“Cuma pakai masker, kacamata hitam, sama ganti gaya rambut doang. Suruh yang lain buntuti Odelina. Bukan untuk memantau, tapi supaya mereka familier dengan sosoknya dia. Lain kali kalau dia pakai make-up pun, mereka bisa dengan segera mengenali yang mana orangnya. Setiap kali aku ngajak dia ketemuan, aku yang bertanggung jawab atas keselamatannya. Kalau sampai terjadi sesuatu sama Odelina, Olivia nggak akan mengampuni aku. Oh ya, kalau Odelina butuh bantuan selama dia di sini, kamu bantu dia secara diam-diam. Jangna sampai mamaku dan cowok yang bareng sama dia itu tahu.”Pria yan Felicia maksud itu tentu saja bukan ayahnya, tetapi asisten pribadi ibunya.“Siap, Non. Sekarang sudah larut malam, ayo pulang.”“Aku nggak mau pulang. Di rumah aku nggak merasakan adanya kehangatan keluarga sedikit pun, yang ada cuma orang-orang jahat.”Vandi tidak tahu bagaimana dia bisa menjawab ucapan Felicia. Dia sebagai asisten tidak berhak untuk ikut campur dengan urusan rumah tangga sang majikan. Dia t
“Lain kali kamu jangan begitu lagi, ya. Aku benar-benar nggak pernah ada niat untuk membenci kamu. Sama kayak waktu aku masih gendut dan jelek, kamu nggak pernah membenci aku sedikit pun.”“Kamu nggak jelek. Sedikit pun nggak. Bahkan dulu waktu kamu masih bulat pun nggak jelek. Justru kamu kelihatannya bawa hoki.”“Jelek, ya jelek. Aku waktu melihat diri sendiri di cermin saja jadi benci sama badan sendiri.”Cukup sekali saja Odelina membodohi diri sendiri, dia tidak akan mengulanginya untuk yang kedua kali. Kelak dia akan menyayangi tubuhnya sendiri dan tidak lagi makan terlalu banyak hingga berat badan menjadi tak terkendali. Sewaktu tubuhnya masih gemuk, kesehatan Odelina sangat mengkhawatirkan, dia mengidap penyakit perlemakan hati dan asam urat tinggi. Setelah berat badannya menurun, asam uratnya normal dan livernya juga membaik.“Odelina, kamu beliin Russel mainan dan baju baru, aku ada dibeliin apa?”“Kamu sudah punya semuanya. Russel kan masih kecil, tumbuhnya cepat. Setiap tah
“Iya, aku bakal rajin pergi rehabilitasi. Waktu kamu pulang nanti, mungkin aku sudah bisa jalan 2-3 meter. Oh ya, kamu berapa lama di sana?”Odelina terdiam sejenak, sebelum dia menjawab, “Ada kemungkinan sampai tahun baru.”“Lama banget. Russel gimana?”“Ada Olivia yang jagain dia. Kalau dia kangen, mungkin akhir pekan aku bakal pulang sebentar untuk menemani dia. Tapi kalau nggak ada waktu, mungkin aku minta tolong Stefan untuk ajak dia datang ke sini.”Ke depannya Odelina akan makin sibuk. Untuk sementara waktu mungkin dia tidak punya banyak waktu untuk menemani Russel.“Sejak Russel lahir, dia sudah sering dijagain sama Olivia, jadi dia sudah terbiasa. Sekarang juga nggak terlalu lama sampai tahun baru, nggak terasa sebentar lagi pasti lewat.”“Tapi aku yang kangen sama kamu!”Russel hanyalah pembuka, tetapi yang sebenarnya ingin Daniel katakan adalah bahwa dia sangat merindukan Odelina. Daniel bisa gila kalau harus menunggu selama itu. Berbicara melalui telepon dan video call tida
Keesokan harinya sudah hari Minggu. Russel yang sedang menikmati hari libur sudah bangun pagi-pagi sekali. Bangun-bangun dia langsung mengetuk pintu kamar Olivia, dan yang membukakan pintu adalah Stefan.“Om Stefan, Tante Olivia sudah bangun? Aku mau main sama Tante.”Stefan menarik napas dalam-dalam, mengingatkan dirinya sendiri untuk tidak marah kepada anak kecil. Dia berkata, “Russel, sekarang baru jam berapa kamu sudah bangun. Kenapa nggak tidur lagi saja sebentar? Biasanya kalau mau berangkat sekolah, dibangunin nggak bangun-bangun. Giliran nggak sekolah malah pagi-pagi sudah melek.”“Aku nggak bisa tidur lagi, Om Stefan. Nggak ada yang mau menemani aku main, jadi aku ngajak Tante Olivia.”Sekarang Russel menginap di vila pribadi milik Stefan yang berada di daerah perkotaan, bukan di Vila Permai. Di Vila Permai ada anak-anak lain yang bisa menemani Russel bermain, sehingga dia tidak perlu mengganggu Olivia.“Tante Olivia masih tidur, kamu main sama Om saja, ya. Kamu mau main apa?”
