Karena Olivia dan Stefan tidak tinggal bersama, setiap hari Bi Lesti hanya datang ke Lotus Residence untuk bersih-bersih dan menyiram tanaman di balkon. Dia tidak tinggal di sana lagi. Bi Lesti tinggal di tempat tinggal lamanya, di vila pegunungan.Setelah kembali dari cuti, Pak Arif, si kepala urusan rumah tangga, memberikan Bi Lesti sebuah mobil agar dia bisa keluar masuk dengan mudah."Non Oliv." Bi Lesti baru saja selesai mengepel lantai ketika melihat Olivia datang. Dia menyapa dengan sopan."Bi Lesti, panggil aku kayak dulu saja, “Mbak Oliv” saja. Jangan panggil aku Non gitu. Aneh banget dengarnya.”Olivia sama sekali tidak ingin terlihat tinggi di depan Bi Lesti.Bi Lesti tidak berani, dia berkata, "Kalau begitu, nanti Den Stefan potong gaji saya.”"Nanti kalau sudah sering dengar, pasti akan terbiasa.”Olivia diam. Stefan memang sering mengancam orang.Olivia kemudian masuk ke dalam toko. Junia melihat Olivia masuk, memandangnya dari atas ke bawah."Ada apa, nih? Semangat sek
Olivia tersenyum, "Bi Lesti sama aku saja yang bantu-bantu, sudah cukup, kok.”Toko yang disewa Odelina tidak terlalu besar. Jika terlalu banyak orang yang membantu, toko itu malah akan terasa penuh. Di tengah percakapan mereka, ada dua orang masuk. Oh bukan, ternyata tiga orang. Salah satunya adalah Hendra, sepupu termuda Olivia. Dialah orang yang tahun lalu menghadang mobil Olivia tengah malam, berusaha memberi pelajaran pada Olivia tetapi justru Olivia yang membawanya ke kantor polisi.Hendra sempat mendekam lima hari di sel penjara. Setelah bebas, Hendra bukannya menyesal, malah makin membenci Olivia. Hendra putus sekolah. Dia sendiri yang tidak bersedia pergi ke sekolah. Orang tuanya terlalu memanjakan Hendra. Orang tua Hendra merasa karena prestasi Hendra tak begitu bagus, jadi pasti dia tidak akan bisa masuk ke perguruan tinggi bagus. Mereka berkesimpulan, tak ada gunanya Hendra sekolah. Setelah berhenti sekolah, Hendra hanya main gim sepanjang hari di rumah. Tidak punya ke
Awalnya, Olivia tidak tahu yang mana mobil Hendra, Hendra sendiri yang memberitahu Olivia dari gerak-geriknya. Olivia tahu bahwa itu adalah mobil Bobby, karena di antara saudara-saudaranya yang lain, mobil Bobby adalah yang terbaik.Olivia mendekati mobil tersebut. Dengan pisau kecilnya, dia menusuk keempat ban mobil itu sampai bocor. Ban-ban tersebut seketika kehilangan udara, kempes."Oh, no!" Hendra melihat keempat ban yang kempes dengan ekspresi ketakutan, "Aku nggak punya uang buat ganti ban mobil baru. Olivia!”Hendra berteriak, "Kamu harus ganti!”Olivia melihat Hendra dengan tatapan dingin sambil bermain-main dengan pisau kecilnya.Olivia berjalan mendekat ke arah Hendra, membuat teriakan Hendra semakin pelan.Olivia berdiri di depan Hendra, kemudian menepuk-nepuk wajah Hendra dengan pisau kecil itu.Hendra ketakutan. Dia bahkan tidak berani mengeluarkan nafas. Hendra takut Olivia akan menggoreskan pisau di wajahnya. Dia takut wajahnya rusak. Hendra belum menikah. "Siapa yang
