Tiara tampak penasaran sekali ketika menanyakan hal itu. Oliva langsung menoleh ke belakang dan memeriksa keadaan sesaat kemudian berkata, “Untungnya kakakku nggak ikut. Tapi sekarang juga sudah nggak ada apa-apa lagi. Kakakku dan Roni sudah cerai.”“Dulu aku menikah cepat karena Roni selalu ribut dengan kakakku. Aku tahu aku yang menjadi penyebabnya, makanya aku putuskan untuk menikah,” ujar Olivia dengan jujur.Tiara mengangguk dan berkata, “Ternyata seperti itu. Kamu pernah menolong nenek dari suami kamu jadi neneknya suka sekali denganmu. Karena mau balas budi, makanya dia menjodohkan kalian berdua.”Dia jarang sekali bertemu dengan Sarah. Akan tetapi, dari cerita Aksa yang mengatakan bahwa Sarah sangat sederhana dan terlihat mudah dekat dengan orang-orang. Perempuan itu sangat suka menutupi identitasnya dari orang asing. Hanya ada satu hal yang tidak dimengerti oleh Tiara.Orang hebat seperti Sarah masih harus ditolong oleh Olivia? Kenapa Tiara merasa ada yang aneh? Apakah Olivia
Setelah Tiara membawa Olivia mengelilingi rumahnya, dia mencari alasan dan ingin masuk ke rumah untuk istirahat.“Kakak kembali saja duluan, aku duduk di sini untuk menikmati pemandangan sebentar.”Olivia belum ingin masuk ke dalam rumah karena dia lebih suka melihat pemandangan di balkon dibandingkan kemewahan di dalam sana. Dia bahkan melihat sebuah kebun sayur kecil yang sepertinya milik tantenya.Memang benar Yuna merupakan istri dari orang kaya, tetapi dia dulu besar di panti asuhan. Yuna pernah melewati kehidupan sulit di masa kecilnya. Setelah sekarang pensiun dan tidak mengurus pekerjaan kantor, Yuna akan mengisi waktunya dengan berkebun.“Kamu dingin nggak? Kalau dingin aku akan minta orang bawain kamu baju luaran.”Olivia dan Odelina datang tanpa membawa pakaian apa pun. Mereka pikir hanya datang untuk makan dan ngobrol saja. Setelah itu keduanya akan kembali lagi ke rumah. Ternyata Yuna justru meminta mereka untuk menginap selama beberapa hari. Nanti dia harus kembali untuk
Komunikasi menjadi salah satu hal yang sangat penting dalam sebuah pernikahan.“Iya.” Akhirnya Stefan sudah sedikit tenang.“Kamu lagi pilek, harus banyak minum air hangat. Setelah pulang kerja periksa ke dokter, atau kalau nggak pergi sekarang saja. Jangan tunggu sampai parah. Demam nggak?”“Nggak demam, suhunya normal. Kamu nggak perlu khawatir karena aku baik-baik saja. Nanti aku beli obat pilek dan setelah minum pasti langsung sembuh. Bagaimana di rumah tantemu? Om sama sepupu kamu baik?”“Stefan, kenapa muka kamu dan bibir kamu merah? Kamu yakin kamu nggak demam?” Olivia menatapnya dengan dalam.“Om sama kakak sepupuku baik. Kalau Amelia nggak perlu ditanya. Stefan, ternyata hubungan darah itu sangat ajaib. Aku dan Amelia belum pernah bertemu sebelumnya, bahkan nggak tahu kalau dia itu sepupuku. Pertama kali ketemu kita langsung cocok.”Stefan tertawa dan berkata, “Sampaikan salamku ke mereka. Untuk sementara aku nggak bisa ke sana. Waktu libur tahun baru nanti, kalau aku ada wakt
“Ok, aku juga sudah libur karena murid-murid lagi liburan sekolah. Kalau kamu bandel, aku yang bakalan urus kamu di sana. Biar kamu malu di depan rekan kerjamu dan dianggap suami takut istri!”Senyuman di bibir lelaki itu semakin lebar.“Aku jadi semakin sengaja nggak mau periksa ke dokter dan tunggu kamu nyusul aku ke sini.”“Stefan! Memangnya kamu berani?!”Stefan sengaja bercicit dan berkata, “Aku takut, nggak berani.”“Sudah, kamu buruan ke rumah sakit. Sudah besar tapi masih nggak bisa jaga diri sendiri!” Setelah itu Olivia memutuskan sambungan telepon dan tidak mengganggu waktu istirahat Stefan lagi.“Olivia.”“Kak,” balas Olivia ketika melihat kakaknya mendekat.“Russel sudah tidur?” tanya Olivia.“Iya, mumpung dia tidur jadi aku bisa keluar jalan-jalan. Anggap saja olahraga. Sekarang aku bakalan lari sebanyak tiga kali dalam sehari. Jaga makan dan kurangi semua manis-manis. Aku benar-benar berusaha keras untuk diet.”“Pernikahan tiga tahun ini memberi tahu aku kalau sebagai per
