Stefan meletakkan bukti kepemilikan sahamnya di Adhitama Group, surat pengalihan kepemilikan saham, kartu bank, semua sertifikat properti atas namanya, termasuk toko dan yang lainnya ke dalam map dokumen itu, lalu memberikannya kepada Olivia.“Sekalipun aku alihkan kepemilikan saham padamu, kamu juga nggak perlu kelola perusahaan. Aku akan terus kelola Adhitama Group. Uang yang aku hasilkan adalah milik kamu. Aku hanya kerja untuk kamu. Berapa banyak uang yang kamu inginkan, kamu mau jadi perempuan terkaya, aku bisa bekerja keras dan buat kamu menggapai keinginanmu itu.”“Selama kamu mau, kamu ikut aku selesaikan prosedurnya. Setelah itu, semua kekayaan ini akan dialihkan ke namamu. Aku nggak sisakan untuk diriku sendiri sedikit pun. Kamu kasih aku uang saku sesukamu saja setiap bulan.”“Waktu itu aku yang waspadai kamu. Aku takut kamu incar uangku. Sekarang aku yang ambil inisiatif untuk berikan semua uangku padamu untuk membuktikan kalau aku percaya sama kamu. Aku juga meminta maaf p
Stefan menebak Olivia pasti akan menolak. Sebelum Olivia menolak, dia mengancam perempuan itu lebih dulu, “Kalau kamu nggak ambil barang dalam map ini, aku akan buang semuanya dari jendela. Kamu jadi kepala di keluarga kita. Kamu saja nggak peduli dengan harta keluarga kita, untuk apa aku peduli? Aku hanya peduli sama kamu.”Olivia, “....”Setelah tidak bertemu selama seminggu, Olivia mengira Stefan sudah memahaminya ketika pria itu mengajak bertemu. Dia juga mengira Stefan telah mengubah sifatnya yang dominan. Begitu mendengar nada bicara Stefan yang mengancam, Olivia pun menghela napas dalam hati.Sulit untuk mengubah sifat seorang manusia. Sifat Stefan sudah seperti itu sejak dulu. Olivia seharusnya tidak berharap dirinya bisa mengubah pria itu. Stefan tidak akan berubah, dia juga tidak ingin berubah. Satu-satunya jalan yaitu terus membiasakan diri.Setelah menatap Stefan lama, Olivia akhirnya mengambil map itu. Kemudian, dia mengeluarkan kartu hitam dari dalam map dan menyerahkanny
“Kalau begitu, aku bawa kamu pergi lihat rumah-rumah kita mau, nggak?”Rumah yang dimaksud Stefan tentu saja rumah yang dia beli sebelum menikah. Dia biasanya membeli vila-vila besar, yang memiliki taman depan dan belakang.Hanya rumah di kawasan sekolah yang berbentuk apartemen. Pada saat membeli rumah itu, Stefan masih lajang. Namun, dia tahu keluarganya tidak mungkin membiarkannya melajang seumur hidup. Pada akhirnya, dia tetap harus menikah dan punya anak. Untuk memudahkan anaknya pergi ke sekolah, makanya dia memutuskan untuk membeli beberapa rumah di kawasan sekolah.Tidak peduli anak-anaknya akan sekolah di sekolah yang mana pun, dia punya rumah di dekat sekolah. Dengan begitu, anaknya lebih mudah pergi ke sekolah.“Kamu nggak sibuk?”“Kalau untuk temani kamu, aku pasti nggak sibuk.”“Kalau mau lihat, akhir pekan saja. Kamu nggak usah kerja, aku nggak usah buka toko. Nanti saja,” kata Olivia.Olivia tidak ingin menyita waktu kerja Stefan. Stefan hanya mencoba bertanya, tapi seka
