Yenny bersandar di dada Roni dan berkata dengan lembut, “Roni, maaf, seharusnya aku nggak menjawab panggilan itu. Aku takut dia meneleponmu karena ada sesuatu yang mendesak.”“Nggak apa-apa, cepat atau lambat kita juga harus memberitahunya tentang hubungan kita. Lebih baik sekarang daripada nanti. Kalau dia curiga, aku akan berterus terang dengannya pulang nanti.”Mana mungkin Roni tega melihat Yenny sedih.Hatinya sudah lama menjadi milik Yenny. Dia sama sekali memiliki perasaan pada Odelina lagi. Dia masih terus bertahan karena memikirkan orang tua dan putranya. Kalau tidak, dia sudah lama mengusir Odelina.“Roni, kalau kalian berdua bercerai, apakah dia akan kebagian kartamu?”Yenny tak ingin setengah dari semua harta yang dimiliki Roni direnggut oleh Odelina.Dia ingin melihat Odelina pergi tanpa mendapatkan apa-apa.Odelina telah meninggalkan dunia kerja selama beberapa tahun, dan anaknya baru berusia dua tahun. Kalau wanita itu ingin kembali ke dunia kerja, mungkin akan sulit. Sa
Roni membisikkan beberapa kata di telinga Yenny, dan Yenny tiba-tiba tersenyum.Untungnya, pria ini pintar.Yenny lega. Dia pasti akan bahagia jika menikah dengan pria ini.Tentu saja, dia juga harus waspada terhadap pria ini. Setelah mereka menikah, dia akan memegang kartu gaji Roni. Pria ini juga berjanji untuk menambahkan namanya ke sertifikat rumah. Dia akan meminta pria itu melakukan semuanya. Yang jelas, dia tidak akan mengikuti jejak Odelina.“Sebenarnya mudah kalau mau Odelina bercerai tanpa mendapatkan apa-apa.”“Bagaimana cara melakukannya?”Meski tabungan atas nama Roni hanya sedikit, namun itu bagus karena tidak bisa dibagi. Asalkan tidak bisa dibagi untuk Odelina, dia yang akan menikmatinya.“Suruh dia memilih di antara membagi harta dan Russel. Dia pasti akan memilih Russel dan bercerai tanpa mendapatkan apa-apa.”Yenny kecewa mendengarnya dan berkata, “Apa kamu rela melepaskan hak asuh atas putramu? Dia cucu laki-laki satu-satunya di keluarga kalian, lho. Kalaupun kamu
“Sudah semalam ini, siapa yang mengetuk pintu?” kata Roni sambil pergi membuka pintu. Ekspresinya tidak senang.Ketika dia membuka pintu dan melihat sosok gemuk yang berdiri di depan pintu, dia tertegun dan sedikit tidak percaya.Odelina datang ke sini!Bagaimana wanita ini bisa tahu dia ada di sini?Mereka saling memandang.Odelina menatapnya tubuh bagian atasnya yang telanjang, memikirkan adalah hubungan mereka selama sepuluh tahun terakhir. Apabila seorang pria mau mengkhianatimu, ternyata bisa sangat cepat dan mudah sekali.Setelah pulih dari keterkejutannya, Roni langsung bertanya kepada Odelina dengan wajah cemberut, “Kenapa kamu datang ke sini? Di mana Russel? Tengah malam begini kamu bukannya menjaga Russel di rumah, malah datang ke sini ....”“Roni, siapa yang mengetuk pintu begitu keras?”Belum sempat Roni menyelesaikan kata-katanya, Yenny sudah terhuyung-huyung datang.Dia mengenakan piyama dan rambutnya tergerai bebas di punggung. Dia kelihatan sangat menawan, mungkin karen
