Lagi pula, Katarina datang ke Mambera sendirian karena dirinya. Jadi, Samuel merasa harus bertanggung jawab atas keselamatan Katarina selama gadis itu masih berada di Mambera. Selain itu, Katarina adalah calon istri yang Nenek pilihkan untuknya. Bukan hanya keluarga Doha saja yang akan membuat perhitungan dengannya kalau sampai hal buruk terjadi kepada Katarina, tapi Nenek juga pasti akan memarahinya. Tidak lama kemudian, Samuel menelepon Stefan. “Kak, aku menginap semalam di kamarmu, ya?” tanya Samuel meminta tolong kepada Stefan setelah kakaknya itu mengangkat panggilan teleponnya. “Kamu bisa tidur di kamar mana pun, selain kamar utamaku,” jawab Stefan yang terbiasa menggunakan kamar utama sebagai tempatnya beristirahat sejenak. “Oke, makasih ya, Kak.”“Gimana keadaan Katarina?”“Dia benar-benar mabuk sampai muntah dan haus. Aku nggak bisa pergi meninggalkannya malam ini, makanya aku memutuskan untuk menginap di sini. Aku akan mengembalikannya ke kamarnya sendiri setelah matahar
Kota Aldimo Provinsi Sarga. Ronny memutuskan untuk duduk di area dapur sambil membaca berita dari ponselnya untuk menghabiskan waktu setelah semua hidangan selesai disajikan. Sekarang, dia hanya perlu menunggu hasilnya. Sore ini benar-benar sibuk. Dia sudah menyiapkan makanan yang dihidangkan malam ini sejak dia bangun tidur pagi tadi. Pemimpin keluarga akhirnya pulang menjelang malam. Para pelayan membawa setiap masakan yang dipersiapkannya sejak sore tadi dan Ronny tidak harus keluar dari dapur. Dia baru dipanggil keluar setelah Yohanna mencicipi masakannya dan merasa puas. Dia harus terus menunggu sampai ada panggilan dan baru boleh meninggalkan dapur setelah semua anggota keluarga Pangestu meninggalkan ruang makan. Walaupun Ronny sangat percaya diri dengan masakannya, dia mulai cemas ketika belum juga mendapatkan panggilan ketika langit sudah berubah gelap. Dia masih bisa membaca berita melalui ponselnya, tapi hatinya terasa tidak tenang. Dia tidak ingin menjalani ujian dan da
Tommy langsung melengkungkan bibirnya dengan penuh rasa kecewa. “Jadi, gimana rasa makanan malam ini?” tanya Yohanna mengalihkan pembicaraan. “Enak, Kak! Enak sekali!”Sepupunya yang masih kecil juga ikut berkata, “Enak sekali, Kak. Apa aku boleh makan setiap hari di sini?”Yohanna langsung tersenyum seraya berkata, “Boleh, kok! Tapi, kalian harus makan dengan serius dan nggak boleh memainkan makanan.”Kedua anak laki-laki itu tampak sangat menggemaskan ketika bersama. Hanya ada mereka berdua sebagai keturunan laki-laki di keluarga Pangestu di generasi ini. Oleh karena itu, semua anggota keluarga sangat menyayangi mereka. Mereka sangat suka bermain bersama dan membuat keributan di rumah utama. Para tetua juga mendukung mereka dan memberikan apa pun yang mereka ingin mainkan. “Oke, kami pasti akan patuh!”“Kalian pakai mantel saat main di luar karena udara sangat dingin.”Kedua anak itu berlarian dengan penuh kegembiraan menuju luar rumah sambil berpegangan tangan. Yohanna langsung