"Hendra, kamu sudah pernah berurusan sama aku, ‘kan!? Kalau kamu tetap nggak mau bicara, kamu pasti tahu kalau aku bisa sayat wajahmu itu sekarang juga. Mukamu itu sudah jelek, jerawatan pula. Kalau sampai kena sayatan pisau lagi, sudah pasti makin kelihatan menakutkan. Kamu nggak akan pernah bisa punya istri, jadi bujang lapuk.”Hendra pucat pasi, dengan terbata-bata berkata, "Aku, aku nggak bisa bilang apa-apa ...."Ketika Hendra mengatakan itu, Olivia tahu bahwa kerabat-kerabatnya di kampung pasti sedang merencanakan sesuatu untuk mencelakai dirinya.Kemudian Olivia berkata kepada dua pengawalnya, "Bawa dia masuk, biar kuurus adik sepupuku ini.”"Kak, aku bisa masuk sendiri, jangan suruh mereka menyentuhku. Mereka kasar banget." Hendra melompat mengikuti Olivia masuk ke dalam toko.Saat tertangkap basah oleh Olivia, Hendra sadar bahwa tak akan ada untungnya jika dia tidak bicara. Hendra justru akan dihajar sampai babak belur.Setelah masuk ke dalam toko, Hendra takut-takut mempersil
Akan tetapi di mata kerabat-kerabat kampung itu, Odelina tidaklah sebanding dengan Olivia.Bagi mereka, Odelina adalah seorang wanita malang yang rumah tangganya berantakan, dan sendirian mengasuh anaknya. Sedangkan Olivia, adalah istri dari pewaris kekayaan keluarga Adhitama, si pengusaha kaya raya. Bahkan anak umur tiga tahun pun tahu siapa yang lebih bernilai di antara mereka berdua."Pergi sana!" teriak Olivia.Hendra ragu-ragu bertanya, "Kak, ongkos taksinya ...."Olivia melotot, membuat Hendra langsung pergi.Dasar ingkar janji! Suka memanfaatkan orang!Bisa-bisanya Hendra punya sepupu seperti Olivia?Hendra mengutuk Olivia sambil kembali ke rumah kontrakan yang di sewa kakaknya.Sedangkan mobil mewah kakaknya, bannya kempes. Hendra tidak bisa membawa kembali mobil mewah itu. Terpaksa Bobby yang harus cari cara. Untung saja Hendra masih mengantongi kunci mobil itu.Bobby tahu adik sepupunya gagal. Mobilnya ditinggalkan begitu saja di depan toko Olivia. Bobby sangat marah.Dia m
Setelah Hendra pergi, Junia berkata, "Oliv, orang-orang jahat itu kayaknya punya rencana jahat lagi deh sama kamu.""Bukan kayaknya lagi, mereka benar-benar merencanakannya."Olivia duduk di meja kasir, wajahnya tampak sedikit lelah.Odelina dan Olivia merasa sangat sial, sampai berhubungan dengan orang-orang jahat seperti itu.Apalagi mereka masih keluarga sedarah!"Kakak ketiga yang dibilang Hendra tadi lebih atau lebih muda darimu?" tanya Junia."Kami seumuran, aku lebih tua satu minggu sih," jawab Olivia.Kemudian, Olivia memikirkan sepupu perempuan seumurannya yang hanya terpaut satu minggu darinya. Setelah tidak bertemu selama belasan tahun, Olivia hampir tidak bisa mengingat wajahnya lagi. Memangnya dia mirip dengan Olivia?Dulu saat orang tua mereka masih hidup, mereka berangkat sekolah bersama-sama, bahkan menjadi teman sekelas. Orang-orang pernah mengatakan bahwa mereka terlihat agak mirip.Sebenarnya mereka hanya memiliki sedikit kesamaan. Apakah dia pikir dengan meniru Oli
"Angin mah bertiup dari mana-mana. Ada saja angin yang berhembus ke sini.”Nenek mendorong tangan Calvin yang hendak memapahnya, "Nggak perlu kamu bantu, nenekmu masih kuat. Nggak akan mati sampai kalian semua menikah dan punya anak.""Kalau gitu aku nggak akan menikah dan punya anak, biar Nenek bisa hidup sampai dua ratus tahun."Kata-kata Calvin belum selesai, Nenek langsung memukulnya."Bocah nakal, hari ini aku datang ke sini sama kakakmu, mau ngomongin hal penting buat hidupmu.”Calvin terdiam.Apa sekarang dia masih punya kesempatan untuk melarikan diri?Tentu saja tidak.Calvin segera membantu neneknya duduk di sofa, lalu berjongkok di depan Nenek sambil memijat kakinya dengan rasa ingin tahu dan sedikit gugup, "Nenek, suka sama siapa? Orangnya aku kenal nggak?”Calvin sadar beberapa waktu terakhir, sang Nenek selalu memperhatikan dirinya.Karena dia adalah anak kedua, maka setelah kakaknya menikah, itu berarti giliran Calvin tiba."Nenek, aku mau bilang dulu, ya. Aku nggak mau
