Roni menunggu di luar, tapi terus melihat ke dalam kafe, karena takut Odelina tiba-tiba mengamuk dan memukul Yenny dengan kasar.Melihat Yenny keluar, dia menghela napas lega.Dia segera berjalan menghampiri wanita itu.“Yenny, dia nggak melakukan apa pun padamu, ‘kan?”Yenny menyentuh wajahnya dan berkata, “Cuma satu tamparan tadi. Setelah kamu keluar, dia nggak menyentuhku lagi.”Roni juga ditampar oleh Odelina.Dia berkata dengan sedih, “Roni, aku nggak akan pernah membiarkan dia melakukan apapun padamu lagi.”Dia bertanya lagi, “Apa yang dia katakan padamu?”Yenny melihat sekeliling. Mereka berdua berdiri di pinggir jalan. Banyak orang berlalu-lalang, tapi tidak ada yang memperhatikan mereka.Dia menatap Roni yang terlihat khawatir dan bertanya balik, “Roni, apa kamu ingin melihatku sedih?”“Aku nggak ingin melihatmu sedih. Aku ingin menceraikan Odelina karena aku nggak ingin kamu sedih.”Roni meraih tangannya, “Yenny, apakah dia memakimu? Aku akan masuk dan buat perhitungan dengan
Setelah mengatakan sampai di sini, Yenny berkata dengan cemberut, “Pokoknya, aku nggak mau Russel membuat kasih sayang darimu untuk anakku terbagi.”Dia juga tidak ingin Roni menghabiskan setelah dari uang yang dihasilkannya untuk Russel di masa depan.Dia berharap penghasilan Roni ke depannya dipakai untuk keluarga kecil mereka, untuk dirinya dan anak-anaknya.“Odelina yang melahirkan Russel. Dia pasti akan melakukan yang terbaik untuk membesarkan Russel dan mendidik Russel dengan baik. Ini lebih bagus untuk pertumbuhan Russel. Apa menurutmu orang tuamu bisa mengajari Russel dengan baik?”“Orang tua biasanya memanjakan cucu. Tentu saja, kalau kamu mau melihat Russel tumbuh jadi orang yang nggak berguna, anggap saja aku nggak pernah mengatakan semua ini. Aku merasa Russel lebih baik ikut dengan Odelina daripada ikut denganmu. Kamu sibuk. Mana ada waktu untuk mendidik Russel?“Anak itu bukan hanya dilahirkan, lalu dibiarkan sendiri. Kamu juga harus meluangkan waktu untuk mendidik dan men
Setelah mendengar perkataan Roni, meskipun Odelina merasa sedikit kecewa karena tidak bisa langsung mengurus prosedur perceraian sore ini juga, dia pikir dia hanya perlu menunggu satu hari lagi, jadi dia setuju.Dia menyerahkan dua rangkap surat cerai yang sudah dia tanda tangani kepada Roni dan berkata, “Coba lihat. Kalau nggak ada masalah, tanda tangani.”Roni mengambil surat cerai ituSelain syarat-syarat yang Odelina katakan, Odelina juga berjanji akan menghancurkan semua bukti yang ada di tangannya pada hari perceraian. Wanita itu juga berjanji bahwa dia secara pribadi tidak akan membalas dendam pada Roni.Selain merasa sakit karena harus memberi Odelina 2 miliar dan melepaskan hak asuh atas Russel, tidak ada poin lain yang membuatnya merasa keberatan.Namun, kalau dipikir-pikir, dia masih bisa menyelamatkan masa depannya, dan uang masih bisa dicari. Jadi, dia pun menahan rasa sakit itu.“Aku akan menandatanganinya.” Roni berkata dengan suara berat, “Sampai jumpa besok.”Odelina b
Air mata Odelina mengalir turun.Sampai di akhir hidupnya, ibu mereka tidak tahu bahwa kakaknya tidak pernah menyerah mencarinya.Ibu mereka juga tidak sempat bertemu kembali dengan kakaknya.Odelina menahan rasa sakit di hatinya, berpesan pada adiknya, lalu segera menutup telepon, “Olivia, kamu temani Tante Yuna. Kakak akan pulang melihat Russel.”Kemudian, dia tidak bisa menahannya lagi. Dia berjongkok di tanah, menutupi wajahnya dan menangis.Orang-orang yang lewat memandangnya, tetapi tidak ada yang berhenti.Pemilik kafe itu melihatnya dan tahu kalau dia meminjam komputer untuk print surat cerai. Jadi, pemilik kafe itu mengira dia sedih karena bercerai. Pemilik kafe itu pun datang menghampirinya sambil membawa sekotak tisu.“Dik.” Pemilik kafe menepuk bahu Odelina.Ketika Odelina mendongak dan menatapnya, dia menyodorkan tisu itu kepada Odelina dan berkata dengan nada menghibur, “Dia nggak peduli lagi denganmu. Lepaskan dia. Itu juga melepaskan bebanmu sendiri. Biarkan dirimu memu
Odelina mengangguk dan berkata, “Aku minta cuti beberapa hari. Russel trauma dan ketakutan. Aku ingin menemaninya.”“Lalu, apa yang kamu lakukan disini? Dimana anakmu?”Odelina terdiam.Apa dia mau mengatakan yang sebenarnya?Daniel melihat sekeliling, tetapi tidak melihat anak Odelina.Namun, anak itu takut padanya. Setiap kali melihatnya, anak itu langsung merangkak masuk ke pelukan ibunya, seolah-olah dia adalah monster.“Russel lagi tidur siang di rumah. Bu Lesti yang menjaganya. Aku keluar karena ada urusan sebentar.”Daniel menggumam “Oh”, lalu bertanya lagi, “Kamu keluar karena urusan apa?”Ketika Odelina ragu untuk mengatakannya, Daniel tersenyum dan berkata, “Kalau kamu merasa nggak nyaman untuk mengatakannya, nggak apa-apa. Aku kebetulan melihatmu waktu lewat. Aku teringat kamu sedang cuti, jadi iseng bertanya.”“Oke. Kamu lakukan saja apa yang mau kamu lakukan. Aku pergi dulu.”Daniel melepaskan tangannya yang besar dari bagian depan motor Odelina, berbalik badan dan pergi.
