“Kalau begitu aku harus lebih gencar lagi. Aku akan berusaha untuk mendapatkan amplop merah yang Tante siapkan untukku secepat mungkin,” kata Reiki sambil tertawa ringan.“Dengar-dengar, keluargamu paling jago bergosip?” tanya ayah Junia.“Lumayan jago. Om suka bergosip?” Reiki balik bertanya.Ayah Junia menjawab dengan serius, “Om sudah tua begini, bisa bergosip apa. Tapi, kalau lagi bosan, kamu ceritakan ke Om juga nggak apa-apa.”Ibu Junia tiba-tiba berceletuk dan membongkar kedok suaminya, “Junia sangat mirip dengan papanya.”Junia suka keramaian, suka bergosip. Sifatnya itu memang diturunkan dari ayahnya. Kebetulan, Reiki juga orang yang seperti itu. Kalau tidak cocok, maka tidak akan bersama.Junia takut kalau dia tidak ada di sana, orang tuanya akan menceritakan hal-hal yang memalukan di depan Reiki. Dia sudah memilih baju sepanjang pagi tapi masih tidak tahu memakai baju apa. Namun, begitu dengar Reiki sudah datang, dia langsung selesai memilih.Setelah itu, dia bergegas mengga
Stefan tidak tahu saat dia bekerja keras, dia telah menyiksa begitu banyak orang di perusahaan. Setelah menenangkan diri selama tujuh hari, tibalah hari Senin, awal minggu yang baru. Dia pun mengajak Olivia untuk bertemu.Selama seminggu penyembuhan, luka di tangan Olivia sudah jauh membaik. Setidaknya tidak mempengaruhi dia mengemudikan mobil lagi. Stefan mengajak Olivia bertemu di kamar presidential suite di lantai teratas Mambera Hotel.Olivia membawa Russel ke sana. Russel ikut Olivia hari ini. Renovasi toko Odelina sudah hampir selesai. Beberapa hari ini dia sangat sibuk, jadi dia tidak punya waktu untuk mengurus Russel. Makanya, dia menitipkan Russel kepada Olivia.“Bu Olivia.”Dimas membawa rekan kerjanya berdiri di depan pintu masuk hotel dan menunggu Olivia datang. Begitu melihat Olivia turun dari mobil sambil menggendong Russel, Dimas segera menghampirinya dan menyapanya dengan sopan.“Pak Stefan kalian mana?”“Pak Stefan sedang menunggu Bu Olivia di lantai atas. Silakan ikut
Stefan meletakkan bukti kepemilikan sahamnya di Adhitama Group, surat pengalihan kepemilikan saham, kartu bank, semua sertifikat properti atas namanya, termasuk toko dan yang lainnya ke dalam map dokumen itu, lalu memberikannya kepada Olivia.“Sekalipun aku alihkan kepemilikan saham padamu, kamu juga nggak perlu kelola perusahaan. Aku akan terus kelola Adhitama Group. Uang yang aku hasilkan adalah milik kamu. Aku hanya kerja untuk kamu. Berapa banyak uang yang kamu inginkan, kamu mau jadi perempuan terkaya, aku bisa bekerja keras dan buat kamu menggapai keinginanmu itu.”“Selama kamu mau, kamu ikut aku selesaikan prosedurnya. Setelah itu, semua kekayaan ini akan dialihkan ke namamu. Aku nggak sisakan untuk diriku sendiri sedikit pun. Kamu kasih aku uang saku sesukamu saja setiap bulan.”“Waktu itu aku yang waspadai kamu. Aku takut kamu incar uangku. Sekarang aku yang ambil inisiatif untuk berikan semua uangku padamu untuk membuktikan kalau aku percaya sama kamu. Aku juga meminta maaf p