"Memangnya dia cewek?” tanya Calvin sambil menunjuk ke pria tampan di dalam foto."Dia sama adik laki-lakinya itu anak kembar identik. Mereka dibesarkan kayak anak laki-laki semua. Makanya kepribadiannya jadi kayak laki-laki. Orang-orang sampai nganggap dia itu pewaris utama keluarga mereka.”"Gimana Nenek bisa tahu kalau dia itu perempuan?”Calvin pernah mendengar tentang Aileen, juga pernah melihat fotonya. Sekilas, Aileen memang terlihat seperti seorang pria, tetapi dia tidak sedang menyengaja menyamar. Aileen suka berpakaian netral. Karena bentuk tubuhnya yang “rata”, makanya orang-orang keliru mengira dia adalah seorang pria.Namun, pria tampan di foto tidak sama seperti Aileen. Di foto itu dia sengaja mengenakan pakaian laki-laki. Alisnya tebal, ekspresinya serius dengan tubuh tinggi besar. Dengan setelah jas lengkap, siapa pun pasti mengira dia adalah seorang pria.Calvin membalik foto lainnya. Di belakang foto ada informasi tentang orang tersebut.Rika, 28 tahun, "anak tertua"
Patricia memang pilih kasih. Dia lebih menyayangi anak perempuan daripada anak laki-laki. Namun apa boleh buat, siapa suruh Ivan dan adik-adiknya terlahir di keluarga Gatara. Bahkan anak-anak perempuan mereka juga tidak pernah teralu dianggap. Yang Patricia anggap layak sebagai penerus keluarga Gatara di masa depan hanyalah anak perempuan yang lahir dari rahimnya Felicia.Andaikan Ivan tidak terlahir di keluarga Gatara dan harus mengandalkan Gatara Group untuk bertahan hidup, dia ingin menghancurkan perusahaan itu dan merombak tradisi keluarga yang tidak masuk akal.Keluarga lain di mana-mana menjadikan laki-laki sebagai kepala keluarga, tetapi di keluarga Gatara terbalik. Justru wanitalah yang menjadi kepala keluarga.“Pa, kira-kira Mama dan Felicia pergi ke mana pagi-pagi begini? Kalau cuma jalan-jalan rasanya terlalu pagi. Di luar kan dingin, apa mereka nggak takut?”Udara di luar tidak seperti di dalam ruangan yang nyaman karena terdapat penghangat ruangan. Meski di luar tidak trun
Meski disindir oleh ibunya, Felicia tetap tak goyah. Dia berkata, “Tentu saja aku perhatian sama mamaku sendiri. Mau sejahat apa pun, aku tetap bakal peduli.”“Memangnya aku apain kamu? Apa aku ada jahat sama kamu selama ini. Kalau kamu bukan anak kandungku, dari apa yang sudah kamu lakukan selama ini, punya sembilan nyawa pun nggak cukup.”“Iya, iya. Aku seharusnya berterima kasih karena karena aku masih dikasih hidup.”Mendengar itu, Patricia refleks mengangkat tangannya untuk memukul Felicia.“Waduh.”Felicia sengaja menjerit kesakitan, lalu menutup bagian bagian yang terpukul dan berjongkok di lantai. Patricia kaget melihatnya dan memelototinya. “Aku cuma mukul kamu pelan memangnya bikin tangan kamu patah? Dasar cengeng, begitu saja sampai teriak.”“Aduh … sakit! Sakit banget!” Alih-alih menanggapi ibunya, Felicia terus menjerit kesakitan sambil memegangi bagian tubuhnya yang tadi dipukul.Seketika Patricia terdiam untuk beberapa saat. Lalu dia berjongkok untuk memeriksa tangan Fel
