Amelia sangat senang ketika melihat Stefan turun dari mobil. Penantiannya tidak sia-sia, dia pun merasa kegigihannya telah membuat beberapa kemajuan. Lihat saja, Stefan yang selama ini hanya mengabaikannya, kini mau turun dari mobil untuk menemuinya. Tentu saja ini sudah ada kemajuan.“Stefan, aku ada siapkan sarapan untukmu.”Amelia segera menyerahkan sarapan penuh cinta yang dia bawa kepada Stefan. Pada saat yang sama, dia juga menyerahkan bunga kepada pria itu sambil tersenyum lebar, “Aku sendiri yang ambil bunga ini dari kebun bunga rumahku. Aku rapikan tangkai bunga lalu aku buat jadi buket bunga ini. Nih, buat kamu.”Stefan menatap Amelia dengan wajah tanpa ekspresi. Seorang perempuan memberi bunga kepada seorang pria. Sebenarnya apa yang Olivia ajarkan kepada Amelia untuk mengejarnya? Apakah dengan menganggap Stefan sebagai seorang perempuan?Stefan mengulurkan tangan kanannya, lalu mengambil buket bunga itu dulu. Kemudian, dia mengulurkan tangan kirinya untuk mengambil kotak be
Aksa sedari awal sudah menerima kabar mengenai adiknya. Dia pun tidak menyalahkan adiknya karena langsung menerobos masuk ke kantornya.“Kenapa lari terburu-buru begitu? Dikejar hantu?” tanya Aksa. Dia meletakkan pulpennya. Adiknya sudah datang, dia tidak bisa bekerja untuk saat ini.“Hari ini kamu nggak berjaga di Adhitama Group? Sudah berapa kali aku beri tahu kamu, Stefan nggak cocok untuk kamu. Dia juga nggak akan pernah jatuh cinta padamu. Tapi kamu nggak percaya, kamu nggak mau menyerah. Sekarang sudah terluka, kan?”Aksa berdiri dan berjalan mengitari meja kerjanya. Setelah adiknya mendekat, dia pun menatap wajah pucat adiknya dengan tidak tega, “Apa yang Stefan lakukan padamu?”Aksa tidak pernah setuju adiknya mengejar Stefan. Namun, dia juga tidak akan membiarkan Stefan menyakiti adiknya.“Kak.”Aska memegang lengan kakaknya dan bertanya dengan tergesa-gesa, “Kak Aksa, cepat beri tahu aku, Stefan masih lajang atau sudah menikah?”Aksa tertegun sejenak, lalu berkata, “Kenapa ka
“Kenapa kamu keras kepala banget, Mel?”“Aku memang orang yang keras kepala.”Aksa mulai merasa kesal, “Stefan nggak akan suka sama kamu. Keluarga Adhitama juga nggak suka sama kamu.” Aksa pun menjelaskan kepada adiknya, “Neneknya Stefan itu orang tua yang usil. Dari sembilan cucunya, kecuali dua bungsu yang masih belum waktunya menikah, tujuh cucu lainnya sudah boleh menikah. Neneknya menantikan cucu-cucunya menikah.”“Kamu sudah lama terang-terangan mengejar Stefan. Tapi apa yang dilakukan neneknya? Neneknya diam saja, seolah-olah nggak tahu kalau kamu lagi kejar Stefan. Kenapa? Karena dia nggak mau kamu jadi cucu menantunya.”“Dengan sifat neneknya itu, begitu tahu ada orang yang lagi kejar Stefan, dia pasti akan bantu desak cucunya. Bahkan dia mungkin saja lakukan hal yang lebih keterlaluan. Seperti dorong Stefan ke tempat tidurmu. Kalau terjadi sesuatu di antara kalian, nasi sudah menjadi bubur. Neneknya pun bisa punya cicit lebih awal.”“Begitu terjadi sesuatu di antara kalian, e