Stefan tiba-tiba menyadari perbedaan antara level yang berbeda. Seandainya Olivia tidak bekerja, dia akan menjadi Odelina yang belum bercerai. Olivia harus meminta pada Stefan setiap kali dia butuh uang. Stefan memberinya atau tidak tergantung suasana hatinya, sama seperti memberi sedekah. Mungkin saja pada saat memberikan uang, Stefan akan mengeluh kalau Olivia hanya tahu menghabiskan uang dan tidak tahu bantu cari uang.Seandainya Olivia lahir di keluarga kaya seperti ibunya Stefan dan menikah dengan orang kaya pula, sekalipun dia tidak bekerja, dia tetap memiliki harta yang banyak yang bisa menghasilkan keuntungan untuknya. Dia pun bisa selalu mandiri dalam finansial.Stefan pernah mendengar dari ibunya. Pada saat ibunya menikah dengan ayahnya, ayahnya juga anak tertua dari keluarga Adhitama. Kakek dan nenek dari belah ibunya khawatir ibunya akan ditindas di keluarga Adhitama. Oleh karena itu, mereka memberikan banyak harta sesan. Seperti rumah, mobil, toko, perusahaan kecil dan la
Olivia menggendong Russel sambil berjalan ke mobil. Dia membuka kunci mobil lalu membuka pintu dan meletakkan Russel di kursi pengaman anak. Setelah itu, dia baru menoleh dan berkata pada Stefan yang berdiri di belakangnya, “Aku pergi dulu.”Stefan menatapnya dengan lekat. Sesaat kemudian, dia baru mengucapkan sepatah kata, “Oke.”Stefan melihat bagian depan mobil Olivia dan berkata lagi, “Ganti mobil saja.”Olivia sudah masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesin mobil. Dia menurunkan kaca jendela dan menjawab, “Ini mobil pertama yang kamu berikan padaku.”Sorot mata Stefan menjadi kian dalam. Olivia sudah pergi, tapi dia masih berdiri di sana, mengawasi mobil istrinya pergi menjauh. Dimas dan tim pengawal Stefan berdiri di kejauhan, tidak berani mendekat juga tidak berani terlalu jauh.Kelihatannya Stefan dan Olivia tidak bertengkar lagi. Namun, keduanya terlihat seperti sedang menjauh dan acuh tak acuh. Tidak romantis seperti dulu.Sampai ketika mobil Olivia menghilang dari pandangann
Odelina menghentikan aktivitasnya. Dia keluar dengan kain lap di tangannya. Seulas senyum merekah di wajahnya ketika dia melihat adiknya turun dari mobil sambil menggendong putranya.“Mama.”Russel berlari ke arah ibunya. Olivia tersenyum melihat keponakannya langsung berlari ke arah ibunya begitu turun dari mobil. Dia pun berkata, “Sesayang apa pun padanya, tetap saja lebih dekat dengan mamanya.”“Tentu saja. Kamu dan Stefan sama-sama suka anak-anak. Kalian sudah boleh pertimbangkan punya anak.”Odelina menggoda Olivia sambil memperhatikan ekspresinya. Begitu melihat Olivia hanya tersenyum dan tidak menjawab perkataannya, dia tahu kalau konflik antara Olivia dan suaminya belum sepenuhnya berakhir.“Stefan ajak kamu bertemu mau ngomong apa?”Odelina menggendong Russel dan kembali ke dalam toko bersama Olivia. Dia bertanya karena mengkhawatirkan hubungan mereka berdua.Begitu mendengar pertanyaan kakaknya, Olivia bergegas kembali ke mobil dan mengambil map dokumen. Isi dalam map itu ada
“Kalian berdua coba saling beri waktu sedikit lagi.” Odelina menepuk punggung telapak tangan adiknya. Kemudian, dia memasukkan kembali semua sertifikat dan surat-surat lainnya ke dalam map.“Jangan taruh barang-barang penting begini di rumahku. Meskipun rumah yang aku dapatkan itu lumayan bagus, tetap saja ada banyak jenis orang yang tinggal di sana. Sistem keamanannya nggak sebanding dengan Lotus Residence. Kamu bawa semua ini kembali ke rumahmu dan Stefan. Beli brankas dan simpan di dalam brankas. Begitu lebih aman. Semua ini hartanya Stefan, loh,” kata Odelina.Olivia terdiam sejenak, lalu berkata, “Nanti aku coba telepon nenek. Aku serahkan saja barang-barang ini kepada Nenek, biar Nenek yang simpan. Rumah mereka jauh lebih aman.”“Boleh juga.”Odelina tidak memiliki pendapat lain. Dia pun mengganti topik pembicaraan dan bertanya, “Mau makan siang di sini, nggak?”“Aku mau pergi ke rumah Tante sebentar. Kemungkinan aku akan makan di sana.”“Ada apa kamu ke sana?”Odelina bertanya d
