Felicia tiba-tiba berkata dari dalam ruang teh, “Aku belum mulai bekerja, jadi aku melakukannya sendiri.”Kemudian Ivan berkata, “Kamu takut ada orang yang meracuni kopimu, ya?”“Aku nggak takut, sekretarisku akan meracuniku. Aku justru takut, kakakku yang akan melakukannya.”Raut wajah Ivan berubah gelap lalu dia berkata dengan penuh amarah, “Aku ini adalah kakak kandungmu. Bagaimana mungkin aku berani melakukannya?”Walaupun dia tidak menyukai Felicia, dia tidak akan berani menyentuh Felicia sedikit pun selama ibunya masih hidup. Lagi pula, dia juga akan sulit untuk menyentuh Felicia ketika ibunya tiada karena nantinya Felicia yang akan naik takhta menjadi pemimpin keluarga Gatara. Dia sudah cukup bersyukur kalau saja Felicia tidak melakukan hal kotor kepadanya ketika gadis itu menjadi pemimpin keluarga Gatara kelak. Felicia langsung tertawa tanpa mengatakan apa pun. Tidak lama kemudian, Felicia keluar dari dalam ruang teh sambil membawa dua cangkir kopi di tangannya dan berjalan me
“Kak Ivan! Kak Dania nggak mungkin akan menelepon orang-orang itu kalau saja kamu nggak main gila sama Fani,” ujar Felicia serius. “Lagi pula, Kak Dania menghubungi mereka karena Mama yang menyuruhnya. Kamu lebih baik pergi membuat perhitungan sama Mama kalau memang kamu berani. Kenapa sih kamu terus saja menyalahkan Kak Dania?”“Apa kamu sedih karena Fani sudah mati? Kamu memang selalu mencintainya karena dia adalah adikmu, sedangkan aku yang merupakan adik kandungmu bukanlah siapa-siapa bagimu.”“Sayangnya, Fani bukanlah adik kandungmu! Kak Dania adalah istri sahmu yang akan menjadi pendampingmu seumur hidup. Selain itu, kalian juga punya anak-anak yang semakin lama semakin besar. Apa kamu pikir kamu pantas memperlakukan istri dan anak-anakmu seperti ini?”“Mama sudah membantumu agar orang-orang di luar sana nggak tahu keterlibatanmu dalam kematian Fani. Tapi, kamu masih saja menyalahkan orang lain atas kematiannya. Kenapa kamu nggak pernah berpikir atas kesalahanmu sendiri, sih?”“
“Felicia, aku ini kakak kandungmu. Apa pantas kamu mengatakan seperti ini padaku?”“Kamu lebih berpihak kepada kakak iparmu yang merupakan orang luar daripada kakakmu sendiri.”Tujuan utama Ivan menemui Felicia saat ini adalah untuk meminta bantuan Felicia agar bisa membujuk Dania. Anak-anak mereka sudah besar, jadi untuk apa mereka bercerai? Lagi pula, dia tidak akan lagi terlalu sering bermain api di luar sana nantinya. “Apa kamu mau keponakanmu kehilangan keluarga mereka yang utuh? Kamu seharusnya membantuku untuk membujuk Dania agar kami nggak bercerai. Apa dia pikir kalau dirinya itu masih muda? Apa mungkin dia masih bisa menikah lagi setelah bercerai dariku? Kalau pun bisa, mungkin dia hanya bisa menikah dengan orang tua saja.”“Laki-laki muda mana yang mau menikah dengannya? Lain lagi denganku, aku adalah laki-laki yang punya uang dan bisnis yang sukses. Aku masih bisa mencari perempuan usia 18 tahun setelah bercerai darinya. Apa mungkin kakak iparmu itu bisa menikah dengan lak
