Mendengar ucapan Roni membuat Yenny berkata, “Aku juga nggak melarang kamu menggendong anakmu. Aku hanya nggak mau kamu ke sana sendirian. Harus ada aku yang menemani kamu.”Dia memeluk lengan lelaki itu dengan mesra dan membuat Roni tersenyum sambil menyentil kening perempuan itu dengan lembut dan berkata, “Kamu ini suka sekali cemburu. Aku cerai dengan dia karena nggak cinta dengannya lagi. Kamu jangan dengar ucapan mama dan kakakku. Aku nggak akan kembali dengan Odelina.”Ibu dan kakaknya merasa Odelina sudah bertemu dengan tantenya yang kaya raya dan kemungkinan besar akan sangat membantu masa depannya kelak. Roni sendiri juga mengakui kalau dia tidak sanggup bekerja lagi di kantornya. Akan tetapi selama atasannya masih belum menghentikan dia dan mengurangi semua fasilitasnya, Roni tidak akan pergi.Dia ingin mendapatkan penghasilan lebih sebelum pergi karena dia masih harus menikahi Yenny dan membutuhkan uang banyak. Setelah Odelina bertemu dengan tantenya, perempuan itu juga tida
“Pak Roni, kamu salah sangka karena ini aku beli untuk keluarga mertuaku, bukan kakakku!”Olivia berkata dengan datar dan santai, “Walaupun kakakku mempersiapkan parsel tahun baru, uang yang dia gunakan juga bukan uangmu. Nggak perlu kamu yang cerewet!”Bisa-bisanya lelaki ini minta catatan uang perawatan anak yang diberikan pada Russel. Dasar lelaki pelit!Rita masih bisa tidak tahu malu meminta Odelina kembali dengan Roni? Benar-benar tidak tahu malu! Dia pikir di dunia ini hanya ada satu lelaki saja? Sungguh konyol!“Punya kamu? Kamu siapkan parsel sebanyak ini untuk keluarga mertua kamu?” tanya Roni dengan terkejut. Dia pikir kedua kakak adik ini yang menyiapkan parsel untuk keluarga Sanjaya, ternyata Olivia yang menyiapkannya untuk keluarga mertuanya. Ternyata perempuan ini sangat loyal sekali.Apakah Olivia memiliki uang sebanyak itu? Apakah dia meminta uang dari kakaknya?“Terserah aku mau kasih siapa saja, apa urusannya dengan kamu? Kalau kamu iri, bilang saja sama perempuan di
Odelina tersenyum dan berkata, “Dengar-dengar pekerjaan kalian nggak lancar? Kemungkinan saja kalian bisa kehilangan pekerjaan kalian kapan pun. Gaji juga kemungkinan nggak akan kalian terima lagi. Lalu apa yang harus kalian sombongkan?”“Meski aku dan dia sebelum cerai semuanya bagi dua, setelah cerai aku mendapatkan uang dari dia. Kalau dia kehilangan pekerjaan, nggak akan mempengaruhi kehidupan aku dan anakku.”Yenny terdiam sedangkan Roni tampak mengepalkan tangannya sambil berkata, “Kata siapa kami berdua kehilangan pekerjaan? Pekerjaan kami sangat lancar!”“Mama kamu yang bilang. Dia hampir setiap hari cari kakakku dan mengeluh tentang kamu yang sudah digoda oleh siluman! Katanya Yenny itu perusak hubungan orang dan boros. Dia nggak kasihan sama kamu yang susah payah cari uang. Mama kamu juga bilang orang tua Yenny itu sama saja menjual anaknya, bukan menikahkan anaknya! Satu keluarga sifatnya sama saja,” kata Olivia.Wajah Yenny menggelap seketika. Roni terdiam karena mengingat