Aksa menatap wajah adiknya yang memucat. Dia tahu adiknya sangat sedih ketika mengucapkan kata-kata seperti itu.Aksa juga pernah jatuh cinta. Meski kehidupan rumah tangganya sekarang sangat bahagia, dia juga pernah mengalami yang namanya patah hati dan putus asa selama prosesnya. Aksa tahu cinta adalah sesuatu yang membahagiakan, cinta juga sesuatu yang paling menyakitkan.Akan tetapi, Aksa juga dapat melihat dengan jelas kalau Stefan tidak akan jatuh cinta pada Amelia. Kalau adiknya terus terjerat dalam masalah ini, Amelia tetap akan menjadi orang yang terluka pada akhirnya. Lebih baik biarkan adiknya menyerah sekarang.Aksa menghela napas dan berkata, “Amelia, bukan aku nggak mau bantu kamu selidiki Stefan. Coba kamu pikir, siapa tangan kanan Stefan? Reiki, Mel. Kamu tahu apa yang dilakukan keluarganya Reiki? Begitu aku selidiki Stefan, Stefan langsung tahu. Kamu kira dia akan biarkan aku selidiki dia? Lagi pula, aku sudah atur orangku untuk cari tante kita.”Amelia langsung terdiam
Namun, setelah ragu-ragu selama sepuluh menit, dia baru membuka pintu dan turun dari mobil. Kemudian, dia masuk ke toko bunga itu.“Selamat siang, mau beli bunga apa, Pak? Untuk pacarnya, ya?”Stefan melihat-lihat toko bunga itu, lalu bertanya pada pemilik toko, “Untuk istriku.”Pemilik toko itu tersenyum, “Hari ini hari ulang tahunnya atau ulang tahun pernikahan kalian?”“Dua-duanya bukan, aku hanya ingin kasih dia bunga.”“Kalau begitu, aku buatkan buket bunga mawar dan dihiasi dengan bunga baby’s breath. Bagaimana?” tanya pemilik toko.Stefan belum pernah memberikan bunga kepada perempuan. Dia merasa saran dari pemilik toko bagus juga, karena itu dia pun mengangguk, “Sesuai yang kamu bilang tadi saja.”“Oke, tunggu sebentar.”Pemilik toko bunga itu tahu kalau Stefan baru pertama kali memberikan bunga kepada istrinya.Setelah beberapa saat, pemilik toko bunga itu menyerahkan buket bunga kepada Stefan. Stefan langsung mengambil bunga itu. Setelah membayar, dia pun berjalan keluar dari
Stefan terlihat sangat sabar menghadapi Russel. Dia akan melakukan apa pun yang Russel suruh. Dia bahkan mengajari Russel beberapa permainan baru.Olivia spontan berpikir, kelak Stefan punya anak, dia pasti bisa menjadi ayah yang baik dan bertanggung jawab.“Ada apa?”Junia melihat Olivia menatap sesuatu sambil melamun, dia pun menghampiri Olivia dan mengikuti arah tatapan sahabatnya itu. Kemudian, dia menyadari kalau Olivia sedang menatap Stefan. Dia spontan tertawa dan menyenggol bahu Olivia, “Apakah kamu lagi merasa kalau suamimu sangat tampan?”“Nggak perlu aku rasa. Dia selalu menjadi pria yang sangat tampan.”“Sudah, cepat taklukkan dia. Kamu lihat saja sendiri, betapa baik dan sabarnya dia pada Russel. Jangan lihat dia biasanya sedingin es. Sebenarnya, di dalam hatinya dia sangat lembut. Dia pasti sangat suka dengan anak-anak. Kamu taklukkan dia, dengan begitu kamu bisa lahirkan satu anak yang mirip dia. Keren banget, sih.”Olivia tertawa dan berkata, “Kamu ngomongnya seperti ak
“Kakakku nggak bilang mau datang untuk makan. Agak jauh dari sini, dia bilang terlalu repot bolak-balik ke sini, nggak ada waktu untuk istirahat lagi. Lagi pula, di kantornya ada kantin, dia makan di kantor saja.”Stefan hanya menggumam pelan.