“Aku nggak selera.”“Kamu sudah nggak makan dan minum seharian dan masih nggak selera, kamu nggak tahu aku sangat mengkhawatirkan kamu? Anak-anak juga khawatir, Aldi sampai pulang karena tahu kamu sedih.”Di rumahnya ada tiga anak, yang pertama sangat dewasa dan yang kedua sering keluar untuk bermain. Anak ketiga merupakan kesayangan semua orang. Dulu setiap hari Amelia selalu mencari Stefan, akhir-akhir ini baru sikapnya sedikit lebih normal.”“Anggap saja diet.”Yuna berbaring di kasur dan berkata, “Aku mau tidur.”Rudy hanya bisa membiarkan apa yang ingin dilakukan Yuna. Kalau perempuan itu tidak ingin makan, dia juga tidak bisa memaksanya. Sifat perempuan itu sangat keras kepala sekali dan diturunkan pada Amelia.Gadis itu sudah jatuh hati pada Stefan bertahun-tahun, sudah ada banyak sekali orang yang menasihatinya untuk menyerah tetapi Amelia enggan. Hingga perempuan itu yang menyadari nya sendiri baru memutuskan menyerah.Malam itu tidak ada obrolan sama sekali hingga keesokan ha
Stefan membawa sarapan yang dibawa oleh Dimas dan meletakkannya di meja makan. Setelah berpikir sejenak, lelaki itu masuk kembali ke dapur. Stefan membuat segelas teh jahe untuk Olivia.“Kirain kamu yang buat sarapan ini, ternyata kamu membelinya,” kata seseorang dengan nada sarkas. Stefan tahu itu suara milik neneknya tanpa perlu menoleh ke belakang.Stefan tidak berbalik dan juga tidak menjawab.“Kamu lagi masak apa? Aroma jahenya kuat sekali.”Sarah berjalan masuk ke dapur dan mendekati kompor sambil membuka tutup panci. Sedetik kemudian dia menutup kembali tutupan panci tersebut.“Kirain ada kemajuan,” gumam neneknya sambil melirik cucunya dengan sinis kemudian berbalik pergi. Wajah Stefan mengeras dan langsung membela diri, “Aku sudah berusaha keras!”Awalnya kemarin malam ada kesempatan, tetapi dia justru dipermainkan oleh Yang Kuasa.“Serang hatinya, hatinya! Kamu harus serang hatinya terlebih dulu. Kamu ngga lihat jari Olivia semuanya kosong?”Stefan sudah berusaha keras untuk
Stefan belum pernah dicubit oleh orang lain seperti itu dan rasanya sungguh sakit sekali.“Nenek sudah bangun?” tanya Olivia sambil turun dari kasur. Teringat bahwa neneknya belum bangun, dia harus bergegas kembali ke kamarnya dulu.“Sudah bangun.”“Pagi sekali?!”Olivia yang hendak kabur bergegas menghentikan langkah kakinya. “Kalau aku keluar begitu saja, Nenek akan melihatnya-““Kita itu suami istri.”Stefan tidak suka sikap perempuan itu yang sembunyi-sembunyi. Mendengar ucapan Stefan membuat perempuan itu tertawa dan berkata, “Benar juga, kita itu suami istri. Seharusnya kalau Nenek melihatnya, dia akan merasa bahagia. Semenjak Nenek tahu kita pisah kamar setelah menikah, dia selalu mengajari aku untuk memperlakukanmu seperti ini, itu dan lainnya.”Stefan menatapnya dalam diam. Dia juga merasa tidak habis pikir dengan neneknya sendiri. Tentu saja sekarang dia merasa berterima kasih karena jika bukan karena neneknya, maka dia tidak akan menikahi Olivia.“Aku mau balik ke kamar dan
“Aku ada siapin teh jahe buat kamu. Sekarang kamu nggak sempat minum, aku simpan ke termos biar kamu bawa ke toko,” kata Stefan yang membuat Olivia terkejut.Ternyata lelaki itu bisa menyiapkan teh jahe buat dirinya. Stefan membersihkan termos dan menuangkan teh buatannya ke dalam termos tersebut. Setelah itu dia meletakkannya dalam kantong dan memberikannya pada Olivia.“Ingat diminum.”Olivia menerima termos tersebut dan menatap lelaki itu dalam-dalam sambil berkata, “Sampai jumpa.”Setelah itu dia pergi meninggalkan Stefan yang menatap kepergian perempuan itu dari rumah.“Kamu nggak mau antar dia?” tanya Nenek Sarah.“Dia tau di mana letak pintu keluar.”Nenek Sarah hanya terdiam. Baru beberapa detik yang lalu dia ingin memuji cucunya itu, ternyata pemuda ini masih tetap sama saja.“Nenek, dari tatapan Olivia tadi sepertinya dia akan langsung menciumku kalau Nenek nggak ada di sini.”Stefan duduk di sisi neneknya lagi dengan raut kecewa. Kedua cucu dan nenek tersebut makan sarapan d