Pola makannya juga terkontrol dengan baik. Dia sudah tidak makan makanan yang tinggi gula dan lemak. Sekarang berat badannya sudah turun menjadi 75 kg. Target berat badannya adalah 50 kg. Dia masih harus menurunkan 25 kg lagi. Dia harus bertahan, dengan begitu dia akan mendapatkan kembali bentuk tubuh idealnya. Setelah kehilangan berat badan, Odelina pun terlihat jauh lebih cantik.Selesai berlari, Odelina kembali ke tokonya. Namun, dia terkejut melihat mantan suaminya sedang menunggunya. Mobil Roni berhenti di depan toko. Karena Odelina menutup pintu kaca toko, pria itu tidak bisa masuk. Dia bersandar di badan mobil, dengan satu tangan di saku celananya dan tangan lainnya sedang memegang rokok. Sesekali dia meniupkan asap rokok dari mulutnya.Odelina spontan mengerutkan kening. Dia benar-benar tidak suka melihat mantan suaminya itu muncul di hadapannya. Lagi pula pria itu datang bukan untuk menemui Russel. Dia juga merasa sangat ironi.Sebelum mereka bercerai, Roni selalu pergi pagi p
“Setelah bertemu dengan dia dan memastikan dia baik-baik saja, aku akan mulai bekerja. Nanti saat liburan tahun baru, aku akan pulang. Kakak nggak perlu mengirim seseorang untuk menjemputku. Aku bisa pesan tiket lebih awal sendiri,” kata JordanPemuda itu merasa dirinya sudah dewasa dan bisa menjaga dirinya sendiri saat berada di luar rumah. Rosalina mengangguk. “Selain para eksekutif perusahaan yang tahu siapa kamu, para karyawan biasa nggak akan mengenalimu. Selama kamu nggak mengungkapkan identitasmu, nggak ada yang akan tahu. Bekerjalah dengan baik, bicara seperlunya, kerjakan tugasmu, dan perhatikan bagaimana orang lain bekerja. Belajar dan amati.” “Baik,” jawab Jordan. Dia pernah bertemu dengan para eksekutif perusahaan sebelumnya. Bagaimanapun, dia adalah satu-satunya putra orang tua mereka, dan semua sisa aset keluarga setelah mereka dihukum telah dialihkan atas namanya. Namun, karena dia masih bersekolah dan tidak terlibat langsung dalam urusan perusahaan, para karyawa
Rosalina berkata, “Lebih baik kamu bekerja di perusahaan keluarga kita saja. Perusahaan itu juga ada bagianmu. Gunakan liburan untuk bekerja, kumpulkan pengalaman kerja. Setelah lulus nanti, kalau tidak berniat melanjutkan pendidikan, kamu bisa mulai dari posisi dasar.” “Lebih baik kamu merasakan susahnya bekerja sejak dini.” Adhitama Group memiliki standar yang sangat tinggi. Bahkan para tuan muda keluarga Adhitama sendiri tidak bisa langsung bekerja di kantor pusat saat pertama kali terjun ke dunia kerja. Rosalina tidak ingin adiknya menggunakan status adik iparnya Calvin untuk masuk Adhitama Group. Hal itu bisa menimbulkan pembicaraan buruk dan dianggap tidak adil bagi banyak orang. Meskipun, memang di dunia ini keadilan tidak selalu ada. Namun, dia tetap memutuskan agar adiknya bekerja di Siahaan Group. Bagaimanapun, perusahaan itu juga ada bagian untuk Jordan. “Bukannya sebentar lagi tahun baru? Kalau tiket kereta cepat sulit didapat, bagaimana?” kata Calvin, menunjukkan