“Nanti malam Kak Odelina pulang, kamu coba tanyakan padanya terbiasa nggak di sana, ada yang ganggu dia nggak. Aku bisa bicara dengan Pak Daniel. Kalau ada yang ganggu dia, aku akan minta Pak Daniel dukung dia.”Olivia menoleh untuk menatap Stefan lagi, “Pantas saja kakakku sayang banget sama kamu. Dia selalu beri tahu aku harus perlakukan kamu dengan baik.”Stefan langsung sedikit tersipu. Dia memang selalu berperilaku sangat baik di depan kakak iparnya.Karena keterbatasan waktu, Olivia hanya bisa menyiapkan makan siang yang sangat sederhana. Untung saja, Stefan tetap makan dengan lahap, tidak merasa risih sama sekali. Olivia berpikir, selain tidak makan jeroan, bawang merah, bawang putih dan daun ketumbar, sebenarnya sangat mudah untuk memberi
Stefan menatap Olivia sejenak. Pada akhirnya, dia langsung pergi tanpa berkata apa-apa. Olivia membuka mulut hendak memanggil pria itu, tapi tidak jadi. Stefan tidak ingin mengatakannya. Sekalipun Olivia membuka mulut Stefan lebar-lebar, pria itu tetap saja tidak akan mengatakannya.“Paling kesal sama orang yang mau ngomong tapi nggak jadi. Memangnya nggak bisa langsung katakan saja, ya?”Olivia langsung mengomel karena kesal dengan Stefan yang hanya tahu diam. Semua orang bisa merasa penasaran. Stefan yang ragu untuk bicara itu justru membangkitkan rasa penasarannya. Olivia terus bertanya-tanya apa yang ingin Stefan katakan padanya.Belum dua menit, pria yang ragu-ragu untuk bicara itu kembali lagi, kali ini dengan sebuket bunga di tangannya.Olivia menatap pria itu sambil tercengang, tidak berani percaya Stefan akan datang sambil membawa buket bunga. Olivia bahkan menggosok matanya dan melihat pria itu lagi. Pria di hadapannya saat ini memang asli suaminya.Apakah Stefan memberinya b
Raut wajah Liam langsung berubah masam dan seketika nafsu makannya juga hilang. Namun mengingat, jarak liburan musim panas nanti masih ada setengah tahun, nafsu makannya kembali membaik. “Olivia, biasanya Russel dikasih pelajaran apa? Liburan musim panas tahun depan kan mereka berdua main bareng lagi, gimana kalau kita suruh mereka belajar bareng juga. Kalau ada teman belajar, belajarnya pasti bisa lebih cepat masuk,” Yose mengusulkan. “Liburan musim panas nanti, mungkin aku nggak bisa datang, kecuali Liam yang datang ke rumahku,” kata Olivia. Di saat itu anak Olivia baru genap satu bulan. Anaknya masih sangat kecil sehingga tidak memungkinkan Olivia untuk melakukan perjalanan jauh. Jika Liam yang datang ke Mambera juga akan menjadi tanggung jawab yang berat. Olivia tidak berani menanggung itu. Andaikan Mulan mau membawakan Liam dan kedua anak kembarnya ke Mambera, itu akan lebih baik, karena bagaimanapun Mulan dan Yose adalah orang tuanya Liam. Di liburan musim panas nanti, kedua
“Ma, Om Stefan nggak mungkin secepat itu datang jemput aku dan Tante, ‘kan? Aku masih belum puas main di sini, aku masih mau main sebentar lagi.” Mendengar Russel bilang begitu, Liam juga ikut khawatir Russel akan segera pulang ke Mam bera, maka dia pun bergegas berbicara kepada Odelina, “Tante, jangan jemput Russel pulang dulu. Kasih Russel masih di sini beberapa hari lagi saja. Kami masih belum puas. Aku … aku nggak bakal berantem sama Russel, jadi tolong kasih Russel menginap di sini lebih lama, ya.” “Boleh, kalau begitu Tante kasih kasih Russel menginap di sana satu minggu lagi. Seharusnya nanti Stefan ada waktu kosong untuk jemput dia,” kata Odelina. Liam merasa satu minggu saja masih tidak cukup, jadi dia memberikan tawaran baru. “Tante, kalau sepuluh hari saja, boleh nggak?” “Sepuluh hari, ya …,” Odelina menghitung tanggal. “Kalau sepuluh hari, Tante sudah libur. Ya sudah, oleh. Kalau begitu Russel menginap di sana sepuluh hari lagi, tapi kalian berdua harus akur, ya. Jangan
