Kemudian Ronny berkata, “Saya senang akan kejujuran seperti ini.”Dira mengangkat alisnya lalu berkata sambil tersenyum, “Kamu sangat percaya diri, ya.”Yohanna melirik Dira lalu kembali bertanya kepada Ronny, “Kapan kamu bisa mulai bekerja?”“Saya bisa mulai bekerja kapan saja.”Yohanna tersenyum lalu berkata, “Kalau begitu, kamu resmi menjadi koki pribadi rumah ini mulai besok. Pak Jaka sudah menyiapkan kamar untukmu. Gajimu juga akan mulai dihitung besok. Masa percobaan selama satu bulan dan kamu akan menerima gaji harian. Kami tidak akan membiarkanmu bekerja tanpa dibayar di sini.”Semua koki yang datang ke sini juga merasakan hal yang sama. Mereka akan dibayar harian. “Pak Jaka sudah menyiapkan kamar sejak kemarin. Saya tidak ada masalah dengan perhitungan gaji. Saya datang ke sini karena tantangan, jadi gaji bukanlah prioritas bagi saya saat ini.”Ronny memang tidak kekurangan uang. Sekarang, apa yang dibutuhkannya adalah seorang istri.“Baik, kamu bisa kembali ke kamarmu dan be
Kemudian Yohanna berkata, “Aku yakin, Om dan Tante pasti setuju kalau kamu bersamanya dengan kariernya yang cukup baik itu. Tapi, mungkin mereka enggan menikahkanmu dengannya karena dia berasal dari Mambera yang cukup jauh dari sini.”“Kak! Aku kan sudah bilang kalau aku nggak tertarik sama dia! Aku justru merasa kalau dia sangat cocok sangat Kakak. Kita itu 7 bersaudara dan Kakak adalah yang tertua. Aku nggak akan mungkin melangkahi Kakak dan menikah lebih dulu,” balas Dira penuh emosi. Entah mengapa, Dira merasa kalau Ronny menatap Yohanna dengan penuh arti. Tatapannya kepada Yohanna tampak berbeda dengan pandangannya kepada orang lain. Lagi pula, Ronny melamar sebagai koki di keluarga mereka karena Yohanna. Semua tamu Ronny pastinya akan puas dengan masakannya selama Yohanna juga menyukainya. Semua itu karena mulut Yohanna yang sangat suka pilih-pilih makanan. Dira juga berpikir kalau tidak banyak orang yang memiliki mulut seperti Yohanna. Yohanna langsung mencubit pipi Dira lalu
Yohanna memperhatikan Dira yang langsung terdiam lalu berkata, “Oke, nggak apa-apa kalau kamu memang belum tertarik padanya. Kita lihat saja nanti bagaimana kelanjutannya, ya.”“Mulai sekarang, kamu bisa makan di rumahku setiap hari agar kamu bisa menghabiskan lebih banyak waktu dengannya dan mengenalnya dengan lebih baik. Bagus kalau memang dia tulus padamu. Aku yakin, Om dan Tante pasti akan setuju kalau kamu bersamanya, sekalipun dia cukup jauh di Mambera.” Dira hanya bisa terdiam mendengar ocehan Yohanna yang kembali berkata, “Atau mungkin dia bisa mengembangkan bisnisnya dan membeli rumah di sini.”Dira tidak akan berani datang untuk makan di rumah utama kalau Yohanna terus berkata seperti ini. Dia tidak ingin kakaknya salah paham dan terus mengatakan kalau Dira menyukai Ronny. Di sisi lain, Ronny tidak tahu kalau calon istrinya salah paham sampai menduga kalau Dira menyukai Ronny. Ronny mengikuti Pak Jaka ke kamar yang sudah disiapkan untuknya. Pak Jaka tersenyum lalu memberik