“Berdasarkan pengalamanku, kamu sudah lulus,” balas Pak Jaka sambil tersenyum. “Sekarang, keluarlah dan temui Bu Yohanna. Kamu nggak perlu gugup. Walaupun Bu Yohanna kelihatan serius, tapi dia adalah orang yang sangat baik.”“Terima kasih, Pak Jaka. Saya akan keluar dan menemui Bu Yohanna.”Ronny tidak takut dengan orang serius. Karena dia tahu, sikap serius Yohanna pastinya tidak sebanding dengan Stefan. Ronny sudah terbiasa dengan sikap serius Stefan dan sudah kebal dengan orang-orang seperti mereka. Ronny mengikuti Pak Jaka keluar dari dapur. Pak Jaka memperhatikan kalau Ronny sama sekali tidak melihat sekelilingnya dan terpesona dengan kemewahan rumah ini setelah mereka keluar dari dapur. Dia sangat berbeda dengan kandidat koki lainnya yang selalu terpesona dengan kemewahan rumah ini dan melihat ke sekeliling mereka. Pak Jaka langsung berpikir kalau Ronny pasti sudah melihat dunia atau mungkin pemuda ini memiliki kemampuan konsentrasi yang baik. Pak Jaka memiliki kesan yang cuku
Namun, Ronny lebih memilih untuk datang ke Kota Aldimo dan melamar sebagai koki keluarga Pangestu daripada mengurus bisnisnya sendiri. Yohanna ingin mengetahui alasan Ronny melakukan hal ini. Ronny pun berkata dengan jujur, “Karena saya butuh tantangan. Saya sudah suka memasak sejak kecil dan mempelajari banyak keterampilan memasak dari berbagai guru. Saya sudah memiliki banyak pengalaman memasak masakan dalam negeri. Walaupun saya sudah berhasil membangun bisnis saya sendiri, tapi saya tahu masih ada langit di atas langit.”“Saya masih harus banyak berkembang dan mulut pelanggan adalah motivasi saya untuk terus berkembang.”Bagaimanapun juga, Ronny adalah seorang koki. Dia menganggap dirinya lulus ujian jika pelanggan makanannya menganggap makanannya lezat. Dia juga tidak segan untuk melakukan perubahan guna meningkatkan kemampuan memasaknya ketika pelanggan memberinya saran. Dia akan semakin termotivasi ketika bertemu dengan pelanggan yang pilih-pilih makanan seperti Yohanna. Namun
Kemudian Ronny berkata, “Saya senang akan kejujuran seperti ini.”Dira mengangkat alisnya lalu berkata sambil tersenyum, “Kamu sangat percaya diri, ya.”Yohanna melirik Dira lalu kembali bertanya kepada Ronny, “Kapan kamu bisa mulai bekerja?”“Saya bisa mulai bekerja kapan saja.”Yohanna tersenyum lalu berkata, “Kalau begitu, kamu resmi menjadi koki pribadi rumah ini mulai besok. Pak Jaka sudah menyiapkan kamar untukmu. Gajimu juga akan mulai dihitung besok. Masa percobaan selama satu bulan dan kamu akan menerima gaji harian. Kami tidak akan membiarkanmu bekerja tanpa dibayar di sini.”Semua koki yang datang ke sini juga merasakan hal yang sama. Mereka akan dibayar harian. “Pak Jaka sudah menyiapkan kamar sejak kemarin. Saya tidak ada masalah dengan perhitungan gaji. Saya datang ke sini karena tantangan, jadi gaji bukanlah prioritas bagi saya saat ini.”Ronny memang tidak kekurangan uang. Sekarang, apa yang dibutuhkannya adalah seorang istri.“Baik, kamu bisa kembali ke kamarmu dan be
Kemudian Yohanna berkata, “Aku yakin, Om dan Tante pasti setuju kalau kamu bersamanya dengan kariernya yang cukup baik itu. Tapi, mungkin mereka enggan menikahkanmu dengannya karena dia berasal dari Mambera yang cukup jauh dari sini.”“Kak! Aku kan sudah bilang kalau aku nggak tertarik sama dia! Aku justru merasa kalau dia sangat cocok sangat Kakak. Kita itu 7 bersaudara dan Kakak adalah yang tertua. Aku nggak akan mungkin melangkahi Kakak dan menikah lebih dulu,” balas Dira penuh emosi. Entah mengapa, Dira merasa kalau Ronny menatap Yohanna dengan penuh arti. Tatapannya kepada Yohanna tampak berbeda dengan pandangannya kepada orang lain. Lagi pula, Ronny melamar sebagai koki di keluarga mereka karena Yohanna. Semua tamu Ronny pastinya akan puas dengan masakannya selama Yohanna juga menyukainya. Semua itu karena mulut Yohanna yang sangat suka pilih-pilih makanan. Dira juga berpikir kalau tidak banyak orang yang memiliki mulut seperti Yohanna. Yohanna langsung mencubit pipi Dira lalu