Olivia berbalik dan masuk ke kamar.Roni tersadar dan langsung berlari maju kemudian menendang Odelina yang duduk di atas tubuh Yenny. Olivia yang masuk juga bergegas melayangkan tendangannya. Dia pernah berlatih bela diri dan menang ketika melawan preman. Tendangannya dilayangkan dengan kekuatan penuh dan membuat Roni yang baru menendang Odelina ikut tersungkur di lantai.“Kak,” panggil Olivia sambil membantu sang kakak bangkit.Roni bergegas bangkit dan membantu Yenny berdiri. Dia menunjuk kedua kakak adik di depannya dan berseru marah, “Odelina, kalian mau ngapain?!”Napas Odelina tampak naik turun setelah melayangkan satu bogeman ke arah Yenny. Mendengar seruan sang suami membuat emosi Odelina kembali memuncak dan ikut berseru, “Roni, sikap kamu sama aku pantas nggak?! Aku demi kamu menghentikan pekerjaanku dan menjaga rumah. Aku melahirkan anak buat kamu dan kamu justru mengkhianati aku!”“Kamu memilih bersama perempuan licik ini dan sekarang kamu bertanya apa yang aku lakukan? Ak
Odelina menggelengkan kepala ke arah Olivia. Walaupun dia memukul Roni dan sebaliknya, mereka adalah suami istri dan terikat dengan perihal masalah keluarga. Paling-paling Roni akan kembali ke rumahnya dan lukanya akan diobati oleh keluarga lelaki itu.Sedangkan dia memukul Yenny karena perempuan itu adalah orang ketiga. Semua orang akan merasa Yenny memang pantas dipukul. Yenny juga tidak akan berani melakukan apa-apa. Kalau adiknya sampai bermain tangan dan memukul Roni serta Yenny, mereka akan menggugat Olivia dan meminta adiknya memberikan uang ganti rugi pengobatan.Odelina tidak ingin adiknya diinjak-injak oleh mereka. Dia menarik adiknya dengan erat sambil berbisik, “Percaya dengan Kakak, Kakak bisa menyelesaikannya.”Olivia dan adik iparnya hanya perlu membantunya mengambil foto bukti saja.“Roni,” ujar Odelina sambil mengusap air mata dan kembali bertanya, “Kamu beneran mau cerai denganku?”“Iya, aku mau cerai!” ujar Roni dengan penuh keyakinan.“Russel masih begitu kecil, kam
Setelah malam ini, dia bersumpah tidak akan meneteskan air matanya lagi demi Roni.“Russel,” gumam Odelina teringat akan putranya. Dia mendadak menjadi gugup.“Kak, aku meminta Mbak Lesti jagain Russel. Dia akan terbangun besok pagi.”Ketika bocah itu sedang bandel, maka dia akan luar biasa bandel dan membuang semua mainannya di sembarang tempat. Akan tetapi ketika sedang pengertian, maka Russel akan menjadi sangat pengertian sekali. Apalagi ketika malam hari sedang tertidur, selain di saat dia merasa tidak enak badan, maka dia akan tidur sampai keesokan paginya baru terbangun.Mendengar ucapan Olivia membuat Odelina menghela napas lega.“Olivia, Stefan, bagaimana cara kalian bisa ke sini?” tanya Odelina. Setelah tidak mengkhawatirkan anaknya lagi, perempuan itu baru teringat dengan hal tersebut.Olivia menyalahkan kakaknya dan berkata, “Kak, kita itu saudara. Semenjak Papa dan mama nggak ada, kita sudah hidup bersama dan saling bergantung selama 15 tahun. Setiap masalah pasti kita bic
Tidak masalah kalau kakaknya itu jauh lebih percaya Stefan dibandingkan dirinya. Bisa-bisanya Odelina membongkar aib masa kecilnya pada lelaki itu! Stefan melirik Olivia dan membuat perempuan itu seakan ingin masuk ke dalam perut bumi sekarang juga.“Kak, itu kejadian zaman kapan. Masih aja dibahas!”Odelina tertawa dan berkata, “Waktu itu kamu langsung tertidur sepanjang hari setelah selesai makan. Kamu benar-benar nggak bisa minum tapi masih saja suka minum. Setiap minum pasti bakalan langsung tidur sepanjang hari.”“Stefan, pokoknya kamu ingat-ingat saja. Jangan kasih dia minum kalau nggak ada acara khusus!”Stefan tersenyum dan menjawab, “Iya, Kak. Aku pasti ingat.”Kesedihan Odelina hilang ketika dia menceritakan masa lalu dan membuat mereka bertiga tertawa. Perceraian bukan hal yang besar, tidak seharusnya dia merasa sedih. Bumi juga tidak akan berhenti berputar karena kekurangan seseorang. Setelah cerai dengan Roni, Odelina masih tetap bisa hidup dengan layak.Odelina mendongak