“Aku akan menyesuaikan masakanku sesuai dengan saran Bu Yohana. Dengan begitu, aku yakin bisa meningkatkan kemampuan memasakku. Aku juga bisa keluar dengan tenang dari pekerjaan di rumah ini setelah Bu Yohana merasa puas dengan masakanku.”Pak Jaka tersenyum lalu berkata, “Kalau begitu, sepertinya sulit untukmu keluar.”Sebenarnya, Ronny ingin mengatakan kalau dia akan dengan senang hati memasak untuk Yohana selama sisa hidupnya. Namun, Ronny tidak mengatakannya. Karena dia tidak ingin Pak Jaka salah paham padanya, sekalipun salah satu tujuannya datang ke rumah ini adalah untuk menaklukkan hati Yohana. Yohana berhasil memimpin perusahaan keluarga Pangestu yang menandakan kalau gadis itu adalah sosok yang cerdas dan cakap. Jadi, bukanlah hal yang mudah untuk menaklukkan perempuan seperti itu. Ronny mungkin tidak tahu kalau Ricky juga sangat sulit untuk menaklukkan hati Rika. Dia baru bisa menaklukkan hati Rika dengan jalan pintas yang dibantu oleh calon adik iparnya. Ronny bergegas b
Di sisi lain, Samuel masih menjaga Katarina di kamar hotel. Dia langsung mengirimkan pesan secara pribadi kepada Ronny setelah menerima pesan dari Ronny. “Kamu bepergian sejauh itu hanya untuk jadi koki?” tanya Samuel melalui pesan singkat. Ronny yang sedang duduk di atas sofa dengan cepat membalas pesan Samuel dengan berkata, “Memangnya kenapa? Pekerjaan di sini sangatlah menantang. Aku juga cuma coba-coba, tapi ternyata aku malah diterima. Bisa dibilang, aku baru saja melewati lima level dan enam jenderal.”“Gayamu seperti baru menang pemilihan presiden saja.”“Berapa lama kamu tinggal di sana? Sebentar lagi tahun baru, loh. Apa kamu pulang saat tahun baru?”“Aku mungkin nggak pulang saat tahun baru, kecuali kalau bosku memecatku.”“Kayaknya lebih tepat kalau kamu yang memecat bosmu dengan kemampuan memasakmu itu.”“Aku masih nggak mengerti dengan keputusanmu. Kamu sudah punya bisnismu sendiri, tapi kamu lebih memilih untuk pergi ribuan kilometer hanya untuk memasak di rumah orang
Samuel segera memegangnya dan bertanya dengan bingung, "Kamu kenapa lagi?" "Aku... mau ke...." Katarina memejamkan matanya, bahkan dia tidak lancar untuk berbicara. "Kamu mau ke toilet?" Samuel memasang wajah masam. Saat ini, perempuan itu bahkan untuk berjalan saja sudah sempoyongan. Membiarkannya pergi sendiri ke toilet, dia khawatir Katarina akan terjatuh. Namun, kalau harus menemaninya ke toilet, itu juga tidak pantas. Dia ini laki-laki! Katarina mengangguk dan mencoba berjalan lagi. Samuel menuntunnya sambil berkata, "Kamu yakin bisa sendiri?" Katarina tidak menjawab. Dia benar-benar mabuk berat, bahkan tidak menyadari siapa yang ada di dekatnya. Melihat keadaannya seperti itu, Samuel terpaksa membawanya ke toilet sambil bergumam tidak jelas. Setelah membantu masuk, dia langsung keluar dan membiarkannya menyelesaikan sendiri. Namun, sepuluh menit berlalu, Katarina belum juga keluar. Lelaki itu mengetuk pintu dan tidak ada respons. Dia membuka sedikit pintu untuk me
“Ini hotel, tentu saja bukan kamar tempatmu tidur tadi malam. Setelah kamu mabuk, aku mengantarmu kembali ke kamar. Tapi belum lama berbaring, kamu muntah. Muntahannya berceceran di lantai, bahkan kasur juga jadi kotor. Aku terpaksa memindahkanmu,” kata Samuel.Setelah itu, dia duduk kembali dan menambahkan, “Kamu benar-benar sulit diurus kalau mabuk. Lain kali, lebih baik kamu minum lebih sedikit.” Katarina menjawab, “Aku sama sekali nggak ingat. Yang kuingat hanyalah minum banyak sekali bersamamu. Anggurnya memang enak sekali. Nanti kalau aku kembali ke Kota Harsa, kirimkan aku satu kotak. Saat perasaanku sedang buruk di rumah, aku bisa minum dua gelas sendiri.”“Kamu kekurangan anggur, ya?” Samuel sama sekali tidak percaya bahwa perempuan itu kekurangan anggur. Dia yakin rumahnya pasti penuh dengan anggur berkualitas. “Aku memang nggak kekurangan anggur, tapi aku sangat kekurangan anggur pemberianmu.” Samuel hanya bisa berkata, “Baiklah, nanti waktu kamu meninggalkan Mambera, aku
