“Ayo, masuk. Di luar dingin sekali.”Chintya memeluk bunga sambil membawa kotak makan dan mengajak Bram masuk ke sanggar. Reiki mengikutinya berjalan di belakang. Semua orang melihat Chintya membawa bunga menatap mereka berdua penuh menggoda.Bahkan anak kecil juga merasa Chintya terlihat berbeda ketika membawa bunga tersebut. Perempuan itu menghampiri mereka semua.“Bu, bunga ini cantik sekali.”“Bu, kamu mau makan sate? Kami sudah mau habiskan.”“Bu, Om Bram yang kasih kamu bunga? Kenapa Om Bram kasih kamu bunga?”Chintya tersenyum dan berkata, “Kalian makan saja, kalau bisa habiskan. Aku masih ada makanan karena Om Bram sudah siapkan terpisah. Om Bram tadi lewat toko bunga dan beli bunga ini karena cantik.”“Gimana? Cantik, ‘kan? Aku juga merasa bunga ini cantik, aku suka.”Semua orang memuji bunga itu dan di saat yang sama mereka juga menatap Bram dengan senyuman licik. Lalu pada akhirnya mereka menatap Rama. Lelaki itu hanya melirik adiknya sekilas dan duduk di meja tempat dia bia
Semuanya tertawa dan berkata, “Kak, kami bukan dibeli oleh Bram. Sejujurnya, Bram itu memang sangat baik dan cocok untuk adik kita.”Seorang pelatih berbisik dan berkata, “Aku lihat, Bram juga sangat menyukai adik junior kita. Lelaki muda yang dia temui nggak ada yang baik selain kita. Papa dan mama kalian juga dibuat pusing.”“Kalau Bram nggak baik, kami juga nggak akan setuju dia mendekati Chintya. Aku lihat mereka sangat akrab. Hanya saja, mereka berdua nggak ada hubungan cinta. Sikapnya pada Bram sama seperti pada kita.”Ucapannya itu membuat semua orang mengangguk setuju. Ada banyak adik dan kakak seperguruan yang lainnya, tetapi hanya Chintya yang membuat mereka cemas. Hal ini terutama karena Chintya terbiasa menganggap lelaki seperti teman baik. Hal itu membuat mereka tidak berdaya.Mereka juga ingin membantu adik mereka ini mencari kekasih, tetapi Chintya meminta jika pasangannya harus bisa bela diri. Mendengar reputasi kehebatan Chintya, ada yang datang dan mengamati perempuan
“Chintya, bunga ini… maksudku, apa pemikiranmu setelah menerima bunga ini?” tanya Bram mencoba memberanikan diri.Chintya menghabiskan satu tusuk sate dan kemudian berkata, “Pemikiran apa? Ada, aku merasa bunga ini benar-benar cantik. Nggak tahu siapa yang merawatnya, kalau aku yang rawat pasti sudah mati.”“Selain itu, aku lihat bunga ini buat aku memikirkan biskuit mawar. Mendadak jadi ingin makan biskuit mawar.” Perempuan itu mulai sibuk membuka aplikasi belanja.“Aku yang belikan saja. Temanku yang buat sendiri jadi pasti lebih enak dibandingkan kamu beli lewat internet.”Chintya menjawab, “Kecuali kita langsung makan yang baru matang. Membeli atau memesan di internet nggak akan ada bedanya. Katanya yang baru saja matang itu rasanya enak sekali. Tahun depan, kalau ada waktu aku juga mau liburan dan coba biskuit bunga yang baru matang.”Bram diam saja dan diam-diam mengirimkan pesan pada anak buahnya. Mereka diminta untuk membeli biskuit tersebut dan langsung dibawa kembali ketika b