Ucapan lelaki itu membuat Olivia sedikit tidak bisa berkata-kata, dia mencoba mencari tahu dengan bertanya, “Pak Stefan, maksudnya kamu mau minta aku cuciin muka kamu sampai bersih?”“Muka aku hitam juga karena kamu,” kata Stefan. Dia sedang mencoba menyalahkan Olivia.Olivia membuka mulutnya tetapi tidak ada satu kalimat pun yang terucapkan. Kenapa dia merasa lelaki di depannya ini berubah menjadi sedikit tidak tahu malu?“Ok, aku bantu kamu bersihin muka karena kamu bisa begini juga karena kamu. Seharusnya kamu buat wajahmu hitam secara menyeluruh saja!” ujar Olivia sambil menarik tangan lelaki itu menuju ke arah dapur.Stefan mengikuti langkah perempuan itu dan kemudian menghentikan langkahnya lagi sambil bertanya, “Kenapa ke dapur?”“Di dapur ada air, kamar kamu kan terlarang buat aku dan nggak mengizinkan aku masuk meski hanya satu langkah saja. Kalau aku nggak bawa ke dapur, gimana mau bersihkan muka kamu? Atau kamu mau tunggu di sini? Aku ambil handuk basah buat bersihkan wajah
Tidak ada yang berani menyinggung Dokter Dharma karena dia dikenal ahli dalam meracik racun. Tentu saja, dokter tidak akan menggunakan racun hasil buatannya untuk mencelakai orang. Dia pernah menjelaskan bahwa beberapa racun bisa menjadi obat jika digunakan dalam dosis kecil.Namun, manusia cenderung berpikir dengan cara yang berbeda. Hanya mengetahui bahwa Dokter Dharma sangat ahli dalam racun saja sudah cukup membuat mereka takut, meskipun dia memiliki prinsip dan moral.Mereka tetap khawatir jika suatu saat tanpa sengaja mereka menjadi korban. Karena itu, bahkan jika Dokter Dharma menolak permintaan untuk mengobati, mereka tidak berani mencari masalah dengannya. Samuel mencoba bertanya dengan hati-hati, “Apakah kamu murid dari para ahli yang tinggal di tempat terpencil?” “Apakah kamu kenal dengan istri kepala keluarga Lambana di Kota Dawan saat ini?” Rubah tersenyum tipis, “Kalau kamu penasaran sekali dengan asal-usulku, cari tahu saja sendiri. Kalau kamu berhasil, aku akan menga
Nenek selalu berkata, mengejar istri tidak perlu tahu malu. Kalau terlalu peduli soal harga diri, tidak akan bisa mendapatkan istri. Bahkan Stefan yang begitu sombong rela menundukkan kepalanya demi mendapatkan kakak ipar. Lelaki itu kehilangan muka sampai tingkat tertinggi, sering dipermalukan, tetapi akhirnya mendapatkan kehidupan yang begitu membahagiakan hingga membuat semua orang iri. Samuel merasa itu sangat berharga. Jadi, dia juga memutuskan untuk tidak memedulikan harga diri. Lagipula, dia sudah berbicara terus terang dengan neneknya, dan juga menjelaskan segalanya pada Katarina. Sekarang, dia tidak ada beban mental lagi dan bisa dengan terang-terangan mengejar gadis yang benar-benar dia sukai. “Aku hanya mau tahu namamu saja, selalu memanggilmu Rubah rasanya seperti sedang menghina kamu.”“Julukanku memang Rubah. Semua orang akan tahu itu aku.” Perempuan itu memang tidak ingin memberi tahu identitasnya.“Kalau kamu bisa, cari tahu saja sendiri. Bukankah kamu sudah mencoba