“Vandi, menurut kamu, besok mamaku bakal apain aku? Apa dia bakal membiusku lagi? Atau bikin aku pingsan?”Vandi terdiam. Dia dapat memikirkan berbagai macam cara untuk membuat Felicia tak berdaya, tetapi dia tidak tahu cara mana yang akan Patricia gunakan. Felicia pun tidak menanya lebih jauh. Dia tahu ibunya suka berubah-ubah dan tidak mudah ditebak. Lagi pula Vandi bukan asistennya Patricia. Tidak mungkin dia langsung tahu apa saja yang Patricia rencanakan.“Sudah malam, kamu istirahatlah dulu. Aku juga sudah mau tidur.”Felicia mengirimkan pesan kepada Vandi untuk segera beristirahat. Dia meletakkan ponselnya di atas meja kecil samping kasur dan mematikan lampu kecil. Hanya saja, terlalu banyak hal yang mengusik hati Felicia, membuat dia kesulitan untuk tidur meski sudah berguling ke sana kemari cukup lama.Entah sudah berapa menit berlalu Felicia pun masih tidak bisa tidur, akhirnya dia pun duduk dan menyalakan lampu kecil, mengambil ponselnya dan melihat jam yang ternyata sudah m
Vandi menjawab, “Kalau diselidiki sekarang pun nggak akan dapat apa-apa, waktunya terlalu mepet. Bu Patricia sudah menyuruh pelayan rumah pergi ke rumah keluarga Arahan untuk mengantar undangannya supaya besok malam Bu Yuna dan yang lain datang. Dia juga mengundang beberapa anggota keluarga Gatara yang lain. Kurasa kalau Bu Patricia mau beraksi, pasti akan dia lakukan besok di pesta.”Undangan perjamuan yang Patricia adakan kali ini berbeda dengan yang pertama kali. Pertama kali dia mengundang Odelina, lalu Ricky dan Rika juga datang. Meski Patricia mau menghabisi Odelina dalam perjalanan sesuai dengan rencananya, sayang upaya itu gagal.Setelah itu, Patricia dan Odelina sempat beberapa kali bertemu, tetapi Patricia sudah tidak lagi mengundang Odelina ke rumah. Dalam perjuaman kali ini ada banyak yang datang dari Mambera. Yang datang semuanya adalah orang-orang kaya dan penting. Tanpa perlu ditanya pun sudah tahu kalau mereka datang bertujuan untuk memberi dukungan kepada Odelina.Alas
“Kalau ada waktu, Stefan juga suka baca-baca buku mengasuh anak supaya ada pengetahuan dasar untuk jadi papa.”Mulan tertawa, “Sama kayak Yose dulu.”Tak heran meski Stefan dan Yose jarang berhubungan, mereka saling percaya satu sama lain. Bisnis yang mereka jalani juga makin lama makin makmur. Mereka berdua adalah tipe orang yang serupa.Sekali lagi Olivia dan Mulan saling bertatapan dan bertukar senyum. Kebahagiaan mereka terpancar dengan sangat jelas melalui sorot mata. Baik itu Stefan atau Yose, mereka berdua adalah pria yang luar biasa, dan sama-sama bertanggung jawab sebagai kepala keluarga.Mereka begitu sibuk, tetapi tetap tidak melupakan keluarga dan anak istri. Mereka tetap bekerja keras menunaikan tanggung jawab sebagai ayah dan suami yang baik. Sebagai istri mereka berdua, Olivia dan Mulan merasa sangat bahagia. Pantas saja begitu banyak wanita lain di luar sana yang menambakan mereka.“Kamu juga cepat tidur, deh. Good night.”“Good night.”Setelah mengucapkan selamat malam
Dokter Panca mau Liam untuk menyalin tidak masalah, asal jangan terlalu banyak sehingga mengganggu waktu istirahat dan bermainnya. Sekarang sudah masuk musim liburan dan anak-anak seharusnya bisa bermain dengan gembira. Seiring dengan berjalannya usia, waktu untuk bersenang-senang akan makin berkurang. Studi dan karir menjadi prioritas, yang mana otomatis akan memotong waktu bermain.Dengan khawatir Liam bertanya, “Mama, apa Kakek Guru bakal dengar permintaan Mama? Dokter Kellin lagi nggak di rumah. Kalau Dokter Kellin yang ngomong pasti Kakek Guru mau dengar.”“Tenang saja, Dokter Panca pasti mau dengar,” kata Mulan dengan hangat. “Apa pun yang terjadi, kamu tetap anak Mama. Sekeras apa pun Dokter Panca, dia tetap harus mendengar pendapat dari orang tua murid. Sudah, tidur, gih. Besok pagi jangan lupa latihan. Habis sarapan, baru kamu lanjutkan tugas menyalinmu. Habis itu baru boleh main sama Russel. Sorenya juga sama, habis tidur siang, kerjain dulu tugasmu selama satu jam, baru sisa
