.“Ampun deh, ini Papanya Keysa ngapain nelpon gue kayak penagih utang aja?” gumam Seno saat melihat puluhan panggilan tak terjawab dari Angga.Setelah membaca pesan dari sahabat sekaligus bosnya itu, Seno terkekeh. Ternyata Angga yang gengsian ini posesifnya level mercon.Setelah menemani Keysa imunisasi, Seno mengantar Angga ke perusahaan. Gadis kecil itu rewel dan tidak mau lepas dari Angga. Bi Tami sampai menyerah karena setiap kali ia dan wanita itu menyentuh Keysa, maka anak itu akan menangis.Sekitar sejam kemudian, gadis itu siuman. Seno meminta maaf dan berjanji akan bertangung jawab. Ia akan menanggung semua biaya pengobatan dan mengantarkannya pulang.“Kamu beneran merasa bersalah udah serempet aku?” tanya gadis cantik itu. Tatapannya menelisik Seno. Pria di samping brankar itu tidak mengenali siapa dirinya. Mungki

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status