Yohanna memperhatikan Dira yang langsung terdiam lalu berkata, “Oke, nggak apa-apa kalau kamu memang belum tertarik padanya. Kita lihat saja nanti bagaimana kelanjutannya, ya.”“Mulai sekarang, kamu bisa makan di rumahku setiap hari agar kamu bisa menghabiskan lebih banyak waktu dengannya dan mengenalnya dengan lebih baik. Bagus kalau memang dia tulus padamu. Aku yakin, Om dan Tante pasti akan setuju kalau kamu bersamanya, sekalipun dia cukup jauh di Mambera.” Dira hanya bisa terdiam mendengar ocehan Yohanna yang kembali berkata, “Atau mungkin dia bisa mengembangkan bisnisnya dan membeli rumah di sini.”Dira tidak akan berani datang untuk makan di rumah utama kalau Yohanna terus berkata seperti ini. Dia tidak ingin kakaknya salah paham dan terus mengatakan kalau Dira menyukai Ronny. Di sisi lain, Ronny tidak tahu kalau calon istrinya salah paham sampai menduga kalau Dira menyukai Ronny. Ronny mengikuti Pak Jaka ke kamar yang sudah disiapkan untuknya. Pak Jaka tersenyum lalu memberik
“Kami nggak pilih kasih. Russel satu-satunya cucu keluarga Pamungkas. Kami juga sangat sayang Russel. Dulu, dulu ... karena kami yang asuh Aiden, jadi lebih dekat dengan Aiden. Otomatis juga jadi pilih kasih, lebih sayang Aiden. Sekarang nggak akan seperti itu lagi,” janji Rita.Rita tahu kalau Roni kesal terhadap mereka. Dia juga menyadari kalau ini salah mereka, karena mereka selalu lebih mengutamakan Shella.Terutama karena terakhir kali, ketika Shella mengajak mertuanya makan di restoran. Shella ingin menipu Olivia dan membuatnya bayar tagihan, tapi tentu saja dia gagal. Tidak disangka, Shella malah menelepon Rita dan minta Rita yang bayar. Rita tidak tahu Shella sedang menipunya, dia pun mentransfer uang ke rekening Shella.Russel yang mengungkapkan hal itu. Saat Roni tahu, dia marah besar kepada mereka, bilang kalau mereka lebih sayang Shella. Kalau begitu, mereka pindah saja ke rumah Shella. Roni tidak akan memberikan biaya hidup kepada mereka lagi.Sekarang Roni menjadi sopir t
Seumur hidupnya, Roni hanya memiliki satu anak, yaitu Russel. Baginya, yang penting Russel masih mau mengakuinya sebagai ayah. Meskipun tidak dekat, setidaknya anaknya tidak menjauh. Itu sudah termasuk penghiburan bagi Roni.Setelah mengakhiri panggilan telepon, Russel mengembalikan ponsel ke Olivia dan berkata, “Papa mau jemput aku dan suruh aku menginap di rumahnya selama beberapa hari. Aku bilang nggak mau. Besok kita mau pergi cari Liam. Aku nggak mau ke sana dan main sama Kak Aiden. Kak Aiden selalu ganggu aku. Tapi sekarang aku sudah nggak takut dengan Kak Aiden lagi. Aku sudah belajar ilmu bela diri.”Meskipun Russel tidak memiliki banyak bakat dalam seni bela diri, setelah menjalani latihan dalam waktu lama, tubuhnya menjadi lebih kuat dan bertenaga. Pelatih bilang kalau dia terus berlatih, Russel akan memiliki kemampuan untuk melindungi dirinya sendiri. Russel tidak serakah. Dia hanya ingin memiliki kemampuan seperti Olivia.“Iya, kalau kamu nggak mau pulang ke sana ya nggak u
