Selama dia melakukan perjalanan bisnis, sopir membawa pulang mobil Rolls Royce yang biasa dia naiki ke rumah keluarga Adhitama, sambil menunggu perintah lagi.“Tempat parkir di kantormu seperti pameran mobil saja. Mobil apa pun ada,” kata Olivia sambil masuk ke mobil.Dia melihat banyak sekali mobil mewah di sana.“Ada banyak petinggi di perusahaan. Orang kalau pendapatannya tinggi, jadinya suka ganti mobil yang lebih bagus. Pria kan suka mobil. Kamu tahu itu. Aku sih sukanya rumah. Aku merasa rumah lebih ada nilainya daripada mobil.”Olivia tidak akan mempercayai perkataannya barusan kalau dia tahu garasi di rumahnya penuh dengan mobil, seperti pameran mobil.“Pria suka mobil, wanita suka rumah. Wanita merasa, ada rumah jadi ada tempat pulang.” Sebelumnya, Olivia bekerja keras untuk menabung juga karena dia dia ingin membeli rumah terlebih dahulu. Mobil yang dia pakai sekarang adalah mobil yang diberikan Stefan.Dia biasanya sering naik motor listrik untuk pergi kerja.“Kamu sudah me
Setelah membuka pintu, Stefan kembali ke mobil dan menyalakannya lagi, lalu menjalankan mobilnya masuk ke vila dan memarkirnya di halaman terbuka di depan rumah utama.Tanpa ditanya Olivia, dia berkata, “Orang tua dan nenekku suka tinggal di rumah lama, yang jauh dari kebisingan. Mereka juga sudah tinggal di sana selama puluhan tahun, jadi sudah terbiasa. Mereka nggak suka tinggal bersama anak-anak mereka. Makanya, Nenek sudah pulang ke rumah sekarang, padahal baru beberapa hari tinggal bersama kita.”Olivia menggumam mengiyakan dan berkata, “Semua orang tua seperti itu.”Setelah turun dari mobil, Olivia berjalan mengitari halaman terlebih dahulu.Halaman itu tertata dengan baik. Ada halaman bagian depan dan bagian belakang. Halaman bagian depan berisi kolam renang dan beberapa pohon yang bentuknya indah, gazebo kecil, dan kursi ayunan yang diletakkan di bawah pohon tidak jauh dari gazebo tersebut. Ayunan itu cocok untuk tempat bersantai, membaca buku dan menikmati pemandangan.Halaman
“Ini rumah kita. Kita bisa tinggal di sini selama sisa hidup kita, jadi kamu bisa pelan-pelan membiasakan diri.”Stefan menarik Olivia masuk ke rumah, lalu tidak bisa menahan diri, langsung menggendong wanita itu dan membawanya naik ke lantai atas.“Nanti tunggu aku kenyang memakanmu, aku akan turun ke bawah dan menyiapkan makan malam yang enak untukmu.”Olivia diam saja.Mereka masuk ke kamar utama di lantai dua. Olivia bahkan tidak sempat melihat-lihat kamar itu secara keseluruhan. Dia langsung dibaringkan ke tempat tidur oleh lelaki yang tidak sabaran itu.Tubuh pria itu menimpa tubuhnya, sampai dia refleks mengangkat tangannya dan mendorong pria itu, lalu berkata, “Kamu berat sekali!”Stefan buru-buru menopang tubuhnya sendiri dengan tangannya, menatap Olivia dengan mata berapi-api, dan bertanya dengan suara serak, “Oliv, benaran boleh?”“Kalau mau mau menarik balik perkataanmu, masih sempat sekarang. Paling-paling, aku akan mandi air dingin nanti.”Olivia menyentuh wajah Stefan da