“Mamaku hanya ngomong saja tapi nggak ada niat seperti itu. Kamu masih mau mempermasalahkannya dengan orang tua? Yenny, untuk masalah mahal sebenarnya aku pribadi juga merasa apa yang kalian minta terlalu berlebihan. Kalau kasih mereka uang sebanyak satu miliar lebih, tapi setelah itu mereka kasih kembali dalam bentuk barang, aku nggak masalah.”“Walaupun hanya setengah aku juga bersedia. Tapi papa mama kamu bilang hanya akan kasih barang dalam bentuk kasur dan juga sepeda motor listrik saja. Itu harganya nggak seberapa.”“Hari di mana orang tua kamu datang, aku dengar percakapan mereka yang katanya uang itu mau dibagi rata ke kakak-kakak kamu. Biar mereka bisa renovasi rumah di kampung dan beli kendaraan. sisa seratus juta dikasih ke papa mama kamu untuk mereka simpan.”Roni akui ketika dia mendengar ucapan kedua orang tua Yenny, dia marah dan kesal. Total hartanya hanya ada sekitar empat miliar saja. Sudah dibagikan dua miliar lebih pada Odelina dan hanya tersisa beberapa ratus juta
“Surat rumah juga akan aku ubah menjadi nama kamu, jadi kamu juga ada bagiannya di dalam rumah itu. Kalau renovasinya bagus, kita yang akan menikmatinya. Begitu lebih baik dibandingkan uangnya dikasih ke kedua kakakmu untuk dinikmati oleh mereka.”Dalam hati Yenny menyetujui apa yang dikatakan oleh Roni, tetapi mulutnya berkata, “Maharnya sudah turun jauh sekali. Roni, kamu mau menikahiku dengan Cuma-Cuma? Dulu waktu kamu membujukku, kamu melebih-lebihkan semuanya. Katanya mau kasih aku kehidupan yang seperti nyonya besar.”“Kamu bilang mau menikahiku dengan meriah dan juga mewah. Apanya yang mewah dan meriah?”“Di Mambera semua orang yang menengah ke atas hanya kasih mahar beberapa puluh juta saja. Di Mambera, menikahkan anak perempuannya memang dengan niat agar putrinya bahagia. Bukan mengharapkan uang, harapannya hanya putrinya bahagia setelah menikah.”Odelina yang berasal dari desa kecil di Mambera juga hanya meminta mahar sebesar 600 juta saja. Bahkan Odelina juga menahannya untu
Odelina tertawa dan berkata, “Stefan memang lelaki baik. Jangan bandingkan dia dengan lelaki seperti Roni.”Kakaknya melirik kereta belanja dan berkata, “Sudah penuh, masih mau beli? Bagaimana kalau kita bawa barangnya pulang dulu? Kalau ada yang kurang baru datang lagi.”Mereka berdua akan kewalahan membawa naik ke rumah jika terlalu banyak barang. Sekarang Bi Lesti sedang tidak ada karena Olivia membiarkan perempuan itu pulang kampung untuk libur tahun baru.Kedatangan Bi Lesti cukup banyak membantunya. Olivia dan Odelina memberikan amplop tebal pada Bi Lesti sebagai uang saku tahun baru. Selain dari kedua kakak beradik itu, Bi Lesti juga mendapatkannya dari Stefan serta bonus dari lelaki itu.Selain Bi Lesti yang menerima banyak bonus tahun baru, Dimas yang selalu berada di sisi Stefan juga merasakan hal yang sama. Bonus lelaki itu bertambah dua kali lipat dan dia mendapatkan amplop tahun baru dan tunjangan hari raya.“Boleh juga,” sahut Olivia. Dia meletakkan makanan ringan terakhi
Roni melirik Odelina yang sudah tampak berubah karena berat badannya berkurang itu sekilas. Dia menarik dirinya kembali ke dunia nyata karena tidak seharusnya dia mengingat Odelina yang dulu.Barang yang dibeli oleh Olivia memang sangat banyak, kedua kakak beradik itu tidak sanggup membawanya. Mereka meminjam kereta belanja supermarket untuk membawa belanjaan mereka.“Kak, Kakak dan Russel tunggu aku di sini, aku bawa mobil ke sini.” Olivia memarkirkan mobilnya di tempat parkir lantai bawah gedung.“Ok,” ujar Odelina tidak keberatan.“Tante, Tante!” seru Russel panik ketika melihat tantenya jalan seorang diri.“Russel, Tante pergi ambil mobil untuk jemput kita,” kata Odelina menenangkan putranya. Dia pikir Olivia akan meninggalkan dia dan ibunya di tempat ini.Sesaat kemudian Roni dan Yenny juga keluar dari dalam. Mereka membeli banyak barang dan juga menggunakan kereta belanja untuk membantu mereka membawanya.“Sayang, kamu tunggu aku di sini, aku ambil mobil dulu.”“Iya, Sayang. Cepe