“Cepat sekali sudah libur musim dingin.” Rosalina memeriksa adiknya. Melihat adiknya tidak terlihat kurus, malah tampak lebih tegap dan sedikit lebih dewasa dibanding sebelumnya, dia merasa sangat puas dengan perubahan adiknya setelah masuk universitas. “Iya, begitu libur, aku langsung beres-beres barang dan naik kereta cepat untuk pulang. Begitu sampai di rumah dan melihat mobil Kakak ada di sini, aku tanya ke pengurus rumah. Katanya Kakak baru pulang dari kantor. Kakak, semuanya baik-baik saja, 'kan?” Bisnis keluarga Siahaan juga ada sebagian untuk Jordan, tetapi dia sangat percaya pada kakaknya sehingga pemuda tu hanya bertanya sekilas. Dalam hal bisnis, dia masih belum paham dan tidak punya pengalaman, jadi dia tidak banyak bertanya. “Semuanya berjalan lancar. Yang penting kamu sudah pulang. Cuci tangan dulu, kita makan bersama. Kakak juga baru saja sampai rumah.” Beberapa menit kemudian, setelah Calvin mengambilkan beberapa lauk untuk istrinya dengan sumpit khusus, dia be
Rosalina tersenyum kecil, “Kalau Papa dan Mama dengar ucapanmu, mereka pasti sedih dan bilang kalau kamu nggak punya hati.” “Kenapa Papa dan Mama nggak sayang kamu? Justru karena mereka sayang sama kamu, mereka jadi baik sekali padaku. Ini yang disebut 'karena cinta seseorang, maka mencintai hal-hal yang berkaitan dengannya’.” Memang benar, mertua sangat menyayanginya, tetapi itu juga karena dia adalah menantu mereka. Kedua mertuanya sangat menyayangi anak laki-lakinya, dan berharap keluarga kecilnya Bahagia. Oleh karena itu, mereka sangat baik pada Rosalina. Rosalina berpikir, Tuhan masih baik padanya. Setelah menderita lebih dari dua puluh tahun, akhirnya dia diberi kehangatan. Tuhan mengizinkannya menikah dengan Calvin dadn memiliki mertua yang menyayanginya seperti anak kandung. Di sisa hidupnya, dia tidak perlu khawatir lagi menghadapi badai kehidupan. Ada keluarga suaminya yang menjadi sandarannya serta melindunginya dari segala masalah. Perempuan itu sangat berterima ka
Calvin ingin menjemput Rosalina di bandara, tapi Rosalina tidak mengizinkannya pergi. Rosalina pulang bersama pengawalnya. Rosalina bilang dia sudah bisa melihat. Calvin tidak perlu terlalu mengkhawatirkannya lagi. Biar dia bisa jadi lebih mandiri.Baiklah, Calvin hanya bisa menuruti apa kata istrinya. Kebetulan dia juga sangat sibuk. Rosalina perhatian padanya, tidak butuh Calvin jemput di bandara. Calvin pun segera menyelesaikan pekerjaannya dan pulang untuk menunggu Rosalina.Calvin sudah menyiapkan satu meja penuh dengan makanan favorit istrinya. Rosalina sudah makan di pesawat. Namun sesampainya di rumah, dia sudah lapar lagi. Jarak bandara dan rumahnya agak jauh.Entah kapan hujan yang menetes di luar berhenti. Akan tetapi, ada air di mana-mana. Langit masih mendung. Suhu lebih rendah dibandingkan tadi pagi.Begitu mendengar suara mobil, Calvin langsung keluar untuk menyambut Rosalina. Tepat saat Rosalina keluar dari mobil, Calvin pun segera menuruni tangga sambil tersenyum. “Sud
“Bukannya Ronny kerja dengan baik? Yohanna juga nggak pilih-pilih masakan yang dia buat.”Risa bertanya dengan heran. Tanpa menunggu jawaban Jaka, dia pun berkata lagi, “Padahal masakannya benar-benar enak. Tapi dia sendiri sudah jadi bos. Mungkin dia nggak bisa terima perubahan status secara tiba-tiba.”Bekerja sebagai koki pribadi di keluarga Pangestu sama saja dengan menjadi pelayan. Ronny memiliki kemampuan, dia juga telah menjadi bos. Dia tidak kekurangan uang. Dia menjadi koki pribadi keluarga Pangestu hanya untuk sebuah tantangan. Wajar saja kalau dia sudah tidak tahan lagi.Sayang sekali, baru dua hari sudah harus diganti lagi. Risa sudah terbiasa dengan seringnya pergantian koki di rumahnya.“Tommy sangat suka sarapan yang dibuat Ronny. Banyak jenis, bahkan bisa buat bentuk hewan kecil. Tommy dan yang lainnya sangat suka.”Jaka menunggu hingga Risa selesai bicara. Setelah itu, dia baru menjelaskan, “Bukan karena Ronny nggak kerja, Bu. Bu Yohanna mau ke luar kota, jadi Ronny ik