Chintya ingin berkata jika itu akan merepotkan Bram. Namun, dia urungkan niatnya dan mengangguk sambil berkata, “Kalau begitu aku akan merepotkanmu.”Ketika Bram di Malinjo, Chintya sudah menjamunya. Ketika mereka ke Mambera, maka sudah sewajarnya Bram menjamu mereka.“Chintya, selain biskuit bunga, kamu masih ada pemikiran lainnya?” tanya Bram lagi. Chintya menatap lelaki yang juga tengah menatapnya. Setelah keduanya berpandangan sejenak, perempuan itu coba bertanya,“Aku perlu pemikiran apa? Merasa kamu suka sama aku karena kamu kasih aku bunga? Aku tahu kamu suka aku, karena aku juga suka kamu. Kalau kita nggak saling menyukai, mana mungkin bisa jadi teman?”Bram hening sejenak dan kemudian berkata, “Apa kamu nggak pernah terbersit kalau rasa suka yang aku rasakan bukan suka antara teman. Tetapi rasa suka lelaki terhadap perempuan.”“Kamu lelaki dan aku perempuan. Kalau kamu suka aku, bukankah itu lelaki suka perempuan? Lalu apa bedanya?”“Maksudku, Chintya, aku cinta kamu dan mau m
Bram bangkit berdiri dan hendak mengejarnya. Namun tangannya ditahan oleh Rama. Dia menoleh dan mendapati Rama kemudian berkata, “Kak Rama, aku keluar sebentar.”“Sekarang jangan pergi dulu, biarkan adikku tenang sejenak. Biarkan dia pikirkan, dia bukan nggak suka denganmu. Dia butuh waktu untuk mencerna semuanya dan menerima kamu sebagai pasangan, bukan teman.”Bram berkata, “Di luar sangat dingin dan turun salju. Aku takut dia kedinginan.”“Kamu bisa kedinginan, tapi dia nggak. Kami tumbuh di sini dan sudah terbiasa cuaca dingin. Sedangkan kamu berbeda, kamu datang dari Mambera. Bisa dibilang kalau di sana nggak ada musim dingin. Chintya nggak akan kedinginan, kamu nggak perlu khawatir. Biarkan dia keluar sebentar dan tenangkan diri.”Rama sangat mengerti adiknya.“Kamu mendadak menyatakan perasaan dan dia nggak ada persiapan. Mendadak pikirannya kacau, tapi bukan masalah besar. Kamu juga, memangnya nggak bisa tunggu waktu yang tepat baru menyatakan perasaan? Memangnya dia bisa langs
“Kak Rama, sekarang aku bisa buat apa?” tanya Bram setelah tahu Rama merestui dirinya.“Kamu bisa tetap di sini atau pulang untuk bantu ibuku masak. Yang jelas, kamu nggak perlu memikirkan apa yang sedang dilakukan Chintya. Dia pasti pulang malam ini. Setelah dia pulang, kalian berdua baru bicarakan baik-baik.”“Kamu hanya perlu buat dia percaya kalau kamu tulus dan nggak bercanda.”Bram berkata, “Aku pasti akan melakukannya. Terima kasih, Kak. Kalau begitu aku bantu Tante masak saja.”Chintya bukan dibuat takut karena pernyataan perasaan Bram. Dia hanya tidak percaya karena baru pertama kalinya mendengar lelaki mengatakan mencintainya. Chintya berjalan keluar dan menggigil karena angin yang berembus. Seketika pikirannya langsung jernih.Dia juga tidak berjalan di luar terlalu lama dan memutuskan untuk pulang. Untungnya jarak dari sanggar ke rumah tidak jauh. Ibunya tengah mempersiapkan hotpot untuk makan malam. Cuaca dingin memang lebih enak makan hotpot.Jika bukan karena di rumah ad
Ketika pertama kali bertemu dengan Bram, jantungnya berdegup cepat dan bisa berpikiran kesana kemari. Setelah lama saling mengenal, dia merasa hubungan mereka seperti dirinya dengan para kakak seniornya yang lain. Kebersamaan mereka sangat alami dan tidak akan deg-degan lagi.Chintya pikir hubungannya dan Bram seperti sahabatan. Ternyata lelaki itu bilang cinta padanya. Perempuan itu merasa wajahnya memanas. Dia menyentuh wajahnya dan menepuknya sambil bergumam,“Chintya, kamu lagi malu? Apakah karena ada lelaki yang bilang suka sama kamu, kamu langsung berbunga-bunga? Tenang!”Bram tidak seperti pasangan kencan butanya yang lain khawatir bahwa dia akan melakukan kekerasan rumah tangga. Semua karena Bram juga bisa bela diri dan sangat hebat. Dia bisa mengalahkan Rama.Chintya duduk di kasur dan duduk di depan meja rias. Dia menatap dirinya di cermin kemudian terkekeh dan berkata, “Aku juga nggak jelek. Bram seleranya bagus.”Dalam hatinya tidak yakin apakah dirinya cocok dengan Bram. D
