Ini adalah pertama kalinya Katarina mendengar seorang Nenek yang mencarikan jodoh untuk cucu-cucunya. Apa hal seperti itu masih lumrah dilakukan di jaman modern ini? Bukankah semua orang memiliki kebebasan dalam memilih cinta mereka masing-masing? Namun nyatanya, masih ada saja para tetua yang mengendalikan pernikahan keturunan mereka. Katarina tiba-tiba menarik kembali pemikirannya karena teringat akan keluarganya. Ada banyak pernikahan yang dilakukan oleh keluarga kaya raya dengan alasan aliansi dan kebanyakan di antaranya diatur langsung oleh tetua keluarga mereka. Mereka tidak bisa memilih pasangan dengan bebas. Karena keluarga mereka lebih mengutamakan keuntungan yang akan didapatkan oleh kedua keluarga jika menikahkan anggota keluarga mereka satu sama lain. “Kenapa nenekmu memilihku? Aku saja belum pernah bertemu dengannya,” ujar Katarina bingung. Katarina merasa tidak pernah bertemu dengan Nenek dari Samuel. Mungkin saja, mereka pernah bertemu, tapi Katarina sama sekali tidak
Samuel hanya bisa terdiam. “Kenapa kamu diam? Kamu tidak berani memberitahuku namanya, ya?” tanya Katarina sambil mengerutkan alisnya. “Tenang saja, aku akan bersaing secara sehat. Aku tidak akan menggunakan cara kotor untuk menyakitinya. Ini adalah pertama kalinya aku suka sama laki-laki, makanya aku akan memperjuangkannya. Aku mungkin akan menyerah pada lawanku kalau saja kamu adalah laki-laki kedua yang kusukai.”Katarina bukan hanya tertarik dengan Samuel, tapi juga dengan keluarga Adhitama. Keluarga Adhitama terkenal memiliki tradisi yang sangat baik. Para tetua di keluarga itu memiliki pikiran yang terbuka dan akan selalu mendukung apa pun yang dilakukan oleh para junior mereka. Mereka juga tidak akan menahan para junior mereka, sekalipun mereka tidak setuju dengan keputusan para junior mereka. Mereka sangat berbeda dengan tetua keluarga lainnya di luar sana. Selain itu, Katarina juga mendengar kalau laki-laki keluarga Adhitama sangat menyayangi dan setia kepada pasangan merek
Cuaca di Mambera pada bulan Oktober masih sangat panas. Orang-orang hanya bisa merasakan sedikit kesejukan di pagi dan malam hari.Olivia Hermanus bangun pagi-pagi sekali, membuatkan sarapan untuk satu keluarga kakaknya yang beranggotakan tiga orang, lalu mengambil Kartu Keluarga dan pergi diam-diam.“Mulai sekarang, semua biaya patungan. Mau itu biaya hidup, cicilan KPR, cicilan mobil, semuanya patungan! Adikmu tinggal di rumah kita. Minta dia bayar setengah. Apa gunanya memberi kita 4 juta sebulan? Apa bedanya itu dengan makan dan tidur gratis?”Inilah kata-kata yang Olivia dengar keluar dari mulut kakak iparnya ketika kakaknya dan kakak iparnya bertengkar tadi malam.Dia harus keluar dari rumah kakaknya.Namun, kalau dia tidak ingin membuat kakaknya mengkhawatirkannya, hanya ada satu jalan, yaitu menikah.Dia ingin menikah dalam waktu singkat, tapi dia bahkan tidak punya pacar. Jadi, dia memutuskan untuk menyetujui permintaan Nenek Sarah, wanita tua yang pernah dia tolong sebelumnya