Status keluarga Junaidi di Aldimo membuat mereka tidak bisa bertindak gegabah. Faktor lainnya adalah nantinya mereka tidak akan bisa lagi mendapat informasi apa pun tentang Liam dari Vila Ferda. Mereka menduga keluarga Junaidi mengirim anak itu ke suatu tempat, tetapi mereka tidak tahu tempat apa pastinya. “Nggak apa-apa. Libur musim panas tahun depan waktunya lebih panjang. Nante Tante bawa Russel main ke rumahmu, biar dia bisa menemani kamu selama liburan,” kata Odelina tersenyum. “Tante Odelina harus tepat janji, ya! Liburan musim panas nanti Russel harus temani aku main,” ujar Liam. Liam dan Russel pasti ada saja sesekali bertengkar, tetapi sebagian besar waktu lebih banyak mereka habiskan dengan bermain bersama. Ada banyak sekali anak-anak di Vila Ferda, tetapi Archie dan Audrey masih terlalu kecil untuk bermain bersama dengan Liam. Liam tentu saja berharap Russel yang datang untuk bermain bersama. “Pasti,” Odelina berjanji. Ketika liburan musim panas nanti, anaknya Olivia ju
“Oke!” jawab Russel dengan gembira. “Mama, aku makan sendiri, lho. Tante Olivia nggak suapin aku lagi. Aku makan juga nasinya sudah nggak berantakan di meja. Aku mau tanding sama Liam siapa yang bisa makan lebih cepat.” Lam langsung mendekat dan dengan santun menyapa Odelina. “Halo, Tante. Selamat pagi. Tante sudah makan, belum?” Odelina tersenyum. “Tante baru saja makan. Sekarang lagi perjalanan balik ke kantor. Kamu sama Russel makan yang banyak, ya, biar cepat tinggi.” “Kak Odelina, jangan suruh mereka berdua makan banyak. Mereka ini tukang makan, aku malah takut mereka makan kebanyakan dan malah jadi sakit perut mereka,” sahut Mulan. Odelina juga sadar anaknya, Russel, itu tukang makan. Namun apa mau dikata, semua orang yang menjaganya juga sama-sama suka makan. Karena mendapat pengaruh dari Olivia, reputasi Russel sebagai tukang makan justru malah makin terkenal. Sisi positifnya, paling tidak sekarang sudah tidak pilih-pilih makanan. Dulu Russel paling tidak suka makan sayur,
Selama ada Vandi di sisinya, mau dunia kiamat pun Felicia tidak akan merasa khawatir.Odelina selalu bilang kalau Vandi mencintai Felicia, dan Felicia juga memiliki perasaan kepada Vandi. Odeline sudah pernah mengingatkan Felicia agar tidak menyia-nyiakan Vandi, dan juga jangan mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal seperti hanya menginginkan anak tanpa suami agar tidak membuat Vandi bersedih.Tidak peduli bagaimana akhir dari persaingan antara Odelina dengan keluarga Gatara, dalam hubungan asmara, Odelina hanya ingin memberikan saran demi kebaikan Felicia sendiri. Felicia mengakui perasaannya, dia memang mencintai Vandi. Tak bisa dipungkiri, memang sangat mudah untuk mencintai pria yang luar biasa seperti Vandi.Melihat Felicia sudah tertidur, Vandi menghentikan mobil dan melepas jaketnya, lalu dia gunakan jaket itu untuk menutupi tubuh Felicia. Udara masih terasa dingin meski di dalam mobil sudah menggunakan penghangat. Felicia akan mudah masuk angin jika dia tertidur begitu saja.