Stefan menebak Olivia pasti akan menolak. Sebelum Olivia menolak, dia mengancam perempuan itu lebih dulu, “Kalau kamu nggak ambil barang dalam map ini, aku akan buang semuanya dari jendela. Kamu jadi kepala di keluarga kita. Kamu saja nggak peduli dengan harta keluarga kita, untuk apa aku peduli? Aku hanya peduli sama kamu.”Olivia, “....”Setelah tidak bertemu selama seminggu, Olivia mengira Stefan sudah memahaminya ketika pria itu mengajak bertemu. Dia juga mengira Stefan telah mengubah sifatnya yang dominan. Begitu mendengar nada bicara Stefan yang mengancam, Olivia pun menghela napas dalam hati.Sulit untuk mengubah sifat seorang manusia. Sifat Stefan sudah seperti itu sejak dulu. Olivia seharusnya tidak berharap dirinya bisa mengubah pria itu. Stefan tidak akan berubah, dia juga tidak ingin berubah. Satu-satunya jalan yaitu terus membiasakan diri.Setelah menatap Stefan lama, Olivia akhirnya mengambil map itu. Kemudian, dia mengeluarkan kartu hitam dari dalam map dan menyerahkanny
“Kalau begitu, aku bawa kamu pergi lihat rumah-rumah kita mau, nggak?”Rumah yang dimaksud Stefan tentu saja rumah yang dia beli sebelum menikah. Dia biasanya membeli vila-vila besar, yang memiliki taman depan dan belakang.Hanya rumah di kawasan sekolah yang berbentuk apartemen. Pada saat membeli rumah itu, Stefan masih lajang. Namun, dia tahu keluarganya tidak mungkin membiarkannya melajang seumur hidup. Pada akhirnya, dia tetap harus menikah dan punya anak. Untuk memudahkan anaknya pergi ke sekolah, makanya dia memutuskan untuk membeli beberapa rumah di kawasan sekolah.Tidak peduli anak-anaknya akan sekolah di sekolah yang mana pun, dia punya rumah di dekat sekolah. Dengan begitu, anaknya lebih mudah pergi ke sekolah.“Kamu nggak sibuk?”“Kalau untuk temani kamu, aku pasti nggak sibuk.”“Kalau mau lihat, akhir pekan saja. Kamu nggak usah kerja, aku nggak usah buka toko. Nanti saja,” kata Olivia.Olivia tidak ingin menyita waktu kerja Stefan. Stefan hanya mencoba bertanya, tapi seka
Stefan tiba-tiba menyadari perbedaan antara level yang berbeda. Seandainya Olivia tidak bekerja, dia akan menjadi Odelina yang belum bercerai. Olivia harus meminta pada Stefan setiap kali dia butuh uang. Stefan memberinya atau tidak tergantung suasana hatinya, sama seperti memberi sedekah. Mungkin saja pada saat memberikan uang, Stefan akan mengeluh kalau Olivia hanya tahu menghabiskan uang dan tidak tahu bantu cari uang.Seandainya Olivia lahir di keluarga kaya seperti ibunya Stefan dan menikah dengan orang kaya pula, sekalipun dia tidak bekerja, dia tetap memiliki harta yang banyak yang bisa menghasilkan keuntungan untuknya. Dia pun bisa selalu mandiri dalam finansial.Stefan pernah mendengar dari ibunya. Pada saat ibunya menikah dengan ayahnya, ayahnya juga anak tertua dari keluarga Adhitama. Kakek dan nenek dari belah ibunya khawatir ibunya akan ditindas di keluarga Adhitama. Oleh karena itu, mereka memberikan banyak harta sesan. Seperti rumah, mobil, toko, perusahaan kecil dan la
Olivia menggendong Russel sambil berjalan ke mobil. Dia membuka kunci mobil lalu membuka pintu dan meletakkan Russel di kursi pengaman anak. Setelah itu, dia baru menoleh dan berkata pada Stefan yang berdiri di belakangnya, “Aku pergi dulu.”Stefan menatapnya dengan lekat. Sesaat kemudian, dia baru mengucapkan sepatah kata, “Oke.”Stefan melihat bagian depan mobil Olivia dan berkata lagi, “Ganti mobil saja.”Olivia sudah masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesin mobil. Dia menurunkan kaca jendela dan menjawab, “Ini mobil pertama yang kamu berikan padaku.”Sorot mata Stefan menjadi kian dalam. Olivia sudah pergi, tapi dia masih berdiri di sana, mengawasi mobil istrinya pergi menjauh. Dimas dan tim pengawal Stefan berdiri di kejauhan, tidak berani mendekat juga tidak berani terlalu jauh.Kelihatannya Stefan dan Olivia tidak bertengkar lagi. Namun, keduanya terlihat seperti sedang menjauh dan acuh tak acuh. Tidak romantis seperti dulu.Sampai ketika mobil Olivia menghilang dari pandangann