“Aku sudah menyetujuinya, jadi aku nggak akan menarik balik kata-kataku.”Olivia juga sudah memikirkannya selama beberapa hari sebelum mengambil keputusan ini. Jadi, dia tidak akan mundur.Mendengar perkataan Olivia, Stefan juga tidak berusaha membujuknya lagi. Pria itu mengeluarkan kartu identitasnya dan meletakkannya di depan staf Kantor Urusan Agama.Olivia juga melakukan hal yang sama.Keduanya dengan cepat menyelesaikan proses pembuatan buku nikah, yang memakan waktu kurang dari sepuluh menit.Setelah menerima buku nikah dari staf, Stefan mengeluarkan satu set kunci yang telah dia siapkan sebelumnya dari saku celananya. Dia kemudian menyerahkannya kepada Olivia dan berkata, “Rumah yang aku beli ada di Lotus Residence. Kata Nenek, kamu membuka sebuah toko buku di depan SMP Negeri Kota Mambera. Rumahku nggak jauh dari sana. Kalau naik bus, kamu bisa sampai ke sana dalam sepuluh menit.”“Kamu punya SIM, nggak? Kalau punya, beli satu mobil saja. Aku bisa membantumu membayar DP, lalu k
“Nek, tentu.” Olivia menanggapi dengan santai.Meski Nenek Sarah memperlakukannya dengan sangat baik, Stefan adalah cucunya sendiri, sedangkan dirinya hanya seorang cucu menantu. Kalau mereka bertengkah, memangnya keluarga Adhitama akan memihak padanya?Olivia tidak percaya.Sama seperti mertua kakaknya.Sebelum menikah, mereka begitu baik kepada kakaknya. Saking baiknya, putri kandung mereka sampai cemburu.Setelah menikah, mertua kakaknya berubah. Setiap kali kakaknya dan suaminya bertengkar, ibu mertua kakaknya pasti akan bilang bahwa kakaknya bukan istri yang baik.Jadi, anak adalah keluarga sendiri, sedangkan menantu adalah orang luar.“Kamu mau pergi kerja, ‘kan? Kalau begitu Nenek nggak ganggu lagi, deh. Nenek akan menyuruh Stefan untuk menjemputmu dan makan malam bersamamu nanti.”“Nek, tokoku tutupnya malam. Aku mungkin nggak bisa pulang untuk makan. Gimana kalau di akhir pekan?”Sekolah libur di akhir pekan. Bagi toko buku seperti miliknya yang bergantung pada murid sekolah u
“Kak, Kakak sendiri yang bilang, itu properti yang dimilikinya sebelum menikah. Aku nggak membayar sepeser pun. Nggak masuk akal dong kalau memintanya menambahkan namaku di dalam sertifikat rumah. Hal ini nggak usah dibahas lagi.”Begitu mereka selesai mengurus buku nikah, Stefan langsung memberi Olivia kunci rumahnya. Olivia bisa langsung pindah dan tinggal di sana. Ini sudah membantunya dalam masalah tempat tinggal. Sudah sangat bagus.Dia tidak akan meminta Stefan untuk menambahkan namanya ke sertifikat rumah. Namun, kalau Stefan yang berinisiatif sendiri untuk menambahkan namanya, dia tidak akan menolak, karena mereka adalah suami istri, dan mereka akan hidup bersama seumur hidup.Odelina sebenarnya juga hanya bilang saja. Dia tahu adiknya orangnya mandiri dan tidak rakus akan uang. Jadi, dia juga tidak mempermasalahkan hal ini lebih lanjut.Setelah diinterogasi dengan banyak pertanyaan, Olivia akhirnya bisa keluar dari rumah kakaknya.Kakaknya ingin mengantarnya ke Lotus Residence
Stefan berkata dengan acuh tak acuh, “Lanjutkan rapatnya.”Orang yang duduk paling dekat dengannya adalah adik sepupunya, yaitu cucu kedua dari keluarga Adhitama yang bernama Calvin Adhitama.Calvin mencondongkan badan dan bertanya dengan suara rendah, “Bro, aku mendengar apa yang Nenek katakan padamu. Apa kamu benar-benar sudah menikahi wanita bernama Olivia itu?”Stefan memberinya tatapan tajam.Calvin menyentuh hidungnya, duduk tegak, dan tidak berani bertanya lagi.Namun, dia sangat simpati pada kakak sepupunya ini.Meskipun cucu-cucu dari keluarga Adhitama tidak perlu menikah dengan keluarga kaya lain untuk memperkuat pengaruh mereka, istri kakak sepupunya ini tidak berasal dari latar belakang yang sama dengan mereka. Itu semua hanya karena nenek mereka menyukai wanita bernama Olivia itu, lalu menyuruh Kak Stefan untuk menikahi wanita itu. Kak Stefan benar-benar kasihan.Calvin lagi-lagi menatap kakak sepupunya itu dengan prihatin.Untungnya, dia bukan cucu pertama. Kalau tidak, d
