Dia merangkak naik ke kasur lelaki itu dan membaringkan tubuhnya sambil berkata, “Karena pernah tidur di kasurmu sekali, aku selalu merasa kasur kamu sangat nyaman. Mungkin hanya perasaanku saja.”Setelah itu dia menarik selimut dan menyelimuti dirinya. Olivia menyunggingkan senyum dan berkata, “Stefan, selamat malam.”Stefan mengerjapkan matanya dan menatap perempuan itu dalam-dalam. Mendadak dia membuka selimut Olivia dan hendak menimpa perempuan itu. Olivia bergegas duduk dan langsung turun dari kasur.“Olivia.”Stefan mengulurkan tangannya untuk menahan perempuan itu.“Eum … aku, aku mau ke kamar mandi kamarku.”Tamu bulanannya datang lagi dan merusak suasana.Dengan bingung lelaki itu berkata, “Di kamar aku juga ada kamar mandi.”“Tapi di sini kurang satu barang. Setelah aku selesai ke kamar mandi, aku datang lagi ke sini. Tapi kita berdua nggak bisa tidur dulu.”Olivia menatap lelaki itu sambil menyubit wajahnya dengan raut kecewa sambil berkata, “Tunggu sebentar dulu.”Stefan te
Yuna menerima tisu yang diberikan oleh suaminya sambil mengusap air matanya. Setelah itu dia berkata, “Russel mirip dengan adikku, mamanya adalah Odelina. Kalau dia kurusan sedikit, dia akan lebih mirip sama adikku.”“Waktu Amelia ketemu dengan Olivia pertama kali, dia merasa ada sebuah rasa familiar yang sulit dijelaskan. Setelah ketemu Odelina dan Russel, dia juga merasakan hal yang sama. Sepertinya itu hubungan darah.”“Rudy, kali ini kemungkinan aku beneran menemukan adikku,” kata Yuna. Air matanya kembali mengalir ketika mengingat bahwa adiknya sudah meninggal.“Tapi dia sudah nggak ada lagi, dia sudah meninggal lima belas tahun yang lalu. Pantas saja aku nggak pernah ketemu sama dia meski aku sudah mencarinya dengan keras. Dia nggak ada di dunia ini lagi, bagaimana mungkin aku bisa menemukan dia?“Ini hanya perasaan saja, antar sesama manusia ada sesuatu yang dinamakan takdir dan sifatnya sangat aneh. Kamu jangan menangis dulu, setelah selesai tes DNA baru kita bicarakan lagi.”K
“Aku nggak selera.”“Kamu sudah nggak makan dan minum seharian dan masih nggak selera, kamu nggak tahu aku sangat mengkhawatirkan kamu? Anak-anak juga khawatir, Aldi sampai pulang karena tahu kamu sedih.”Di rumahnya ada tiga anak, yang pertama sangat dewasa dan yang kedua sering keluar untuk bermain. Anak ketiga merupakan kesayangan semua orang. Dulu setiap hari Amelia selalu mencari Stefan, akhir-akhir ini baru sikapnya sedikit lebih normal.”“Anggap saja diet.”Yuna berbaring di kasur dan berkata, “Aku mau tidur.”Rudy hanya bisa membiarkan apa yang ingin dilakukan Yuna. Kalau perempuan itu tidak ingin makan, dia juga tidak bisa memaksanya. Sifat perempuan itu sangat keras kepala sekali dan diturunkan pada Amelia.Gadis itu sudah jatuh hati pada Stefan bertahun-tahun, sudah ada banyak sekali orang yang menasihatinya untuk menyerah tetapi Amelia enggan. Hingga perempuan itu yang menyadari nya sendiri baru memutuskan menyerah.Malam itu tidak ada obrolan sama sekali hingga keesokan ha
