Kata-kata Stefan yang lembut itu membuat Olivia menjadi tenang. Dia tersenyum dan berkata, “Kalau begitu, aku akan keluar dan membukakan pintu untuk mamamu. Kalau mamamu menuduhku nggak melakukan pekerjaan rumah, jangan salahkan aku ya kalau nanti aku berdebat dengannya.”Olivia tidak menganggap seorang wanita harus melakukan semua pekerjaan rumah tangga setelah menikah.Jika ibu mertuanya benar-benar menyalahkannya seperti ibunya Roni menyalahkan kakaknya, maka dia pasti akan berdebat dengan wanita itu.Stefan tersenyum dan berkata, “Iya, aku nggak akan menyalahkanmu, dan aku yakin mamaku nggak akan menegurmu.”Kalaupun ada sesuatu yang ibunya tidak sukai dari Olivia, ibunya pasti hanya akan bilang padanya. Kecuali kalau Olivia sangat keterlaluan, ibunya baru akan menegurnya secara langsung.Olivia keluar dan membukakan pintu untuk ibu mertuanya.Dewi sudah agak kesal karena terlalu lama menunggu, tapi dia tidak menunjukkannya.Olivia membukakan pintu untuk ibu mertuanya dan berkata d
Stefan sebenarnya cukup khawatir ibunya akan bersikap buruk pada Olivia. Setelah memasak hidangan terakhir, dia bergegas keluar dari dapur dan hendak mencari mereka keluar. Namun, dia melihat ibu dan istrinya itu berjalan masuk sambil mengobrol dengan asyik.Dia berhenti. Senyuman muncul di wajah tampannya.Dia tahu dia tidak perlu mengkhawatirkan Olivia.Olivia pandai membuat suasana menjadi menyenangkan, dan ibunya tidak akan menemukan kekurangan dari istrinya itu.“Ma.” Stefan memanggil ibunya dengan lembut.“Begitu masuk langsung tercium aroma masak. Tampaknya kamu masih bisa masak.” Dewi memuji putranya, lalu berkata kepada Olivia, “Olivia, kamu harus belajar lebih keras, lebih banyak berlatih, nanti pasti bisa lebih hebat masak darinya.”“Ma, Mama belum mencicipinya. Bisa jadi masakan Stefan cuma harum saja, tapi nggak enak. Kalau masakannya nggak seenak masakanku, aku akan menyuruhnya memasak setiap hari, untuk melatih kemampuan memasaknya. Supaya dia bisa memasak untuk Mama dan
Sejak menikah dengan suaminya, Dewi telah dimanjakan oleh suaminya selama lebih dari 30 tahun. Sampai saat ini, dia masih orang terpenting di mata suaminya.Setelah hening sejenak, Dewi berkata kepada putranya, “Kenapa? Kamu takut Mama bilang istrimu pemalas karena menyuruhmu memasak? Kamu baru pulang dari perjalanan bisnis, setelah itu masih pergi ke kantor dulu tadi. Itu nggak usah dibicarakan dulu, deh. Kamu baru sembuh dari sakit, setelah sakit berhari-hari. Dia seharusnya nggak menyuruhmu memasak di dapur seperti ini.”“Mama bukannya nggak membolehkan kamu memanjakan istrimu, tapi nggak boleh keterlaluan juga memanjakannya. Jangan sampai dia jadi egois dan mengandalkan statusnya untuk membuat masalah di luar.”Raut muka Stefan berubah tidak senang.“Oke, oke. Mama nggak akan membicarakan yang buruk-buruk tentang Olivia. Lihat ekspresi di wajahmu itu. Mama hanya bilang begitu saja, mukamu sudah berubah seperti itu. Masam sekali.”Dewi takut apabila Olivia tahu kalau keluarga mereka
Namun, melihat putranya begitu memperhatikan menantu perempuannya itu membuatnya merasa sangat tidak nyaman.Untungnya, menantu perempuannya lebih perhatian daripada putranya.“Mama coba.” Dewi menghargai makanan yang diberikan Olivia padanya.Setelah mencicipinya, Dewi ingin sekali mengatakan bahwa makanan buatan putranya lebih enak daripada buatan Olivia, tetapi dia merasa tidak bisa membohongi dirinya sendiri. Setelah ragu-ragu beberapa saat, dia akhirnya mengatakan yang sebenarnya, “Stefan nggak bisa menyaingi Olivia. Mulai sekarang, banyaklah berlatih memasak. Masak untuk Olivia.”Dengan begitu, hubungan mereka sebagai suami istri juga bisa semakin dekat.“Tapi, kamu harus kerja setiap hari. Kamu terlalu sibuk.”“Ma, jangan khawatir. Aku nggak akan membiarkan Stefan masuk ke dapur pada hari kerja.”Mereka sudah mempekerjakan Bi Lesti di rumah kecil mereka sekarang.Perkataan Olivia membuat Dewi sangat puas.“Ma, Mama mau makan udang ini?” tanya Stefan pada ibunya.“Mama sudah maka