Wajah Olivia memerah seperti udang rebus ketika Stefan melihat apa yang dia cari di internet.Dia mendudukkan diri, buru-buru mengambil kembali ponselnya, dan mengunci layarnya, lalu berpura-pura untuk bersikap acuh tak acuh dan berkata, “Aku bosan, jadi aku sembarang mencarinya. Mana anggurnya?”Stefan datang membawa dua gelas anggur dan menyerahkan salah satunya kepada Olivia sambil berkata, “Kita belum makan, jadi jangan minum terlalu banyak. Minum setengah gelas saja.”“Sedikit ini, minum dua sampai teguk sudah habis. Aku bahkan nggak merasakan rasa anggurnya,” kata Olivia, mengambil setengah gelas kecil anggur yang diberikan Stefan padanya, lalu menyesapnya sedikit. Seperti yang dia kira, rasa anggurnya tidak terlalu kuat. Pria ini pasti takut dia mabuk.Dia dengan cepat menghabiskan setengah gelas kecil anggur seperti minum air.Stefan hanya menyesap sedikit dan mengamati Olivia.Dia tidak malu dan tidak membutuhkan alkohol untuk meningkatkan keberaniannya.“Kamu nggak minum? Kal
Stefan berjalan menuruni tangga dengan ekspresi gembira. Kalau ada orang yang mendekatinya, orang itu pasti bisa mendengarnya menyenandungkan lagu dengan suara kecil.Setelah sekian lama menikah, dia akhirnya menjadi “suami sejati”.Dia berjalan ke dapur, mengambil celemek dari pengait di belakang pintu, dan memakainya. Lalu, dia membuka kulkas, melihat bahan-bahan masak di dalamnya, dan mengeluarkan sayuran yang akan dia gunakan untuk beberapa hidangan yang ingin dia masak.Dia akan membuat sup yang bagus untuk wanita.Setelah menyiapkan bahan untuk membuat sup tersebut, dia memasukkannya ke dalam pagi dan mulai merebusnya. Kemudian, dia baru mencuci beras dan memasak nasi.Setelah memikirkannya sebentar, dia menghubungi Pak Arif. Ketika Pak Arif mengangkat telepon, dia memerintahkan, “Pak Arif, tolong suruh orang untuk mengantarkan udang hidup yang masih segar kemari. Aku sudah melihat bahan makanan di kulkas, nggak ada seafood yang segar.”Sayuran lain sih tidak masalah, tapi makana
Setelah berbicara dengan kakaknya di telepon, Olivia merasa jauh lebih nyaman. Dia berdiri dan keluar dari bathtub.Suaminya yang tercinta, Stefan, sudah menyiapkan pakaian untuknya tadi sebelum dia mulai mandi.Sepuluh menit kemudian, Olivia turun ke bawah.Di bawah sangat sunyi.Ketika tinggal di Lotus Residence saja, dia sudah merasa rumah mereka sepi dan sunyi. Stefan biasanya pulang malam, jadi dia bahkan tidak punya teman untuk diajak bicara kalau sudah pulang ke rumah.Karena itulah dia ingin memelihara hewan.Belakangan, mereka memperkerjakan Bi Lesti, sehingga rumahnya jadi sedikit hidup.Namun ternyata, vila yang Stefan beli bahkan jauh lebih besar dari Lotus Residence. Jadinya lebih hening karena cuma mereka berdua yang tinggal di sini.Ketika turun ke lantai satu, dia baru bisa mendengar suara di dapur.Olivia berjalan ke sana dan melihat Stefan sedang memasak dengan serius. Dia tidak mengganggu pria itu, hanya bersandar di pintu dapur dan mengamati pria itu.Ketika sedang
Sebuah mobil berwarna silver diparkir di depan pintu masuk vila, dan seseorang berdiri di depan pintu.Melalui pintu dengan desain berlubang-lubang, Olivia melihat orang itu dan merasa orang itu agak sedikit familier. Setelah melihatnya dari dekat, dia baru mengenalinya. Orang itu sama sekali bukan orang yang datang mengantarkan udang, melainkan ibu mertuanya yang hanya pernah dia temui beberapa kali.“Ma,” panggil Olivia, terkejut dan cepat-cepat membuka pintu. Namun, dia mendapati pintunya tidak bisa dibuka tanpa kunci. Dia berkata pada ibu mertuanya dengan nada meminta maaf, “Ma, aku nggak tahu kalau ternyata butuh kunci untuk membuka pintunya. Mama tunggu sebentar, ya. Aku masuk ke dalam untuk mengambil kunci dari Stefan.”Dewi bergumam mengiyakan, lalu berhenti membunyikan bel rumah.Olivia berlari kecil dan cepat-cepat kembali ke dapur, lalu berkata pada Stefan, “Stefan, mamamu datang. Aku mau buka pintu, tapi nggak punya kunci, jadi nggak bisa membukanya. Cepat berikan kuncinya