“Baguslah kalau begitu. Aku sudah di depan rumah kamu. Tadi aku lihat pelayan rumah kamu buka pintu, ada yang mau aku omongin,” kata Yose dan langsung mengakhiri panggilan.Russel mendongak menatap Stefan dan bertanya, “Om, ada apa?”“Ada orang yang sama kayak kamu. Pagi-pagi sudah datang.”Entah apa lagi yang terjadi, apa mungkin ada perubahan terkait pernikahan Jonas dan Amelia, lalu Yose ingin meminta Stefan untuk membantu dia mengobrol dengan para tamu? masalahnya Stefan tidak bisa, yang jago untuk itu adalah Olivia.Tak lama Yose pun membawa masuk mobil yang bisa digunakan oleh adiknya itu dan memarkirkannya di halaman depan. Yose bahkan belum turun dari mobil, pintu belakang sudah terbuka dan seseorang bertubuh kecil melompat keluar dan berlari ke arah Stefan.“Russel, Russel, aku datang.”Soso bertubuh kecil itu Liam rupanya.“Liam!” sahut Russel, dia langsung melepaskan tangannya dari Stefan dan berlari ke arah Liam. Mereka berdua langsung berpelukan seperti orang dewasa yang s
“Nggak heran Russel bisa berteman baik sama Liam. Mereka berdua nggak beda jauh. Tadi pagi-pagi Russel juga sudah ketuk kamarku, makanya aku ajak dia lari pagi. Yose, gimana kalau kamu ikut aku jalan-jalan.”“Boleh saja, toh aku juga sudah nggak bisa tidur lagi. Liam, kamu main dulu sama Russel di depan, ya. Jangan terlalu jauh.”“Harusnya Russel yang ngajak Liam main, kalian kan datang ke sini sebagai tau. Aku dan Russel yang harus menjamu.”Kedua anak itu sudah pergi dari tadi sambil bergandengan tangan.“Liam itu ingatannya bagus banget. Dia baru datang sekali saja sudah ingat jalan. Bahkan bunga-bunga yang ada di pinggir jalan juga bisa dia ingat dengan jelas. Sekarang dia sudah kenal banyak jenis-jenis tanaman,” kata Yose membicarakan tentang anak angkatnya itu.“Siapa dulu gurunya, Kellin Dharma si dokter ajaib,” sahut Stefan.Meski Kellin jarang sekali membimbing Liam secara langsung, tetapi dengan adanya dia sebagai guru, Liam dapat belajar banyak tentang berbagai macam tanaman
“Untung saja keluarga kita dekat, sebentar lagi kita juga bakal jadi saudara. Kalau nggak, aku mana enak pagi-pagi datang mengganggu,” ucap Yose.Hari masih pagi dan suasana di vila masih sangat tenang, sesekali mereka bisa melihat ada satu atau dua orang yang juga sedang lari pagi.“Liam nggak punya banyak waktu untuk pulang. Jarang-jarang dia bisa datang ke sini, jadi aku bisa mengerti kalau dia nggak sabar mau main sama temannya. Kemajuannya cepat banget, tadi waktu dia lompat dari mobil dan lari, aku bisa lihat Russel nggak akan bisa mengejar dia kalau bicara soal kemampuan fisik.”“Setiap orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kekurangan Liam itu dia rakus. Dia paling suka makan. Setiap pulang, dia paling suka minta makanan sama Jody. Bahkan perutnya sudah bulat pun dia masih tetap makan. Mulan sampai takut dia jadi gendut. Untung saja dia rajin latihan setiap hari. Olahraganya banyak jadi nggak gendut.”“Yang namanya anak kecil memang begitu. Nanti kalau sudah besar
