Bi Lesti tersenyum ketika melihat Olivia makan dengan lahap. Semakin dilihat, dia tiba-tiba jadi merasa sangat lapar. Ketika Stefan tidak melihat, dia pun memakan sedikit.Ketika Bi Lesti sedang berberes dan pergi ke dapur untuk mencuci piring-piring mereka, Olivia menarik kursi dan duduk sangat dekat dengan Stefan, hingga menyentuh pria itu.Stefan seketika langsung menegang, bagaikan landak yang menegangkan seluruh duri di punggungnya.Bedanya, kali ini dia bukan bersikap defensif. Dia gugup, karena tidak tahu apa yang ingin dilakukan istrinya padanya.“Pak Stefan, di rumah kita ada kamar tamu, tapi nggak ada ranjangnya. Nanti waktu kita sudah jemput Russel, lalu mengantar Bi Lesti dan Russel ke toko, kita harus membelikan Bi Lesti ranjang dan perlengkapan lainnya. Kita nggak mungkin membiarkan Bi Lesti tidur di lantai, ‘kan?” Stefan seketika menjadi lebih santai.“Kamu nyonya di rumah ini. Kamu saja yang atur.”Stefan ada rapat penting pagi ini, tidak bisa meluangkan waktu untuk me
Olivia berpikir begitu, dan juga melakukannya.Dia segera mengeluarkan ponselnya dan mencari langkah-langkah untuk mengikat dasi di Internet.Setelah membaca dua kali dengan cepat, dia memasukkan ponselnya kembali ke saku celananya.Dia berjalan menghampiri Stefan, meraih dasi yang dipegang Stefan, mengutak-atik Dasi itu, lalu melingkarkannya di leher pria itu. Dia berkata, “Pergi ke kamar ganti baju saja ribetnya melebihi wanita yang mau berdandan. Dasi saja belum dipakai.”Melihat hal ini, Bi Lesti menariknya, lalu meletakkannya di lehernya, berbisik, “Kembali ke kamar dan ganti baju, lebih baik daripada perempuan Butuh waktu untuk merias wajah saat saya pergi keluar, dan saya bahkan belum mengenakan dasi saya.”Melihat hal tersebut, Bi Lesti melangkah pergi dan keluar lebih dulu.Dia menunggu pasangan muda itu di luar. Dari pria-pria yang kukenal, selain Albert dan kakak iparku yang berengsek itu, yang lainnya nggak perlu pakai jas dan dasi. Aku benar-benar nggak punya pengalaman da
Kalau Odelina pergi mencari uang, dia jadi tidak punya waktu untuk bersama anaknya.Odelina menarik napas dan tidak menoleh ke belakang, membawa motornya dan pergi dengan cepat.Dia akan baik-baik saja asalkan tidak mendengar tangisan putranya.Olivia menggendong Russel naik ke mobil. Setelah dibujuk cukup lama olehnya dan Bi Lesti, anak itu akhirnya berhenti menangis.Namun, Russel tidak mau duduk sendiri dan meringkuk di dalam pelukan Olivia. Kedua tangannya memeluk Olivia dengan erat, dan dia bertanya dengan sedih, “ … nggak mau Russel lagi, ya?”Olivia mendorong anak itu dengan pelan, lalu menunduk dan bertanya dengan lembut, “Russel, kamu bilang apa barusan?”Russel mendongak dan menatap Olivia, lalu bertanya, “Apa Mama nggak menginginkan Russel lagi?”“Siapa yang bilang? Mama hanya pergi kerja, bukannya nggak menginginkan Russel lagi. Mama akan pulang setiap malam untuk menemani Russel.”Russel berkata dengan sedih, “Papa yang bilang.”Olivia ingin mengumpat rasanya.Roni itu san
Setelah menyetir mobilnya dan meninggalkan SMP Negeri Kota Mambera, Stefan berhenti di tempat biasa dan menyuruh pengawalnya membawa mobilnya, sementara dirinya naik mobil Rolls Royce.Dalam perjalanan ke kantor, dia menghubungi Pak Arif dan meminta pria itu untuk menyuruh orang mengantarkan satu kursi pengaman anak.Yang mengejutkan Stefan adalah, Amelia sedang menunggu di depan gerbang kantor, tapi tidak menghalangi jalannya.Wanita itu hanya berdiri diam di pinggir, diam-diam memperhatikan mobilnya masuk ke kompleks kantor.Sulit bagi Amelia untuk melepaskan cintanya pada Stefan. Dia memberi tahu diri sendiri bahwa dia hanya akan datang menemui pria ini lagi hari ini, lalu tidak akan datang lagi ke depannya. Kecuali kalau pria itu memakai cincin supaya dia menyerah, bukan karena benar-benar sudah menikah. Kalau seperti itu, dia akan datang lagi.Setelah mobil-mobil yang mengantar Stefan masuk ke kompleks perkantoran itu, gerbang utama kantor Adhitama Group segera menutup.Mobil Roll
