Setelah melihat orang yang datang adalah Reiki, kedua anjing itu langsung berhenti menggonggong. Mereka bahkan mengibaskan ekornya di depan Reiki.Karena beberapa waktu yang lalu Reiki sering datang ke rumah. Tentu saja dengan alasan ingin bertemu dengan Alex. Dia bahkan tidak tahu kalau ibu Junia salah paham padanya. Ibu Junia mengira Reiki tertarik pada Alex. Reiki malah menjadi akrab dengan kedua anjing itu.Alex yang keluar untuk membuka pintu. Setelah melihat Reiki, dia pun bertanya, “Bukan datang untuk cari aku, kan?”Reiki tertawa, “Aku ke sini untuk cari kakakmu, bukan cari kamu.”Alex juga tertawa, “Kemarin aku baru tahu mamaku kira kamu suka sama aku. Hahaha, konyol banget.”“Aku juga nggak menyangka Tante akan salah paham.”“Siapa suruh setiap kali datang ke sini kamu bilang kalau kamu cari aku? Kakakku masih ganti baju di lantai atas. Mulut bilangnya nggak peduli kamu datang atau nggak. Nyatanya, begitu bangun dia langsung pilih-pilih baju. Dasar perempuan, lain di mulut la
“Kalau begitu aku harus lebih gencar lagi. Aku akan berusaha untuk mendapatkan amplop merah yang Tante siapkan untukku secepat mungkin,” kata Reiki sambil tertawa ringan.“Dengar-dengar, keluargamu paling jago bergosip?” tanya ayah Junia.“Lumayan jago. Om suka bergosip?” Reiki balik bertanya.Ayah Junia menjawab dengan serius, “Om sudah tua begini, bisa bergosip apa. Tapi, kalau lagi bosan, kamu ceritakan ke Om juga nggak apa-apa.”Ibu Junia tiba-tiba berceletuk dan membongkar kedok suaminya, “Junia sangat mirip dengan papanya.”Junia suka keramaian, suka bergosip. Sifatnya itu memang diturunkan dari ayahnya. Kebetulan, Reiki juga orang yang seperti itu. Kalau tidak cocok, maka tidak akan bersama.Junia takut kalau dia tidak ada di sana, orang tuanya akan menceritakan hal-hal yang memalukan di depan Reiki. Dia sudah memilih baju sepanjang pagi tapi masih tidak tahu memakai baju apa. Namun, begitu dengar Reiki sudah datang, dia langsung selesai memilih.Setelah itu, dia bergegas mengga
Stefan tidak tahu saat dia bekerja keras, dia telah menyiksa begitu banyak orang di perusahaan. Setelah menenangkan diri selama tujuh hari, tibalah hari Senin, awal minggu yang baru. Dia pun mengajak Olivia untuk bertemu.Selama seminggu penyembuhan, luka di tangan Olivia sudah jauh membaik. Setidaknya tidak mempengaruhi dia mengemudikan mobil lagi. Stefan mengajak Olivia bertemu di kamar presidential suite di lantai teratas Mambera Hotel.Olivia membawa Russel ke sana. Russel ikut Olivia hari ini. Renovasi toko Odelina sudah hampir selesai. Beberapa hari ini dia sangat sibuk, jadi dia tidak punya waktu untuk mengurus Russel. Makanya, dia menitipkan Russel kepada Olivia.“Bu Olivia.”Dimas membawa rekan kerjanya berdiri di depan pintu masuk hotel dan menunggu Olivia datang. Begitu melihat Olivia turun dari mobil sambil menggendong Russel, Dimas segera menghampirinya dan menyapanya dengan sopan.“Pak Stefan kalian mana?”“Pak Stefan sedang menunggu Bu Olivia di lantai atas. Silakan ikut