Kata-kata Stefan yang lembut itu membuat Olivia menjadi tenang. Dia tersenyum dan berkata, “Kalau begitu, aku akan keluar dan membukakan pintu untuk mamamu. Kalau mamamu menuduhku nggak melakukan pekerjaan rumah, jangan salahkan aku ya kalau nanti aku berdebat dengannya.”Olivia tidak menganggap seorang wanita harus melakukan semua pekerjaan rumah tangga setelah menikah.Jika ibu mertuanya benar-benar menyalahkannya seperti ibunya Roni menyalahkan kakaknya, maka dia pasti akan berdebat dengan wanita itu.Stefan tersenyum dan berkata, “Iya, aku nggak akan menyalahkanmu, dan aku yakin mamaku nggak akan menegurmu.”Kalaupun ada sesuatu yang ibunya tidak sukai dari Olivia, ibunya pasti hanya akan bilang padanya. Kecuali kalau Olivia sangat keterlaluan, ibunya baru akan menegurnya secara langsung.Olivia keluar dan membukakan pintu untuk ibu mertuanya.Dewi sudah agak kesal karena terlalu lama menunggu, tapi dia tidak menunjukkannya.Olivia membukakan pintu untuk ibu mertuanya dan berkata d
“Pa, kenapa?” Ivan menyuarakan pertanyaan yang ada di dalam benaknya.Dengan suara lirih Cakra menjawab, “Mama kamu mau mengundang yang dari Mambera untuk makan-makan di rumah ini. Kamu pikir itu hal yang baik? Kalaupun mama kalian mengadakan acara makan-makan itu dengan niat yang baik, mereka nggak akan berubah pikiran. Mereka datang murni dengan tujuan untuk balas dendam.”“Mereka juga cuma mencurigai Mama yang membunuh kepala keluarga Gatara sebelumnya, tapi mereka nggak punya buktinya,” kata Julio.Erwin mengangguk setuju. “Mereka semua orang-oran yang punya jabatan tinggi. Mereka nggak mungkin menuduh Mama tanpa bukti yang kuat, kecuali kalau mereka mau masuk penjara. Yang rugi juga mereka sendiri.”Ivan berkata, “Dengar-dengar, asistennya kepala keluarga sebelum Mama juga datang. Pak tua itu kuat juga bisa hidup sampai hampir seratus tahun. Dia termasuk satu-satunya orang yang masih hidup yang tahu tentang kejadian itu,” ujar Ivan.”Aku takutnya yang kita hadapi nggak semudah itu.
Patricia memang pilih kasih. Dia lebih menyayangi anak perempuan daripada anak laki-laki. Namun apa boleh buat, siapa suruh Ivan dan adik-adiknya terlahir di keluarga Gatara. Bahkan anak-anak perempuan mereka juga tidak pernah teralu dianggap. Yang Patricia anggap layak sebagai penerus keluarga Gatara di masa depan hanyalah anak perempuan yang lahir dari rahimnya Felicia.Andaikan Ivan tidak terlahir di keluarga Gatara dan harus mengandalkan Gatara Group untuk bertahan hidup, dia ingin menghancurkan perusahaan itu dan merombak tradisi keluarga yang tidak masuk akal.Keluarga lain di mana-mana menjadikan laki-laki sebagai kepala keluarga, tetapi di keluarga Gatara terbalik. Justru wanitalah yang menjadi kepala keluarga.“Pa, kira-kira Mama dan Felicia pergi ke mana pagi-pagi begini? Kalau cuma jalan-jalan rasanya terlalu pagi. Di luar kan dingin, apa mereka nggak takut?”Udara di luar tidak seperti di dalam ruangan yang nyaman karena terdapat penghangat ruangan. Meski di luar tidak trun