Stefan membawa sarapan yang dibawa oleh Dimas dan meletakkannya di meja makan. Setelah berpikir sejenak, lelaki itu masuk kembali ke dapur. Stefan membuat segelas teh jahe untuk Olivia.“Kirain kamu yang buat sarapan ini, ternyata kamu membelinya,” kata seseorang dengan nada sarkas. Stefan tahu itu suara milik neneknya tanpa perlu menoleh ke belakang.Stefan tidak berbalik dan juga tidak menjawab.“Kamu lagi masak apa? Aroma jahenya kuat sekali.”Sarah berjalan masuk ke dapur dan mendekati kompor sambil membuka tutup panci. Sedetik kemudian dia menutup kembali tutupan panci tersebut.“Kirain ada kemajuan,” gumam neneknya sambil melirik cucunya dengan sinis kemudian berbalik pergi. Wajah Stefan mengeras dan langsung membela diri, “Aku sudah berusaha keras!”Awalnya kemarin malam ada kesempatan, tetapi dia justru dipermainkan oleh Yang Kuasa.“Serang hatinya, hatinya! Kamu harus serang hatinya terlebih dulu. Kamu ngga lihat jari Olivia semuanya kosong?”Stefan sudah berusaha keras untuk
Stefan belum pernah dicubit oleh orang lain seperti itu dan rasanya sungguh sakit sekali.“Nenek sudah bangun?” tanya Olivia sambil turun dari kasur. Teringat bahwa neneknya belum bangun, dia harus bergegas kembali ke kamarnya dulu.“Sudah bangun.”“Pagi sekali?!”Olivia yang hendak kabur bergegas menghentikan langkah kakinya. “Kalau aku keluar begitu saja, Nenek akan melihatnya-““Kita itu suami istri.”Stefan tidak suka sikap perempuan itu yang sembunyi-sembunyi. Mendengar ucapan Stefan membuat perempuan itu tertawa dan berkata, “Benar juga, kita itu suami istri. Seharusnya kalau Nenek melihatnya, dia akan merasa bahagia. Semenjak Nenek tahu kita pisah kamar setelah menikah, dia selalu mengajari aku untuk memperlakukanmu seperti ini, itu dan lainnya.”Stefan menatapnya dalam diam. Dia juga merasa tidak habis pikir dengan neneknya sendiri. Tentu saja sekarang dia merasa berterima kasih karena jika bukan karena neneknya, maka dia tidak akan menikahi Olivia.“Aku mau balik ke kamar dan
“Aku ada siapin teh jahe buat kamu. Sekarang kamu nggak sempat minum, aku simpan ke termos biar kamu bawa ke toko,” kata Stefan yang membuat Olivia terkejut.Ternyata lelaki itu bisa menyiapkan teh jahe buat dirinya. Stefan membersihkan termos dan menuangkan teh buatannya ke dalam termos tersebut. Setelah itu dia meletakkannya dalam kantong dan memberikannya pada Olivia.“Ingat diminum.”Olivia menerima termos tersebut dan menatap lelaki itu dalam-dalam sambil berkata, “Sampai jumpa.”Setelah itu dia pergi meninggalkan Stefan yang menatap kepergian perempuan itu dari rumah.“Kamu nggak mau antar dia?” tanya Nenek Sarah.“Dia tau di mana letak pintu keluar.”Nenek Sarah hanya terdiam. Baru beberapa detik yang lalu dia ingin memuji cucunya itu, ternyata pemuda ini masih tetap sama saja.“Nenek, dari tatapan Olivia tadi sepertinya dia akan langsung menciumku kalau Nenek nggak ada di sini.”Stefan duduk di sisi neneknya lagi dengan raut kecewa. Kedua cucu dan nenek tersebut makan sarapan d
Dengan nada sedih Albert berkata, “Kak Olivia, aku tahu kamu sudah menikah. Tapi kalian hanya menikah atas dasar perjanjian kontrak, kalian berdua akan cerai nantinya. Aku suka sama kamu, Kak. Sudah dari lama sekali aku menyukaimu.”“Aku tahu untuk sekarang kamu masih belum bisa menerimaku, aku juga ingin sekali mengendalikan diriku untuk jangan datang mencarimu lagi. Tapi aku nggak bisa, begitu aku nggak ada kerjaan, aku pasti akan mengingatmu. Semua isi kepalaku itu dipenuhi dengan wajahmu, Kak. Aku hanya ingin kamu tahu kalau aku mencintai kamu.”Lelaki itu menyodorkan bunganya pada Olivia lagi. Dia menatap Olivia dengan dalam sambil berkata, “Kak Olivia, bisa kasih aku satu kesempatan untuk menunggumu?”Junia sudah pernah memperingatinya dan berbincang dengannya. Akan tetapi Albert tidak bisa menyerah begitu saja. Dia sangat menyukai Olivia dengan sepenuh jiwa. Albert juga menyesal kenapa dirinya tidak langsung menyatakan perasaannya ketika dia sadar sudah jatuh cinta dengan Olivia
