Olivia menggendong Russel duduk di pangkuannya, lalu mengambil sehelai tisu untuk menyeka air mata yang membasahi wajah. Olivia cukup kaget melihat Russel yang biasanya ceria tiba-tiba meneteskan air mata. Bagaimanapun juga dia masih anak berusia tiga tahun yang tidak bisa berpisah dengan ibunya. Meskipun ada Olivia dan Stefan yang menjaga, serta Daniel yang sering datang menemani, Russel masih sering merindukan ibunya di kala dia senggang.“Serius? Oke, kalau begitu aku nggak nangis lagi. Mama, nanti aku sama Om Daniel nggak mengganggu pekerjaan Mama?”Russel sangat merindukan ibunya, tetapi dia tahu ibunya sangat sibuk. Dia khawatir kedatangannya malah akan mengganggu. Namun Odelina berkata, “Nggak apa-apa. Kan akhir pekan Mama juga libur. Kalaupun nggak libur juga Mama akan tetap menemani kamu.”Tidak hanya Russel saja, tetapi Odelina juga merasa rindu. Sayangnya urusan dia di Cianter masih belum selesai sehingga untuk sementara waktu belum bisa pulang ke Mambera. Bahkan tidak menut
“Tante, “Olivia datang membawakan tas Russel, tidak lupa dia juga menyapa Yuna.“Hari ini kamu yang jemput Russe?”“Iya, Kak Daniel hari ini lagi sibuk. Toh sekarang aku juga lagi santai. Mumpung ada waktu, aku saja yang jemput.” Seraya berkata, Olivia mengulurkan tangannya hendak memeluk Russel. “Russel, ayo turun. Nenek keberatan, lho, harus gendong kamu terus.”“Nggak apa-apa,” sahut Yuna. “Russel sudah makin besar, ya. Tapi dia tetap masih anak kecil. Badannya nggak terlalu berat, kok. Cuma gendong dia sebentar saja nggak masalah.”Walau begitu Russel dengan patuhnya turun dari pelukan Yuna dan berkata, “Aku nggak mau bikin Nenek capek.”Odelina dan Olivia pernah bilang Nenek Yuna sudah cukup tua, makanya Russel tidak boleh terus-terusan minta digendong.“Aduuh, Russel, mulut kamu manis banget, deh.”“Nek, selain mulutku, apa nggak ada lagi yang bisa bikin orang lain suka sama aku?”“Semuanya bisa, kok. Kamu nggak ngapain-ngapain juga orang pasti suka sama kamu,” jawab Yuna terseny
Benar saja, Tiara dan anaknya sedang tertidur pulas. Melihat itu, Olivia menarik Russel dan berkata kepada Yuna, “Tante, biar mereka tidur dulu. Aku nggak mau ganggu.”Yuna mengangguk dan menutup pintunya perlahan. Russel merasa sedikit kecewa, karena dia tadinya ingin bermain dengan si bayi untuk sebentar saja. Alhasil mereka bertiga kembali ke ruang tengah. Russel lanjut memakan camilan dan bermain dengan dirinya sendiri. Di rumah ini juga ada banyak mainan yang Amelia belikan untuk Russel, tetapi biasanya Russel hanya memainkannya di tempat dan tidak dibawa pulang. Sekarang mainannya bertambah banyak karena baru dibeli untuk anaknya Tiara nanti.“Tante Yuna, aku mau minta tolong cari tahu seseorang.”“Siapa orangnya?” tanya Yuna.“Ada satu orang cewek. Kalau aku minta tolong Stefan nggak mungkin. Dia nggak peduli sama cewek lain. Percuma aku minta dia yang cari tahu, nggak bakal mau dia.”“Benar juga. Stefan juga peduli sama kamu seorang. Melihat kamu bahagia sama dia sekarang, Tant