Odelina menghentikan aktivitasnya. Dia keluar dengan kain lap di tangannya. Seulas senyum merekah di wajahnya ketika dia melihat adiknya turun dari mobil sambil menggendong putranya.“Mama.”Russel berlari ke arah ibunya. Olivia tersenyum melihat keponakannya langsung berlari ke arah ibunya begitu turun dari mobil. Dia pun berkata, “Sesayang apa pun padanya, tetap saja lebih dekat dengan mamanya.”“Tentu saja. Kamu dan Stefan sama-sama suka anak-anak. Kalian sudah boleh pertimbangkan punya anak.”Odelina menggoda Olivia sambil memperhatikan ekspresinya. Begitu melihat Olivia hanya tersenyum dan tidak menjawab perkataannya, dia tahu kalau konflik antara Olivia dan suaminya belum sepenuhnya berakhir.“Stefan ajak kamu bertemu mau ngomong apa?”Odelina menggendong Russel dan kembali ke dalam toko bersama Olivia. Dia bertanya karena mengkhawatirkan hubungan mereka berdua.Begitu mendengar pertanyaan kakaknya, Olivia bergegas kembali ke mobil dan mengambil map dokumen. Isi dalam map itu ada
“Kami nggak pilih kasih. Russel satu-satunya cucu keluarga Pamungkas. Kami juga sangat sayang Russel. Dulu, dulu ... karena kami yang asuh Aiden, jadi lebih dekat dengan Aiden. Otomatis juga jadi pilih kasih, lebih sayang Aiden. Sekarang nggak akan seperti itu lagi,” janji Rita.Rita tahu kalau Roni kesal terhadap mereka. Dia juga menyadari kalau ini salah mereka, karena mereka selalu lebih mengutamakan Shella.Terutama karena terakhir kali, ketika Shella mengajak mertuanya makan di restoran. Shella ingin menipu Olivia dan membuatnya bayar tagihan, tapi tentu saja dia gagal. Tidak disangka, Shella malah menelepon Rita dan minta Rita yang bayar. Rita tidak tahu Shella sedang menipunya, dia pun mentransfer uang ke rekening Shella.Russel yang mengungkapkan hal itu. Saat Roni tahu, dia marah besar kepada mereka, bilang kalau mereka lebih sayang Shella. Kalau begitu, mereka pindah saja ke rumah Shella. Roni tidak akan memberikan biaya hidup kepada mereka lagi.Sekarang Roni menjadi sopir t
Seumur hidupnya, Roni hanya memiliki satu anak, yaitu Russel. Baginya, yang penting Russel masih mau mengakuinya sebagai ayah. Meskipun tidak dekat, setidaknya anaknya tidak menjauh. Itu sudah termasuk penghiburan bagi Roni.Setelah mengakhiri panggilan telepon, Russel mengembalikan ponsel ke Olivia dan berkata, “Papa mau jemput aku dan suruh aku menginap di rumahnya selama beberapa hari. Aku bilang nggak mau. Besok kita mau pergi cari Liam. Aku nggak mau ke sana dan main sama Kak Aiden. Kak Aiden selalu ganggu aku. Tapi sekarang aku sudah nggak takut dengan Kak Aiden lagi. Aku sudah belajar ilmu bela diri.”Meskipun Russel tidak memiliki banyak bakat dalam seni bela diri, setelah menjalani latihan dalam waktu lama, tubuhnya menjadi lebih kuat dan bertenaga. Pelatih bilang kalau dia terus berlatih, Russel akan memiliki kemampuan untuk melindungi dirinya sendiri. Russel tidak serakah. Dia hanya ingin memiliki kemampuan seperti Olivia.“Iya, kalau kamu nggak mau pulang ke sana ya nggak u
