Setelah memikirkan itu, Stefan pun segera bertindak. Dia langsung bertingkah seperti pencuri di kamar Olivia, mengobrak-abrik lemari dan laci.Setelah lama mencari dan mengobrak-abrik semua tempat yang kemungkinan bisa dijadikan tempat penyimpanan, dia tetap saja tidak menemukan perjanjian itu.Di mana Olivia menyimpannya?Stefan berdiri di depan meja rias, memandangi meja rias itu dan mengingat-ingat bagian mana yang belum dia cari?Dia telah mengobrak-abrik semua laci.Akhirnya, matanya tertuju pada secarik kertas di atas meja dengan gambar sebuah perhiasan rambut berwarna emas di atasnya.Dia mengambil kertas itu.Gambar Olivia sangat bagus.Untuk apa dia menggambar perhiasan rambut emas ini?Stefan tidak tahu maksud Olivia menggambar benda itu. Dia membalik kertas itu dan melihat ternyata kertas itu adalah surat perjanjian yang dia cari.Bisa-bisanya wanita ini menggambar di sisi belakang surat perjanjian mereka.Pantas saja dia tidak bisa menemukan perjanjian ini meskipun sudah me
Pikiran Odelina menjadi kosong selama sepersekian detik.Dia tidak menyangka Yenny yang akan mengangkat teleponnya.Dia segera menjauhkan ponselnya dari telinganya, lalu mengklik sesuatu di layar untuk merekam suara pembicaraan mereka.Teman adik iparnya memang sudah membantunya menyelidiki dan mengumpulkan bukti perselingkuhan Roni. Namun, orang itu bilang bahwa bukti-bukti itu hanya bisa membuktikan bahwa Roni berselingkuh secara mental. Keduanya tidak pernah melakukan hubungan intim.Sekarang, kedua orang ini mungkin sudah melakukannya. Odelina pikir, dia harus merekamnya dulu.“Siapa kamu?” Setelah keheningannya cukup untuk membuat Yenny bangga di seberang telepon, Odelina berbicara “sesuai naskah”.Alur ceritanya adalah, setelah mengetahui Roni selingkuh, dia akan membuat keributan besar. Roni akan kesal, sehingga ingin menceraikannya tanpa memedulikan putra mereka.Jika dia tidak menangis atau membuat keributan, Roni dan yang lainnya akan mengira dia menantikan perceraian ini, da
Wanita itu tahu dia harus menjaga putranya. Dia memang tidak bisa meninggalkan putranya di rumah sendirian dan pergi ke hotel itu untuk memergoki kedua orang itu berselingkuh.Apa dia telepon adiknya saja? Odelina ragu.Apa dia mau mengganggu adiknya di jam segini?Setelah ragu beberapa saat, dia merasa, dia harus memanfaatkan kesempatan ini untuk mendapatkan lebih banyak bukti dari perselingkuhan Roni.Jadi, dia pun menelepon Olivia.Olivia minum dua botol bir dan tertidur nyenyak. Digendong Stefan pulang saja dia tidak tahu.Dia baru terbangun saat ponselnya berbunyi, karena Odelina meneleponnya.Dia mengambil ponselnya, tidak melihat ke layar dan langsung menjawab.“Halo, siapa?”“Oliv, ini Kakak.”“Kak, ada apa?”Olivia, yang perlahan-lahan mulai terjaga, teringat bahwa kakaknya akan meminta cerai pada kakak iparnya yang bajingan itu. Dia mengira kedua orang itu berkelahi, jadi rasa kantuknya langsung menghilang. Dia segera mendudukkan diri di tempat tidur dan bertanya dengan cemas