Stefan meletakkan bukti kepemilikan sahamnya di Adhitama Group, surat pengalihan kepemilikan saham, kartu bank, semua sertifikat properti atas namanya, termasuk toko dan yang lainnya ke dalam map dokumen itu, lalu memberikannya kepada Olivia.“Sekalipun aku alihkan kepemilikan saham padamu, kamu juga nggak perlu kelola perusahaan. Aku akan terus kelola Adhitama Group. Uang yang aku hasilkan adalah milik kamu. Aku hanya kerja untuk kamu. Berapa banyak uang yang kamu inginkan, kamu mau jadi perempuan terkaya, aku bisa bekerja keras dan buat kamu menggapai keinginanmu itu.”“Selama kamu mau, kamu ikut aku selesaikan prosedurnya. Setelah itu, semua kekayaan ini akan dialihkan ke namamu. Aku nggak sisakan untuk diriku sendiri sedikit pun. Kamu kasih aku uang saku sesukamu saja setiap bulan.”“Waktu itu aku yang waspadai kamu. Aku takut kamu incar uangku. Sekarang aku yang ambil inisiatif untuk berikan semua uangku padamu untuk membuktikan kalau aku percaya sama kamu. Aku juga meminta maaf p
Stefan menebak Olivia pasti akan menolak. Sebelum Olivia menolak, dia mengancam perempuan itu lebih dulu, “Kalau kamu nggak ambil barang dalam map ini, aku akan buang semuanya dari jendela. Kamu jadi kepala di keluarga kita. Kamu saja nggak peduli dengan harta keluarga kita, untuk apa aku peduli? Aku hanya peduli sama kamu.”Olivia, “....”Setelah tidak bertemu selama seminggu, Olivia mengira Stefan sudah memahaminya ketika pria itu mengajak bertemu. Dia juga mengira Stefan telah mengubah sifatnya yang dominan. Begitu mendengar nada bicara Stefan yang mengancam, Olivia pun menghela napas dalam hati.Sulit untuk mengubah sifat seorang manusia. Sifat Stefan sudah seperti itu sejak dulu. Olivia seharusnya tidak berharap dirinya bisa mengubah pria itu. Stefan tidak akan berubah, dia juga tidak ingin berubah. Satu-satunya jalan yaitu terus membiasakan diri.Setelah menatap Stefan lama, Olivia akhirnya mengambil map itu. Kemudian, dia mengeluarkan kartu hitam dari dalam map dan menyerahkanny
“Kalau begitu, aku bawa kamu pergi lihat rumah-rumah kita mau, nggak?”Rumah yang dimaksud Stefan tentu saja rumah yang dia beli sebelum menikah. Dia biasanya membeli vila-vila besar, yang memiliki taman depan dan belakang.Hanya rumah di kawasan sekolah yang berbentuk apartemen. Pada saat membeli rumah itu, Stefan masih lajang. Namun, dia tahu keluarganya tidak mungkin membiarkannya melajang seumur hidup. Pada akhirnya, dia tetap harus menikah dan punya anak. Untuk memudahkan anaknya pergi ke sekolah, makanya dia memutuskan untuk membeli beberapa rumah di kawasan sekolah.Tidak peduli anak-anaknya akan sekolah di sekolah yang mana pun, dia punya rumah di dekat sekolah. Dengan begitu, anaknya lebih mudah pergi ke sekolah.“Kamu nggak sibuk?”“Kalau untuk temani kamu, aku pasti nggak sibuk.”“Kalau mau lihat, akhir pekan saja. Kamu nggak usah kerja, aku nggak usah buka toko. Nanti saja,” kata Olivia.Olivia tidak ingin menyita waktu kerja Stefan. Stefan hanya mencoba bertanya, tapi seka
Stefan tiba-tiba menyadari perbedaan antara level yang berbeda. Seandainya Olivia tidak bekerja, dia akan menjadi Odelina yang belum bercerai. Olivia harus meminta pada Stefan setiap kali dia butuh uang. Stefan memberinya atau tidak tergantung suasana hatinya, sama seperti memberi sedekah. Mungkin saja pada saat memberikan uang, Stefan akan mengeluh kalau Olivia hanya tahu menghabiskan uang dan tidak tahu bantu cari uang.Seandainya Olivia lahir di keluarga kaya seperti ibunya Stefan dan menikah dengan orang kaya pula, sekalipun dia tidak bekerja, dia tetap memiliki harta yang banyak yang bisa menghasilkan keuntungan untuknya. Dia pun bisa selalu mandiri dalam finansial.Stefan pernah mendengar dari ibunya. Pada saat ibunya menikah dengan ayahnya, ayahnya juga anak tertua dari keluarga Adhitama. Kakek dan nenek dari belah ibunya khawatir ibunya akan ditindas di keluarga Adhitama. Oleh karena itu, mereka memberikan banyak harta sesan. Seperti rumah, mobil, toko, perusahaan kecil dan la