“Angkat saja.”Pada akhirnya Russel mengangkat telepon dari ayahnya. Olivia menyerahkan ponselnya kepada Russel dan menyuruhnya mengangkat telepon. Selama bisa tidak bicara dengan Roni, Olivia tidak akan bicara dengan pria itu.“Papa,” panggil Russel.Roni menjawab dan bertanya sambil tertawa pelan, “Russel belum tidur?”“Ini sudah mau tidur. Tiba-tiba Papa telepon. Papa sudah pulang kerja? Ribut sekali di sana.”“Papa belum pulang kerja. Tapi kalau Papa mau pulang kerja juga nggak apa-apa. Tantemu ada di sana, nggak?” tanya Roni.“Ada. Papa cari Tante?”“Russel, kamu mau ke sini selama beberapa hari, nggak? Kamu lagi libur, kan. Bagaimana kalau kamu ke sini? Kakek dan nenekmu kangen sama kamu.”Roni menelepon untuk berdiskusi dengan Olivia. Dia ingin menjemput Russel ke rumahnya dan tinggal di sana selama beberapa hari. Toh, anak sekolah sedang libur. Apalagi orang tuanya juga rindu dengan cucu mereka.Shella mengantar Aiden ke sana. Kalau hanya ada Aiden, rasanya terlalu bosan. Jadi
Ingatan anak sebelum usia tiga tahun biasanya akan hilang seiring bertambahnya usia. Namun, kejadian itu meninggalkan luka yang terlalu dalam bagi Russel, sehingga dia tidak dapat melupakannya.Setelah kejadian itu, Russel mengalami mimpi buruk untuk waktu yang lama. Dia juga selalu ingat adegan di mana ibunya terluka dan berlumuran darah ketika menyelamatkannya.“Aku hanya percaya Mama, Tante, Om Stefan, Om Daniel dan yang lainnya.” Russel berkata dengan serius, “Aku nggak berani percaya papaku dan yang lainnya.”Russel mengerti segalanya. Olivia mengelus wajah mungil keponakannya dan menatapnya dengan lembut.“Kamu segalanya bagi mamamu. Apa pun yang terjadi, Tante nggak akan biarkan kalian terpisah. Russel, mamamu sudah melewati banyak masa-masa sulit. Setelah dewasa, kamu harus berbakti pada mamamu.”“Pasti, Tante. Kalau aku sudah besar, aku akan cari banyak uang untuk beli rumah besar dan mobil baru untuk Mama. Biar Mama nggak perlu capek-capek kerja lagi. Aku juga akan belikan ru
Pukul sembilan malam, Kota Mambera.Setelah melakukan panggilan video dengan kakaknya, Olivia berkata kepada Russel, “Kamu sudah selesai kemas barangmu, belum? Jangan lupa bawa hadiah untuk Liam.”“Sudah. Aku hanya bawa beberapa mainan dan hadiah untuk Liam,” jawab Russel. “Biar aku yang ketinggalan, hadiah untuk Liam juga nggak akan ketinggalan.”Olivia tertawa pelan. “Kalau kamu ketinggalan, siapa yang kasihkan hadiah untuk Liam?”Russel tersipu malu. Olivia menggendongnya, lalu mendudukkannya di tempat tidur. “Om Stefan lagi ke luar kota. Malam ini kamu tidur sama Tante. Besok pagi habis sarapan, kita langsung pergi ke rumah Om Yose. Suruh kamu pergi bareng kakek-kakek itu, kamu nggak mau. Padahal mereka suka banget sama kamu. Mereka akan jaga kamu dengan baik.”Russel baring di tempat tidur, tapi dia menyandarkan kepalanya di paha Olivia dan berkata, “Mereka sangat suka sama aku. Tapi aku nggak terlalu kenal mereka. Tante dan Mama sering bilang jangan mau pergi dengan orang lain se
Kepala pelayan hanya bisa menghela napas dalam hati. Bahkan Cakra saja tidak memiliki kebebasan seperti ini, padahal dia adalah suami dari Patricia. Namun, perempuan itu lebih memercayai Dikta. Dia adalah asisten setia yang telah menemani Patricia sepanjang hidupnya. Sementara itu, sejak skandal perselingkuhannya, Cakra sudah tidak memiliki posisi apa pun di hati Patricia. Jika bukan karena mereka memiliki anak, demi mempertimbangkan masa depan anak dan cucunya, mungkin mereka sudah lama bercerai. Setelah naik ke lantai atas, Dikta langsung menuju ruang kerja. Dia mengetuk pintu beberapa kali. Setelah mendapatkan izin dari Patricia, barulah lelaki itu masuk. Di dalam, Patricia sedang berlatih kaligrafi. Dikta berjalan mendekat dan mengamati tulisan yang dibuatnya. "Bagaimana menurutmu?" Patricia bertanya. "Tulisan tanganku ini." "Hati Bu Patricia sedang gelisah. Tulisan tangan pun ikut gelisah. Lebih baik berhenti saja, jangan buang-buang tinta dan kertas." Dikta adalah satu-sa