Yuna berpikir sejenak dan kemudian menjawabnya, “Tante sudah bertahun-tahun tinggal di Mambera dan bergabung ke lingkaran pergaulan kelas atas sejak menikah dan sudah banyak kenal sama orang-orang, tapi Tante nggak pernah dengar ada yang namanya keluarga Brata.”“Dia bilang keluarga Brata bukan orang Mambera, tapi baru menetap di sini. Bisnisnya sudah menyebar sampai ke mana-mana dan katanya juga suaminya itu lebih suka hidup sederhana, jadinya jarang datang ke acara pesta.”“Mau sesederhana apa juga dia tetap pengusaha yang perlu networking. Kalau dia bukan warga Mambera tapi sudah menetap di sini, dia pasti akan tetap berhubungan sama warga lokal.”“Atau mungkin dia belum sekaya itu sampai bisa satu lingkaran pergaulan sama kita?”“Olivia, kamu mau cari tahu tentang dia untuk apa?”Olivia pun menceritakan bagaimana dia bisa kenal dengan wanita itu, “Dia bilang namanya Lisa. Setiap kali aku ketemu dia, aku merasa familier. Mukanya mirip banget sama Giselle. Rosalina juga bilang dia mi
“Eh, ada deh. Tapi dia anak kecil, namanya Liam. Dia anak angkatnya Mulan. Waktu itu Mulan datang bawa Liam untuk main. Reiki pernah bilang ke Stefan, dia ketemu sama seorang bos besar yang kaya raya, tapi orang itu langsung pergi. Reiki nggak sempat cari tahu dari mana datangnya atau siapa namanya. Menurut Tante, apa mungkin dia datang ke Mambera cuma untuk mencari orang untuk dijadikan pionnya. Tapi aneh juga, kalau dia merencanakan sesuatu, seharusnya bukan di Mambera, tapi di Aldimo.”Jika memang dia mengincar Liam, seharusnya dia tidak beraksi di Mambera, dan andaikan orang itu mengincar Liam, seharusnya sudah dari dulu dia beraksi. Yuna tidak tahu seperti apa latar belakang Liam. Dia tidak ingin mencari tahu dan juga tidak peduli. Dia hanya berkata, “Kalau nggak tahu ya sudah, nggak usah terlalu dipikirkan. Mungkin juga ketemu cuma kebetulan. Kalau nanti masih ada kesempatan bertemu, langsung saja minta nomornya. Tetap jaga hubungan dan coba cari tahu perlahan. Entah dia ada hubu
“Iya, mulutnya memang bisa dipercaya,” tambah Yuna.Selagi mengobrol, Yuna mendengar suara Amelia yang sedang berbicara dengan Jonas.“Amelia sudah pulang,” kata Olivia.Mendengar Amelia sudah kembali, Russel segera membawa mainan yang sedang dia mainkan dan berlari keluar. Khawatir dia akan tersandung, Olivia juga segera mengikutinya. Yuna masih tetap duduk di sofa tersenyum melihat Olivia berlari-lari mengikuti Russel. Namun seketika, senyumannya itu menghilang karena tiba-tiba teringat dengan adiknya yang sudah meninggal. Betapa indahnya apabila adiknya itu masih hidup. Begitu juga dengan orang tuanya, andaikan mereka masih hidup, Yuna dan Reni tidak akan terpisahkan. Yuna jadi penasaran juga dengan asisten ibunya kala itu apakah dia masih hidup atau tidak. Asistennya itu adalah orang yang sangat penting. Mereka sudah mengerahkan seluruh koneksi untuk mencarinya, tetapi tidak pernah ada kabar tentangnya.Tidak banyak orang yang ingat dengan asisten tua itu. Yuna sendiri hanya mengin
“Om Daniel hari ini lagi sibuk, jadinya tadi Tante Olivia yang jemput aku. Aku ke sini karena mau ketemu sama bayi,” jawab Russel dengan suara dan intonasi yang jelas.Jonas merasa Russel ini mirip sekali dengan Liam. Usia Liam baru satu tahun lebih sewaktu dia diadopsi oleh Mulan. Saat itu dia masih belum bisa berbicara dengan jelas, tetapi begitu sudah bisa berbicara, ucapannya terkadang terdengar seperti orang tua yang arogan. Kini Liam sudah berusia tiga tahun lebih, tapi gayanya sudah seperti orang dewasa dan lebih cerdas dibandingkan anak-anak seumurannya. Yang membuat orang lain terkejut adalah ingatan Liam yang sangat tajam. Jonas sungguh berharap anak dia dan Amelia kelak juga bisa sama pintarnya seperti Liam dan Russel.“Dia masih kecil, jadi butuh banyak tidur. Nanti kalau dia sudah lebih besar, baru dia bisa sering-sering main sama kamu,” kata Jonas.“Iya, Tante Olivia juga bilang begitu. Om Jonas biasanya nggak terlalu sibuk, ya? Setiap kali aku datang ke sini selalu ada O