Felicia berkata dengan ketus, “Aku sudah bilang, aku nggak ada waktu untuk mengurus masalah remehmu!”Ivan hanya bisa menatap Felicia tajam lalu bergegas keluar dengan penuh amarah. Felicia tidak memandang status saudara dalam masalah ini. Kedatangan Ivan ke kantornya hari ini cukup mempengaruhi suasana hati Felicia. Dia duduk di sofa selama beberapa menit lalu berjalan mengelilingi ruangan kantor. Kemudian dia menuang segelas air hangat dan meminumnya. Tidak lama kemudian, dia berusaha menenangkan diri dan meredakan amarahnya. “Kurang ajar! Aku akan langsung memaki Kak Dania kalau sampai dia tidak jadi menceraikan laki-laki bajingan itu!” maki Felicia. Entah ajaran seperti apa yang ibunya terapkan kepada anak-anaknya. Kenapa semua anak-anaknya tumbuh menjadi orang-orang yang tidak baik? Di sisi lain, Dania tidak datang untuk menemui Felicia. Karena perempuan itu sudah kembali ke rumah orang tuanya. Orang tuanya sempat marah kepadanya setelah mendengar Dania yang hendak bercerai de
“Biarkan dia masuk,” jawab Patricia setelah terdiam beberapa saat. Dania membuka pintu ruang kerja setelah mendengar jawaban Patricia lalu berjalan masuk. Dania berniat menceraikan Ivan setelah merasa sangat kecewa dengan perlakuan laki-laki itu padanya. Ketetapan hatinya sudah berubah dan pakaiannya juga tidak secantik sebelumnya. Sekarang, pakaian dan cara berdandannya terkesan lebih sederhana. Lagi pula, suaminya tetap berselingkuh setelah dia berdandan dan mengenakan pakaian yang indah serta cantik. Jadi, untuk apa lagi dia berdandan demi suaminya? Sekarang, dia akan menjalani hidupnya sesuai dengan keinginannya. Dania berjalan mendekati Patricia dan tidak langsung menyapanya. Dia memilih untuk melihat Patricia yang sedang berlatih kaligrafi. Setelah beberapa saat, Dania pun berkata, “Ma, tulisan kaligrafi Mama sangat berantakan karena suasana hati Mama sedang kurang baik. Jadi, jangan memaksakan diri begini.”“Semua orang pasti pernah mengalami suasana hati yang buruk.”Patric
Patricia teringat akan kehidupan pernikahannya. Dia sudah memaksa suaminya untuk mengebiri dirinya sendiri agar tidak bisa lagi berselingkuh. Namun, hubungan suami istri di antara mereka berakhir saat itu juga. Dia sadar, betapa suaminya membencinya. Suaminya juga sadar kalau Patricia tidak akan mungkin memaafkan pengkhianatannya. Namun, Patricia tidak lagi memikirkan tentang perceraian seiring dengan usia mereka yang sudah lanjut. Dia hanya ingin mengendalikan Cakra di wilayah kekuasaannya.Cakra hampir tidak pernah membuat masalah selama puluhan tahun mereka menikah. Namun, justru hubungan pernikahan putra dan menantunya yang harus berakhir di usia mereka yang belum terhitung tua. “Mama akan segera melakukan perjalanan yang cukup jauh dan baru akan pulang 2 minggu lagi. Mama akan bicara dengan Ivan setelah Mama pulang nanti. Kalian pikirkan semuanya baik-baik selama Mama pergi, ya.”“Sekarang, perceraian juga memiliki masa tenang. Kalian anggap saja saat ini sebagai masa tenang kal
“Mama akan membujuk Ivan untuk menceraikanmu setelah Mama pulang nanti. Tapi, Mama harap kamu memikirkan baik-baik keputusanmu ini selama Mama pergi.”Dania mengangguk setuju lalu berdiri dan berkata, “Ma, aku keluar dulu agar aku nggak mengganggu Mama lagi.”Patricia hanya mengangguk lalu menelepon putra sulungnya setelah Dania keluar dari ruang kerja. “Ivan, di mana kamu?” tanya Patricia setelah panggilan teleponnya tersambung. “Aku di kantor. Ada apa, Ma?” balas Ivan hati-hati. Dia takut ketika mendapatkan panggilan telepon dari ibunya, terlebih lagi setelah dia melakukan kesalahan yang cukup besar. Dia takut ibunya akan memarahinya dan mencacinya dengan sangat parah. “Istrimu baru kembali dan kami sudah mengobrol cukup banyak.”Kemudian Ivan tersenyum seraya bertanya, “Baguslah kalau dia sudah pulang.”“Dia bilang kalau dia mau bercerai darimu. Hatinya sudah benar-benar terluka. Mama lihat, dia juga sudah bertekad bulat untuk bercerai darimu dan nggak ada kesempatan lagi untukm