Aksa memaki Stefan di dalam hati. Ketika dia mengetahui nama suami Olivia, Aksa masih belum yakin bahwa suami Olivia apakah Stefan atau bukan. Akan tetapi sekarang ketika mendengar Stefan dinas, Aksa yakin kalau Stefan adalah suami Olivia.“Kapan kembali?”“Kenapa Pak Aksa begitu nggak sabar mengajakku ketemu?”“Stefan, jangan pura-pura. Aku sudah tahu semuanya. Olivia mengenakan cincin nikah yang sepasang dengan milikmu. Foto tangan istrimu itu adalah milik Olivia, benar?”Stefan diam dan tidak bersuara. Dia tidak menepis ucapan Aksa, tetapi dia juga tidak mengakuinya. Diamnya lelaki itu dianggap Aksa sebagai sebuah kebenaran.“Kalian berdua kapan menikah? Sebelum Olivia masuk berita? Kamu sudah jadi suami orang lain tapi masih nggak bersuara? Kamu membuat Amelia gila! Dia sampai menyatakan perasaannya di depan kantormu! Kamu membuatnya malu!”“Kamu membuat Amelia menjadi perhatian seluruh orang di kota ini! Kamu tetap diam dan membiarkan dia ditertawakan semua orang. Mereka menertawa
Stefan langsung memutuskan sambungan telepon. Akan tetapi hal itu tidak membuat Aksa marah melainkan tertawa dingin sambil bergumam, “Stefan, beraninya kamu nggak mau memanggilku ‘Kakak’, aku nggak percaya kalau aku nggak bisa memberikanmu pelajaran!”Tiara kembali dengan membawa satu gelas air. Dia sempat mendengar kalimat terakhir Aksa dan berkata, “Sudah jadi keluarga sendiri saja masih mau kasih pelajaran. Apa pun alasan Stefan menutupi identitasnya, dia itu tetap suaminya Olivia.”“Aku sudah bersaing sama dia sekian tahun dan sulit sekali menentukan siapa yang kalah dan menang. Mumpung ada kesempatan bisa menginjak-injak dia, nggak mungkin aku menyia-nyiakan kesempatan ini.”Aksa menerima gelas yang berisi air itu dan meneguknya kemudian berkata, “Sekarang aku sedang kesal dengan Stefan. Setelah dia kembali dari dinas nanti, aku akan meminta dia membayarnya! Waktu dia ajak aku makan, aku mau kasih tahu Olivia. Kita lihat saja dia mau memanggilku ‘Kakak’ atau nggak di hadapannya Ol
Pintu ruang baca diketuk dan dengan cepat Reiki meluruskan duduknya.“Masuk.”Pintu ruang baca dibuka dan seorang anak buah masuk dengan membawakan satu lembar undangan. Reiki pikir ada yang mengundang Bram untuk menghadiri acara, tetapi ternyata anak buah itu justru berhenti di hadapannya dan memberikan undangan tersebut pada dirinya.“Den Reiki, ini adalah undangan dari keluarga Sanjaya. Besok mereka ada acara dan Pak Aksa mengundang Den Reiki untuk ikut hadir.”“Saya?”Reiki menerima undangan tersebut dengan sorot heran dan berkata, “Acara keluarga Sanjaya dan Aksa meminta orang untuk mengantarnya ke sini? Acaranya besok malam, kenapa buru-buru sekali?”Orang lain yang mengadakan acara pasti akan memberi tahunya lebih awal. Setidaknya mereka akan memberi tahu para tamu sepuluh hari sebelumnya agar mereka ada persiapan.Apakah acara ini dibuat dadakan oleh keluarga Sanjaya? Teringat bahwa Yuna yang baru saja menemukan dua orang keponakannya membuat Reiki mengerti dengan tujuan acara