Felicia menyapu pandangannya ke arah bawahan Dikta yang sudah tumbang di lantai. “Cukup awasi saja mereka, nggak perlu dibunuh.”“Baik, sudah kuperintahkan ke anak buahku,” jawab Vandi.Felicia mengiyakan, lalu dia langsung naik ke mobilnya Vandi. Dengan segera Vandi mengemudikan mobil itu kembali ke Cianter. Selagi di perjalanan, Vandi berkata, “Dari awal Bu Patricia sudah merencanakan ini. Dia sudah minta Dikta untuk menyiapkan seorang pengganti. Sekarang pengganti itu ada di rumah.”“Sudah kuduga Mama pasti bakal melakukan ini,” tutur Felicia seraya memijat lehernya.Karena itu Felicia juga sudah menyiapkan rencananya sendiri. Sewaktu ibunya mengajak dia jalan-jalan di halaman rumah, Felicia sudah menunggu ibunya beraksi, agar ibunya mengira kalau rencananya berjalan dengan lancar. Dengan begitu, Felicia bisa kembali ke Cianter tanpa ketahuan.“Mama sudah tua pun tenaganya masih kuat. Leherku sampai sekarang masih sakit.”“Bu Patricia pernah latihan bela diri. Usianya sudah tua pun
Ketiga putranya sudah memiliki anak, dan menantunya juga lebih mendengarkan Cakra untuk mengungsi ke kediaman keluarga Vikar selama tahun baru.Yang ingin Cakra lindungi adalah anak cucu yang mewarisi marganya, sedangkan yang ingin Patricia lindungi adalah Felicia yang masih menggunakan marga Gatara.Namun, bagaimanapun juga mereka tetaplah cucunya, maka dari itu Patricia tidak meminta para menantunya untuk membawa anak-anak mereka ke Cianter. Biarlah mereka melewati tahun baru yang damai di sana. Akan lebih baik jika mereka jauh dari perseteruan ini. Dalam hal ini, Cakra melakukan bagiannya dengan baik. Cakra menyadari kekejaman istrinya. Jika cucunya tidak segera pergi, dikhawatirkan mereka semua juga tidak akan bertahan hidup.Patricia mengerutkan bibirnya. Apa yang akan terjadi pada malam ini semua bergantung kepada takdir mereka semua. Andaikan, belum waktunya bagi mereka untuk mati, mungkin mereka bisa keluar dari rumah ini dengan selamat. Namun apabila mereka tidak berhasil mela
Sepasang ibu dan anak yang belum tidur semalaman itu sedang menikmati waktu sunyi berdua dengan berjalan santai di halaman rumah. Meski di luar udara sangat dingin, mereka berdua terlihat seperti tidak terpengaruh. Tidak ada pula dendam atau kebencian yang tersirat dari obrolan mereka. Mereka berdua mengobrol hal-hal biasa seperti tidak terjadi apa-apa. Di momen itu mereka hanyalah ibu dan anak biasa.Entah berapa lama kemudian, Patricia berkata, “Felicia, ayo duduk. Aku sudah tua, nggak bisa jalan terlalu jauh.”Patricia berkata sembari duduk di kursi panjang yang terbuat dari batu. Felicia pun ikut duduk di kursi itu bersama ibunya.“Langitnya sudah mau terang,” ucap Patricia mendongak ke angkasa. “Di musim dingin, malam lebih panjang dari siang. Kalau di musim panas, jam segini langit pasti sudah terang.”Dia menarik jaketnya dan bertanya, “Felicia, kamu kedinginan, nggak?”“Iya. Suhu udara di luar rumah lumayan dingin.”“Kamu pakai jaket terlalu tipis. Seharusnya kamu pakai jaket y
Meski perjamuan malam ini menyimpan bahaya yang tersembunyi, Cakra tetap akan menemani Patricia terjun ke dalam jurang.“Tapi acara malam ini pasti bakal jadi pertumpahan darah. Kalian harus ikuti terus Felicia, biar aku yang jagain kalian,” kata Cakra. “Mama kalian nggak bakal membiarkan anak putri satu-satunya celaka. Makanya dia pasti sudah menyiapkan jalan keluar untuk Felicia. Kalian awasi terus Felicia, dijamin kalian pasti selamat.”“Pa, itu kan cuma dugaan saja. Kita ini juga anak kandung Mama. Kalau ada bahaya, masa iya Mama bakal sengaja minta kita datang ke sini? Papa mikirnya jangan terlalu mengada-ada.Mendengar itu, Cakra langsung memelototi anak sulungnya. “Kamu ini selalu saja membantah. Kalau saja kalain menurut apa kataku, malam ini kita semua sudah ada di kampung halamanku. Aku juga nggak perlu khawatir. Sekarang dinasihati baik-baik malah melawan. Mama kamu itu benci aku dan nggak pernah mau lihat wajahku, tapi tiba-tiba aku dipanggil untuk menginap di sini. Kamu pi