Sambil mengatakan itu, Olivia melepaskan satu kunci dari kumpulan kuncinya sendiri dan menyerahkannya kepada Stefan, lalu berkata, “Ini kunci rumah kakakku.”Stefan mengerjapkan matanya.Dia juga tahu kalau Roni menghadiri acara bisnis.Dia meminta Reiki untuk menyelidiki dan mengumpulkan bukti perselingkuhan Roni. Reiki si tukang gosip itu merasa tidak mendapat nilai tertinggi setelah menyerahkan “kertas ujiannya”. Jadi, dia tidak terima dan terus menyuruh orang untuk mengawasi Roni.Malam tadi, ketika sedang bersama Olivia, Stefan meluangkan waktu untuk mengirim pesan pada Reiki. Dia meminta pria itu untuk mencari kesempatan untuk mendorong hubungan kedua itu ke tahap yang lebih dalam, supaya kedua orang itu berselingkuh “secara nyata”, untuk membuktikan bahwa Roni benar-benar telah mengkhianati istrinya.Ketika Odelina mengajukan gugatan cerai nanti, Odelina akan menjadi pihak yang benar secara moral.Sekarang, Roni dan Yenny sudah tidur bersama. Semua itu karena dorongan Stefan, at
Setelah mengunci pintu, Stefan menarik Olivia pergi dan berkata sambil berjalan, “Temanku sudah membantuku mencarinya. Kakak iparmu ada di Howard Hotel sekarang, hotel yang berada di bawah naungan Sanjaya Group. Aku bekerja di Adhitama Group. Dua perusahaan itu merupakan saingan berat satu sama lain. Aku nggak ingin orang-orang dari Sanjaay Group mengenaliku. Aku menggambar tanda lahir hitam di wajahku, supaya nggak ada orang yang bisa mengenaliku.”Olivia mengamati tanda lahir yang digambar oleh Stefan.Di tengah kepanikan ini, pria ini bahkan memikirkan hal sampai sedetail itu.Dia memang orang yang sangat teliti. Pantas saja bisa menjadi petinggi di Adhitama Group.Olivia sekarang mempercayai kata-kata Nenek Sarah. Dulu Nenek Sarah pernah memuji Stefan di depannya, mengatakan bahwa Stefan adalah pria yang sangat teliti.Tentu saja, ketelitiannya itu baru akan kelihatan kalau dia bersedia memperhatikanmu.“Pulang nanti, bersihkan dengan air dan sabun.”Olivia punya toko buku. Jadi, d
Yenny bersandar di dada Roni dan berkata dengan lembut, “Roni, maaf, seharusnya aku nggak menjawab panggilan itu. Aku takut dia meneleponmu karena ada sesuatu yang mendesak.”“Nggak apa-apa, cepat atau lambat kita juga harus memberitahunya tentang hubungan kita. Lebih baik sekarang daripada nanti. Kalau dia curiga, aku akan berterus terang dengannya pulang nanti.”Mana mungkin Roni tega melihat Yenny sedih.Hatinya sudah lama menjadi milik Yenny. Dia sama sekali memiliki perasaan pada Odelina lagi. Dia masih terus bertahan karena memikirkan orang tua dan putranya. Kalau tidak, dia sudah lama mengusir Odelina.“Roni, kalau kalian berdua bercerai, apakah dia akan kebagian kartamu?”Yenny tak ingin setengah dari semua harta yang dimiliki Roni direnggut oleh Odelina.Dia ingin melihat Odelina pergi tanpa mendapatkan apa-apa.Odelina telah meninggalkan dunia kerja selama beberapa tahun, dan anaknya baru berusia dua tahun. Kalau wanita itu ingin kembali ke dunia kerja, mungkin akan sulit. Sa
Roni membisikkan beberapa kata di telinga Yenny, dan Yenny tiba-tiba tersenyum.Untungnya, pria ini pintar.Yenny lega. Dia pasti akan bahagia jika menikah dengan pria ini.Tentu saja, dia juga harus waspada terhadap pria ini. Setelah mereka menikah, dia akan memegang kartu gaji Roni. Pria ini juga berjanji untuk menambahkan namanya ke sertifikat rumah. Dia akan meminta pria itu melakukan semuanya. Yang jelas, dia tidak akan mengikuti jejak Odelina.“Sebenarnya mudah kalau mau Odelina bercerai tanpa mendapatkan apa-apa.”“Bagaimana cara melakukannya?”Meski tabungan atas nama Roni hanya sedikit, namun itu bagus karena tidak bisa dibagi. Asalkan tidak bisa dibagi untuk Odelina, dia yang akan menikmatinya.“Suruh dia memilih di antara membagi harta dan Russel. Dia pasti akan memilih Russel dan bercerai tanpa mendapatkan apa-apa.”Yenny kecewa mendengarnya dan berkata, “Apa kamu rela melepaskan hak asuh atas putramu? Dia cucu laki-laki satu-satunya di keluarga kalian, lho. Kalaupun kamu