Setelah sarapan bersama, keduanya meninggalkan kamar masing-masing. Para pelayan akan membersihkan dan merapikan kamar tersebut agar tetap terjaga seperti semula untuk kunjungan Stefan berikutnyaKatarina kembali ke kamarnya untuk melanjutkan tidurnya. Sementara itu, Samuel menelepon neneknya. Ketika panggilannya tersambung, dia bertanya, “Nenek, Nenek di mana?” “Aku di vila, kenapa? Kangen sama Nenek? Kalau kangen, pulanglah dan temani Nenek makan,” jawab neneknya dengan nada ceria. Samuel tersenyum dan bertanya, “Nenek, pagi-pagi begini sedang apa?” “Aku sedang memanggang ikan, wanginya harum sekali!” “Pagi-pagi begini memanggang ikan?” Nenek tertawa dan membalas, “Apa salahnya memanggang ikan pagi-pagi? Sekarang sudah hampir jam sembilan, matahari sudah tinggi, nggak terlalu pagi, bukan?” “Cuaca hari ini juga hangat, jadi nenek pergi memancing bersama teman-teman lama. Ikan yang kami tangkap langsung dipanggang, rasanya seperti piknik di alam bebas. Seru sekali!” Samue
“Kami nggak pilih kasih. Russel satu-satunya cucu keluarga Pamungkas. Kami juga sangat sayang Russel. Dulu, dulu ... karena kami yang asuh Aiden, jadi lebih dekat dengan Aiden. Otomatis juga jadi pilih kasih, lebih sayang Aiden. Sekarang nggak akan seperti itu lagi,” janji Rita.Rita tahu kalau Roni kesal terhadap mereka. Dia juga menyadari kalau ini salah mereka, karena mereka selalu lebih mengutamakan Shella.Terutama karena terakhir kali, ketika Shella mengajak mertuanya makan di restoran. Shella ingin menipu Olivia dan membuatnya bayar tagihan, tapi tentu saja dia gagal. Tidak disangka, Shella malah menelepon Rita dan minta Rita yang bayar. Rita tidak tahu Shella sedang menipunya, dia pun mentransfer uang ke rekening Shella.Russel yang mengungkapkan hal itu. Saat Roni tahu, dia marah besar kepada mereka, bilang kalau mereka lebih sayang Shella. Kalau begitu, mereka pindah saja ke rumah Shella. Roni tidak akan memberikan biaya hidup kepada mereka lagi.Sekarang Roni menjadi sopir t
Seumur hidupnya, Roni hanya memiliki satu anak, yaitu Russel. Baginya, yang penting Russel masih mau mengakuinya sebagai ayah. Meskipun tidak dekat, setidaknya anaknya tidak menjauh. Itu sudah termasuk penghiburan bagi Roni.Setelah mengakhiri panggilan telepon, Russel mengembalikan ponsel ke Olivia dan berkata, “Papa mau jemput aku dan suruh aku menginap di rumahnya selama beberapa hari. Aku bilang nggak mau. Besok kita mau pergi cari Liam. Aku nggak mau ke sana dan main sama Kak Aiden. Kak Aiden selalu ganggu aku. Tapi sekarang aku sudah nggak takut dengan Kak Aiden lagi. Aku sudah belajar ilmu bela diri.”Meskipun Russel tidak memiliki banyak bakat dalam seni bela diri, setelah menjalani latihan dalam waktu lama, tubuhnya menjadi lebih kuat dan bertenaga. Pelatih bilang kalau dia terus berlatih, Russel akan memiliki kemampuan untuk melindungi dirinya sendiri. Russel tidak serakah. Dia hanya ingin memiliki kemampuan seperti Olivia.“Iya, kalau kamu nggak mau pulang ke sana ya nggak u