Setelah makan malam, Stefan membereskan piring-piring. Olivia mengelap meja, lalu menyusun kursi dan meninggalkan meja makan, kemudian duduk di dekat ibu mertuanya.Setelah melihat jam, dia berkata kepada ibu mertuanya, “Ma, gimana kalau Mama memasukkan mobil Mama lalu menginap satu malam di sini?”“Nggak, deh. Mama akan pulang sebentar lagi. Papa nggak terbiasa kalau Mama nggak di rumah,” ujar Dewi.Setelah anak sulung mereka mengambil alih, suaminya pensiun dan mereka jadi berduaan terus setiap hari. Kalau dia tidak ada di rumah, suaminya memang tidak terbiasa.Olivia sangat iri melihat hubungan mertuanya yang mesra.Ketika kita tua, yang menemani kita adalah pasangan kita.“Ma, aku sebelumnya nggak tahu kalau Stefan membeli vila ini. Dia nggak pernah memberi tahu aku. Dia baru bilang beberapa waktu yang lalu. Vila ini lebih besar dari rumah yang di Lotus Residence, jadinya terlalu besar kalau hanya aku dan Stefan yang tinggal di sini. Gimana kalau Mama dan Papa pindah ke sini dan ti
Dewi menatap putranya dengan tajam untuk beberapa saat, lalu berkata, “Kamu yang bertanggung jawab atas hidupmu sendiri. Mama hanya mengingatkanmu saja. Mama mau pulang, deh. Jangan sampai papamu khawatir. Apa kamu dan Olivia akan ke rumah tahun baru nanti?”“Nenek nggak bilang pada Mama, ya? Aku akan membawa Oliv ke rumah lama untuk merayakan malam tahun baru nanti.”“Rumah lama. Oh, maksudmu rumah lama yang itu. Pantas nenekmu sering ke rumah lama yang itu akhir-akhir ini.”Ternyata karena putra tertuanya bilang dia akan membawa Olivia berkunjung ke rumah lama keluarga Adhitama. Rumah itu tidak ada apa-apanya, hanya ada peninggalan leluhur keluarga Adhitama saja.“Mau sampai kapan kamu menyembunyikannya dari Olivia?”“Ma, aku sudah memikirkannya dan akan mengaturnya. Nantinya, aku akan mengumumkan hubunganku dengan Oliv ke seluruh Mambera.”Kemudian, mereka bisa mempersiapkan resepsi pernikahan mereka.Yang ada di rencana dan pikiran Stefan memang indah, tapi hanya Tuhan yang tahu ap
Aksa juga berkata dengan dingin di telepon, “Kalau kamu nggak datang, aku akan mengungkapkan identitasmu di depan Olivia. Dia mungkin nggak akan marah kalau kamu menyembunyikan hal lain darinya, tapi dia pasti akan sangat marah karena kamu menyembunyikan identitasmu, bahwa kamu adalah tuan muda keluarga Adhitama. Karena Amelia.”Raut muka Stefan semakin masam sekarang. Dia berkata dengan dingin, “Sudah kubilang, aku akan ke sana. Kamu tunggu saja di sana.”Berani-beraninya pria ini mengancamnya!“Aku ini kakak sepupumu. Bukannya seharusnya kamu yang datang lebih awal dan menungguku di sana?”Stefan berkata dengan dingin, “Great Hotel adalah hotel milik keluargamu. Kamu bisa berada di sana kapan saja. Kalau mau diganti saja tempatnya, jadi Mambera Hotel. Kalau di sana, aku akan tiba duluan dan menunggumu di kamar presidential suite.”“Kamu merasa bersalah? Takut? Sengaja mau membuat kakak sepupumu ini menunggu?”“Aksa, jangan sebut dirimu kakak di depanku.”Aksa tertawa dan berkata, “Ak
Aksa harus memberi tahu istrinya apa yang dia dan Stefan bicarakan di telepon, agar kecurigaan istrinya hilang dan membuat dia terlepas dari citra “suka pria dan wanita” di mata istrinya.Stefan tidak memberi tahu Olivia kalau Aksa meneleponnya dan mengajaknya bertemu.Setelah kembali ke dalam rumah, dia dan Olivia duduk di sofa, dan menonton TV.Setelah menonton sebentar, Olivia menguap berkali-kali. Dia pun mematikan TV dengan tidak sabar dan menggendong istrinya itu naik ke atas.Sesampainya di kamar, dia pun menemani istrinya berbaring di tempat tidur dan mengobrol. Hanya saja, setelah mengobrol cukup lama, wanita di sebelahnya tidak bersuara lagi. Dia mencondongkan diri dan memanggil dengan suara pelan, “Oliv. Oliv.”Olivia sudah tertidur, tidak mendengar panggilannya.Stefan menjadi lega. Dia mengecup pipi istrinya itu sekali, lalu berkata dengan lembut, “Oliv, selamat tidur.”Setelah itu, dia menyibak selimut dan turun dari tempat tidur dengan pelan.Dia kemudian menyelimuti Oli