Olivia tersenyum dan berkata, “Kakak sepupumu kan sudah punya pacar. Masa aku memintanya untuk menikahiku? Lagi pula, aku sudah menikah dengan pria itu, sudah terlambat untuk menyesalinya! Tapi, kamu harus merahasiakan hal ini, ya. Jangan sampai kakakku tahu yang sebenarnya. Kalau nggak, dia akan sedih.”Junia, “....”Temannya satu ini benar-benar berani.“Tokoh utama wanita di novel-novel biasanya menikah dengan miliarder. Oliv, apa suamimu itu juga miliarder?”Olivia memukul temannya itu dengan pelan dan berkata sambil tersenyum, “Kamu pasti sudah membaca semua novel di toko kita ini, ‘kan? Kamu berkhayal, ya? Mana bisa sembarangan menikah dengan miliarder. Kamu pikir di dunia ini ada banyak miliarder?”Junia menyentuh bagian tubuhnya yang dipukul pelan oleh Olivia. Dia pikir, perkataan temannya itu juga benar. Dia pun menghela napas pelan dan bertanya lagi, “Rumah suamimu di mana?”“Lotus Residence.”“Kalau begitu, lumayan. Lingkungannya bagus, jalur transportasinya juga oke, dan ng
Samuel hanya bisa terdiam. “Kenapa kamu diam? Kamu tidak berani memberitahuku namanya, ya?” tanya Katarina sambil mengerutkan alisnya. “Tenang saja, aku akan bersaing secara sehat. Aku tidak akan menggunakan cara kotor untuk menyakitinya. Ini adalah pertama kalinya aku suka sama laki-laki, makanya aku akan memperjuangkannya. Aku mungkin akan menyerah pada lawanku kalau saja kamu adalah laki-laki kedua yang kusukai.”Katarina bukan hanya tertarik dengan Samuel, tapi juga dengan keluarga Adhitama. Keluarga Adhitama terkenal memiliki tradisi yang sangat baik. Para tetua di keluarga itu memiliki pikiran yang terbuka dan akan selalu mendukung apa pun yang dilakukan oleh para junior mereka. Mereka juga tidak akan menahan para junior mereka, sekalipun mereka tidak setuju dengan keputusan para junior mereka. Mereka sangat berbeda dengan tetua keluarga lainnya di luar sana. Selain itu, Katarina juga mendengar kalau laki-laki keluarga Adhitama sangat menyayangi dan setia kepada pasangan merek
Ini adalah pertama kalinya Katarina mendengar seorang Nenek yang mencarikan jodoh untuk cucu-cucunya. Apa hal seperti itu masih lumrah dilakukan di jaman modern ini? Bukankah semua orang memiliki kebebasan dalam memilih cinta mereka masing-masing? Namun nyatanya, masih ada saja para tetua yang mengendalikan pernikahan keturunan mereka. Katarina tiba-tiba menarik kembali pemikirannya karena teringat akan keluarganya. Ada banyak pernikahan yang dilakukan oleh keluarga kaya raya dengan alasan aliansi dan kebanyakan di antaranya diatur langsung oleh tetua keluarga mereka. Mereka tidak bisa memilih pasangan dengan bebas. Karena keluarga mereka lebih mengutamakan keuntungan yang akan didapatkan oleh kedua keluarga jika menikahkan anggota keluarga mereka satu sama lain. “Kenapa nenekmu memilihku? Aku saja belum pernah bertemu dengannya,” ujar Katarina bingung. Katarina merasa tidak pernah bertemu dengan Nenek dari Samuel. Mungkin saja, mereka pernah bertemu, tapi Katarina sama sekali tidak