Akan tetapi biarkan itu menjadi urusan Stefan. Daniel juga tidak akan ikut campur dengan rencana yang sudah ditetapkan oleh lelaki itu karena dia hanya sebagai teman baiknya Stefan saja.“Oh, ternyata begitu.”Daniel melirik isi di kereta belanja tersebut dan dapat menebak kalau istrinya Stefan sangat mementingkan kepulangannya kali ini. Barang yang dibeli semuanya barang kualitas terbaik.“Russel.Daniel menyapa Russel sambil tersenyum lebar. Sedangkan Russel membuang wajahnya ketika lelaki itu hendak menyentuhnya. Dia meminta Odelina untuk menggendongnya. Karena Odelina tahu putranya takut dengan Daniel, dia bergegas menggendong bocah itu.“Russel, Om Daniel pernah kasih kamu kincir angin, kenapa kamu masih takut sama Om Daniel?”Russel memeluk leher ibunya dan menyandarkan kepalanya di pundang Odelina. Dia enggan menatap lelaki itu. Memangnya dia bisa dibeli hanya dengan sebuah kincir angin?“Russel, Om gendong kamu untuk beli kincir angin yang banyak dan bagus ya?” kata Daniel menc
“Kak Stefan ....”“Kalau dia nggak mau bertemu denganmu, percuma kamu cari dia. Lebih baik kamu tunggu saja dengan sabar sampai dia datang cari kamu. Kalau kamu ambil barangnya, kembalikan ke dia. Semakin kamu begini, dia semakin nggak suka sama kamu. Jadi orang harus terus terang. Jadi pria yang berintegritas dan jujur, jangan berbohong.”Stefan terdiam sejenak, lalu berkata lagi, “Dulu aku salah sudah berbohong pada Olivia. Dia hampir saja mau cerai denganku. Kamu nggak ambil pelajaran dari pengalamanku sebelumnya?”Stefan tidak mau membantu Samuel. Dia ingin Samuel pelan-pelan menempuh perjalanan panjang dalam mengejar istri. Siapa suruh Samuel tidak mau terima pilihan nenek mereka dan memilih mengambil jalan yang sulit? Orang pilihan neneknya tidak akan salah.Sarah telah memberi isyarat kepada Samuel beberapa kali. Samuel sendiri yang terlalu bodoh dan tidak menyadarinya. Sarah bertanya berulang kali apakah Samuel akan menyesal. Jika suatu saat Samuel menemui kesulitan, dia tidak
“Kalian semua nggak ada yang menikah, kami merasa kami sudah gagal. Punya murid banyak, yang pria nggak dapat istri, yang perempuan nggak dapat suami. Malu banget rasanya.”Para tetua serempak mengangguk setuju. Nana langsung memegang lengan Amelia dan berkata, “Kak Amelia, ayo kita cepat pergi dari sini. Aku paling takut dengar mereka desak aku menikah. Aku juga baru 26 tahun, bukan 36 atau 46. Nggak perlu didesak-desak terus. Mereka lebih tua dari aku. Waktu kami desak mereka, kenapa mereka nggak cari istri?”Amelia tersenyum dan mengikuti Nana keluar dari rumah. “Lama-lama juga terbiasa,” kata Amelia sambil berjalan.Kedua anak perempuan itu telah keluar. Para tetua juga mengatakan kalau mereka ingin jalan-jalan sebentar, tidak perlu ditemani Yuna dan suaminya. Yuna pun menyuruh Aksa dan Jonas menemani mereka. Jonas adalah putra kelima keluarga Junaidi. Keluarga Junaidi adalah besan Dokter Panca. Kalau Jonas yang menemani mereka, setidaknya mereka ada bahan obrolan.Pada saat yang s