Dia masih bisa berakting.“Reiki, Calvin, kalian temani mereka kembali ke kantor dulu. Aku akan ke sana dan berbicara dengan kakak ipar kalian,” ujar Stefan dengan suara rendah, lalu melangkah ke arah Olivia.Para pengawalnya tentu tidak berani mengikutinya.“Pak Stefan bertemu seseorang yang dikenal?” Para klien memandangi Stefan berjalan menghampiri seorang wanita dengan rasa penasaran.Bukannya Pak Stefan tidak memperbolehkan wanita muda muncul dalam jarak tiga meter darinya, selain keluarganya?“Iya, kenal.” Reiki tersenyum sambil mempersilakan para klien untuk berjalan ke mobil mereka.Melihat Reiki tidak terlihat ingin mengatakan lebih banyak, para klien itu dengan bijak berhenti bertanya.“Oliv.” Stefan berjalan ke arah Olivia, mengulurkan tangannya untuk membantu merapikan jaket Olivia, lalu bertanya dengan peduli, “Mengapa kamu bisa di sini? Kamu tahu aku ke sini untuk membicarakan bisnis dengan klien, ya? Makanya sengaja datang ke sini untuk menungguku?”Hujan sudah berhenti
Olivia tidak melihat Dimas yang masuk kembali di dalam hotel untuk bersembunyi ketika rombongan Stefan dan yang lainnya keluar tadi.Dia tidak tahu bahwa pria di sampingnya, yang peduli padanya dan membuat hatinya terasa hangat itu pintar sekali akting.Dia berkata kepada Stefan, “Kakakku baru saja menelepon. Dia sudah bernegosiasi dengan Roni mengenai persyaratan perceraian mereka.”“Bagaimana jadinya?”“Semua harta atas nama Roni akan dibagi rata dengan kakakku. Kakakku nggak akan mengambil rumah dan mobil pria itu, tapi pria itu harus membayar sejumlah uang lagi pada kakakku. Hak asuh atas Russel milik kakakku. Dia harus membayar 6 juta sebulan sebagai biaya tunjangan untuk Russel.”“Dia meminta agar kakakku menyerahkan semua bukti yang merugikannya itu padanya, tanpa menyimpan salinan apa pun. Kakakku berjanji dia nggak akan membalas dendam pada pria itu setelah bercerai.”Stefan bertanya, “Apa kata kakakmu?”“Kakakku bilang dia menyetujuinya, tapi kakakku hanya berjanji untuk ngga
“Kak Odelina baru saja bercerai dan pekerjaannya belum stabil. Kita bayarkan saja dulu uang sewanya.”Stefan sebenarnya sangat bersedia untuk mengeluarkan uang dan memberi sebuah rumah untuk kakak iparnya dan Russel. Kakak iparnya adalah orang terdekat istrinya. Dia tidak akan memperlakukannya dengan buruk.Namun, dia tidak bisa melakukan itu sekarang.Kalau berdasarkan sifat Olivia dan Odelina, kalaupun dia memberikan sebuah rumah, Odelina juga tidak akan mau menerimanya.“Kakakku akan mendapat lebih dari 2 miliar dari Roni. Dia nggak akan membiarkan kita membayar uang sewanya.”Olivia dan kakaknya selalu saling membantu, tapi tidak pernah menganggap bantuan dari satu sama lain itu sudah seharusnya.Kakaknya tidak mau hidup bergantung pada adiknya, dia juga sama, tidak mau bergantung pada kakaknya. Mereka saling membantu dengan tulus.Stefan terdiam.Tak lama kemudian, mereka sampai di kantor Adhitama Group.Stefan menghentikan mobil dan menoleh untuk melihat Olivia.Olivia juga menat