Meski disindir oleh ibunya, Felicia tetap tak goyah. Dia berkata, “Tentu saja aku perhatian sama mamaku sendiri. Mau sejahat apa pun, aku tetap bakal peduli.”“Memangnya aku apain kamu? Apa aku ada jahat sama kamu selama ini. Kalau kamu bukan anak kandungku, dari apa yang sudah kamu lakukan selama ini, punya sembilan nyawa pun nggak cukup.”“Iya, iya. Aku seharusnya berterima kasih karena karena aku masih dikasih hidup.”Mendengar itu, Patricia refleks mengangkat tangannya untuk memukul Felicia.“Waduh.”Felicia sengaja menjerit kesakitan, lalu menutup bagian bagian yang terpukul dan berjongkok di lantai. Patricia kaget melihatnya dan memelototinya. “Aku cuma mukul kamu pelan memangnya bikin tangan kamu patah? Dasar cengeng, begitu saja sampai teriak.”“Aduh … sakit! Sakit banget!” Alih-alih menanggapi ibunya, Felicia terus menjerit kesakitan sambil memegangi bagian tubuhnya yang tadi dipukul.Seketika Patricia terdiam untuk beberapa saat. Lalu dia berjongkok untuk memeriksa tangan Fel
“Vandi, menurut kamu, besok mamaku bakal apain aku? Apa dia bakal membiusku lagi? Atau bikin aku pingsan?”Vandi terdiam. Dia dapat memikirkan berbagai macam cara untuk membuat Felicia tak berdaya, tetapi dia tidak tahu cara mana yang akan Patricia gunakan. Felicia pun tidak menanya lebih jauh. Dia tahu ibunya suka berubah-ubah dan tidak mudah ditebak. Lagi pula Vandi bukan asistennya Patricia. Tidak mungkin dia langsung tahu apa saja yang Patricia rencanakan.“Sudah malam, kamu istirahatlah dulu. Aku juga sudah mau tidur.”Felicia mengirimkan pesan kepada Vandi untuk segera beristirahat. Dia meletakkan ponselnya di atas meja kecil samping kasur dan mematikan lampu kecil. Hanya saja, terlalu banyak hal yang mengusik hati Felicia, membuat dia kesulitan untuk tidur meski sudah berguling ke sana kemari cukup lama.Entah sudah berapa menit berlalu Felicia pun masih tidak bisa tidur, akhirnya dia pun duduk dan menyalakan lampu kecil, mengambil ponselnya dan melihat jam yang ternyata sudah m
Vandi menjawab, “Kalau diselidiki sekarang pun nggak akan dapat apa-apa, waktunya terlalu mepet. Bu Patricia sudah menyuruh pelayan rumah pergi ke rumah keluarga Arahan untuk mengantar undangannya supaya besok malam Bu Yuna dan yang lain datang. Dia juga mengundang beberapa anggota keluarga Gatara yang lain. Kurasa kalau Bu Patricia mau beraksi, pasti akan dia lakukan besok di pesta.”Undangan perjamuan yang Patricia adakan kali ini berbeda dengan yang pertama kali. Pertama kali dia mengundang Odelina, lalu Ricky dan Rika juga datang. Meski Patricia mau menghabisi Odelina dalam perjalanan sesuai dengan rencananya, sayang upaya itu gagal.Setelah itu, Patricia dan Odelina sempat beberapa kali bertemu, tetapi Patricia sudah tidak lagi mengundang Odelina ke rumah. Dalam perjuaman kali ini ada banyak yang datang dari Mambera. Yang datang semuanya adalah orang-orang kaya dan penting. Tanpa perlu ditanya pun sudah tahu kalau mereka datang bertujuan untuk memberi dukungan kepada Odelina.Alas
“Kalau ada waktu, Stefan juga suka baca-baca buku mengasuh anak supaya ada pengetahuan dasar untuk jadi papa.”Mulan tertawa, “Sama kayak Yose dulu.”Tak heran meski Stefan dan Yose jarang berhubungan, mereka saling percaya satu sama lain. Bisnis yang mereka jalani juga makin lama makin makmur. Mereka berdua adalah tipe orang yang serupa.Sekali lagi Olivia dan Mulan saling bertatapan dan bertukar senyum. Kebahagiaan mereka terpancar dengan sangat jelas melalui sorot mata. Baik itu Stefan atau Yose, mereka berdua adalah pria yang luar biasa, dan sama-sama bertanggung jawab sebagai kepala keluarga.Mereka begitu sibuk, tetapi tetap tidak melupakan keluarga dan anak istri. Mereka tetap bekerja keras menunaikan tanggung jawab sebagai ayah dan suami yang baik. Sebagai istri mereka berdua, Olivia dan Mulan merasa sangat bahagia. Pantas saja begitu banyak wanita lain di luar sana yang menambakan mereka.“Kamu juga cepat tidur, deh. Good night.”“Good night.”Setelah mengucapkan selamat malam