"Kapan Pak Stefan datang?" Felicia bertanya. "Baru saja tiba. Setelah mendengar bahwa kamu dirawat di rumah sakit, dia ikut bersama kami untuk menjengukmu." Stefan berbohong kepada istrinya, mengatakan bahwa dia harus pergi dalam perjalanan bisnis, padahal dia sebenarnya datang ke Cianter. Dia ingin melihat situasi di Cianter dan berdiskusi dengan kakak iparnya sebelum kembali ke Mambera. Lelaki itu hanya memiliki waktu dua hingga tiga hari di sini, tidak bisa tinggal terlalu lama, agar Olivia tidak mengetahuinya. Felicia tersenyum dan berkata, "Pak Stefan benar-benar perhatian." Secara teknis, meskipun Felicia lebih muda beberapa tahun dari Stefan, dia adalah seniornya, karena dia adalah bibi nenek dari Olivia. Seharusnya, Stefan memanggilnya "Bibi Nenek". Seorang junior menjenguk seniornya sebagai bentuk hormat dan perhatian adalah hal yang wajar. Meskipun semua orang tahu alasan sebenarnya di balik kunjungan ini. Jika bukan karena Felicia memberi tahu Odelina sebelumnya, orang
Vandi khawatir Felicia akan merasa pusing saat baru bangun, jadi dia membantunya berdiri dengan hati-hati. Felicia duduk di sofa dan melihat hidangan yang tersaji penuh di meja. Dia berkata, "Hanya kita berdua yang makan, kita nggak akan bisa menghabiskan sebanyak ini. Nggak perlu memasak terlalu banyak." "Nggak banyak, porsinya hanya untuk dua orang." Vandi mengambil semangkuk sup dan meletakkannya di depan Felicia, kemudian menyuruhnya minum sup terlebih dahulu. "Kamu juga makan." "Iya." Vandi tidak menolak. Dia sudah menyiapkan makanan ini sebelumnya dan membawanya dengan termos makanan. Dia sendiri belum makan. Dia suka makan bersama Felicia. Gadis itu memiliki nafsu makan yang baik, tidak seperti para putri konglomerat lainnya yang makan lebih sedikit daripada kucing hanya demi menjaga bentuk tubuh. Felicia selalu makan sesuai selera dan kebutuhannya, tidak pernah menelantarkan perutnya sendiri. Ponsel Felicia berbunyi di dalam kamar rawatnya. "Aku ambilkan untukmu." Van
Menjadi seorang aktris, tidak ada yang tidak berharap suatu hari nanti bisa menjadi pemeran utama berkat kecantikan dan aktingnya. Sayangnya, semua wanita yang mencoba peruntungan memiliki wajah yang cantik. Dengan penampilannya, dia hanya bisa dikatakan lumayan, bukan seorang calon bintang sejati. Menjadi pengganti Giselle sudah memberinya bayaran yang cukup tinggi. Jika mendapat tamparan, masih ada kompensasi tambahan. Jauh lebih menguntungkan daripada menjadi figuran. "Mudah sekali mendapatkan uang ini. Kalau lain kali kamu mau mencari masalah dengan kakakmu lagi, aku bisa sengaja membuatnya marah dan membiarkan dia menamparku beberapa kali lagi, jadi aku bisa mendapatkan lebih banyak uang." Giselle tertawa sinis, "Hanya beberapa juta saja, apakah itu sepadan?" "Bu Giselle, Anda berasal dari keluarga kaya, tumbuh dalam kemewahan, sejak kecil nggak pernah kekurangan apa pun, dan memiliki uang yang nggak akan habis digunakan. Anda nggak akan pernah memahami kesulitan orang biasa s