“Dengan menerimanya, kalian akan membantuku. Kumohon, bantulah aku.” Amelia membuat gerakan meminta tolong dengan bercanda.Keluarga Sanjaya punya banyak uang, tapi ibunya dibesarkan di panti asuhan dulu, jadi kalaupun sudah puluhan tahun menjadi menantu keluarga kaya, ibunya tetap suka berhemat.Ibunya paling tidak suka melihatnya menghambur-hamburkan uang.Junia berpikir, padahal dia biasanya juga tidak banyak pikir kalau membeli barang, tapi kalau dibandingkan dengan Amelia, putri keluarga konglomerat ini, rasanya seperti membandingkan seekor gajah dengan seekor semut.“Olivia, siapa Bibi ini?” tanya Amelia pada Olivia ketika melihat Bi Lesti.“Pengasuh yang aku bayar untuk menjaga Russel. Aku dan Junia terkadang sibuk, takutnya Russel lari ke luar toko. Jadi aku mencari seorang pengasuh untuk menjaganya, supaya kami berdua juga bisa tenang.”Mereka membantu Odelina menjaga putranya. Meskipun keponakan sendiri, tapi tanggung jawabnya juga besar.Dalam menjaga Russel, Olivia tidak be
Olivia menepuk punggung tangan Amelia dan menghiburnya, “Amelia, kamu adalah perempuan yang baik. Lepaskan pria yang bukan milikmu. Kamu akan mendapatkan kebahagiaan nanti.Amelia mengerutkan bibirnya. Matanya merah. Dia menyeka air matanya dengan sok kuat, lalu berkata dengan senyuman yang dipaksakan, “Iya, aku kalau mau menikah, banyak pria yang mengantri untuk menikahiku. Aku nggak perlu merebut pria orang!”Junia menyela dan berkata, “Memangnya nggak enak ya hidup sendiri dengan bebas dan tanpa beban?”Dia belum pernah merasakan bagaimana rasanya jatuh cinta pada seorang pria, jadi dia tidak bisa memahami rasa sakit dari cinta yang tak berbalas yang dirasakan Amelia.Amelia menatap Junia dan teringat akan sesuatu. Matanya masih merah, tapi dia tertawa dan berkata, “Berita tentang sikap Bu Junia waktu di pesta yang diadakan keluarga Hermawan sering dibicarakan oleh kita semua di kalangan kelas atas.”“Aku pikir kamu benaran mabuk sekali saat ini. Sekarang kalau dipikir-pikir, kamu s
Sebelum kakak tertuanya mengambil alih Sanjaya Group, keputusan ayahnya bahkan tidak sepenting keputusan ibunya. Banyak para petinggi perusahaan yang lebih menghormati ibunya.Bisa dibayangkan setinggi apa posisi ibunya di Sanjaya Group.“Iya, aku juga setuju dengan yang dikatakan Amelia.” Junia merasa pemikirannya dan Amelia sama.Ibu dan bibinya selalu menginginkannya menjadi menantu keluarga konglomerat.Olivia tersenyum dan berkata, “Makanya, aku juga mencari pria yang latar belakangnya kurang lebih denganku. Aku nggak pernah berharap menikah dengan orang kaya.”Penghasilan Stefan memang lebih tinggi sedikit darinya, tapi pria itu masih bekerja dengan orang. Bisa dibilang masih sederajat dengannya.“Kalau kalian juga berpikir seperti itu, Olivia, minta suamimu untuk mengaturnya. Aku akan bertemu dengan rekan kerjanya itu. Siapa tahu kami berjodoh.”“Oke.” Olivia sangat senang bisa membantu sahabatnya menemukan kebahagian.Bi Lesti mendengarkan percakapan mereka bertiga tentang pern
“Senyumnya sampai semanis itu. Pesan dari suamimu, ‘kan?” Junia menggoda temannya.Dia senang melihat hubungan antara sahabatnya dan Stefan semakin dekat. Dia berharap keduanya akan segera mengadakan resepsi pernikahan dan memintanya untuk menjadi braidsmaid.“Di kamar tamu belum ada ranjang. Dia baru dapat bonus, jadi dia mentransfer setengahnya ke aku dan menyuruhku untuk beli ranjang, lemari baju dan perlengkapan untuk ranjang lainnya. Bi Lesti, nanti setelah makan siang dan setelah Russel tidur siang, kita pergi belanja. Bibi pilih sendiri saja barang apa yang mau dipakai.”Bi Lesti berkata sambil tersenyum, “Aku orangnya terserah, nggak pilih-pilih. Asalkan ada tempat untuk tidur.”“Nggak boleh terserah. Harus yang bisa ditempati dengan nyaman. Majikanmu memberimu uang untuk membeli barang, jadi kita nggak perlu berhemat. Pilih yang terbaik.”Olivia berpikir, jika Bi Lesti melakukan pekerjaannya dengan baik, mereka jadinya akan bekerja sama untuk waktu yang lama dan hidup bersama