“Kak Sonia sudah menikah, kan?” tukas Nana.“Dia memang sudah menikah, tapi kamu masih sendiri.”Nana tersenyum, “Kalau begitu aku cari uang untuk hidupi diriku sendiri. aku benar-benar sibuk kerja. Lagi pula, aku nggak ketemu yang cocok. Pria yang terlalu hebat juga pasti nggak akan tertarik padaku.”Begitu Nana selesai bicara, Rubah Perak menarik lengan baju Nana dan berkata, “Mana uang yang kamu hasilkan? Kamu habiskan untuk apa saja? Baju saja nggak rela beli yang bagus dikit. Kamu sengaja pakai begini buat aku lihat, agar aku terus hidupi kamu?”Amelia spontan tertawa, “Jangan lihat baju Nana sederhana, itu baju bermerek, loh. Sebenarnya barang-barang yang dia pakai harganya nggak murah.”“Benar sekali. Kak Amelia lebih pandai menilai. Guru-guruku nggak mengerti tentang baju perempuan. Siapa suruh mereka nggak cari istri?”Beberapa tetua spontan bersikap seolah hendak memukul Nana. Nana segera memegang kepalanya dan kabur, membuat semua orang tertawa terbahak-bahak.“Kami sudah tu
Selesai makan, para tetua lainnya berpamitan. Kecuali Setya. Yuna dan yang lainnya menahan Setya untuk tetap tinggal di sana.“Nanti Bu Sarah mau datang ke sini. Beliau sudah telepon aku, agar aku tahan kalian semua. Dia ingin makan bersama kalian,” kata Yuna.Begitu mendengar Sarah mau datang, Rubah Perak dan yang lainnya saling menatap satu sama lain. Pada akhirnya, Dokter Panca berkata, “Dia belum bangun, kita langsung pergi saja. Nanti dia bangun, dia pasti akan salahkan kita karena pergi tanpa bilang-bilang. Bagaimana kalau kita main dulu selama satu dua hari di Kota Mambera? Besok atau lusa kita baru pulang.”Dia yang Dokter Panca maksud tidak lain adalah Setya. Dokter Panca pun menambahkan, “Aku yang mau pulang jaga cucu saja nggak terburu-buru. Kalian bahkan belum punya cucu. Untuk apa buru-buru pulang? Pulang dan saling tatap satu sama lain? Membosankan banget.”“Iya, toh, semua sudah datang ke sini. Tinggal dulu beberapa hari. Agar aku bisa berterima kasih kepada kalian karen
Pengurus rumah tangga datang dan memberitahu Yuna kalau makanan sudah siap. Yuna pun mengajak semua orang untuk makan terlebih dahulu. Nana sengaja memperlambat langkahnya, agar berjalan sejajar dengan gurunya. Dia menarik ujung lengan baju gurunya. Gurunya pun memperlambat langkahnya juga. Keduanya berjalan di paling belakang.“Guru, Kakek Tua sudah temukan dua anak gadis yang dicarinya?”“Elang nggak beritahu kamu? Dua anak gadis itu sudah bukan anak gadis lagi sekarang. Sudah hampir 50 tahun berlalu. Dari dua anak gadis itu, sekarang si kakak sudah jadi nyonya keluarga Sanjaya, namanya Yuna. Dulunya dia anak Sofia, kepala keluarga Gatara sebelumnya di Kota Cianter.”“Kalau yang satunya lagi?”“Yang satunya lagi bernama Reni. Reni adalah ibu kandung Olivia, menantu pertama keluarga Adhitama di Kota Mambera. Tapi Reni sudah meninggal dalam kecelakaan mobil lebih dari sepuluh tahun yang lalu, hanya meninggalkan dua anak perempuan, yaitu Olivia dan kakaknya.”“Kak Elang nggak bilang apa
Si bibi mempersilakan Nana Imut masuk ke dalam rumah. Si bibi berjalan lebih cepat ke arah Yuna yang sedang duduk di sofa, lalu berkata, “Bu, ada orang yang bernama Nana Imut datang. Dia bilang dia cari Pak Rubah Perak.”Rubah Perak yang mendengarnya langsung menoleh ke arah Nana dan melambaikan tangan. “Sini, Nana.”Yuna tidak tahu kalau Rubah Perak menyuruh perempuan bernama Nana datang. Pada saat Rubah Perak memanggil Nana, Yuna juga melihat ke arah pintu dan mendapati seorang perempuan muda sedang berjalan mendekat. Nana mungkin lebih muda dari Amelia, lebih muda satu atau dua tahun. Dia memakai pakaian yang sederhana, tapi memiliki aura yang tidak biasa. Dia tampak takut-takut. Namun saat dia berjalan mendekat, dia juga terlihat sangat percaya diri.Pokoknya, kesan pertama yang Nana berikan kepada Yuna adalah kontradiksi yang rumit. Yuna tidak tahu apakah Nana cucu atau murid Rubah Perak. Yuna juga tidak berani asal tebak. Tidak peduli dia cucu atau murid Rubah Perak, Nana tidak