Dia tidak sudi memberikan posisi kepala keluarga Gatara kepada mereka setelah semua pengorbanan yang dia lakukan selama ini. “Kamu sangat menyukai bunga-bunga di luar sana. Kamu akan bebas setelah bercerai nanti. Tidak akan ada lagi yang peduli, berapa banyak pacar yang kamu miliki. Tapi, kamu harus melakukan prosedur sterilisasi setelah kamu bercerai agar kamu nggak bisa lagi memiliki anak. Karena hal itu nggak akan baik untuk cucu-cucuku.”“Aku ingin menjamin kehidupan cucu-cucuku dengan baik selama aku masih hidup.”Kemudian Ivan berkata, “Ma, aku adalah putra kandungmu. Walaupun aku menikah dan memiliki anak lagi, anak-anak itu akan tetap menjadi cucumu. Kenapa Mama bisa setega itu padaku?”“Lagi pula, mereka sudah remaja dan mereka akan beranjak dewasa ketika aku menikah dan memiliki anak lagi nantinya. Bagaimana mungkin mereka masih takut dibully oleh ibu tiri mereka?”Namun, Patricia sudah terlalu malas mendengar ocehan putranya, jadi dia pun berkata, “Ini adalah syarat dari Ma
Samuel sudah pernah mencari Nenek dan membicarakannya. Namun, Nenek meminta dia untuk menyelesaikannya sendiri. Dia meminta persetujuan Nenek untuk mengganti orang, tetapi Nenek berkata bahwa ini hanya pilihan untuk lelaki itu. Jika Samuel memang tidak menyukainya, dia juga boleh mencari orang yang dia sukai. Yang penting sifat dan kepribadiannya harus sesuai.Pemuda itu merasa sifat dan kepribadian Rubah itu juga tidak buruk. Meski emosinya sedikit meledak-ledak, perempuan itu cukup masuk akal. Dia hanya tidak tahu latar belakang perempuan itu saja.“Sudah selesai?” tanya Olivia dengan lembut.Suara perempuan itu menarik kembali kesadaran Samuel.“Iya, kita sudah boleh pergi.”Olivia berdiri dan memanggil keponakannya, “Russel, bereskan buku-bukumu. Kita akan pergi makan sekarang.” Russel mengiyakan dengan cepat, dia langsung merapikan buku-bukunya dan memasukkannya ke dalam tas, lalu mengenakan tasnya sendiri. Setelah itu, dia merentangkan tangan ke arah Stefan meminta untuk digendo
“Kak, aku ini adikmu.”“Aku ada begitu banyak adik, hanya kamu yang melakukan hal seperti itu. Harga diri Keluarga Adhitama sudah kamu rusak.”Samuel dibuat terkejut lagi. Masalahnya sebesar itu? Apa yang dia lakukan sehingga sampai mempermalukan keluarga Adhitama? “Kak.”"Pergi ke sana, tunggu saja!" Dengan pasrah, Samuel berdiri dan duduk di sisi lain ruangan, dia menunggu dengan patuh. Lelaki itu merasakan bagaimana rasanya menunggu waktu yang terasa berjalan begitu lambat, seperti hitungan menit yang terasa seperti bertahun-tahun. Hingga tibalah waktu jam pulang kerja. Kakaknya mematikan komputer lalu berdiri dan berjalan keluar dari meja kerjanya. Samuel segera bangkit dan menyambut kakaknya itu. Dia tersenyum lebar dan bertanya, “Kakak, lelah, ya?” Stefan meliriknya dan berkata, “Lelah. Kamu bisa membantu meringankan bebanku?” “Aku… aku juga ada bantu.”Semua saudara laki-laki keluarga mereka hampir semuanya membantu mengelola bisnis keluarga, tetapi beban terberat tetap di