Jonas terkekeh lalu berkata, “Benar sekali! Ada banyak orang yang suka sama Russel. Tapi, Russel pasti sudah menyisakan tempat untuk Om Jonas di hatimu, kan?”Russel langsung mengiyakan perkataan Jonas seraya berkata, “Aku pasti akan menyisakan tempat untuk Om Jonas di hatiku.”Kemudian semua orang langsung tertawa dibuatnya. Ponsel Olivia berdering tidak lama setelah dia masuk ke dalam ruangan. Dia bergegas mengangkatnya karena Stefan yang meneleponnya. Stefan tahu kalau istri tercintanya saat ini sedang berada di rumah keluarga Sanjaya. Biasanya, Stefan akan menyusul Olivia ketika dia mengetahui kalau Olivia berada di rumah keluarga Sanjaya. Namun, Stefan sangat sibuk dengan pekerjaannya malam ini, jadi dia tidak bisa menemani istrinya.Olivia berkata dengan bijak, “Aku akan makan malam di rumah Tante Yuna dan mengobrol sebentar setelah itu baru aku akan pulang. Kamu juga jangan minum terlalu banyak saat rapat sama klienmu itu. Ramalan cuaca bilang kalau hari ini akan dingin, jadi k
Yuna mengangguk."Sore nanti ajak Russel bersama ke sini." Setelah berpikir sejenak, Yuna menambahkan, "Dokter Panca bilang, waktu Kakek Setya nggak banyak lagi. Biarkan dia bertemu dengan anak-anak satu per satu." Semua orang saling memandang. Olivia dengan cemas bertanya, "Penyakit apa yang diderita Kakek Setya?" "Mungkin karena luka lama yang meninggalkan efek samping, ditambah usia lanjut. Orang tua pasti punya penyakit kecil di sana-sini," jawab Yuna sambil menghela napas, dia tidak melanjutkan lebih jauh. Dokter Panca sudah menyuruh mereka bersiap secara mental. "Sore nanti, aku akan menjemput Russel, lalu kita akan datang bersama." Olivia juga memahami bahwa usia Setya yang sudah sangat tua, ditambah keinginannya yang sudah terpenuhi, mungkin tidak akan bertahan lama lagi. "Apakah perlu memberi tahu Kak Odelina agar pulang?" "Untuk sementara nggak perlu. Kakek Setya belum menyerahkan bukti-buktinya ke aku, jadi dalam waktu dekat sepertinya nggak akan ada apa-apa. Saat dia
Wajah Yuna berubah drastis. “Dokter Panca, apakah nggak ada cara agar Om Setya bisa hidup beberapa tahun lagi?” Dokter Panca berkata, “Saya dan murid-murid saya sudah pakai semua obat terbaik yang kami tanam untuknya. Kami sudah melakukan yang terbaik. Dia bisa bertahan sampai sejauh ini, pertama karena kami membantu memulihkan tubuhnya, dan kedua karena obsesi yang ada di hatinya.” “Meski dendam besar mamamu belum terbalaskan, melihat kalian hidup dengan baik, memiliki kekuatan dan dukungan, Om Setya merasa lebih tenang. Dia percaya bahwa balas dendam untuk ibumu bisa diserahkan sama kalian, jadi dia bisa pergi menemui majikannya dengan hati lega.” “Begitu obsesi itu hilang, seperti yang saya katakan sebelumnya, semangatnya akan turun. Ketika itu terjadi, dia nggak akan bertahan lama lagi. Apalagi, usianya sudah hampir seratus tahun. Bahkan kalua hari itu tiba, kalian harus menerimanya dengan tenang.” Hidup hingga seratus tahun, meski sering diucapkan, berapa banyak orang yang be