Olivia menggendong Russel sambil berjalan ke mobil. Dia membuka kunci mobil lalu membuka pintu dan meletakkan Russel di kursi pengaman anak. Setelah itu, dia baru menoleh dan berkata pada Stefan yang berdiri di belakangnya, “Aku pergi dulu.”Stefan menatapnya dengan lekat. Sesaat kemudian, dia baru mengucapkan sepatah kata, “Oke.”Stefan melihat bagian depan mobil Olivia dan berkata lagi, “Ganti mobil saja.”Olivia sudah masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesin mobil. Dia menurunkan kaca jendela dan menjawab, “Ini mobil pertama yang kamu berikan padaku.”Sorot mata Stefan menjadi kian dalam. Olivia sudah pergi, tapi dia masih berdiri di sana, mengawasi mobil istrinya pergi menjauh. Dimas dan tim pengawal Stefan berdiri di kejauhan, tidak berani mendekat juga tidak berani terlalu jauh.Kelihatannya Stefan dan Olivia tidak bertengkar lagi. Namun, keduanya terlihat seperti sedang menjauh dan acuh tak acuh. Tidak romantis seperti dulu.Sampai ketika mobil Olivia menghilang dari pandangann
Meski disindir oleh ibunya, Felicia tetap tak goyah. Dia berkata, “Tentu saja aku perhatian sama mamaku sendiri. Mau sejahat apa pun, aku tetap bakal peduli.”“Memangnya aku apain kamu? Apa aku ada jahat sama kamu selama ini. Kalau kamu bukan anak kandungku, dari apa yang sudah kamu lakukan selama ini, punya sembilan nyawa pun nggak cukup.”“Iya, iya. Aku seharusnya berterima kasih karena karena aku masih dikasih hidup.”Mendengar itu, Patricia refleks mengangkat tangannya untuk memukul Felicia.“Waduh.”Felicia sengaja menjerit kesakitan, lalu menutup bagian bagian yang terpukul dan berjongkok di lantai. Patricia kaget melihatnya dan memelototinya. “Aku cuma mukul kamu pelan memangnya bikin tangan kamu patah? Dasar cengeng, begitu saja sampai teriak.”“Aduh … sakit! Sakit banget!” Alih-alih menanggapi ibunya, Felicia terus menjerit kesakitan sambil memegangi bagian tubuhnya yang tadi dipukul.Seketika Patricia terdiam untuk beberapa saat. Lalu dia berjongkok untuk memeriksa tangan Fel
“Vandi, menurut kamu, besok mamaku bakal apain aku? Apa dia bakal membiusku lagi? Atau bikin aku pingsan?”Vandi terdiam. Dia dapat memikirkan berbagai macam cara untuk membuat Felicia tak berdaya, tetapi dia tidak tahu cara mana yang akan Patricia gunakan. Felicia pun tidak menanya lebih jauh. Dia tahu ibunya suka berubah-ubah dan tidak mudah ditebak. Lagi pula Vandi bukan asistennya Patricia. Tidak mungkin dia langsung tahu apa saja yang Patricia rencanakan.“Sudah malam, kamu istirahatlah dulu. Aku juga sudah mau tidur.”Felicia mengirimkan pesan kepada Vandi untuk segera beristirahat. Dia meletakkan ponselnya di atas meja kecil samping kasur dan mematikan lampu kecil. Hanya saja, terlalu banyak hal yang mengusik hati Felicia, membuat dia kesulitan untuk tidur meski sudah berguling ke sana kemari cukup lama.Entah sudah berapa menit berlalu Felicia pun masih tidak bisa tidur, akhirnya dia pun duduk dan menyalakan lampu kecil, mengambil ponselnya dan melihat jam yang ternyata sudah m