“Albert, sekarang aku ini istrinya orang lain. Aku dan suamiku sudah menikah secara resmi. Meski pernikahan kami sangat mendadak dan serba cepat, sekarang kami sudah sama-sama memiliki rasa. Aku nggak akan mengkhianati suamiku.”“Kalau kamu tetap mau merusak hubunganku dengan suamiku dan membuat kami selalu salah paham dan ribut, berarti sama saja kamu menyia-nyiakan hubungan kita selama ini. Kamu hanya bisa membuat aku semakin membencimu dan menganggap kamu musuh aku.”Melihat wajah pucat pasi lelaki itu membuat Olivia menghela napas berat. Dia saja tidak tahu sejak kapan dia menebar pesonanya hingga mengenai Albert. Kalau saja Olivia tahu sikapnya membuat lelaki itu jatuh hati padanya, Olivia pasti tidak akan bersikap baik dengan Albert.Dia dan Junia sudah bersahabat cukup lama. Karena Junia, dia kenal dengan Albert dan lelaki itu selalu menyapanya dengan panggilan “Kakak”. Olivia juga tiga tahun lebih tua dibanding Albert sehingga membuatnya merasa memiliki peran sebagai seorang ka
Gadis berbaju merah tidak jadi makan bubur dan pergi, sementara Samuel tidak ingin hasil kerja kerasnya terbuang sia-sia, makanya dia mengundang kedua saudara untuk makan malam. Takut kalau bubur putih dengan asinan dan masakan sayur terlalu sederhana untuk kedua saudara, lelaki itu lalu memutuskan untuk membuat kue telur daun bawang."Silakan masuk. Saya juga selesai bekerja. Nanti kalau kalian pulang, cukup buka pintunya sendiri, saya tidak menguncinya. Jika kalian berdua ingin menginap, nggak masalah. Kamar tamu selalu bersih dan peralatannya juga baru." Pak Bagas berkata sambil mengantar kedua lelaki itu masuk, lalu buru-buru pergi. "Kak Samuel, aku datang." “Kak, kamu masak apa? Kenapa aku mencium aroma asinan dan juga nasi? Itu aroma bubur, ‘kan?”Hansen berkata kepada Jordy, "Nasi, kamu nggak mencium aroma nasi?" "Aroma nasi dan bubur memang agak berbeda, Kak Hansen nggak bisa mencium, jadi aku nggak perlu berdebat dengan Kakak," jawab Jordy. Kedua pemuda itu langsung menu
Inilah manfaat dari memiliki banyak saudara yang akur. "Aku tunggu kalian." "Oke." Setelah menelepon, Hansen berkata pada Jordy, "Kak Samuel mengajak kita makan malam, ayo, kita ke rumah dia. Dia yang masak sendiri, mungkin dia sedang dalam perasaan yang sangat baik, jadi kita bisa sekalian makan malam di sana." Sebelum masuk mobil, Jordy tertawa dan berkata, "Kakakku tadi siang pulang ke rumah besar untuk menemui nenek, mungkin nenek tidak lagi mengurus masalahnya, jadi dia merasa senang dan masak untuk kita makan." Hansen lebih tahu banyak hal daripada Jordy. Samuel punya hubungan yang paling dekat dengan dia, karena usia mereka hampir sama. Sedangkan dengan adik kandungnya sendiri, Jordy, jaraknya lebih jauh.Meskipun dia sangat menyayangi adik kandungnya, tetapi yang lebih akrab dan bermain bersama paling sering adalah Hansen. Hansen tersenyum dan tidak berkata banyak, "Pokoknya, kalau Kak Samuel mengundang kita makan malam, kita pergi saja, lagipula kita juga lapar." "Mala