Olivia tidak ingin membiasakan Russel bolos hanya untuk bersenang-senang, karena itu dia mempertegas hanya sekali ini saja. Kali ini pun karena Liam sudah jauh-jauh datang. Waktu di Mambera, teman main Liam hanya Russel seorang, jadi Olivia tidak keberatan untuk membuat pengecualian.“Tante Olivia, lain ali aku datang pas lagi liburan musim panas atau musim dingin saja, jadi Russel nggak perlu izin,” kata Liam.“Iya, Tante. Tolong kali ini saja bilang ke Mama, ya?”Olivia melirik Stefan, dan Stefan membuang muka ke luar dengan sedikit rasa bersalah. Dalam hati Olivia mengomel gara-gara Stefan sudah mengajarkan yang tidak baik pada Russel.“Ya sudah,” ujar Olivia, dia lalu menelepon Odelina dan berkata, “Kak, Russel mau ngomong.”Olivia kemudian memberikan ponselnya kepada Russel, “Russel, ini kamu ngomong sendiri saja sama mama kamu.”Russel pun lantas memberi tahu ibunya alasan mengapa dia ingin meminta izin untuk tidak masuk ke sekolah. Odelina menyetujui permintaan Russel supaya dia
Mereka sangat menyayangi Fani, dan itu tulus. Setelah pewaris yang sebenarnya kembali, mereka tetap tidak bisa menerimanya, selalu merasa Felicia adalah penyusup yang merebut semua yang seharusnya milik Fani. Di hati mereka, ada rasa benci terhadap Felicia. Karena sejak kecil dia hidup di lingkungan yang keras tanpa kasih sayang, Felicia tidak pernah berharap bahwa orang tua kandung atau saudara laki-lakinya akan memperlakukannya dengan baik, sebagaimana dia sendiri juga tidak memiliki banyak rasa terhadap mereka. Hubungan kasih sayang antara orang tua dan anak, saudara laki-laki dan perempuan, memang perlu dipupuk. Karena dia tidak tumbuh besar di sisi orang tua kandung atau saudara laki-lakinya, tidak ada hubungan emosional yang terbentuk. Meskipun sudah kembali ke sisi orang tua kandung selama dua tahun, tetapi itu tidak ada apa-apanya dibandingkan Fani yang tumbuh besar bersama keluarga Gatara sejak kecil. Sekarang, setelah Fani tiada, ayah dan tiga saudara laki-lakinya hanya
“Felicia, sekarang kamu ada waktu?” tanya Odelina.Felicia menjawab, “Selama kamu membutuhkan bantuan, aku selalu punya waktu.” “Kalau begitu, mari kita tentukan tempat untuk bertemu.” “Kamu yang pilih tempatnya.” Felicia mengangguk, lalu bertanya lagi, “Ada apa?” “Aku baru saja keluar dari Blanche Hotel, dan hampir saja tertabrak dua mobil di depan hotel. Pengemudinya bilang mereka gugup karena melihat banyak orang, lalu salah injak gas. Tapi ada kejanggalan, dan aku rasa ini bukan kecelakaan.” Felicia segera paham. Dia berkata, “Kamu curiga ini ulah mamaku yang menyuruh orang untuk menabrakmu? Mamaku sedang bepergian jauh, seharusnya bukan dia, 'kan?” Meski tahu ibunya bukan orang baik, Felicia tetap berharap ibunya tidak melakukan hal seperti itu. Odelina berkata, “Aku rasa ini bukan mamamu. Mamamu itu licik, kalau dia memang ingin aku mati, dia nggak akan menggunakan trik sepele seperti ini yang mudah ketahuan.” Sebelumnya, Waktu Ricky, dan Rika pergi ke pesta keluarga Gata
“Itu yang buat orang curiga.” Dimas berkata, “Mereka kemungkinan besar memang menargetkanmu.” “Aku sedang berpikir, apakah ini perbuatan tanteku atau putranya?” Odelina menganalisis, “Aku rasa bibi nenekku nggak akan buat kesalahan sepele seperti ini. Kalau dia yang mengatur, mereka pasti akan mempercepat mobil saat benar-benar mendekatiku, sehingga aku hampir nggak punya kesempatan untuk menghindar.”