Odelina bertemu dengan mantan suami dan juga selingkuhannya ketika dia tengah berkeliling membeli baju. Responsnya cukup tenang, tetapi Yenny yang tampak panik ketika melihat Odelina dan Olivia di toko baju. Dia menggenggam lengan Roni dengan erat seperti takut orang-orang tidak tahu bahwa mereka sepasang kekasih.“Papa,” seru Russel yang ada di gendongan Odelina ketika dia melihat sosok Roni.Orang-orang yang ada di dalam toko itu langsung menoleh ke arah Roni dan menemukan di samping lelaki itu ada seorang perempuan muda yang cantik. Setelah itu mereka menoleh ke arah Russel yang tengah digendong oleh ibunya. Mendadak sorot mata semua orang yang melihat hal itu berubah iba ketika menatap Odelina.“Russel.”Di bawah tatapan semua karyawan toko, Roni berjalan ke hadapan Odelina dengan Yenny yang mengikuti di belakang.“Russel, sini Papa gendong.”Roni mengulurkan tangan untuk menggendong putranya. Odelina tidak langsung menyerahkan anaknya pada lelaki itu, melainkan dia meletakkan Russ
Sepasang ibu dan anak yang belum tidur semalaman itu sedang menikmati waktu sunyi berdua dengan berjalan santai di halaman rumah. Meski di luar udara sangat dingin, mereka berdua terlihat seperti tidak terpengaruh. Tidak ada pula dendam atau kebencian yang tersirat dari obrolan mereka. Mereka berdua mengobrol hal-hal biasa seperti tidak terjadi apa-apa. Di momen itu mereka hanyalah ibu dan anak biasa.Entah berapa lama kemudian, Patricia berkata, “Felicia, ayo duduk. Aku sudah tua, nggak bisa jalan terlalu jauh.”Patricia berkata sembari duduk di kursi panjang yang terbuat dari batu. Felicia pun ikut duduk di kursi itu bersama ibunya.“Langitnya sudah mau terang,” ucap Patricia mendongak ke angkasa. “Di musim dingin, malam lebih panjang dari siang. Kalau di musim panas, jam segini langit pasti sudah terang.”Dia menarik jaketnya dan bertanya, “Felicia, kamu kedinginan, nggak?”“Iya. Suhu udara di luar rumah lumayan dingin.”“Kamu pakai jaket terlalu tipis. Seharusnya kamu pakai jaket y
Meski perjamuan malam ini menyimpan bahaya yang tersembunyi, Cakra tetap akan menemani Patricia terjun ke dalam jurang.“Tapi acara malam ini pasti bakal jadi pertumpahan darah. Kalian harus ikuti terus Felicia, biar aku yang jagain kalian,” kata Cakra. “Mama kalian nggak bakal membiarkan anak putri satu-satunya celaka. Makanya dia pasti sudah menyiapkan jalan keluar untuk Felicia. Kalian awasi terus Felicia, dijamin kalian pasti selamat.”“Pa, itu kan cuma dugaan saja. Kita ini juga anak kandung Mama. Kalau ada bahaya, masa iya Mama bakal sengaja minta kita datang ke sini? Papa mikirnya jangan terlalu mengada-ada.Mendengar itu, Cakra langsung memelototi anak sulungnya. “Kamu ini selalu saja membantah. Kalau saja kalain menurut apa kataku, malam ini kita semua sudah ada di kampung halamanku. Aku juga nggak perlu khawatir. Sekarang dinasihati baik-baik malah melawan. Mama kamu itu benci aku dan nggak pernah mau lihat wajahku, tapi tiba-tiba aku dipanggil untuk menginap di sini. Kamu pi
“Pa, kenapa?” Ivan menyuarakan pertanyaan yang ada di dalam benaknya.Dengan suara lirih Cakra menjawab, “Mama kamu mau mengundang yang dari Mambera untuk makan-makan di rumah ini. Kamu pikir itu hal yang baik? Kalaupun mama kalian mengadakan acara makan-makan itu dengan niat yang baik, mereka nggak akan berubah pikiran. Mereka datang murni dengan tujuan untuk balas dendam.”“Mereka juga cuma mencurigai Mama yang membunuh kepala keluarga Gatara sebelumnya, tapi mereka nggak punya buktinya,” kata Julio.Erwin mengangguk setuju. “Mereka semua orang-oran yang punya jabatan tinggi. Mereka nggak mungkin menuduh Mama tanpa bukti yang kuat, kecuali kalau mereka mau masuk penjara. Yang rugi juga mereka sendiri.”Ivan berkata, “Dengar-dengar, asistennya kepala keluarga sebelum Mama juga datang. Pak tua itu kuat juga bisa hidup sampai hampir seratus tahun. Dia termasuk satu-satunya orang yang masih hidup yang tahu tentang kejadian itu,” ujar Ivan.”Aku takutnya yang kita hadapi nggak semudah itu.