Chintya membawa teh jahe hangat ke dalam kamar dan duduk di sofa.“Chintya, kamu ada pikiran?” tanya ibunya sambil duduk di sampingnya.“Nggak ada.”Chintya tidak berani bertatapan dengan ibunya karena takut ketahuan. Dia menyesap minumannya dan kemudian berkata, “Ma, Mama masukkan semua jahe di rumah? Kenapa pedas sekali? Nggak enak! Aku nggak mau minum.”“Kamu datang bulan nggak normal, minum ini untuk menghangatkan badan.”“Ma, sebenarnya aku bohong sama Mama. Aku sehat-sehat saja.”“Bohong? Kamu ini! Masalah kesehatan kenapa harus bohong? Mama masih ingin beli vitamin buatmu. Masih muda dan belum menikah. Kalau siklusnya berantakan, harus periksa ke dokter untuk diperbaiki. Kalau nggak, bisa berpengaruh pada proses kehamilan. Perempuan itu harus mementingkan siklus datang bulan. Jangan malu.”“Ibu, aku baik-baik saja. Aku bohong karena takut Mama marah aku pulang lebih awal dan minta Ayah potong gajiku.”Lana menatapnya datar dan berkata, “Kamu ada masalah apa? Cerita ke Mama. Kala
Seraya menekan amarahnya, Regina menjawab, “Tadi Fenny sama Rosalina juga datang ke acaranya Yura. Rebecca kan lumayan dekat sama Lena, jadi Rebecca kenalin Lena ke Rosalina, tapi Lena malah berharap bisa dapat Calvin. Lena ngomong kasar ke Rosalina, akhirnya dia sendiri yang kena siram.”“... kok bisa Lena ngomong begitu. Apa didikan kita cuma dia anggap sebagai angin lalu? Terus apa kamu sudah minta maaf ke Rosalina? Besok kita langsung ke rumah mereka untuk minta maaf secara personal.”Terrence tidak bertanya lagi apa yang sebenarnya Lena ucapkan, tetapi dia tahu kalau istrinya sudah marah, berarti kesalahan yang Lena lakukan sudah di luar batas wajar. Regina dan Terrence merasa mereka sudah mendidik Lena dengan sangat baik. Makanya ketika Lena mengatakan sesuatu yang jahat, Regina merasa sangat marah dan juga bersalah karena merasa telah gagal mendidik anaknya.“Aku sama Lena sudah minta maaf. Untungnya Rosalina juga nggak mempermasalahkannya. Dia baik banget, sih. Tapi kita nggak
Tidak ada yang melihat hasil tesnya, tetapi bisa dibayangkan Rosalina adalah putri kandung ayahnya, atau Johan dan Sinta tentu tidak akan menganiaya Rosalina. Namun dari hasil tes itu jika diketahui rupanya Sinta sudah lama berselingkuh.Kalau dipikir-pikir lagi sekarang, Fenny cukup beruntung karena Sinta dan Johan tidak peduli dengan Rosalina. Di bawah asuhan Rida dan pengasuhnya, cara pandang Rosalina terhadap dunia menjadi lurus. Kalau saja waktu itu Sinta dan Johan baik dan mau mendidik Rosalina, mungkin sekarang Rosalina tidak akan jadi seperti sekarang.“Bukan salah mereka, justru Mama yang jago mendidik anak-anak Mama jadi orang yang unggul. Siapa juga yang nggak suka sama orang hebat? Semua orang tua pasti mau anak perempuan mereka menikah sama cowok yang mapan. Cari menantu juga harus lihat siapa mertuanya. Pernikahan memang bukan urusan satu keluarga saja, tapi dua keluarga. Setelah menikah, suami istri harus bisa membaur ke kedua pihak dan beradaptasi sama gaya hidup mereka