Samuel melihat ekspresi serius kakak iparnya dan langsung terkejut. Dengan suara tergagap, dia bertanya, “Kak, apa kesalahan yang sudah aku lakukan? Kakak, tolong kasih tahu akua pa kesahalanku. Aku akan segera minta maaf sama Kakak.”Pada saat yang sama, dia mencoba mengingat kembali apa yang pernah dia lakukan. Tampaknya, sudah lama dia tidak bertemu dengan kakak iparnya. Bagaimana mungkin dia telah melakukan sesuatu yang menyinggung kakak iparnya? Samuel berpikir keras sampai kepalanya pusing, tetapi tetap tidak bisa mengingat kapan dia pernah menyinggung kakak iparnya. Tidak lama kemudian, lelaki itu kembali tenang. Dia yakin tidak pernah melakukan sesuatu yang menyinggung kakak iparnya. Jika tidak, kakak iparnya tidak akan mengajaknya makan malam, tetapi langsung memintanya bertanggung jawab, atau mungkin melaporkannya kepada orang tuanya. “Kak, kamu hampir membuatku takut setengah mati. Aku sudah memikirkannya berulang kali dan yakin nggak mungkin pernah melakukan sesuatu yang
Russel menyapa dengan manis. Dia jarang sekali bertemu dengan lelaki itu sehingga tidak begitu dekat. Samuel tersenyum dan merentangkan tangannya sembari berkata, “Russel, sini, biarkan Om menggendongmu.”Russel menatap Olivia yang mengangguk kemudian dia berjalan kea rah Samuel. Lelaki itu menggendongnya tinggi-tinggi.“Om Samuel.”"Mm. Sudah lama nggak lihat Russel, sepertinya Russel jadi lebih berat, ya. Harus makan lebih banyak agar cepat besar." Russel menjawab, "Om Samuel bilang aku jadi lebih berat, itu karena aku makan banyak dan bertambah besar, jadi beratku naik." Samel tersenyum, "Oh, benar, ya. Russel, apa kamu rindu sama Om Samuel?" "Nggak, aku jarang bertemu Om Samuel, jadi nggak dekat, makanya nggak rindu." Samuel berkata kepada Olivia, "Russel memang jujur sekali, bahkan nggak bisa berbohong." "Anak kecil memang lebih baik jujur." Russel juga menambahkan, "Guru di sekolah bilang kami harus menjadi anak yang jujur dan nggak boleh berbohong." "Benar sekali. Seperti
Yohanna memegang data Ronny dan membacanya dengan saksama. Data lelaki itu tidak terlalu rumit. Disebutkan bahwa dia memiliki dua saudara kandung, orang tuanya sudah pensiun, kakak laki-lakinya sudah menikah dan memiliki keluarga yang harmonis. Ronny sendiri adalah seorang pengusaha kecil.Sejak kecil, dia sangat suka memasak, meskipun dia sekarang menjadi bos kecil, dia tetap menikmati memasak. Namun, dalam data tersebut tidak disebutkan bahwa Ronny adalah putra keenam keluarga Adhitama, mungkin karena sekretaris Yohanna tidak dapat menemukan informasi tersebut. Ada kemungkinan Ronny melakukan sesuatu di Mambera agar orang-orang Yohannya hanya dapat menemukan data dasarnya saja.Stefan sengaja membantu Ronny menyembunyikan identitasnya sebagai putra keenam keluarga Adhitama, agar Yohanna tidak takut dengan statusnya dan menolak untuk merekrutnya. Namun, fakta bahwa Ronny adalah pengusaha kecil dengan sedikit keberhasilan tidak disembunyikan oleh Stefan. Dia tetap ingin menunjukkan b
Mereka sama sekali tidak perlu orang tua mereka menghabiskan energi untuk mengurus mereka lagi. Jadi, ayahnya sama sekali tidak mengurus mereka. Hanya ibu yang khawatir, sehingga hubungan mereka dengan ibu lebih baik sedikit.Yohanna berkata, “Jangan terlalu banyak mendengarkan gosip orang lain, oke? Hanya dengan mencobanya sendiri, kamu akan tahu bagaimana rasanya.""Keluarga seperti kita ini, nggak perlu khawatir hidup akan sulit. Kita punya dukungan." Yohanna berkata lagi, "Selama kita cukup kuat, keluarga kita juga cukup kuat. Dengan dua hal ini saja, walau kita memilih pria yang berkarakter baik, kita nggak akan menjalani kehidupan yang buruk." "Itu benar. Kak, kapan kakak mulai pacaran? Aku ingin punya kakak ipar." Yohanna pura-pura memarahi adiknya, "Nggak sopan, kamu pikir kakak punya waktu untuk pacaran? Di sekitar kita, pria muda yang cocok sudah menikah. Yang nggak cocok, kita nggak suka. Jadi, kenapa harus terburu-buru?" "Kak percaya pada takdir. Kalau ada jodoh, meski