“Angkat saja.”Pada akhirnya Russel mengangkat telepon dari ayahnya. Olivia menyerahkan ponselnya kepada Russel dan menyuruhnya mengangkat telepon. Selama bisa tidak bicara dengan Roni, Olivia tidak akan bicara dengan pria itu.“Papa,” panggil Russel.Roni menjawab dan bertanya sambil tertawa pelan, “Russel belum tidur?”“Ini sudah mau tidur. Tiba-tiba Papa telepon. Papa sudah pulang kerja? Ribut sekali di sana.”“Papa belum pulang kerja. Tapi kalau Papa mau pulang kerja juga nggak apa-apa. Tantemu ada di sana, nggak?” tanya Roni.“Ada. Papa cari Tante?”“Russel, kamu mau ke sini selama beberapa hari, nggak? Kamu lagi libur, kan. Bagaimana kalau kamu ke sini? Kakek dan nenekmu kangen sama kamu.”Roni menelepon untuk berdiskusi dengan Olivia. Dia ingin menjemput Russel ke rumahnya dan tinggal di sana selama beberapa hari. Toh, anak sekolah sedang libur. Apalagi orang tuanya juga rindu dengan cucu mereka.Shella mengantar Aiden ke sana. Kalau hanya ada Aiden, rasanya terlalu bosan. Jadi
Ingatan anak sebelum usia tiga tahun biasanya akan hilang seiring bertambahnya usia. Namun, kejadian itu meninggalkan luka yang terlalu dalam bagi Russel, sehingga dia tidak dapat melupakannya.Setelah kejadian itu, Russel mengalami mimpi buruk untuk waktu yang lama. Dia juga selalu ingat adegan di mana ibunya terluka dan berlumuran darah ketika menyelamatkannya.“Aku hanya percaya Mama, Tante, Om Stefan, Om Daniel dan yang lainnya.” Russel berkata dengan serius, “Aku nggak berani percaya papaku dan yang lainnya.”Russel mengerti segalanya. Olivia mengelus wajah mungil keponakannya dan menatapnya dengan lembut.“Kamu segalanya bagi mamamu. Apa pun yang terjadi, Tante nggak akan biarkan kalian terpisah. Russel, mamamu sudah melewati banyak masa-masa sulit. Setelah dewasa, kamu harus berbakti pada mamamu.”“Pasti, Tante. Kalau aku sudah besar, aku akan cari banyak uang untuk beli rumah besar dan mobil baru untuk Mama. Biar Mama nggak perlu capek-capek kerja lagi. Aku juga akan belikan ru
Pukul sembilan malam, Kota Mambera.Setelah melakukan panggilan video dengan kakaknya, Olivia berkata kepada Russel, “Kamu sudah selesai kemas barangmu, belum? Jangan lupa bawa hadiah untuk Liam.”“Sudah. Aku hanya bawa beberapa mainan dan hadiah untuk Liam,” jawab Russel. “Biar aku yang ketinggalan, hadiah untuk Liam juga nggak akan ketinggalan.”Olivia tertawa pelan. “Kalau kamu ketinggalan, siapa yang kasihkan hadiah untuk Liam?”Russel tersipu malu. Olivia menggendongnya, lalu mendudukkannya di tempat tidur. “Om Stefan lagi ke luar kota. Malam ini kamu tidur sama Tante. Besok pagi habis sarapan, kita langsung pergi ke rumah Om Yose. Suruh kamu pergi bareng kakek-kakek itu, kamu nggak mau. Padahal mereka suka banget sama kamu. Mereka akan jaga kamu dengan baik.”Russel baring di tempat tidur, tapi dia menyandarkan kepalanya di paha Olivia dan berkata, “Mereka sangat suka sama aku. Tapi aku nggak terlalu kenal mereka. Tante dan Mama sering bilang jangan mau pergi dengan orang lain se
Kepala pelayan hanya bisa menghela napas dalam hati. Bahkan Cakra saja tidak memiliki kebebasan seperti ini, padahal dia adalah suami dari Patricia. Namun, perempuan itu lebih memercayai Dikta. Dia adalah asisten setia yang telah menemani Patricia sepanjang hidupnya. Sementara itu, sejak skandal perselingkuhannya, Cakra sudah tidak memiliki posisi apa pun di hati Patricia. Jika bukan karena mereka memiliki anak, demi mempertimbangkan masa depan anak dan cucunya, mungkin mereka sudah lama bercerai. Setelah naik ke lantai atas, Dikta langsung menuju ruang kerja. Dia mengetuk pintu beberapa kali. Setelah mendapatkan izin dari Patricia, barulah lelaki itu masuk. Di dalam, Patricia sedang berlatih kaligrafi. Dikta berjalan mendekat dan mengamati tulisan yang dibuatnya. "Bagaimana menurutmu?" Patricia bertanya. "Tulisan tanganku ini." "Hati Bu Patricia sedang gelisah. Tulisan tangan pun ikut gelisah. Lebih baik berhenti saja, jangan buang-buang tinta dan kertas." Dikta adalah satu-sa