Vandi menjawab, “Kalau diselidiki sekarang pun nggak akan dapat apa-apa, waktunya terlalu mepet. Bu Patricia sudah menyuruh pelayan rumah pergi ke rumah keluarga Arahan untuk mengantar undangannya supaya besok malam Bu Yuna dan yang lain datang. Dia juga mengundang beberapa anggota keluarga Gatara yang lain. Kurasa kalau Bu Patricia mau beraksi, pasti akan dia lakukan besok di pesta.”Undangan perjamuan yang Patricia adakan kali ini berbeda dengan yang pertama kali. Pertama kali dia mengundang Odelina, lalu Ricky dan Rika juga datang. Meski Patricia mau menghabisi Odelina dalam perjalanan sesuai dengan rencananya, sayang upaya itu gagal.Setelah itu, Patricia dan Odelina sempat beberapa kali bertemu, tetapi Patricia sudah tidak lagi mengundang Odelina ke rumah. Dalam perjuaman kali ini ada banyak yang datang dari Mambera. Yang datang semuanya adalah orang-orang kaya dan penting. Tanpa perlu ditanya pun sudah tahu kalau mereka datang bertujuan untuk memberi dukungan kepada Odelina.Alas
“Kalau ada waktu, Stefan juga suka baca-baca buku mengasuh anak supaya ada pengetahuan dasar untuk jadi papa.”Mulan tertawa, “Sama kayak Yose dulu.”Tak heran meski Stefan dan Yose jarang berhubungan, mereka saling percaya satu sama lain. Bisnis yang mereka jalani juga makin lama makin makmur. Mereka berdua adalah tipe orang yang serupa.Sekali lagi Olivia dan Mulan saling bertatapan dan bertukar senyum. Kebahagiaan mereka terpancar dengan sangat jelas melalui sorot mata. Baik itu Stefan atau Yose, mereka berdua adalah pria yang luar biasa, dan sama-sama bertanggung jawab sebagai kepala keluarga.Mereka begitu sibuk, tetapi tetap tidak melupakan keluarga dan anak istri. Mereka tetap bekerja keras menunaikan tanggung jawab sebagai ayah dan suami yang baik. Sebagai istri mereka berdua, Olivia dan Mulan merasa sangat bahagia. Pantas saja begitu banyak wanita lain di luar sana yang menambakan mereka.“Kamu juga cepat tidur, deh. Good night.”“Good night.”Setelah mengucapkan selamat malam
Dokter Panca mau Liam untuk menyalin tidak masalah, asal jangan terlalu banyak sehingga mengganggu waktu istirahat dan bermainnya. Sekarang sudah masuk musim liburan dan anak-anak seharusnya bisa bermain dengan gembira. Seiring dengan berjalannya usia, waktu untuk bersenang-senang akan makin berkurang. Studi dan karir menjadi prioritas, yang mana otomatis akan memotong waktu bermain.Dengan khawatir Liam bertanya, “Mama, apa Kakek Guru bakal dengar permintaan Mama? Dokter Kellin lagi nggak di rumah. Kalau Dokter Kellin yang ngomong pasti Kakek Guru mau dengar.”“Tenang saja, Dokter Panca pasti mau dengar,” kata Mulan dengan hangat. “Apa pun yang terjadi, kamu tetap anak Mama. Sekeras apa pun Dokter Panca, dia tetap harus mendengar pendapat dari orang tua murid. Sudah, tidur, gih. Besok pagi jangan lupa latihan. Habis sarapan, baru kamu lanjutkan tugas menyalinmu. Habis itu baru boleh main sama Russel. Sorenya juga sama, habis tidur siang, kerjain dulu tugasmu selama satu jam, baru sisa
Orang lain tidak pernah ada yang mengatakannya terang-terangan, dan Olivia juga anggap saja tida tahu apa-apa. Toh makin bahagia hidupnya, orang lain yang makin iri padanya.“... Sayang, sudah malam, nih. Kamu cepat tidur, deh. Kamu mungkin belum mau tidur, tapi anak kita sudah mau,” kata Stefan. Dia buru-buru mengganti topik obrolan dan membujuk istrinya untuk segera tidur. Namun di satu sisi, dia belum ingin menyudahi percakapannya dengan istri tercinta. Namun akhirnya Olivia-lah yang mengakhiri pembicaraan mereka.Setelah meletakkan ponselnya, Olivia mengelus perutnya sambil berkata kepada anak yang masih di dalam perutnya itu, “Sayang, Papa nggak mau jujur sama Mama. Walaupun maksudnya baik, dia tetap saja berbohong.”Setelah keheningan sesaat, Olivia berkata lagi, “Tapi kita nggak boleh nyalahin Papa. Dia berbohong demi kebaikan kita. Sekarang Mama nggak boleh gegabah karena harus menjaga kamu. Semua orang yang sayang sama kamu nggak mau Mama kenapa-napa. Sayang, menurut kamu, Pap