Sama seperti para lelaki di keluarga menantunya. Tidak heran kedua keluarga itu bisa memiliki hubungan yang erat. Mereka adalah orang-orang yang sejenis. “Dokter Panca,” sapa Stefan dengan hormat. Lelaki tua itu mengangguk lagi. Kemudian, dia memperkenalkan beberapa teman lamanya kepada pasangan itu. Terakhir, dia menunjuk Setya dan berkata kepada Olivia, “Bu Olivia, kakakku ini adalah orang yang selama ini kalian cari. Tantemu memanggilnya Om Setya.” “Dokter Panca, panggil aku Olivia saja,” kata Olivia dengan sopan. Dia menoleh ke Setya dan menyapanya, “Kakek Setya.” Sebagai generasi muda, Olivia belum pernah bertemu dengan asisten tua itu, dan begitu pula sebaliknya. Karena itu, baik Olivia maupun Setya, tidak memiliki perasaan emosional yang sama seperti Yuna. Setya tersenyum dan mengangguk, lalu berkata, “Kamu pasti Olivia, 'kan?” Bu Yuna benar, Olivia tidak begitu mirip dengan Reni. Sekilas terlihat sedikit mirip, tapi kalau diperhatikan lebih saksama, ternyata nggak. Keli
“Om Setya, putri sulung Reni sudah pergi ke Cianter untuk berkarier. Anda untuk sementara nggak bisa bertemu dengannya,” kata Yuna dengan suara lembut.Dia tahu alasan Setya sering memandang Amelia. Mungkin lelaki itu khawatir bahwa keluarga ibunya tidak ada yang mampu mengambil alih keluarga Gatara. Setya sangat setia, dan menganggap keluarga Gatara itu adalah milik keturunan majikannya.Meskipun Patricia telah duduk di posisi kepala keluarga selama lebih dari 40 tahun, Setya tetap tidak mengakui kedudukan Patricia yang sah. Perempuan itu tidak ingin Setya hidup, karena selama dia masih hidup, Patricia selalu merasa posisinya tidak kokoh. Tanpa Setya, dengan semua saudaranya ang telah tiada, mengambil alih keluarga Gatara menjadi hal yang wajar baginya, sehingga dia akan merasa lebih percaya diri. “Olivia sedang dalam perjalanan. Sebentar lagi Anda bisa bertemu dengannya,” “Olivia lebih mirip ayahnya, sedangkan Odelina lebih mirip Reni. Anak laki-laki Odelina, Russel, sangat mirip
Yuna menangis sejadi-jadinya di depan nisan adiknya. Namun, tidak peduli seberapa keras tangisnya, dia tidak dapat menghidupkan kembali adiknya. Satu hal yang bisa dia lakukan hanyalah menjadi sosok ibu bagi kedua keponakannya dan memberikan mereka lebih banyak kasih sayang.Yuna dan adiknya mengalami masa kecil yang tragis. Kemudian, keduanya dipisahkan oleh dua alam yang berbeda. Setelah mengetahui penyebab kematian orang tuanya, Yuna sangat membenci Patricia.“Kalau nggak ingin orang tahu apa yang kamu lakukan, lebih baik nggak usah lakukan. Dia akan membayar harga atas semua perbuatannya,” ujar Setya dengan penuh kebencian.“Benar, Om. Dia akan bayar harga atas semua yang telah dia lakukan.”“Aku yang nggak berguna. Aku nggak punya banyak bukti. Hanya ada sedikit. Karena orang-orang yang tahu masalah ini sudah mati semua, jadi sulit untuk memberatkannya dengan bukti yang sedikit ini.” Usai berkata, Setya kembali menyalahkan dirinya sendiri dan menangis.“Aku nggak peduli ada bukti
Tahun lalu, Setya baru saja kembali dari gerbang kematian. Setelah mendengar perkataan Panca, Setya pun berusaha menenangkan dirinya. Dia menganggukkan kepala kepada teman-temannya, lalu berkata kepada yuna, “Non Yuna, aku akan berusaha tetap hidup. Sampai kalian membalaskan dendam orang tuamu, agar Bu Patricia terima hukuman atas perbuatannya. Kalau nggak, aku nggak bisa mati dengan tenang.”“Ini juga salahku. Selama bertahun-tahun, aku nggak bisa membalaskan dendam orang tuamu. Aku juga nggak bisa temukan keberadaan kamu dan adikmu.”Kalau saja Setya menemukan Yuna dan Reni lebih awal, Reni tidak akan meninggal secepat ini. Setya gagal melindungi kepala keluarga Gatara sebelumnya, juga gagal melindungi kedua putri kepala keluarga Gatara sebelumnya. Setya merasa sangat bersalah.Setya yang telah menjalani pelatihan khusus menjadi asisten terpercaya kepala keluarga Gatara. Dia telah melakukan banyak hal untuk kepala keluarga Gatara. Namun pada akhirnya, dia gagal melaksanakan dua hal t