Dira berkata, “Bisa buat Kak Yohanna makan sudah sangat baik. Ada berapa koki pembuat kue seluruh Kota Aldimo ini yang bisa buat Kakak memakannya?”Yohanna terdiam sesaat. Dia menatap adiknya sekilas dan bertanya, “Dira, jujur sama Kakak. Kamu suka sama Ronny? Sepertinya kamu cukup memerhatikan dia. Kamu juga sangat peduli apakah dia bisa jadi koki keluarga kita.”"Kalau kamu memang suka dia, kamu bisa saja mengganti kokimu sendiri dan mempekerjakan dia. Dengan begitu, kamu bisa menikmati masakannya setiap hari dan sekaligus bisa menjalin hubungan cinta. Tapi dia hanya seorang koki, ada kesenjangan besar antara kalian. Nggak tahu apakah Om dan Tante akan menerima seorang koki sebagai menantu mereka." "Kalau orang tuaku, pasti nggak setuju." Keluarga Pangestu adalah salah satu keluarga terkaya di Kota Aldimo. Dengan status keluarga yang tinggi dan aset yang besar, standar mereka dalam memilih menantu tentu saja sangat tinggi. Yohanna tidak bermaksud merendahkan siapa pun. Namun, dia
Stefan setuju dengan saran istrinya. Mereka tidak ikut campur dan biarkan kedua orang itu ada kesempatan untuk berbicara langsung.“Aku sudah bilang sama Samuel dan dia akan datang.” “Kalau kamu yang urus, aku pasti tenang. Kalau begitu kamu lanjutkan pekerjaanmu dulu. Aku juga mau sibuk sebentar.” “Iya, tapi jangan terlalu lelah, dan jangan duduk terlalu lama. Sesekali bangun dan berjalan-jalan.” Perempuan itu sedang hamil. Meskipun tubuhnya masih ringan dan lincah, duduk terlalu lama tetap tidak baik. “Aku tahu, aku lebih menjaga bayi kita daripada kamu.” Keduanya saling mengingatkan satu sama lain sebelum Olivia menutup telepon lebih dulu.Di waktu yang sama, di Kota Aldimo.Ronny sedang sibuk sendirian di dapur besar. Bahan makanan yang dia butuhkan untuk memasak sudah dibeli oleh kepala pelayan pagi ini dan semuanya segar. Karena tidak tahu menu apa yang akan dibuatnya, kepala pelayan memutuskan untuk tidak membantu dan membiarkan Ronny mengurusnya sendiri. Lelaki itu juga t
Stefan tidak peduli dengan kebingungan adiknya itu. Yang penting Stefan sudah menyampaikan pesannya, dan Samuel juga sudah memberikan jawaban. Sekalipun lelaki itu sudah menebak sesuatu, dia pasti tidak akan berani membatalkannya, selama Samuel masih mengakui Stefan sebagai kakaknya. Stefan kemudian menelepon istrinya untuk memberi tahu keberhasilannya menyampaikan pesan, sambil mencari tahu alasan istrinya tiba-tiba ingin mengajak Samuel makan malam. Olivia tertawa dan berkata, “Pasangan Samuel sudah datang mencarinya, tepatnya gadis pilihan nenek untuk dia.” “Tunggu, pasangan Samuel datang mencarinya? Kenapa malah mencarimu? Bukankah seharusnya dia mencari Samuel langsung?” tanya Stefan merasa lucu setelah terkejut sejenak. “Katarina bilang, Samuel itu kadang-kadang nggak mengangkat telepon dan nggak balas pesan. Dia juga nggak tahu di mana Samuel tinggal di Mambera. Jadi, dia datang mencariku untuk bertanya.” “Saat aku baru kembali ke kantor sore tadi, semua orang memberitahuku