“Bukannya justru aktingku bagus. Pak Lota minta aku membantu Rosalina. Tadi aku sudah bantu dia,” kata Giselle. Namun hanya dia yang tahu betapa inginnya dia mendukung Lena tadi.“Rosalina tadi ngomong begitu tujuannya sengaja menguji kamu,” kata si pengawal.“Aku juga merasa begitu. Aku yakin dia pasti mencurigai aku. Untung saja tadi aku nggak termakan jebakannya.”“Tapi akan lebih bagus lagi kalau dia nggak melakukan itu sejak awal,” kata si pengawal dengan nada dingin. Giselle sudah melalui pelatihan yang cukup keras, tetapi sifat aslinya tidak mungkin bisa hilang. Sejak awal dia memang tidak mungkin bisa dibandingkan sejajar dengan Rosalina. Entah apakah Rosalina berhasil membongkar kedok Giselle dengan pertanyaannya tadi. Yang pasti sampai di rumah nanti si pengawal harus melaporkan keadaannya kepada Lota dan lihat bagaimana tanggapannya.Setengah jam setelah Giselle pergi, Dewi dan Fenny juga mengajak Rosalina untuk pulang. Selama perjalanan, Fenny bertanya kepada menantunya, “S
“Nggak bisa, nih. Aku sudah harus pulang. Kapan-kapan kalau ada waktu kita ngobrol lagi, ya. Rebecca, aku boleh minta nomor kamu?”Rebecca tanpa keberatan memberikan nomornya kepada Giselle. Kedua pengawal yang Giselle membawa ikut masuk untuk berpamitan dengan Yura. Dan seperti biasa, Yura meminta pelayan rumahnya untuk mengantar Giselle keluar. Begitu Giselle masuk ke mobilnya, ekspresi ramah yang dia pasang sebagai topeng seketika itu juga lenyap dan tergantikan dengan wajah penuh dengan amarah. Dia tak berhenti memaki Rosalina. Kedua pengawalnya tidak menghiraukan dan membiarkan dia mengamuk sendiri.“Bikin aku kesal aja. Dasar buta, awas saja. Suatu saat nanti aku bakal bikin kamu bertekuk lutut di depanku! Jangan harap aku bakal mengasihani kamu!”“Bu Lisa, tadi penyamarannya hampir saja ketahuan,” kata salah satu pengawalnya.“Kalian nggak tahu saja seberapa sakitnya omongan yang si buta itu keluarin dari mulutnya. Dari dulu selalu saja menjelek-jelekkan aku. Sudah aku bantu, ta
Kerugian yang disebabkan kepada orang lain pada akhirnya akan berbalik ke diri sendiri. Kalaupun tidak sampai dijatuhi hukuman atau dipenjara, catatan kejahatan akan tetap ada dan itu bisa mencoreng nama baik seseorang.Kerumunan langsung terurai tanpa waktu lama. Mereka kembali minum-minum, bersenda gurau menikmati pesta seolah-olah tadi tidak terjadi apa-apa. Fenny juga merasa puas mengetahui menantunya bukanlah orang yang hanya diam saja ketika dihina oleh orang lain.Yura mempersilakan Fenny dan Dewi untuk kembali ke dalam. Setelah mereka berdua pergi, Giselle memanfaatkan kesempatan ini untuk mendekati kakaknya dan bertanya dengan santun, “Rosalina, Rebecca, aku boleh duduk bareng kalian?”“Oh, iya silakan,” sahut Rebecca. Dia memiliki kesan yang cukup baik terhadap Lisa karena tadi melihat Lisa membela Rosalina.Anak muda memang tidak sulit untuk bergaul. Lisa masih sangat muda meski sudah menikah. Dia justru tidak cocok ketika mengobrol dengan ibu-ibu lain yang lebih tua darinya
Rosalina selalu dianggap sebagai simbol ketabahan dan kesabaran. Lena membuat rumor yang tidak-tidak tentang Rosalina malah membuat orang lain merasa dia hanya omong kosong. Jika saja Regina tidak segera menegur anaknya, entah keributan seperti apa lagi yang terjadi.Semua orang juga baru tahu sekarang kalau ternyata Lena mengincar Rosalina karena Lena juga mencintai Calvin. Sebelumnya mereka tidak pernah mendengar desas-desus kalau Lena mengejar Calvin, karena selama ini Lena hanya mencintai Calvin secara diam-diam. Tak heran mengapa Lena mengincar Rosalina, karena dia merasa cemburu.“Maaf, ya, Rosalina. Aku yang kurang mendidik Lena dengan baik. Besok pagi aku bakal ajak Lena ke rumahmu untuk minta maaf secara personal,”kata Regina dengan penuh penyesalan, lalu tak lupa dia juga memberikan kejelasan kepada orang lain yang ada di sana. “Apa yang tadi anakku bilang nggak berdasar, dia mengarang cuma karena merasa iri sama Rosalina. Aku akan mendidik dia dengan lebih baik lagi, jadi to