“Sudah semalam ini, siapa yang mengetuk pintu?” kata Roni sambil pergi membuka pintu. Ekspresinya tidak senang.Ketika dia membuka pintu dan melihat sosok gemuk yang berdiri di depan pintu, dia tertegun dan sedikit tidak percaya.Odelina datang ke sini!Bagaimana wanita ini bisa tahu dia ada di sini?Mereka saling memandang.Odelina menatapnya tubuh bagian atasnya yang telanjang, memikirkan adalah hubungan mereka selama sepuluh tahun terakhir. Apabila seorang pria mau mengkhianatimu, ternyata bisa sangat cepat dan mudah sekali.Setelah pulih dari keterkejutannya, Roni langsung bertanya kepada Odelina dengan wajah cemberut, “Kenapa kamu datang ke sini? Di mana Russel? Tengah malam begini kamu bukannya menjaga Russel di rumah, malah datang ke sini ....”“Roni, siapa yang mengetuk pintu begitu keras?”Belum sempat Roni menyelesaikan kata-katanya, Yenny sudah terhuyung-huyung datang.Dia mengenakan piyama dan rambutnya tergerai bebas di punggung. Dia kelihatan sangat menawan, mungkin karen
Ekspresi Vandi serius dan tegas. “Bu Felicia anak kandung Bu Patricia!” ujar Vandi.Patricia memberi perintah dengan dingin, “Lepas, Vandi. Jangan lupa, sekarang aku masih kepala keluarga. Kamu harus dengar perintahku!”“Sejak aku ditugaskan untuk kerja bersama Bu Felicia, tugasku adalah melindungi Bu Felicia selamanya. Aku hanya akan setia padanya, hanya dengar perintahnya. Itulah tugas kami sebagai asisten. Kami juga hanya punya satu majikan. Majikanku adalah Bu Felicia, bukan Bu Patricia. Tugasku adalah melindungi Bu Felicia. Aku nggak akan biarkan siapa pun sakiti dia, termasuk Bu Patricia.”Wajah Patricia menjadi semakin buram. Memang, sejak Vandi kerja bersama Felicia, dia hanya setia kepada Felicia dan hanya akan melayani Felicia. Sekalipun Patricia masih berstatus kepala keluarga, Patricia bukan majikan Vandi. Dia tidak berhak menyuruh Vandi melakukan apa pun.Patricia hendak memukul Felicia langsung di depan Vandi. Tentu saja, Vandi harus menghentikannya.Felicia berkata kepad
Odelina bergumam pelan. “Aku percaya kehidupan aku dan Olivia akan semakin membaik.”Belum lagi Odelina sendiri. Setelah menikah dengan Stefan, kehidupan Olivia menjadi sangat baik. Olivia juga sangat baik terhadap Odelina.“Kak Aksa buru-buru datang ke sini tadi malam, pasti sudah capek. Kak Aksa istirahat di hotel saja dulu. Aku rasa untuk sementara waktu Patricia nggak akan lakukan apa pun pada kita.” Odelina meminta Aksa untuk kembali ke hotel dan beristirahat.“Memang benar Patricia ingin bunuh aku. Tapi dia masih takut. Atau, dia punya ambisi yang lebih besar, ingin bunuh kita semua sekaligus.”Odelina cukup memahami jalan pikiran Patricia. Aksa sendiri memang sudah merasa lelah dan ingin beristirahat.“Oke, kalau begitu aku kembali ke hotel dulu. Kalau ada apa-apa, kamu telepon saja.”“Oke, Kak.”Tidak lama setelah Aksa pergi, Rika datang. Setelah sekretaris menelepon Odelina, Odelina langsung keluar untuk menyambut Rika. Namun, baru saja Odelina membuka pintu kantor, sosok Rika