Yuna memanggil pria itu Setya, adik Yuna juga ikut memanggilnya dengan nama itu. Setiap kali Yuna dan adiknya memanggil Setya, pria itu selalu menjawab sambil tersenyum.Dalam ingatan Yuna yang samar-samar, orang tuanya dan Setya sangat sibuk. Namun, kesehatan ibunya kurang baik, jadi ibunya sering meminta bibinya yang tidak lain adalah Patricia untuk melakukan sesuatu.Sekarang kalau dipikir-pikir, justru karena ibunya Yuna sakit. Jadi ibunya Yuna mau tidak mau sering minta Patricia mengurus perusahaan dan urusan keluarga, sehingga timbul keinginan di dalam hati Patricia untuk merebut kekuasaan.Patricia pasti merasa dia telah berbuat banyak, tapi semua orang tetap berpihak pada ibu Yuna. Oleh karena itu, Patricia ingin mengambil alih. Karena dia mengira hanya dengan menjadi kepala keluarga, semua orang akan sepenuhnya berpihak padanya.“Huh ....”Syuna memanggil Sety, Setya menghela napas sambil menahan air matanya. Keduanya sama-sama tidak memiliki kesan mendalam terhadap satu sama
Stefan tertawa pelan. “Oke, asal kamu nggak berebut dengan tantemu untuk dapat perhatian, sebenarnya kamu akan merasa sangat bahagia. Ada begitu banyak orang yang sayang sama kamu. Cepat gosok gigi dan cuci muka. Habis itu ambil tasmu dan turun untuk sarapan dulu. Nanti om sopir yang antar kamu ke sekolah. Om dan tantemu ada urusan, nggak bisa antar kamu.”Russel memanyunkan bibir lagi. Namun pada akhirnya, dia tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia pun pergi mencuci muka dan menggosok gigi dengan tenang. Sedangkan Stefan kembali ke kamarnya untuk membangunkan Olivia. Dia memberitahu Olivia kalau Dokter Panca membawa asisten nenek Olivia ke rumah keluarga Sanjaya.Olivia langsung bangun dan mandi secepatnya. Selesai ganti baju, dia bergegas turun bersama suaminya. Di sisi lain, Aksa juga telah membangunkan orang tuanya. Begitu mengetahui kedatangan para pria tua dan salah satu di antaranya adalah guru Kellin, Yuna langsung keluar dari kamar. Namun, suaminya segera menghentikannya.“Yuna, k
Mereka berdua sedang bertelepon, tapi Stefan malah bilang kalau dia tidak bicara dengan Aksa. Karena Aksa tahu Stefan pasti sedang mengurus Russel, Aksa pun tidak marah.“Oke, kamu bisa bicara sekarang.” Stefan akhirnya bicara dengan Aksa.Kalau bukan karena tahu Olivia masih tidur saat ini, Aksa sungguh tidak ingin menelepon Stefan. Dengar saja nada bicara Stefan, sangat menjengkelkan, bukan? Seolah-olah Aksa akan melapor ke Stefan saja.Aksa pun berkata sambil menahan amarahnya, “Dokter Panca bawa asisten nenekku datang ke sini. Selain mereka berdua, ada beberapa pak tua lainnya. Mereka mungkin para master yang menguasai dunia beberapa puluh tahun yang lalu. Kamu bilang sama Olivia. Kalau kamu bisa datang, kamu temani Olivia datang ke sini sebentar.”“Dokter Panca?” Stefan spontan mengerutkan kening. “Kamu yakin orang itu Dokter Panca?”“Aku nggak yakin. Makanya aku suruh Jonas datang. Jonas pernah bertemu dengannya. Tapi aku rasa mereka nggak akan berbohong. Nggak akan ada yang bera