“Angkat saja.”Pada akhirnya Russel mengangkat telepon dari ayahnya. Olivia menyerahkan ponselnya kepada Russel dan menyuruhnya mengangkat telepon. Selama bisa tidak bicara dengan Roni, Olivia tidak akan bicara dengan pria itu.“Papa,” panggil Russel.Roni menjawab dan bertanya sambil tertawa pelan, “Russel belum tidur?”“Ini sudah mau tidur. Tiba-tiba Papa telepon. Papa sudah pulang kerja? Ribut sekali di sana.”“Papa belum pulang kerja. Tapi kalau Papa mau pulang kerja juga nggak apa-apa. Tantemu ada di sana, nggak?” tanya Roni.“Ada. Papa cari Tante?”“Russel, kamu mau ke sini selama beberapa hari, nggak? Kamu lagi libur, kan. Bagaimana kalau kamu ke sini? Kakek dan nenekmu kangen sama kamu.”Roni menelepon untuk berdiskusi dengan Olivia. Dia ingin menjemput Russel ke rumahnya dan tinggal di sana selama beberapa hari. Toh, anak sekolah sedang libur. Apalagi orang tuanya juga rindu dengan cucu mereka.Shella mengantar Aiden ke sana. Kalau hanya ada Aiden, rasanya terlalu bosan. Jadi
Ingatan anak sebelum usia tiga tahun biasanya akan hilang seiring bertambahnya usia. Namun, kejadian itu meninggalkan luka yang terlalu dalam bagi Russel, sehingga dia tidak dapat melupakannya.Setelah kejadian itu, Russel mengalami mimpi buruk untuk waktu yang lama. Dia juga selalu ingat adegan di mana ibunya terluka dan berlumuran darah ketika menyelamatkannya.“Aku hanya percaya Mama, Tante, Om Stefan, Om Daniel dan yang lainnya.” Russel berkata dengan serius, “Aku nggak berani percaya papaku dan yang lainnya.”Russel mengerti segalanya. Olivia mengelus wajah mungil keponakannya dan menatapnya dengan lembut.“Kamu segalanya bagi mamamu. Apa pun yang terjadi, Tante nggak akan biarkan kalian terpisah. Russel, mamamu sudah melewati banyak masa-masa sulit. Setelah dewasa, kamu harus berbakti pada mamamu.”“Pasti, Tante. Kalau aku sudah besar, aku akan cari banyak uang untuk beli rumah besar dan mobil baru untuk Mama. Biar Mama nggak perlu capek-capek kerja lagi. Aku juga akan belikan ru
Pukul sembilan malam, Kota Mambera.Setelah melakukan panggilan video dengan kakaknya, Olivia berkata kepada Russel, “Kamu sudah selesai kemas barangmu, belum? Jangan lupa bawa hadiah untuk Liam.”“Sudah. Aku hanya bawa beberapa mainan dan hadiah untuk Liam,” jawab Russel. “Biar aku yang ketinggalan, hadiah untuk Liam juga nggak akan ketinggalan.”Olivia tertawa pelan. “Kalau kamu ketinggalan, siapa yang kasihkan hadiah untuk Liam?”Russel tersipu malu. Olivia menggendongnya, lalu mendudukkannya di tempat tidur. “Om Stefan lagi ke luar kota. Malam ini kamu tidur sama Tante. Besok pagi habis sarapan, kita langsung pergi ke rumah Om Yose. Suruh kamu pergi bareng kakek-kakek itu, kamu nggak mau. Padahal mereka suka banget sama kamu. Mereka akan jaga kamu dengan baik.”Russel baring di tempat tidur, tapi dia menyandarkan kepalanya di paha Olivia dan berkata, “Mereka sangat suka sama aku. Tapi aku nggak terlalu kenal mereka. Tante dan Mama sering bilang jangan mau pergi dengan orang lain se
Kepala pelayan hanya bisa menghela napas dalam hati. Bahkan Cakra saja tidak memiliki kebebasan seperti ini, padahal dia adalah suami dari Patricia. Namun, perempuan itu lebih memercayai Dikta. Dia adalah asisten setia yang telah menemani Patricia sepanjang hidupnya. Sementara itu, sejak skandal perselingkuhannya, Cakra sudah tidak memiliki posisi apa pun di hati Patricia. Jika bukan karena mereka memiliki anak, demi mempertimbangkan masa depan anak dan cucunya, mungkin mereka sudah lama bercerai. Setelah naik ke lantai atas, Dikta langsung menuju ruang kerja. Dia mengetuk pintu beberapa kali. Setelah mendapatkan izin dari Patricia, barulah lelaki itu masuk. Di dalam, Patricia sedang berlatih kaligrafi. Dikta berjalan mendekat dan mengamati tulisan yang dibuatnya. "Bagaimana menurutmu?" Patricia bertanya. "Tulisan tanganku ini." "Hati Bu Patricia sedang gelisah. Tulisan tangan pun ikut gelisah. Lebih baik berhenti saja, jangan buang-buang tinta dan kertas." Dikta adalah satu-sa