Orang lain tidak pernah ada yang mengatakannya terang-terangan, dan Olivia juga anggap saja tida tahu apa-apa. Toh makin bahagia hidupnya, orang lain yang makin iri padanya.“... Sayang, sudah malam, nih. Kamu cepat tidur, deh. Kamu mungkin belum mau tidur, tapi anak kita sudah mau,” kata Stefan. Dia buru-buru mengganti topik obrolan dan membujuk istrinya untuk segera tidur. Namun di satu sisi, dia belum ingin menyudahi percakapannya dengan istri tercinta. Namun akhirnya Olivia-lah yang mengakhiri pembicaraan mereka.Setelah meletakkan ponselnya, Olivia mengelus perutnya sambil berkata kepada anak yang masih di dalam perutnya itu, “Sayang, Papa nggak mau jujur sama Mama. Walaupun maksudnya baik, dia tetap saja berbohong.”Setelah keheningan sesaat, Olivia berkata lagi, “Tapi kita nggak boleh nyalahin Papa. Dia berbohong demi kebaikan kita. Sekarang Mama nggak boleh gegabah karena harus menjaga kamu. Semua orang yang sayang sama kamu nggak mau Mama kenapa-napa. Sayang, menurut kamu, Pap
Sementara itu di kamar sebelah, setelah Russel pergi, sekarang giliran Olivia yang mengobrol dengan Stefan.“Sayang, kamu bawa Russel main di rumahnya keluarga Junaidi saja. Biar dia main di sana sampai puas tanpa perlu mikir apa-apa. Kalau aku sudah selesai, aku jemput kalian di sana,” kata Stefan.“Muka kamu kelihatannya capek banget. Kamu yang lebih butuh istirahat dari aku. Tugas yang bisa dioper ke orang lain dioper saja, nggak perlu semuanya kamu yang kerjain sendiri,” ujar Olivia membalas. “Kalau semuanya kamu yang kerjain sendiri pasti capek banget. Jangan pikir mentang-mentang masih muda jadi boleh bergadang. Kebanyakan bergadang nanti jadi cepat tua dan malah kasih dampak buruk ke badan kamu. Risiko meninggal tiba-tiba juga jadi meningkat. Stefan, kamu harus ingat, sekarang kamu nggak sendiri lagi. Kamu punya istri dan sebentar lagi punya anak. Aku dan anak kita menunggu kamu pulang.”“Iya, Sayang. Tenang saja. Aku selalu ingat kamu waktu mengerjakan apa pun. Aku bisa melindu
“Mama kamu sudah sibuk seharian pasti butuh istirahat, kita kasih dia waktu untuk istirahat sebentar, ya.”Russel sejenak berpikir, lalu dengan berat hati dia menyahut, “Oke, kalau begitu aku mau tidur dulu. Besok pagi baru aku telepon Mama. Tante Olivia, besok bangunin aku, ya.”“Oke. Jam 7.30 besok Tante bangunin, ya. Seharusnya jam segitu mama kamu lagi sarapan,” ujar Olivia.Dengan berat hati Russel melambaikan tangannya sambil berpamitan dengan Stefan, dia lalu meninggalkan amarnya Olivia dan kembali ke kamar tidur dia dan Liam.Di kamarnya Liam sedang menyalin nama-nama obat beserta khasiat dan larangan penggunaan dari setiap jenisnya. Saat melihat Russel kembali, dia langsung mengangkat kepalanya dan bertanya, “Russel, kamu sudah ketemu sama mama kamu?”Russel menghampiri dan melihat nama obat yang Lam tulis. Hanya sedikit saja huruf yang bisa dia baca. “Mama masih sibuk, jadi nggak ada waktu untuk ngobrol. Tante Olivia suruh aku untuk istirahat dulu. Besok pagi baru aku bisa ng