“Felicia juga nggak mungkin. Kami cukup dekat.” Meski dalam bisnis mereka adalah saingan, terkadang Odelina merebut pelanggan Felicia, kadang sebaliknya. Di luar itu, mereka bisa berbincang dengan dengan baik. Jika Felicia bukan pewaris utama keluarga Gatara, mungkin mereka bisa menjadi teman baik. Odelina sangat menyukai sifat perempuan itu."Ketiga putra keluarga Gatara mungkin memang ingin membunuhku, terutama Ivan. Aku pernah kirim foto dia dan Fani ke istrinya. Dia pasti bisa menebak itu aku.” “Sekarang Fani sudah meninggal. Mungkin dia ingin membalas dendam untuk Fani.“Bibi ne
“Maaf, saya melihat ada banyak orang berdiri di depan hotel, saya langsung panik dan, meskipun berniat menginjak rem, saya malah menginjak gas.” Setelah memarkir mobilnya, pengemudi mobil kedua turun dari mobil sambil terus-menerus meminta maaf. Dia adalah seorang gadis muda, dan tampaknya dia benar-benar panik.Tatapannya melewati kerumunan orang dan jatuh pada Odelina, yang sedang dibantu berdiri. Dengan nada penuh perhatian dan penyesalan, dia bertanya,"Kamu nggak apa-apa? Maaf, benar-benar maaf, aku baru dapat SIM setengah bulan yang lalu, ini pertama kali aku mengemudi keluar rumah. Kalau lihat banyak orang, aku masih nggak bisa menahan diri untuk merasa gugup." Pengemudi mobil pertama sudah membawa mobilnya masuk ke tempat parkir bawah tanah dan menghilang. Odelina melihat gadis muda itu yang terlihat sangat gugup. Wajar gugup kalau dia baru mendapatkan SIM-nya. Karena Odelina tidak mengalami apa-apa, dia berkata,"Aku nggak apa-apa, tapi kamu harus lebih hati-hati. Sebaiknya
Mobil berhenti di depan Blanche Hotel.Dia mengambil dua tisu untuk mengusap hidungnya yang baru saja bersin, lalu membuang tisu itu ke tempat sampah di pintu hotel. Setelah itu, dia turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam hotel bersama sekretaris dan beberapa anggota tim manajer untuk bertemu dengan klien."Bu Odelina."Para staf Blanche Hotel menyapa Odelina dengan hormat saat melihatnya.Meskipun perempuan itu belum sepenuhnya masuk dalam dunia bisnis di Cianter, tetapi karena dia adalah kakak dari Olivia maka para staf hotel memperlakukannya dengan sangat hormat. Bahkan Ricky yang ada di sini juga bersikap hormat pada perempuan itu.Odelina membalas dengan senyuman tanpa menghentikan langkah kakina. Perempuan itu langsung menuju ruang rapat bersama timnya. Dia sudah mengatur pertemuan dengan klien, tetapi klien belum tiba.Klien tersebut sudah menelepon sebelumnya dan mengatakan bahwa mereka akan tiba dalam beberapa belas menit. Karena Odelina yang ingin bekerja sama dengan or
Daniel terdiam sejenak. Setelah membuka pembicaraan, Erik melanjutkan, “Selain itu, kita semua tahu alasan sebenarnya Odelina pergi ke Cianter. Sekarang sudah pasti bahwa mereka adalah keturunan keluarga Gatara. Kalau benar dia mengikuti rencana bibinya untuk menjatuhkan kepala keluarga saat ini dan menggantikannya, maka dia akan menjadi kepala keluarga Gatara.” “Kalau begitu, kamu harus bersiap masuk ke keluarga Gatara. Hal ini juga perlu kamu pertimbangkan. Kakak tahu kamu rela melakukannya demi Odelina, tapi Papa dan Mama mungkin nggak akan mudah menerima hal ini.” Daniel menjawab, “Kak, aku sudah memikirkannya. Aku nggak peduli selama aku bisa bersama Odelina. Bagaimanapun keadaannya, aku terima. Mengenai Papa dan mama, mungkin awalnya mereka akan menolak, tapi aku akan perlahan-lahan membujuk mereka sampai mereka bisa memahami dan menerima.” Erik terdiam sejenak sebelum berkata, “Kalau kamu sudah memikirkan semuanya, Kakak nggak ada lagi yang perlu dikatakan.” “Meski begitu,