Samuel kembali dengan kecewa karena tidak bisa mengejar perempuan itu. Pertemuan malam ini berakhir begitu saja. Entah kapan dia bisa bertemu lagi dengannya. Kalau saja Samuel tahu di mana dia tinggal, lelaki itu masih bisa sering mencarinya. Namun, karena tidak tahu tempat tinggalnya, bahkan namanya pun tidak tahu, Samuel hanya bisa menunggu. Menunggu kapan perempuan itu ada waktu untuk datang mencarinya dan meminta barang miliknya kembali. Kalau sibuk, bisa sebulan penuh tanpa melihatnya. Dia juga tidak tahu apa pekerjaan sebenarnya si Rubah yang tampak begitu sibuk. Bahkan lebih sibuk dari dirinya yang merupakan putra keempat keluarga Adhitama. Meskipun dia tidak bekerja di kantor pusat Adhitama Group, dia tetap mengurus beberapa bisnis, mengelola dua cabang perusahaan, dan memiliki beberapa perusahaan kecil sendiri. Setiap hari pun sibuk dengan banyak pekerjaan. Pak Bagas Kembali muncul. Dia berdiri tidak jauh, menatap Samuel yang kembali dengan wajah kecewa. "Pak Samuel, ngg
Suara Samuel terdengar dari dapur, "Kalau begitu, aku akan memasak bubur saja." Memasak bubur membutuhkan waktu lebih lama, jadi dia bisa menahan wanita itu lebih lama di rumahnya. “Kamu bisa jalan-jalan sesukamu, kenali tempat ini.” Di dalam hati, perempuan itu membatin bahwa dia sudah menjelajahi seluruh rumah lelaki itu, tetapi tetap tidak menemukan barang miliknya. Namun, dia tidak mengungkapkan hal ini. Jika Rubah mengatakannya, itu berarti dia mengakui tindakannya yang seperti pencuri, sama buruknya dengan Samuel. Rubah memakan setengah buah yang ada di piring, lalu meletakkan garpu. Dia berdiri dan mulai berjalan-jalan di ruang tamu, akhirnya berhenti di depan pintu dapur. Dengan tangan menyilang di dada, dia bersandar di pintu dapur. Kakinya yang panjang menendang-nendang pelan. Dia mengenakan sepatu bot panjang berwarna hitam. Setelah melepas mantel panjangnya, dia tampak mengenakan pakaian ketat berwarna merah. Sebenarnya, dia tidak terlalu suka warna merah. Hanya saja,
Tidak ada yang berani menyinggung Dokter Dharma karena dia dikenal ahli dalam meracik racun. Tentu saja, dokter tidak akan menggunakan racun hasil buatannya untuk mencelakai orang. Dia pernah menjelaskan bahwa beberapa racun bisa menjadi obat jika digunakan dalam dosis kecil.Namun, manusia cenderung berpikir dengan cara yang berbeda. Hanya mengetahui bahwa Dokter Dharma sangat ahli dalam racun saja sudah cukup membuat mereka takut, meskipun dia memiliki prinsip dan moral.Mereka tetap khawatir jika suatu saat tanpa sengaja mereka menjadi korban. Karena itu, bahkan jika Dokter Dharma menolak permintaan untuk mengobati, mereka tidak berani mencari masalah dengannya. Samuel mencoba bertanya dengan hati-hati, “Apakah kamu murid dari para ahli yang tinggal di tempat terpencil?” “Apakah kamu kenal dengan istri kepala keluarga Lambana di Kota Dawan saat ini?” Rubah tersenyum tipis, “Kalau kamu penasaran sekali dengan asal-usulku, cari tahu saja sendiri. Kalau kamu berhasil, aku akan menga
Nenek selalu berkata, mengejar istri tidak perlu tahu malu. Kalau terlalu peduli soal harga diri, tidak akan bisa mendapatkan istri. Bahkan Stefan yang begitu sombong rela menundukkan kepalanya demi mendapatkan kakak ipar. Lelaki itu kehilangan muka sampai tingkat tertinggi, sering dipermalukan, tetapi akhirnya mendapatkan kehidupan yang begitu membahagiakan hingga membuat semua orang iri. Samuel merasa itu sangat berharga. Jadi, dia juga memutuskan untuk tidak memedulikan harga diri. Lagipula, dia sudah berbicara terus terang dengan neneknya, dan juga menjelaskan segalanya pada Katarina. Sekarang, dia tidak ada beban mental lagi dan bisa dengan terang-terangan mengejar gadis yang benar-benar dia sukai. “Aku hanya mau tahu namamu saja, selalu memanggilmu Rubah rasanya seperti sedang menghina kamu.”“Julukanku memang Rubah. Semua orang akan tahu itu aku.” Perempuan itu memang tidak ingin memberi tahu identitasnya.“Kalau kamu bisa, cari tahu saja sendiri. Bukankah kamu sudah mencoba