Pak Bagas menatap Samuel kemudian mempersilakan Rubah tersebut masuk.Samuel menyentuh hidungnya dan tertawa pelan lalu mengikuti mereka masuk ke vila, menuju bangunan utama. Di ruang tamu utama, lampu-lampu menyala terang benderang hingga membuat suasana seperti siang hari. Pak Bagas sudah mempersilakan gadis berbaju merah itu duduk di sofa. Setelah masuk ke dalam rumah, udara terasa hangat. Rubah itu melepas mantel panjang merahnya lalu melipatnya rapi dan meletakkannya di sampingnya. Saat Samuel masuk, Pak Bagas sudah membawakan segelas air hangat untuk si Rubah. Lelaki itu memberi isyarat kepada Pak Bagas untuk beristirahat, menunjukkan bahwa dia sendiri yang akan melayani tamunya. Pak Bagas berkata pelan, "Pak Samuel, bersikaplah sedikit lebih sopan dan lembut. Merayu gadis nggak seperti caramu tadi." Samuel menjawab lirih, "Aku nggak sedang merayunya." Pak Bagas hanya terkekeh dan tidak membantah. Lalu, dia pergi. Dasar keras kepala. Mengundang seorang gadis masuk ke rumahn
Benda itu memang tidak besar, dan dia tahu Samuel tidak akan meninggalkannya di rumah. Pasti benda itu selalu dibawanya, tetapi tadi saat dia memeriksa kantong celananya, perempuan itu tetap tidak menemukannya. Dia benar-benar tidak tahu di mana benda itu disembunyikan. "Aku sudah bilang, kalau kamu nggak percaya, aku juga nggak bisa apa-apa. Silakan masuk dan bongkar saja rumahku sampai berantakan. Kalau kamu menemukannya, silakan ambil. Aku benar-benar lupa di mana menyimpannya." "Rubah, kamu nggak merasa tindakanku mirip denganmu? Kamu juga sering melakukan hal-hal seperti ini secara diam-diam, bukan?" Rubah itu menatap Samuel dengan tajam, ingin sekali menendangnya lagi. Namun, pada akhirnya dia tidak melakukannya, karena merasa sedikit bersalah. Dia mengandalkan keahliannya dalam bela diri dan memang terkadang melakukan hal-hal serupa. Dia mengakui bahwa dia pernah terpengaruh oleh seorang senior saat bersama murid-murid unggulan Kakek Jaki, sehingga sedikit kebiasaan itu menu
Rubah itu menatap Samuel dengan wajah gelap. Lelaki itu mengangkat tangannya dengan santai dan berkata, "Aku nggak bohong. Sekarang kau memintaku mengambilnya, aku benar-benar nggak ingat di mana menyimpannya. Bagaimana kalau kamu masuk saja, dan bongkar saja rumahku. Lihat kamu bisa menemukannya atau nggak?" "Atau, kamu bisa memeriksaku sampai telanjang untuk melihat apakah aku menyembunyikannya di tubuhku." Rubah itu melompat turun dari tembok. Samuel langsung menegang. Dia merentangkan kedua tangannya, bermaksud menangkapnya, tetapi ketika perempuan itu melompat turun, Rubah tersebut malah menendangnya dengan satu tendangan dan membuatnya mundur beberapa langkah. Akibatnya, Samuel tidak berhasil menangkap perempuan itu. Rubah itu mendarat dengan mantap di depannya. Samuel menghela napas lega. Meskipun dia terkena satu tendangan yang cukup menyakitkan, lelaki itu tampak santai. Dia hanya menepuk-nepuk tempat yang terkena tendangan, seolah ingin menghilangkan bekas jejak kaki. "T
“Pak Stefan jauh lebih sibuk dari Pak Samuel. Beliau bahkan punya waktu untuk pacaran dengan Bu Olivia. Masa Pak Samuel nggak bisa luangkan waktu?”Kata-kata si sopir membuat Samuel terdiam. Sesaat kemudian, dia tersenyum dan berkata, “Aku benar-benar nggak tahu di mana dia berada. Aku nggak bisa temukan dia. Aku bisa apa? Aku hanya bisa menunggu. Menunggu kesempatan berikutnya untuk bertemu dengannya.”Si sopir sering mengantar Samuel ke mana-mana. Jadi dia pernah bertemu Rubah satu kali. Dia sangat ingat gadis berbaju merah itu. Saat mengantar Samuel, dia juga pernah mendengar Samuel meminta Reiki untuk bantu menyelidiki gadis berbaju merah itu.“Pak Samuel suka gadis baju merah itu, ya?” tanya si sopir.“Gadis baju merah? Oh, dia pernah pakai baju merah. Setiap kali bertemu dia, warna bajunya selalu berbeda.”“Saya hanya pernah bertemu satu kali, Pak. Karena waktu itu saya baru saja hentikan mobil, Pak Samuel sudah nggak sabar keluar dari mobil dan lari ke arahnya. Saya sempat lihat