Patricia memang pilih kasih. Dia lebih menyayangi anak perempuan daripada anak laki-laki. Namun apa boleh buat, siapa suruh Ivan dan adik-adiknya terlahir di keluarga Gatara. Bahkan anak-anak perempuan mereka juga tidak pernah teralu dianggap. Yang Patricia anggap layak sebagai penerus keluarga Gatara di masa depan hanyalah anak perempuan yang lahir dari rahimnya Felicia.Andaikan Ivan tidak terlahir di keluarga Gatara dan harus mengandalkan Gatara Group untuk bertahan hidup, dia ingin menghancurkan perusahaan itu dan merombak tradisi keluarga yang tidak masuk akal.Keluarga lain di mana-mana menjadikan laki-laki sebagai kepala keluarga, tetapi di keluarga Gatara terbalik. Justru wanitalah yang menjadi kepala keluarga.“Pa, kira-kira Mama dan Felicia pergi ke mana pagi-pagi begini? Kalau cuma jalan-jalan rasanya terlalu pagi. Di luar kan dingin, apa mereka nggak takut?”Udara di luar tidak seperti di dalam ruangan yang nyaman karena terdapat penghangat ruangan. Meski di luar tidak trun
Meski disindir oleh ibunya, Felicia tetap tak goyah. Dia berkata, “Tentu saja aku perhatian sama mamaku sendiri. Mau sejahat apa pun, aku tetap bakal peduli.”“Memangnya aku apain kamu? Apa aku ada jahat sama kamu selama ini. Kalau kamu bukan anak kandungku, dari apa yang sudah kamu lakukan selama ini, punya sembilan nyawa pun nggak cukup.”“Iya, iya. Aku seharusnya berterima kasih karena karena aku masih dikasih hidup.”Mendengar itu, Patricia refleks mengangkat tangannya untuk memukul Felicia.“Waduh.”Felicia sengaja menjerit kesakitan, lalu menutup bagian bagian yang terpukul dan berjongkok di lantai. Patricia kaget melihatnya dan memelototinya. “Aku cuma mukul kamu pelan memangnya bikin tangan kamu patah? Dasar cengeng, begitu saja sampai teriak.”“Aduh … sakit! Sakit banget!” Alih-alih menanggapi ibunya, Felicia terus menjerit kesakitan sambil memegangi bagian tubuhnya yang tadi dipukul.Seketika Patricia terdiam untuk beberapa saat. Lalu dia berjongkok untuk memeriksa tangan Fel
“Vandi, menurut kamu, besok mamaku bakal apain aku? Apa dia bakal membiusku lagi? Atau bikin aku pingsan?”Vandi terdiam. Dia dapat memikirkan berbagai macam cara untuk membuat Felicia tak berdaya, tetapi dia tidak tahu cara mana yang akan Patricia gunakan. Felicia pun tidak menanya lebih jauh. Dia tahu ibunya suka berubah-ubah dan tidak mudah ditebak. Lagi pula Vandi bukan asistennya Patricia. Tidak mungkin dia langsung tahu apa saja yang Patricia rencanakan.“Sudah malam, kamu istirahatlah dulu. Aku juga sudah mau tidur.”Felicia mengirimkan pesan kepada Vandi untuk segera beristirahat. Dia meletakkan ponselnya di atas meja kecil samping kasur dan mematikan lampu kecil. Hanya saja, terlalu banyak hal yang mengusik hati Felicia, membuat dia kesulitan untuk tidur meski sudah berguling ke sana kemari cukup lama.Entah sudah berapa menit berlalu Felicia pun masih tidak bisa tidur, akhirnya dia pun duduk dan menyalakan lampu kecil, mengambil ponselnya dan melihat jam yang ternyata sudah m