“Silakan pergi, kami nggak antar, ya!” Aksa dan Odelina berkata hampir bersamaan.Patricia yang sudah berjalan sampai di depan pintu langsung berhenti. Dia menoleh dan menatap Odelina, lalu berkata dengan dingin, “Ingat, di sini Kota Cianter. Di Kota Cianter, keluarga Gatara masih lebih kuat dari kamu, Odelina.”Odelina tertawa pelan dan mengakui, “Aku nggak bilang Bu Patricia nggak sebaik aku. Kalau aku ngomong begitu, itu akan menjadi pukulan yang besar dan akan menghancurkan harga diri Bu Patricia.”“Aku pendatang baru di sini, baru beberapa bulan di Kota Cianter. Kalau Bu Patricia bahkan nggak sebaik aku, lebih baik Bu Patricia benturkan kepala ke tembok saja. Tapi jauh-jauh, ya. Jangan di tembok perusahaanku. Mengotori tempatku saja.”Patricia sangat marah sehingga dia benar-benar ingin segera membunuh kedua orang ini. Namun, dia tetap berusaha menahan emosinya. Dia sudah berusia 70 tahun. Jika dia bahkan tidak sanggup menahan diri, maka dia benar-benar harus membenturkan kepalany
Odelina tersulut emosi ketika mendengar hal itu. Aksa menggunakan tatapan matanya untuk menenangkan Odelina, memberi isyarat agar Odelina tidak marah. Patricia memang sengaja membuat mereka marah. Semakin marah mereka, semakin senang Patricia.Sekarang Patricia ingin menyingkirkan mereka semua. Namun, dia belum memiliki rencana yang sempurna. Jadi dia hanya bisa mengatakan sesuatu yang dapat memancing amarah mereka.“Apakah Bu Patricia bisa melakukan hal itu? Kami sangat menantikannya,” kata Aksa dengan tenang.“Bu Patricia bahkan nggak bisa urus kekacauan di keluarga Gatara. Aku nggak tahu bagaimana cara kamu mengelola Gatara Group selama beberapa puluh tahun terakhir. Keluarga lain makin lama jadi makin besar. Nggak perlu sampai di seluruh negeri. Hanya di provinsi atau kota saja. Seenggaknya mereka dapat pertahankan status mereka sebagai bos besar. Bu Patricia coba lihat ada di posisi apa Gatara Group di Kota Cianter?”Aksa sengaja mengejek kemampuan Patricia. Patricia bisa membuat
Patricia sama sekali tidak menyangka. Setelah puluhan tahun, kebenaran akan terungkap juga. Dia juga tidak menyangka kedua keponakannya masih bisa bangkit sendiri tanpa dukungan dari keluarga Gatara. Mereka bisa masuk ke keluarga kaya dan mendapatkan lebih banyak dukungan dari keluarga besar lainnya. Yang bernasib baik pada akhirnya tetap bernasib baik.“Ada urusan apa Bu Patricia datang ke sini?”Saat Patricia tetap diam, Aksa bertanya dengan suara berat. Mata Patricia bertemu dengan mata Odelina yang penuh kebencian. Dia merasa Odelina memiliki sedikit bayangan dari Sofia. Apakah Patricia harus hidup di bawah bayang-bayang kakaknya sepanjang hidupnya?“Odelina, kalau aku bilang aku datang untuk bunuh kamu, apakah kamu akan takut?” Mata Odelina berkedip, lalu dia menjawab dengan jujur, “Tentu saja takut. Siapa yang nggak takut mati? Memangnya Bu Patricia nggak takut mati? Tapi aku tahu kamu nggak suka bisnis yang merugikan. Sekalipun kamu sangat ingin bunuh aku sekarang juga, kamu ma
Aksa tidak menanggapi. Dia berdiri dan segera menuangkan segelas air hangat untuk Patricia. Kemudian, dia meletakkan gelas berisi air hangat di depan Patricia dan berkata dengan suara berat, “Bu Patricia berani minum air yang aku tuangkan?”Patricia mendongak dan menatap Aksa. Ada rasa cemburu di hatinya. Mengapa putra orang lain bisa begitu hebat? Putranya tidak pernah bisa dibandingkan dengan putra orang lain.Meskipun Patricia lebih sayang anak perempuan, dia juga menghabiskan banyak waktu dan tenaga dalam mendidik ketiga putranya. Namun pada akhirnya, mereka semua tetap hanya bisa bertahan hidup dengan bergantung pada keluarga Gatara. Saat mereka memulai usaha, mereka lebih banyak merugi. Mereka sering meminta Patricia untuk menutupi kerugian mereka.“Aku nggak minum air putih. Tawar, nggak ada rasa.”Patricia menarik kembali pandangannya dan berkata dengan tenang, “Kalian berdua coba panggil aku Bibi Nenek.”“Apakah Bu Patricia sudah tempatkan posisi sebagai bibi nenek kami? Jika