Pak Bagas menatap Samuel kemudian mempersilakan Rubah tersebut masuk.Samuel menyentuh hidungnya dan tertawa pelan lalu mengikuti mereka masuk ke vila, menuju bangunan utama. Di ruang tamu utama, lampu-lampu menyala terang benderang hingga membuat suasana seperti siang hari. Pak Bagas sudah mempersilakan gadis berbaju merah itu duduk di sofa. Setelah masuk ke dalam rumah, udara terasa hangat. Rubah itu melepas mantel panjang merahnya lalu melipatnya rapi dan meletakkannya di sampingnya. Saat Samuel masuk, Pak Bagas sudah membawakan segelas air hangat untuk si Rubah. Lelaki itu memberi isyarat kepada Pak Bagas untuk beristirahat, menunjukkan bahwa dia sendiri yang akan melayani tamunya. Pak Bagas berkata pelan, "Pak Samuel, bersikaplah sedikit lebih sopan dan lembut. Merayu gadis nggak seperti caramu tadi." Samuel menjawab lirih, "Aku nggak sedang merayunya." Pak Bagas hanya terkekeh dan tidak membantah. Lalu, dia pergi. Dasar keras kepala. Mengundang seorang gadis masuk ke rumahn
Benda itu memang tidak besar, dan dia tahu Samuel tidak akan meninggalkannya di rumah. Pasti benda itu selalu dibawanya, tetapi tadi saat dia memeriksa kantong celananya, perempuan itu tetap tidak menemukannya. Dia benar-benar tidak tahu di mana benda itu disembunyikan. "Aku sudah bilang, kalau kamu nggak percaya, aku juga nggak bisa apa-apa. Silakan masuk dan bongkar saja rumahku sampai berantakan. Kalau kamu menemukannya, silakan ambil. Aku benar-benar lupa di mana menyimpannya." "Rubah, kamu nggak merasa tindakanku mirip denganmu? Kamu juga sering melakukan hal-hal seperti ini secara diam-diam, bukan?" Rubah itu menatap Samuel dengan tajam, ingin sekali menendangnya lagi. Namun, pada akhirnya dia tidak melakukannya, karena merasa sedikit bersalah. Dia mengandalkan keahliannya dalam bela diri dan memang terkadang melakukan hal-hal serupa. Dia mengakui bahwa dia pernah terpengaruh oleh seorang senior saat bersama murid-murid unggulan Kakek Jaki, sehingga sedikit kebiasaan itu menu
Rubah itu menatap Samuel dengan wajah gelap. Lelaki itu mengangkat tangannya dengan santai dan berkata, "Aku nggak bohong. Sekarang kau memintaku mengambilnya, aku benar-benar nggak ingat di mana menyimpannya. Bagaimana kalau kamu masuk saja, dan bongkar saja rumahku. Lihat kamu bisa menemukannya atau nggak?" "Atau, kamu bisa memeriksaku sampai telanjang untuk melihat apakah aku menyembunyikannya di tubuhku." Rubah itu melompat turun dari tembok. Samuel langsung menegang. Dia merentangkan kedua tangannya, bermaksud menangkapnya, tetapi ketika perempuan itu melompat turun, Rubah tersebut malah menendangnya dengan satu tendangan dan membuatnya mundur beberapa langkah. Akibatnya, Samuel tidak berhasil menangkap perempuan itu. Rubah itu mendarat dengan mantap di depannya. Samuel menghela napas lega. Meskipun dia terkena satu tendangan yang cukup menyakitkan, lelaki itu tampak santai. Dia hanya menepuk-nepuk tempat yang terkena tendangan, seolah ingin menghilangkan bekas jejak kaki. "T