Terlambat bagi Samuel untuk melarikan diri. Dia hanya bisa duduk tenang di tempatnya sambil menatap Katarina. Tatapan itu tampak sangat dalam dan gelap sampai Katarina tidak bisa menebak apa yang sedang dipikirkan oleh Samuel. Katarina membungkuk lalu mendekati Samuel sampai berada di hadapan laki-laki itu. Jarak di antara mereka berdua saat ini sangatlah dekat sampai Samuel bisa mencium aroma tubuh Katarina. Entah parfum apa yang digunakan Katarina, tapi aromanya cukup enak bagi Samuel.“Samuel,” panggil Katarina dengan suara lembut. “Katakan saja, aku akan mendengarkanmu,” balas Samuel.“Aku hanya mau menanyakan satu hal padamu. Sebenarnya, kamu anggap apa aku ini? Apa kamu sedang mengejarku, makanya kamu bersikap sangat baik padaku? Tapi, kenapa kamu justru mengacuhkanku?”Samuel mengerutkan bibirnya sambil menatap Katarina dalam lalu berkata, “Pertanyaanmu itu bukan cuma satu.”Dia sempat terdiam sejenak lalu kembali berkata, “Aku juga nggak tahu, aku menganggapmu apa. Apa kamu m
“Kak Olivia, kenapa kamu cepat sekali kenyang?”Olivia tersenyum dan berkata, "Aku dan suamiku memang terbiasa makan dengan cepat. Biasanya kami sibuk bekerja, jadi makan pun selalu berlomba dengan waktu. Akhirnya, kami terbiasa dengan ritme ini." Katarina tersenyum mengerti. Olivia menggandeng Russel, memberikan isyarat kepada suaminya untuk mengikutinya. Mereka bertiga kamartersebut. Sebelum pergi, mereka bahkan menutup pintu dengan hati-hati, memberi perhatian khusus kepada dua orang yang tertinggal di dalam kamar. Stefan juga memberikan instruksi kepada para pengawalnya, "Kalian boleh pergi makan dulu. Nggak perlu berjaga di sini." Samuel dan Katarina paham betul bahwa Olivia sengaja menciptakan kesempatan agar mereka bisa berbicara berdua. Ketika hanya tinggal mereka berdua di dalam ruangan, Katarina mengangkat gelas anggurnya dengan elegan, menikmati rasa anggur itu, sementara pandangannya tertuju pada lelaki itu.Samuel diam-diam menghela napas. Yang harus datang pada akhirn
Olivia pura-pura tidak melihat dua orang itu sedang saling menyindir. Dia tersenyum dan berkata, "Kalau begitu, aku akan pesan dua botol anggur yang bagus. Aku sendiri nggak bisa minum karena demi kesehatan bayiku. Stefan, juga jarang minum lagi. Jadi, biarkan Samuel menemani Bu Katarina minum beberapa gelas." "Samuel, nanti kamu harus benar-benar menemani Bu Katarina minum dengan baik. Berapa pun kalian ingin minum, silakan saja. Jangan khawatir mabuk. Ada aku dan kakakmu di sini. Nggak perlu takut apa pun." Dia bahkan mengedipkan mata kepada Katarina. Katarina diam-diam membalas dengan isyarat tangan "OKE", membuat Olivia merasa lega. Dia tahu perempuan itu punya kemampuan minum yang cukup kuat. Dia ingat bahwa Katarina masih ingin bertanya kepada Samuel tentang apa maksud sebenarnya pria itu, tetapi dia khawatir kalau-kalau Katarina mabuk. Namun, karena Katarina sudah mengatakan tidak masalah, dia tidak akan ikut campur lagi. Saat makanan dan minuman mulai disajikan di meja, Ka
Katarina menyapa Stefan dengan sopan sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Stefan. Lelaki itu menyambut uluran tangan tersebut karena menghormati Samuel.Pasangan suami istri itu terlebih dahulu mempersilakan Katarina duduk di sofa. Samuel ikut duduk di samping. Untuk menyembunyikan kegelisahan dalam hatinya, dia menggendong Russel dan mendudukkannya di pangkuannya, sesekali mengajak bocah itu dengan bermain. Namun, sudut matanya sesekali melirik ke arah Katarina.Setelah beberapa saat berbincang, Stefan memanggil pelayan. Semua orang lalu beralih ke meja makan. Olivia mengambil buku menu dari pelayan, kemudian menyerahkannya kepada Katarina sambil berkata dengan ramah,"Bu Katarina, silakan pilih makanan. Pesan saja makanan apa pun yang kamu suka. Masakan di hotel ini cukup terkenal jadi yang terbaik di Mambera.”Katarina tidak menerima buku menu itu. Dia tersenyum dan berkata, "Bu Olivia saja yang memilih. Aku nggak memilih makanan. Kebetulan aku juga menginap di