Tadi malam, Patricia jatuh ke tangan putrinya sendiri. Felicia jelas-jelas minum air itu, walau hanya seteguk. Jumlah obat yang Patricia masukkan ke dalam air cukup banyak, cukup untuk membuat Felicia tidur selama beberapa hari.Namun siapa sangka, tidak lama setelah Vandi membawa Felicia pergi, Odelina sudah mendapatkan kabar. Segera setelah itu, Aksa juga langsung terbang ke Kota Cianter malam itu juga. Patricia tahu kalau Felicia yang memberitahu Odelina.Setelah Vandi membawa Felicia pergi, dia tidak membawa Felicia pulang ke rumah, melainkan ke rumah sakit. Begitu dokter tahu obat apa yang diminum Felicia, dokter segera memberikan obat penawar yang tepat dan Felicia segera pulih.Patricia menyuruh suami dan anak-anaknya yang lain pergi menjenguk Felicia, sekalian membawakan sarapan untuk Felicia. Patricia sudah menaruh obat tidur di dalam sarapan mereka. Akan tetapi, Felicia tidak tertipu. Dia tidak menyentuh sama sekali makanan yang mereka bawakan.Patricia menghela napas dalam h
"Ivan, meskipun saat ini belum terjadi apa-apa, Papa yakin tebakan Papa nggak salah. Kalian lebih baik segera meninggalkan kota dan kembali ke kampung halaman kita," kata Cakra dengan serius. "Nanti beri tahu mamamu," tambahnya. Cakra sudah malas menebak apa yang direncanakan istrinya. Yang terpenting sekarang adalah menyelamatkan anak dan cucunya terlebih dahulu. "Papa, Papa ini terlalu khawatir. Nggak ada kejadian apa pun," kata Ivan. Baik dia maupun kedua adiknya tidak ingin meninggalkan kota. "Papa bukan khawatir berlebihan. Nanti kalian akan tahu sendiri," ujar Cakra tegas. "Kalau kalian masih menganggap Papa sebagai Papa kalian, dengarkan ucapan Papa!" "Baiklah, Papa. Aku akan pulang dulu untuk berbicara dengan Mama soal perceraianku. Aku pergi dulu," ujar Ivan, mencari alasan untuk pergi lebih dulu. Kedua adiknya pun masing-masing mencari alasan lain untuk meninggalkan tempat itu. Cakra sangat marah, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa terhadap ketiga anaknya. Karena mere
"Sekarang melihatmu baik-baik saja, kami pun merasa lega. Mulai sekarang, kalau mamamu menyuruhmu makan sesuatu, jangan pernah sentuh, bahkan secangkir air pun jangan diminum. Mamamu itu orang yang berhati sangat kejam, bahkan dia juga tega dengan kakak kandung yang membesarkannya.""Dia adalah orang yang sangat egois, sebenarnya dia hanya mencintai dirinya sendiri." "Selama kalian, anak-anaknya, menurut dan selalu mendengarkannya, dia masih akan menunjukkan sedikit kasih sayang sebagai seorang ibu. Tapi begitu kalian menentangnya, dia nggak akan segan-segan bertindak kejam." Cakra terus-menerus membicarakan keburukan Patricia di depan anak-anaknya. Namun, ini sebenarnya bukan hanya sekadar keburukan, melainkan fakta. Patricia memang seorang wanita yang sangat egois, hanya mencintai dirinya sendiri. "Papa, aku baik-baik saja. Papa dan Kakak-kakak pulang saja. Papa jaga kesehatan baik-baik, jangan sering-sering mengganggu Mama," kata Felicia. Dia sangat paham bahwa kedua orang tuan