Vandi menjawab, “Kalau diselidiki sekarang pun nggak akan dapat apa-apa, waktunya terlalu mepet. Bu Patricia sudah menyuruh pelayan rumah pergi ke rumah keluarga Arahan untuk mengantar undangannya supaya besok malam Bu Yuna dan yang lain datang. Dia juga mengundang beberapa anggota keluarga Gatara yang lain. Kurasa kalau Bu Patricia mau beraksi, pasti akan dia lakukan besok di pesta.”Undangan perjamuan yang Patricia adakan kali ini berbeda dengan yang pertama kali. Pertama kali dia mengundang Odelina, lalu Ricky dan Rika juga datang. Meski Patricia mau menghabisi Odelina dalam perjalanan sesuai dengan rencananya, sayang upaya itu gagal.Setelah itu, Patricia dan Odelina sempat beberapa kali bertemu, tetapi Patricia sudah tidak lagi mengundang Odelina ke rumah. Dalam perjuaman kali ini ada banyak yang datang dari Mambera. Yang datang semuanya adalah orang-orang kaya dan penting. Tanpa perlu ditanya pun sudah tahu kalau mereka datang bertujuan untuk memberi dukungan kepada Odelina.Alas
“Kalau ada waktu, Stefan juga suka baca-baca buku mengasuh anak supaya ada pengetahuan dasar untuk jadi papa.”Mulan tertawa, “Sama kayak Yose dulu.”Tak heran meski Stefan dan Yose jarang berhubungan, mereka saling percaya satu sama lain. Bisnis yang mereka jalani juga makin lama makin makmur. Mereka berdua adalah tipe orang yang serupa.Sekali lagi Olivia dan Mulan saling bertatapan dan bertukar senyum. Kebahagiaan mereka terpancar dengan sangat jelas melalui sorot mata. Baik itu Stefan atau Yose, mereka berdua adalah pria yang luar biasa, dan sama-sama bertanggung jawab sebagai kepala keluarga.Mereka begitu sibuk, tetapi tetap tidak melupakan keluarga dan anak istri. Mereka tetap bekerja keras menunaikan tanggung jawab sebagai ayah dan suami yang baik. Sebagai istri mereka berdua, Olivia dan Mulan merasa sangat bahagia. Pantas saja begitu banyak wanita lain di luar sana yang menambakan mereka.“Kamu juga cepat tidur, deh. Good night.”“Good night.”Setelah mengucapkan selamat malam
Dokter Panca mau Liam untuk menyalin tidak masalah, asal jangan terlalu banyak sehingga mengganggu waktu istirahat dan bermainnya. Sekarang sudah masuk musim liburan dan anak-anak seharusnya bisa bermain dengan gembira. Seiring dengan berjalannya usia, waktu untuk bersenang-senang akan makin berkurang. Studi dan karir menjadi prioritas, yang mana otomatis akan memotong waktu bermain.Dengan khawatir Liam bertanya, “Mama, apa Kakek Guru bakal dengar permintaan Mama? Dokter Kellin lagi nggak di rumah. Kalau Dokter Kellin yang ngomong pasti Kakek Guru mau dengar.”“Tenang saja, Dokter Panca pasti mau dengar,” kata Mulan dengan hangat. “Apa pun yang terjadi, kamu tetap anak Mama. Sekeras apa pun Dokter Panca, dia tetap harus mendengar pendapat dari orang tua murid. Sudah, tidur, gih. Besok pagi jangan lupa latihan. Habis sarapan, baru kamu lanjutkan tugas menyalinmu. Habis itu baru boleh main sama Russel. Sorenya juga sama, habis tidur siang, kerjain dulu tugasmu selama satu jam, baru sisa