Dokter Panca mau Liam untuk menyalin tidak masalah, asal jangan terlalu banyak sehingga mengganggu waktu istirahat dan bermainnya. Sekarang sudah masuk musim liburan dan anak-anak seharusnya bisa bermain dengan gembira. Seiring dengan berjalannya usia, waktu untuk bersenang-senang akan makin berkurang. Studi dan karir menjadi prioritas, yang mana otomatis akan memotong waktu bermain.Dengan khawatir Liam bertanya, “Mama, apa Kakek Guru bakal dengar permintaan Mama? Dokter Kellin lagi nggak di rumah. Kalau Dokter Kellin yang ngomong pasti Kakek Guru mau dengar.”“Tenang saja, Dokter Panca pasti mau dengar,” kata Mulan dengan hangat. “Apa pun yang terjadi, kamu tetap anak Mama. Sekeras apa pun Dokter Panca, dia tetap harus mendengar pendapat dari orang tua murid. Sudah, tidur, gih. Besok pagi jangan lupa latihan. Habis sarapan, baru kamu lanjutkan tugas menyalinmu. Habis itu baru boleh main sama Russel. Sorenya juga sama, habis tidur siang, kerjain dulu tugasmu selama satu jam, baru sisa
Orang lain tidak pernah ada yang mengatakannya terang-terangan, dan Olivia juga anggap saja tida tahu apa-apa. Toh makin bahagia hidupnya, orang lain yang makin iri padanya.“... Sayang, sudah malam, nih. Kamu cepat tidur, deh. Kamu mungkin belum mau tidur, tapi anak kita sudah mau,” kata Stefan. Dia buru-buru mengganti topik obrolan dan membujuk istrinya untuk segera tidur. Namun di satu sisi, dia belum ingin menyudahi percakapannya dengan istri tercinta. Namun akhirnya Olivia-lah yang mengakhiri pembicaraan mereka.Setelah meletakkan ponselnya, Olivia mengelus perutnya sambil berkata kepada anak yang masih di dalam perutnya itu, “Sayang, Papa nggak mau jujur sama Mama. Walaupun maksudnya baik, dia tetap saja berbohong.”Setelah keheningan sesaat, Olivia berkata lagi, “Tapi kita nggak boleh nyalahin Papa. Dia berbohong demi kebaikan kita. Sekarang Mama nggak boleh gegabah karena harus menjaga kamu. Semua orang yang sayang sama kamu nggak mau Mama kenapa-napa. Sayang, menurut kamu, Pap
Sementara itu di kamar sebelah, setelah Russel pergi, sekarang giliran Olivia yang mengobrol dengan Stefan.“Sayang, kamu bawa Russel main di rumahnya keluarga Junaidi saja. Biar dia main di sana sampai puas tanpa perlu mikir apa-apa. Kalau aku sudah selesai, aku jemput kalian di sana,” kata Stefan.“Muka kamu kelihatannya capek banget. Kamu yang lebih butuh istirahat dari aku. Tugas yang bisa dioper ke orang lain dioper saja, nggak perlu semuanya kamu yang kerjain sendiri,” ujar Olivia membalas. “Kalau semuanya kamu yang kerjain sendiri pasti capek banget. Jangan pikir mentang-mentang masih muda jadi boleh bergadang. Kebanyakan bergadang nanti jadi cepat tua dan malah kasih dampak buruk ke badan kamu. Risiko meninggal tiba-tiba juga jadi meningkat. Stefan, kamu harus ingat, sekarang kamu nggak sendiri lagi. Kamu punya istri dan sebentar lagi punya anak. Aku dan anak kita menunggu kamu pulang.”“Iya, Sayang. Tenang saja. Aku selalu ingat kamu waktu mengerjakan apa pun. Aku bisa melindu