“Aku nggak ingat namanya. Aku juga nggak pernah dengar orang panggil namanya. Semua orang panggil dia dengan julukan. Julukannya adalah Rubah Perak. Dia kirim pesan dan beritahu aku kalau dia sedang berada di sini. Dia yang suruh aku datang ke sini.”Begitu mendengar perempuan itu datang mencari Rubah Perak, si pelayan pun menghela napas lega. Meskipun dia tidak tahu siapa Rubah Perak, yang pasti perempuan itu bukan datang mencari Rudy.“Maaf, nggak ada orang yang bernama Rubah Perak di sini. Kamu yakin dia suruh kamu ke sini? Ini rumah keluarga Sanjaya.”“Benar di sini. Dia kirim lokasi ke aku. Nggak salah, kok. Dia bilang dia lagi di rumah keluarga Sanjaya.”Usai berkata, perempuan itu mengeluarkan ponsel dari tasnya lalu membuka pesan. Setelah menemukan lokasi yang diterimanya, dia pun meminta si pelayan untuk memastikan. “Nggak salah, kan? Memang benar di sini.”Si pelayan melihat alamat yang ditunjukkan perempuan itu dan ternyata memang benar. Dia pun tiba-tiba teringat dengan tam
Setelah keluar dari perusahaan Samuel, Rubah segera memanggil taksi dan pergi dengan naik taksi. Sebelum pergi, dia menoleh untuk memastikan Samuel tidak mengejarnya. Tampaknya, dia sudah menendang Samuel terlalu keras hingga pria itu jatuh dan tidak bisa bangun.Setengah jam kemudian, di kediaman keluarga Sanjaya. Seorang perempuan tidak dikenal berdiri di depan pintu pagar rumah keluarga Sanjaya. Dia memandang sekeliling, berulang kali melihat nomor rumah itu, seperti sedang memastikan kalau tempat ini memang tempat yang ingin ditujunya.Sesaat kemudian, perempuan itu baru menekan bel. Tak lama kemudian, seorang pelayan keluar. Begitu keluar, pelayan itu melihat di depan rumah ada seorang perempuan tidak dikenal, berusia awal dua puluhan, sangat cantik, mengenakan pakaian biasa, dengan satu tas kecil di tangannya. Saat melihat si pelayan, perempuan itu terlihat sedikit malu-malu dan takut.Pelayan itu tidak segera membuka pintu. Dia bertanya kepada perempuan itu, “Maaf. Dengan siapa
Pak Samuel, ini bukan soal utang uang dan nggak punya uang untuk bayar utang. Kalau begitu, apa karena utang perasaan? Saya lihat Pak Samuel baik banget sama perempuan itu. Sudah ditendang pun Pak Samuel nggak marah.”Samuel juga tidak berusaha menutupi perasaannya terhadap Rubah. “Tebakanmu benar sekali. Aku ingin jadikan dia sebagai ibu bos kalian. Tapi sayangnya aku belum berhasil. Aku sudah kenal dia selama tiga mau empat bulan. Aku bahkan nggak tahu namanya, juga nggak bisa dapatkan nomor teleponnya.”“Nggak mungkin. Pak Samuel bukan hanya bos kami. Pak Samuel juga tuan muda keempat dari keluarga Adhitama. Di luar sana, ada begitu banyak perempuan yang rela melakukan apa saja demi bisa menikah dan menjadi menantu keluarga Adhitama. Bagaimana mungkin dia nggak suka Pak Samuel? Setelah kenal begitu lama, dia bahkan nggak beritahu namanya. Kecuali dia bukan perempuan normal, atau dia sudah menikah. Pak Samuel, jangan-jangan dia suka sama perempuan? Lesbian gitu?”Samuel langsung meme