Setelah menunggu beberapa menit, sopir Samuel datang. Sopir menepi dan menghentikan mobil. Samuel menyuruhnya tidak perlu keluar dari mobil. Samuel membuka pintu mobil sendiri dan masuk ke dalam mobil.Sopir menoleh ke arah Samuel dan bertanya, “Bukannya Pak Samuel keluar bersama seorang perempuan muda?”Setelah duduk di dalam mobil, Samuel menjawab, “Nggak usah cari dia. Aku sudah panggilkan taksi untuk antar dia pulang ke hotel. Jalan saja, kita pulang. Pulang ke rumahku.”Samuel memiliki rumah kecil di kota. Dia ingin pulang ke rumahnya sendiri, bukan rumah neneknya. Tadi pagi dia sudah ke sana.“Saya kira itu pacarnya Pak Samuel,” celetuk si sopir sambil mengendarai mobil.“Bukan, itu temannya Kak Olivia. Aku juga kenal dia baru beberapa bulan. Pacarku masih nggak tahu ada di mana.”Samuel benar-benar tidak tahu di mana perempuan itu. Dia bahkan tidak tahu di mana Rubah tinggal. Rubah pernah datang ke Kota Mambera dan bahkan pergi ke Adhitama Group untuk mencarinya. Begitu dengar k
“Kita sudah saling kenal selama tiga bulan lebih. Kamu juga tahu aku olahraga setiap hari,” kata Katarina. “Sangat jarang ada kesempatan seperti sekarang, bisa jalan-jalan santai, lihat pemandangan malam kota besar dan perhatikan orang yang lalu-lalang, berjalan ke arah kehidupan yang berbeda-beda. Demi datang ke Kota Mambera, aku lembur terus dan kerja keras selama setengah bulan. Setelah itu, aku baru bisa luangkan beberapa hari untuk datang ke sini.”Katarina tidak berkata apa-apa lagi. Samuel berkata dengan perasaan bersalah, “Nanti aku bawa kamu pergi makan camilan.”“Oke.”Keduanya berjalan selama beberapa menit, lalu tiba di taman yang dibilang Samuel. Setelah masuk, mereka berkeliling di taman sebentar. Sekitar satu jam kemudian, mereka meninggalkan taman.“Sekarang mau pergi makan?” tanya Samuel kepada Katarina.“Aku baru merasa perutku lebih lega, nggak kekenyangan seperti tadi lagi, sudah lebih nyaman. Kalau makan lagi, nanti nggak enak lagi. Nggak usah, tunda dulu. Tunggu k
Samuel merutuk dalam hatinya. Mengapa neneknya dan Katarina sama-sama menyuruhnya untuk tidak menyesal di kemudian hari? Apa yang akan dia sesali? Memangnya dia tidak tahu siapa yang dia sukai dan apa yang dia inginkan? Lagi pula dia bukan anak berusia tiga tahun lagi. Usianya sudah hampir 30, sudah dewasa. Dia tidak akan melakukan apa pun yang akan dia sesali.Apa yang Katarina katakan mirip dengan apa yang dikatakan neneknya. Pantas saja neneknya menyukai Katarina.“Bu Katarina, aku nggak pernah lakukan hal yang buat aku menyesal. Sekalipun keputusan yang aku ambil nggak bagus, aku juga akan hadapi dengan tenang. Nggak akan menyesal.”Katarina tersenyum. “Oke, aku mengerti. Karena kamu benar-benar nggak bisa jatuh cinta padaku, aku juga nggak akan memaksa. Toh, aku bukan nggak ada yang mau. Untuk apa terus ganggu kamu dan jatuhkan harga diriku.”Katarina dibesarkan oleh orang tuanya dengan penuh kasih sayang. Dia adalah harta berharga di mata keluarganya. Bukannya tidak ada yang meng