Daniel membayangkan pernikahannya dengan Odelina membuat matanya bersinar penuh harapan. Erik tersenyum dan berkata, “Tentu saja, pernikahan kamu nggak boleh kalah dengan dua sahabatmu itu.” “Nggak perlu tunggu sampai pulang ke rumah malam ini untuk bilang sama Papa dan Mama. Bilang sama mereka saja di grup keluarga.” “Oke,” jawab Daniel. “Odelina di Cianter baik-baik saja, 'kan? Kalau dia butuh bantuan, suruh dia jangan ragu untuk mengatakannya. Meskipun kita berjauhan, kita tetap bisa membantunya kalau dia butuh.” Sejak Daniel mengalami kecelakaan dan Odelina datang merawatnya, keluarga Lumanto mulai menganggap Odelina sebagai menantu mereka. Jika Odelina membutuhkan bantuan di sana, keluarga Lumanto tidak akan tinggal diam. “Untuk saat ini, dia belum butuh bantuan. Bahkan kalau ada masalah, dia pasti akan cari cara untuk selesaikan sendiri,” kata Daniel sambil bersandar di kursi.“Melihat dia perlahan-lahan jadi lebih kuat dan terus berkembang, rasanya sangat berbeda. Setelah
"Apa yang barusan membuatmu tertawa?" tanya Erik lagi.Daniel dengan jujur menjawab, "Baru saja telepon Odelina. Aku memikirkan bahwa kami akan segera menikah, jadi aku nggak bisa menahan senyum." "Kamu sudah melamarnya?" tanya Erik."Sudah, tapi dulu saat aku melamar, dia nggak menerimanya. Kak, aku nggak tidak akan membiarkannya merasa direndahkan.""Aku akan melamarnya lagi nanti saat dia kembali ke Mambera. Aku akan mengatur semuanya di luar, mendekorasi tempat lamaran dengan baik, dan aku mau melamarnya di depan umum. Aku ingin menunjukkan ke Roni dan keluarganya bahwa melepaskan Odelina adalah kerugian terbesar mereka." "Roni memang nggak pantas untuk Odelina." Daniel memendam tekad untuk membuat keluarganya Roni menyesal. Erik tertawa dan berkata, "Mereka sudah lama menyesal, tapi penyesalan itu nggak ada gunanya sekarang." "Benar, setelah mengalami satu pernikahan yang gagal, dia pasti ada trauma. Kalau bukan karena ketulusanmu, keteguhan hatimu, dan fakta bahwa dia melihat
Mereka akan terlebih dahulu mendaftarkan pernikahan mereka, tetapi tidak akan segera mengadakan upacara pernikahan. Setelah dia bisa berjalan seperti orang normal, barulah mereka akan mengadakan resepsi pernikahan. “Kalau begitu, sampai jumpa akhir pekan.” “Iya, sampai jumpa akhir pekan.” Dengan penuh rasa enggan, Daniel berkata, “Kamu lanjut bekerja dulu, aku juga akan bekerja. Aku nggak akan menyita waktumu, tapi ingatlah untuk menjaga kesehatan. Kesehatan adalah yang terpenting.” “Uang nggak akan pernah habis untuk dicari, dan kestabilan perusahaan juga bukan sesuatu yang bisa dicapai dalam satu hari. Itu memerlukan waktu dan usaha.” Daniel khawatir Odelina akan terlalu terburu-buru sehingga melelahkan dirinya sendiri. Perempuan itu mengangguk dan menjawab, “Aku tahu, aku akan menjaga kesehatanku. Kamu juga, ya. Kalau begitu, kita lanjut bicara nanti malam.” Setelah menutup telepon, Daniel masih enggan meletakkan ponselnya. Dia memandangi ponselnya sambil tersenyum, membayangk