Katarina menatap Samuel dengan tajam, seolah mencoba mencari tanda-tanda rasa bersalah di wajahnya. Namun, lelaki yang ditatap tetap tenang, wajahnya tanpa sedikit pun menunjukkan rasa cemas. Setelah beberapa saat, Katarina berkata, “Benarkah begitu? Pantas saja saat aku menelepon, kamu nggak menjawab. Waktu aku kirim pesan, kamu juga nggak balas. Tapi anehnya, meski sudah lebih dari sepuluh hari, ponselmu tetap menyala dan masih bisa dihubungi.” “Ponsel apa yang kamu gunakan, Pak Samuel? Sepertinya baterainya sangat tahan lama.” Ekspresi Samuel tetap tidak berubah. Dia menjawab, “Baterainya tidak sekuat itu. Sebelum pergi, aku meninggalkan ponselku dalam keadaan terhubung ke pengisi daya, jadi baterainya terus penuh.” Katarina tahu bahwa dia hanya mengarang alasan, tetapi dia tidak melanjutkan pertanyaan. Jika Samuel memang berniat mengelak, sebanyak apa pun dia bertanya, lelaki itu pasti akan menemukan cara untuk menjawab. “Kakak iparku menyuruhku menunggu tamu penting di sini.
Olivia memutuskan sambungan telepon terlebih dahulu. Dia berkata pada Stefan, “Setelah Katarina datang baru pesan makan.”“Iya, sesuai dengan permintaanmu saja.”Stefan tidak masalah. Katarina adalah istri pilihan nenek untuk Samuel. Jika tidak ada kendala, kemungkinan kelak akan menjadi adik iparnya. Lebih awal bertemu juga tidak ada salahnya.Namun, siapa yang akhirnya akan dipilih oleh Samuel, itu urusan dia. Biar saja dia sendiri yang pusing, Stefan malas ikut campur. Olivia membawa Russel untuk mencuci tangan terlebih dahulu, sementara Stefan duduk di sofa. Sedangkan Samuel berdiri di depan pintu dengan bertanya-tanya siapa tamu lain yang diundang oleh kakak iparnya untuk makan malam bersama mereka. Dia mencoba mengirim pesan lagi kepada Hansen, tetapi pesan itu tetap tidak mendapat balasan. “Dasar Hansen yang menyebalkan, dengar aku bikin masalah langsung nggak mau balas pesan. Takut aku menyeretmu atau takut aku melibatkanmu?” ujar Samuel sambil bersungut-sungut.Sesaat kemud
Samuel sudah pernah mencari Nenek dan membicarakannya. Namun, Nenek meminta dia untuk menyelesaikannya sendiri. Dia meminta persetujuan Nenek untuk mengganti orang, tetapi Nenek berkata bahwa ini hanya pilihan untuk lelaki itu. Jika Samuel memang tidak menyukainya, dia juga boleh mencari orang yang dia sukai. Yang penting sifat dan kepribadiannya harus sesuai.Pemuda itu merasa sifat dan kepribadian Rubah itu juga tidak buruk. Meski emosinya sedikit meledak-ledak, perempuan itu cukup masuk akal. Dia hanya tidak tahu latar belakang perempuan itu saja.“Sudah selesai?” tanya Olivia dengan lembut.Suara perempuan itu menarik kembali kesadaran Samuel.“Iya, kita sudah boleh pergi.”Olivia berdiri dan memanggil keponakannya, “Russel, bereskan buku-bukumu. Kita akan pergi makan sekarang.” Russel mengiyakan dengan cepat, dia langsung merapikan buku-bukunya dan memasukkannya ke dalam tas, lalu mengenakan tasnya sendiri. Setelah itu, dia merentangkan tangan ke arah Stefan meminta untuk digendo