Dengan nada sedih Albert berkata, “Kak Olivia, aku tahu kamu sudah menikah. Tapi kalian hanya menikah atas dasar perjanjian kontrak, kalian berdua akan cerai nantinya. Aku suka sama kamu, Kak. Sudah dari lama sekali aku menyukaimu.”“Aku tahu untuk sekarang kamu masih belum bisa menerimaku, aku juga ingin sekali mengendalikan diriku untuk jangan datang mencarimu lagi. Tapi aku nggak bisa, begitu aku nggak ada kerjaan, aku pasti akan mengingatmu. Semua isi kepalaku itu dipenuhi dengan wajahmu, Kak. Aku hanya ingin kamu tahu kalau aku mencintai kamu.”Lelaki itu menyodorkan bunganya pada Olivia lagi. Dia menatap Olivia dengan dalam sambil berkata, “Kak Olivia, bisa kasih aku satu kesempatan untuk menunggumu?”Junia sudah pernah memperingatinya dan berbincang dengannya. Akan tetapi Albert tidak bisa menyerah begitu saja. Dia sangat menyukai Olivia dengan sepenuh jiwa. Albert juga menyesal kenapa dirinya tidak langsung menyatakan perasaannya ketika dia sadar sudah jatuh cinta dengan Olivia
“Albert, sekarang aku ini istrinya orang lain. Aku dan suamiku sudah menikah secara resmi. Meski pernikahan kami sangat mendadak dan serba cepat, sekarang kami sudah sama-sama memiliki rasa. Aku nggak akan mengkhianati suamiku.”“Kalau kamu tetap mau merusak hubunganku dengan suamiku dan membuat kami selalu salah paham dan ribut, berarti sama saja kamu menyia-nyiakan hubungan kita selama ini. Kamu hanya bisa membuat aku semakin membencimu dan menganggap kamu musuh aku.”Melihat wajah pucat pasi lelaki itu membuat Olivia menghela napas berat. Dia saja tidak tahu sejak kapan dia menebar pesonanya hingga mengenai Albert. Kalau saja Olivia tahu sikapnya membuat lelaki itu jatuh hati padanya, Olivia pasti tidak akan bersikap baik dengan Albert.Dia dan Junia sudah bersahabat cukup lama. Karena Junia, dia kenal dengan Albert dan lelaki itu selalu menyapanya dengan panggilan “Kakak”. Olivia juga tiga tahun lebih tua dibanding Albert sehingga membuatnya merasa memiliki peran sebagai seorang ka
Mereka tidak sama seperti pasangan yang lainnya karena mereka dimulai tanpa adanya perasaan. Keduanya menikah dengan orang asing dan pernikahan tersebut dibangun dengan sangat hati-hati.Mobil Olivia melaju dengan cepat. Albert yang ingin mengejar perempuan itu mengurungkan niatnya karena melihat toko milik Olivia tidak ada satu orang pun. Dia memutuskan untuk tinggal dan membantu Olivia menjaga tokonya.Olivia bertemu dengan Amelia di belokan jalan masuk menuju sekolah. Mobil mereka berdua nyaris bertabrakan jika keduanya tidak menginjak gas dengan tepat waktu. Amelia menurunkan jendelanya dan awalnya hendak menyemburkan amarahnya, tetapi setelah melihat sosok Olivia dia berkata,“Olivia, kamu mau ke mana?”Olivia juga tidak menyangka bahwa mobil di depannya adalah Amelia. Dia melihat sosok perempuan paruh baya yang turun dari mobil Amelia bagian samping kemudi dan seperti itu adalah ibunya Amelia. Oliva mengangguk pada kedua ibu dan anak itu sambil berkata,“Amelia, aku ada hal penti
Namun yang didapat oleh Reiki adalah ekspresi wajah menyeramkan milik Stefan yang melintas begitu saja melewatinya. Dia hanya mendengar suara dingin Stefan yang memerintahkan Shelvi dan berkata, “Info semua petinggi perusahaan, kita rapat!”“Ini mau gempa?” bisik Reiki dalam hati.“Baik.” Dengan cepat Shelvi langsung menyahut ucapan lelaki itu. Sedangkan Reiki masih terkejut dengan ekspresi teman baiknya yang tampak begitu menyeramkan.Stefan berjalan masuk ke dalam ruang kerjanya, tidak sampai dua menit dia keluar lagi dan masuk ke ruang rapat lebih dulu. Kali ini Reiki mengikutinya. Ruang rapat masih tidak ada satu orang pun karena hari ini memang seharusnya tidak ada rapat.Akan tetapi Stefan justru meminta Shelvi mengumumkan pada para petinggi perusahaan untuk menghadiri rapat. Kali ini sepertinya lelaki itu sedang dalam mode ingin meledak!Stefan masuk ruang rapat dan langsung duduk di kursi miliknya. Lelaki itu memasang ekspresi dingin sambil menunggu para petinggi perusahaan had