Namun, Rosalina akan menggunakan jalur hukum kalau sampai fitnah Lena terhadapnya tersebar. Dia akan membiarkan Lena dihukum berdasarkan hukum yang berlaku. Lena dan Regina saling bertatapan lalu Regina pun berkata, “Kamu sudah dengar apa yang dikatakan Bu Rosalina, kan? Dia sudah sangat baik tidak melanjutkan masalah ini ke meja hijau sementara waktu. Hal ini membuktikan betapa baiknya Bu Rosalina. Tapi, bukan berarti kamu bisa seenaknya karena Bu Rosalina sudah memaafkanmu. Jangan sampai kamu berlaku seenaknya lagi seperti ini nantinya.”“Omong kosongmu bukan hanya menyakiti perasaan orang lain, tapi juga menyakiti dirimu sendiri, bahkan keluargamu. Kamu adalah putriku, jadi orang-orang pasti akan menyalahkan orang tuami dalam mendidikmu ketika mereka mendengar perkataanmu yang jahat itu. Mereka pasti mengatakan kalau aku sudah mengajarkanmu bergosip dan menyebar fitnah.”“Aku meminta maaf kepada Bu Rosalina karena ketidakmampuanku dalam mendidik putriku. Besok, kami akan menyiapkan
Bagaimana dia bisa begitu gila malam ini? Kenapa dia melontarkan kata-kata sinis dan menghina kepada Rosalina? Dia menghina Rosalina di acara jamuan makan yang dihadiri oleh anggota keluarga Adhitama lainnya dengan kata-kata yang bisa merusak reputasi Rosalina. Lena yakin kalau dirinya pasti tidak akan selamat dari amukan Calvin kalau sampai rumor buruk ini tersebar ke mana-mana. Selain itu, pandangan orang-orang terhadapnya juga akan membuatnya merasa terkucilkan dan malu bukan kepalang. Dia sudah meminum beberapa gelas anggur lalu langsung merasa cemburu dan iri ketika melihat Rosalina dan Rebecca sedang duduk sambil makan dengan gembiranya. Akhirnya, dia pun menghampiri mereka dan membuat masalah. Dia menyukai Calvin, tapi tidak berhasil mendapatkan laki-laki itu yang membuat dirinya sangat iri dan cemburu kepada Rosalina sampai dia mengatakan kata-kata penuh penghinaan kepada perempuan itu. Sayangnya, Lena telah mengabaikan satu hal kalau Rosalina tidak datang sendirian ke acara
“Memangnya apa yang kukatakan padamu? Kamu berhasil mendapatkan kerja sama bisnis tanpa minum sedikit pun pasti karena kamu mengandalkan kecantikanmu. Selain itu, Pak Calvin bisa jatuh cinta padamu pasti karena sosokmu yang baik dan wajahmu yang cantik, kan? Apa ada alasan lain lagi?”“Siapa bilang harus minum untuk mendapatkan bisnis?”Giselle memanfaatkan kesempatan ini untuk membela Rosalina dengan membantah Lena. “Bu Lena, pikiranmu itu sungguh kotor. Mungkin justru kamu yang mengandalkan kecantikan dan tubuhmu untuk mendapatkan bisnis?”“Jangan kamu pikir, semua orang sama kotornya sama kamu.”“Siapa kamu?” tanya Lena. “Kamu masih peduli siapa aku? Padahal mulutmu saja sangat bau!”Kemudian Giselle memberikan gelas anggurnya kepada Rosalina lalu berkata, “Bu Rosalina, silakan gunakan gelas saya ini untuk membersihkan mulut bau Bu Lena.”Rosalina mengambil gelas anggur itu lalu kembali menyiramkannya ke wajah Lena lalu berkata dengan dingin, “Semua orang di sini mendengarnya deng