Rasanya Jaka yang menjadi kepala pengurus villa ini sangat mengkhawatirkan Yohanna. Yohanna mau ke luar kota, Jaka pun pesan kepada Ronny berulang kali. Satu hal diulang terus berulang kali, seolah takut Ronny akan lupa.Awalnya Jaka ingin meminta Ronny menjaga Yohanna. Mungkin karena Jaka mengingat Ronny masih muda dan belum menikah, begitu pula dengan Yohanna. Jaka pun berubah pikiran.Pria dan perempuan lajang tinggal bersama, mudah untuk terjadi masalah. Jadi Jaka tidak boleh membiarkan Ronny punya niat tidak baik. Lebih baik biarkan Ronny hanya bertanggung jawab memasak. Ada pengawal perempuan yang menjaga Yohanna.Padahal Ronny sama sekali tidak punya niat jahat. Lagi pula, dia baru saja hadir dalam kehidupan Yohanna. Meskipun sejak awal dia sudah tahu kalau Yohanna adalah calon istri yang neneknya pilihkan untuknya. Mereka baru saja saling kenal. Bagaimana mungkin ada perasaan di antara mereka?Tanpa perasaan, Ronny tidak menginginkan apa pun. Dia hanya ingin fokus memasak. Jika
Ronny dan Jaka datang dengan mobil yang sama. Dalam perjalanan pulang, Ronny bertanya pada Jaka, “Biasa kalau Bu Yohanna dinas ke luar kota, dia tinggal di hotel atau dia ada beli rumah dan tinggal sendiri?”“Bu Yohanna nggak bilang mau ke mana. Kalau tempat yang ada perusahaan cabang, biasanya ada rumah sendiri. Setiap kali ke sana, Bu Yohanna tinggal di rumahnya sendiri. Rumahnya mungkin nggak besar, tapi ada karyawan. Barang kebutuhan sehari-hari pasti sudah ada,” jawab Jaka.“Kalau dia pergi sekadar bahas kerja sama dengan orang lain, Bu Yohanna akan tinggal di hotel. Sekalipun tinggal di hotel, dia akan tinggal di kamar presidential suite. Bisa masak sendiri. Saat ikut Bu Yohanna ke luar kota, kamu hanya perlu bawa barang yang kamu butuhkan. Kalau nggak bisa masak, dia nggak akan bawa kamu ke sana.”Ronny berpikir sejenak. “Benar juga, ya. Kalau begitu aku pulang dan beres-beres dulu. Nggak perlu bawa banyak barang. Cukup bawa bumbu. Untuk bahan-bahan, beli di sana saja.”Sungguh
Ternyata Yohanna mau keluar kota. Ronny pun menjawab dengan hormat, “Baik, Bu.”Saat ini, Jaka tiba-tiba bertanya, “Bu Yohanna mau keluar kota, nggak bawa Ronny?”Yohanna begitu pilih-pilih makanan. Saat berada di luar kota, sulit baginya untuk menemukan makanan yang bisa dia makan. Lebih baik kalau dia membawa koki pribadinya. Dulu, Yohanna jarang dinas ke luar kota.Yohanna terdiam. Sementara itu, Ronny membersihkan meja tanpa bersuara. Dalam hati justru berkata, “Dia begitu pemilih. Kalau bepergian jauh, dia pasti kelaparan terus.”Setelah berpikir selama beberapa menit dan mempertimbangkan perutnya, Yohanna baru berkata dengan suara pelan, “Kalau begitu, Ronny, kamu pulang dan siap-siap. Jam lima sore kamu datang ke sini lagi. Ikut aku ke luar kota. Pak Jaka, jangan beritahu siapa pun selain keluargaku soal Ronny ikut aku keluar kota.”Yohanna takut kalau orang lain tahu dia ke luar kota dengan membawa koki pribadi muda, mereka akan bicara ini-itu dan membuat segala macam rumor. Se