"Kapan Pak Stefan datang?" Felicia bertanya. "Baru saja tiba. Setelah mendengar bahwa kamu dirawat di rumah sakit, dia ikut bersama kami untuk menjengukmu." Stefan berbohong kepada istrinya, mengatakan bahwa dia harus pergi dalam perjalanan bisnis, padahal dia sebenarnya datang ke Cianter. Dia ingin melihat situasi di Cianter dan berdiskusi dengan kakak iparnya sebelum kembali ke Mambera. Lelaki itu hanya memiliki waktu dua hingga tiga hari di sini, tidak bisa tinggal terlalu lama, agar Olivia tidak mengetahuinya. Felicia tersenyum dan berkata, "Pak Stefan benar-benar perhatian." Secara teknis, meskipun Felicia lebih muda beberapa tahun dari Stefan, dia adalah seniornya, karena dia adalah bibi nenek dari Olivia. Seharusnya, Stefan memanggilnya "Bibi Nenek". Seorang junior menjenguk seniornya sebagai bentuk hormat dan perhatian adalah hal yang wajar. Meskipun semua orang tahu alasan sebenarnya di balik kunjungan ini. Jika bukan karena Felicia memberi tahu Odelina sebelumnya, orang
Vandi khawatir Felicia akan merasa pusing saat baru bangun, jadi dia membantunya berdiri dengan hati-hati. Felicia duduk di sofa dan melihat hidangan yang tersaji penuh di meja. Dia berkata, "Hanya kita berdua yang makan, kita nggak akan bisa menghabiskan sebanyak ini. Nggak perlu memasak terlalu banyak." "Nggak banyak, porsinya hanya untuk dua orang." Vandi mengambil semangkuk sup dan meletakkannya di depan Felicia, kemudian menyuruhnya minum sup terlebih dahulu. "Kamu juga makan." "Iya." Vandi tidak menolak. Dia sudah menyiapkan makanan ini sebelumnya dan membawanya dengan termos makanan. Dia sendiri belum makan. Dia suka makan bersama Felicia. Gadis itu memiliki nafsu makan yang baik, tidak seperti para putri konglomerat lainnya yang makan lebih sedikit daripada kucing hanya demi menjaga bentuk tubuh. Felicia selalu makan sesuai selera dan kebutuhannya, tidak pernah menelantarkan perutnya sendiri. Ponsel Felicia berbunyi di dalam kamar rawatnya. "Aku ambilkan untukmu." Van
Menjadi seorang aktris, tidak ada yang tidak berharap suatu hari nanti bisa menjadi pemeran utama berkat kecantikan dan aktingnya. Sayangnya, semua wanita yang mencoba peruntungan memiliki wajah yang cantik. Dengan penampilannya, dia hanya bisa dikatakan lumayan, bukan seorang calon bintang sejati. Menjadi pengganti Giselle sudah memberinya bayaran yang cukup tinggi. Jika mendapat tamparan, masih ada kompensasi tambahan. Jauh lebih menguntungkan daripada menjadi figuran. "Mudah sekali mendapatkan uang ini. Kalau lain kali kamu mau mencari masalah dengan kakakmu lagi, aku bisa sengaja membuatnya marah dan membiarkan dia menamparku beberapa kali lagi, jadi aku bisa mendapatkan lebih banyak uang." Giselle tertawa sinis, "Hanya beberapa juta saja, apakah itu sepadan?" "Bu Giselle, Anda berasal dari keluarga kaya, tumbuh dalam kemewahan, sejak kecil nggak pernah kekurangan apa pun, dan memiliki uang yang nggak akan habis digunakan. Anda nggak akan pernah memahami kesulitan orang biasa s