Odelina tidak berkata apa pun lagi dan membantu putranya mengenakan sarung tangan. Setelah selesai makan, Stefan membantu istrinya membersihkan peralatan makan dan dibawa ke dapur.Kakaknya itu tidak bosan memuji adik iparnya di hadapan Olivia dan meminta adiknya untuk memperlakukan Stefan dengan baik. Yang paling Odelina takutkan adalah kegagalan dalam pernikahannya membuat adiknya juga timbul rasa kecewa di hatinya.Roni adalah lelaki berengsek, tetapi bukan berarti semua lelaki sama seperti Roni. Di dunia ini masih ada suami yang jauh lebih baik. Hanya saja nasib Odelina tidak sebaik itu dan tidak bertemu dengan orang tersebut.Dengan pasrah Olivia menjawab, “Kak, aku tahu. Kakak nggak perlu bilang kebaikan dia terus. Aku ke dapur buat cuci piring dulu.”Olivia bergegas masuk ke dapur agar kakaknya tidak lanjut mengatakan hal yang baik tentang Stefan lagi. Seakan-akan dirinya sering jahat dengan Stefan saja. Junia hanya menahan tawanya saja ketika mendengar percakapan itu.Stefan ba
Stefan duduk di luar sesaat dan hendak kembali ke kantor. Kebetulan Olivia baru selesai mencuci piring dan melihat lelaki itu hendak pergi. Dia mengejar lelaki itu keluar dari toko.Dia mengeluarkan amplop besar dari dalam mobil dan memberikannya pada Olivia sambil berkata, “Semuanya ada di dalam sini.”Olivia menerima bukti tersebut dan mengucapkan terima kasih lagi. Mata mereka bertemu dan membuat Olivia bergegas membuang tatapan dan sibuk melihat sekitar. Akan tetapi melihat ada orang lain di sana membuat perempuan itu mengenyahkan pemikiran tersebut.“Hati-hati di jalan, sampai kantor ingat kabari aku.” Stefan hanya berdeham merespons kalimat Olivia tadi.Setelah masuk mobil, lelaki itu masih menatap Olivia dalam-dalam sesaat. Setelah itu dia melajukan mobilnya meninggalkan toko istrinya. Olivia hanya berdiri di tempatnya menatap mobil yang perlahan semakin menjauh. Dia merasa di antara dirinya dan Stefan ada sesuatu yang berubah aneh. Seperti ada sebuah perasaan cinta di sana.Mun
Odelina menggigit bibirnya dengan kuat dan berusaha keras untuk tidak menangis. Dia sudah cukup membuang air matanya demi Roni dan tidak akan ada yang kedua kalinya. Air matanya juga tidak akan mendapatkan rasa iba dari lelaki itu, lalu untuk apa Odelina membuat matanya sembab?“Kakak nggak apa-apa.”Odelina memasukkan semua dokumen dan foto ke dalam amplop dan berusaha bersikap kuat dan tegar sambil berkata, “Sekarang Kakak sudah jauh lebih tenang. Dia bukan baru sekarang mengkhianati Kakak.”“Olivia,” panggil Odelina sambil memberikan amplop itu pada adiknya.“Kamu bantu Kakak jaga semua bukti ini. Kalau Kakak bawa pulang dan ketahuan sama dia, dia pasti akan langsung membuat perpindahan harta yang akan membuat Kakak dirugikan.”“Baik,” jawab Olivia sambil menerima amplop tersebut.“Aku akan bersikap pura-pura nggak terjadi sesuatu seperti saran kamu. Setelah pekerjaan Kakak stabil, baru akan mengajukan cerai. Apa yang harus jadi milik Kakak, akan Kakak perjuangkan sampai dapat!” kat
“Adik aku nggak ada hutang kamu. Mama dan kakak kamu yang mau makan, kenapa adik aku yang bayar? Roni, selama tiga tahun ini kita menikah, aku nggak ada kerja dan dapat penghasilan, tapi aku sudah berkorban banyak sekali! Tanpa ada aku di belakangmu, memangnya karir kamu bisa seperti hari ini?!”“Kalau kamu nggak kirim uang, aku nggak akan beli. Selain itu harus ada uang jasa! Kamu sendiri yang bilang kalau kita bagi rata, berarti aku nggak ada kewajiban untuk masak buat keluargamu. Kalau kamu mau aku masak, bayar aku jasa masak!”“Karena aku memikirkan hubungan pernikahan kita selama tiga tahun ini, aku hanya kasih kamu harga 400 ribu.”Roni mengumpat di telepon, “Kamu hanya bisa hamburkan uang dan makan saja! Lihat saja tubuhmu sampai begitu gemuk! Apa yang sudah kamu korbankan? Aku nggak ada lihat sama sekali! Semua kesuksesan di karirku itu adalah hasil kerja kerasku! Nggak perlu terlalu percaya diri.”“Uang jasa? Memangnya mamaku bukan mama kamu? Menantu mana yang meminta uang bay