Sementara itu di kamar sebelah, setelah Russel pergi, sekarang giliran Olivia yang mengobrol dengan Stefan.“Sayang, kamu bawa Russel main di rumahnya keluarga Junaidi saja. Biar dia main di sana sampai puas tanpa perlu mikir apa-apa. Kalau aku sudah selesai, aku jemput kalian di sana,” kata Stefan.“Muka kamu kelihatannya capek banget. Kamu yang lebih butuh istirahat dari aku. Tugas yang bisa dioper ke orang lain dioper saja, nggak perlu semuanya kamu yang kerjain sendiri,” ujar Olivia membalas. “Kalau semuanya kamu yang kerjain sendiri pasti capek banget. Jangan pikir mentang-mentang masih muda jadi boleh bergadang. Kebanyakan bergadang nanti jadi cepat tua dan malah kasih dampak buruk ke badan kamu. Risiko meninggal tiba-tiba juga jadi meningkat. Stefan, kamu harus ingat, sekarang kamu nggak sendiri lagi. Kamu punya istri dan sebentar lagi punya anak. Aku dan anak kita menunggu kamu pulang.”“Iya, Sayang. Tenang saja. Aku selalu ingat kamu waktu mengerjakan apa pun. Aku bisa melindu
“Mama kamu sudah sibuk seharian pasti butuh istirahat, kita kasih dia waktu untuk istirahat sebentar, ya.”Russel sejenak berpikir, lalu dengan berat hati dia menyahut, “Oke, kalau begitu aku mau tidur dulu. Besok pagi baru aku telepon Mama. Tante Olivia, besok bangunin aku, ya.”“Oke. Jam 7.30 besok Tante bangunin, ya. Seharusnya jam segitu mama kamu lagi sarapan,” ujar Olivia.Dengan berat hati Russel melambaikan tangannya sambil berpamitan dengan Stefan, dia lalu meninggalkan amarnya Olivia dan kembali ke kamar tidur dia dan Liam.Di kamarnya Liam sedang menyalin nama-nama obat beserta khasiat dan larangan penggunaan dari setiap jenisnya. Saat melihat Russel kembali, dia langsung mengangkat kepalanya dan bertanya, “Russel, kamu sudah ketemu sama mama kamu?”Russel menghampiri dan melihat nama obat yang Lam tulis. Hanya sedikit saja huruf yang bisa dia baca. “Mama masih sibuk, jadi nggak ada waktu untuk ngobrol. Tante Olivia suruh aku untuk istirahat dulu. Besok pagi baru aku bisa ng
Tanpa pikir panjang Russel menjawab,”Jelas suka, dong! Aku suka Om Daniel. Asyik juga nambah satu papa lagi. Orang lain cuma punya satu papa, aku punya dua.”Pada saat awal-awal Daniel mencari tahu apakah Russel menginginkan ayah baru, Russel bilang kalau dia sudah punya ayah. Dia tidak ingin serakah, satu ayah saja sudah cukup. Sekarang ketika Russel sudah lebih besar, dia mulai membangun hubungan ayah dan anak dengan Daniel, dan sekarang dia sudah bisa menerima Daniel sebagai ayah barunya. Di luar itu, saat ini hubungan Russel dengan Daniel justru lebih dekat dibandingkan ayah kandungnya.Alasan utamanya adalah karena keluarga Pamungkas suka membuat masalah yang perlahan mengikis hubungan mereka dengan Russel. Russel sekarang masih kecil. Sebenarnya asal keluarga Pamungkas mau memperlakukan Russel dengan baik dan tidak memanfaatkannya untuk mendapat keuntungan pribadi, dan benar- benar menyayangi Russel dengan tulus, Russel juga pasti akan senang dengan mereka. Jika menunggu sampai R