"Kapan Pak Stefan datang?" Felicia bertanya. "Baru saja tiba. Setelah mendengar bahwa kamu dirawat di rumah sakit, dia ikut bersama kami untuk menjengukmu." Stefan berbohong kepada istrinya, mengatakan bahwa dia harus pergi dalam perjalanan bisnis, padahal dia sebenarnya datang ke Cianter. Dia ingin melihat situasi di Cianter dan berdiskusi dengan kakak iparnya sebelum kembali ke Mambera. Lelaki itu hanya memiliki waktu dua hingga tiga hari di sini, tidak bisa tinggal terlalu lama, agar Olivia tidak mengetahuinya. Felicia tersenyum dan berkata, "Pak Stefan benar-benar perhatian." Secara teknis, meskipun Felicia lebih muda beberapa tahun dari Stefan, dia adalah seniornya, karena dia adalah bibi nenek dari Olivia. Seharusnya, Stefan memanggilnya "Bibi Nenek". Seorang junior menjenguk seniornya sebagai bentuk hormat dan perhatian adalah hal yang wajar. Meskipun semua orang tahu alasan sebenarnya di balik kunjungan ini. Jika bukan karena Felicia memberi tahu Odelina sebelumnya, orang
Vandi khawatir Felicia akan merasa pusing saat baru bangun, jadi dia membantunya berdiri dengan hati-hati. Felicia duduk di sofa dan melihat hidangan yang tersaji penuh di meja. Dia berkata, "Hanya kita berdua yang makan, kita nggak akan bisa menghabiskan sebanyak ini. Nggak perlu memasak terlalu banyak." "Nggak banyak, porsinya hanya untuk dua orang." Vandi mengambil semangkuk sup dan meletakkannya di depan Felicia, kemudian menyuruhnya minum sup terlebih dahulu. "Kamu juga makan." "Iya." Vandi tidak menolak. Dia sudah menyiapkan makanan ini sebelumnya dan membawanya dengan termos makanan. Dia sendiri belum makan. Dia suka makan bersama Felicia. Gadis itu memiliki nafsu makan yang baik, tidak seperti para putri konglomerat lainnya yang makan lebih sedikit daripada kucing hanya demi menjaga bentuk tubuh. Felicia selalu makan sesuai selera dan kebutuhannya, tidak pernah menelantarkan perutnya sendiri. Ponsel Felicia berbunyi di dalam kamar rawatnya. "Aku ambilkan untukmu." Van
Menjadi seorang aktris, tidak ada yang tidak berharap suatu hari nanti bisa menjadi pemeran utama berkat kecantikan dan aktingnya. Sayangnya, semua wanita yang mencoba peruntungan memiliki wajah yang cantik. Dengan penampilannya, dia hanya bisa dikatakan lumayan, bukan seorang calon bintang sejati. Menjadi pengganti Giselle sudah memberinya bayaran yang cukup tinggi. Jika mendapat tamparan, masih ada kompensasi tambahan. Jauh lebih menguntungkan daripada menjadi figuran. "Mudah sekali mendapatkan uang ini. Kalau lain kali kamu mau mencari masalah dengan kakakmu lagi, aku bisa sengaja membuatnya marah dan membiarkan dia menamparku beberapa kali lagi, jadi aku bisa mendapatkan lebih banyak uang." Giselle tertawa sinis, "Hanya beberapa juta saja, apakah itu sepadan?" "Bu Giselle, Anda berasal dari keluarga kaya, tumbuh dalam kemewahan, sejak kecil nggak pernah kekurangan apa pun, dan memiliki uang yang nggak akan habis digunakan. Anda nggak akan pernah memahami kesulitan orang biasa s