Setelah meminta Odelina untuk pulang sebanyak dua kali, akhirnya Shella marah dan memutuskan sambungan telepon. Dia berkata pada ibunya, “Ma, Odelina ada di toko adiknya. Katanya Russel tidur dan mau pulang setelah Russel bangun nanti. Dia minta kita yang ambil kuncinya di sana.”Kening ibunya berkerut, dengan nada tidak senang dia berkata, “Kalau Russel tidur, dia bisa gendong Russel pulang. Olivia ada mobil dan harusnya nggak menghabiskan banyak waktu untuk antar mereka berdua pulang.”Ibunya Roni merasa menantunya itu memang sengaja membuat mereka menunggu di luar rumah.“Dia pasti sengaja buat kita tunggu di luar sini,” ujar Shella sependapat.“Dulu Mama pernah coba lupa bawa kunci, tinggal telepon ke Odelina saja maka dia akan langsung pulang buat bukain pintu. Nggak seperti kali ini yang membiarkan kita tunggu di luar. Ma, aku merasa sikap Odelina berubah setelah dia ribut besar dengan Roni.”“Bisa jadi,” ujar ibunya.“Waktu Odelina pukul Roni sampai luka, dia nggak mau jemput Ro
Shella ada kedua orang tuanya yang membantu dia menjaga anak dan antar jemput sekolah. Sedangkan Odelina tidak ada yang membantu, dia harus berada di rumah dan jadi ibu rumah tangga sepenuhnya. Oleh karena itu dia tidak ada pemasukan dan berakhir direndahkan dan dipandang sebelah mata oleh keluarga Roni.Kedua ibu dan anak itu menunggu beberapa saat lagi dan akhirnya Odelina kembali dengan Olivia yang ada di belakangnya. Olivia tampak membawa kantong belanja yang dia beli dari supermarket. Awalnya mereka hendak menyemburkan amarah pada Odelina, tetapi terhenti di ujung lidah karena melihat sosok Olivia.Setelah pertengkaran Roni dan istrinya, mereka sempat mencari Olivia. Alhasil Olivia membuat mereka kabur ketakutan dan sekarang menjadi trauma dengan perempuan itu.“Russel,” panggil ibunya Roni mendekat. Dia menggendong Russel sambil tersenyum lebar.“Russel, Nenek kangen sekali dengan kamu,” ujarnya sambil mengecup kedua sisi pipi bocah itu.“Nenek,” panggil Russel sambil mengusap be
Mendengar ucapan tersebut membuat Shella bersiap-siap menyemburkan amarahnya. Akan tetapi ibunya menarik baju perempuan itu agar dia bisa menahan amarahnya. Olivia langsung membantu kakaknya dengan mendorong kereta bayi masuk ke rumah.Mendengar Shella yang mengatakan Odelina juga harus mengeluarkan uang membeli udang dan kepiting membuat Olivia nyaris menyemburkan tawanya. Dia belum pernah bertemu dengan orang yang seperti Shella.“Ma,” panggil Shella dengan suara kecil ketika kedua kakak adik itu sudah masuk ke rumah.“Kenapa nggak biarkan aku semprot dia! Dia makan dari adik aku, tinggal juga dari adikku, tentu saja uangnya juga uang adikku. Kita datang ke sini makan saja masih harus bagi rata dengan Roni?”“Sekarang adikmu dan Odelina itu bagi rata semuanya. Kita itu keluarganya Roni, wajar kalau dia beranggapan dirinya nggak perlu keluarkan uang. Kalau kamu semprot dia dan buat dia marah, kamu nggak perlu dia bantu kamu antar jemput anak dan buatkan makan?”Mengingat tujuan mereka
Tidak hanya satu kardus mainan. Sesaat kemudian lantai di ruang tamu sudah dipenuhi mainan Russel. Melihat itu Shella merasa sangat berantakan dan berseru, “Odelina, kamu bereskan ruang tamu dulu. Russel buang semua mainannya kemana-mana.”Odelina berjalan ke pintu dapur dan melihat keadaan di ruang tamu kemudian berkata, “Biarkan Russel main dulu, nanti baru dirapikan lagi.”Setelah itu dia kembali lagi ke dapur untuk melanjutkan kegiatannya. Russel menginjak usia yang sedang sangat aktif, setelah main sesaat maka dia akan memainkan mainan yang lainnya lagi. Sehingga ruang tamu terlihat menjadi sangat berantakan sekali.Shella mengerutkan keningnya sambil berjalan ke arah dapur dan bersandar di pintu dapur sambil bertanya, “Odelina, kamu kasih barang apa ke adik kamu? Plastiknya besar sekali. Jangan kasih barang yang dibeli Roni ke adik kamu ya!”“Roni kerja di luar sana dengan begitu lelah demi rumah ini. Adikmu juga sudah menikah dan ada keluarga sendiri. Kamu harus bisa bedakan dan