“Hubungan rumah tangga kalau sudah ada salah satu pihak yang selingkuh, pasti akan retak. Kalaupun nggak sampai bercerai, hidupnya bakal penuh dengan keributan. Jadi lebih baik cerai saja sekalian,” kata Odelina. “Waktu itu suamiku juga selingkuh dan melakukan KDRT. Sekarang dia sudah jadi mantan suamiku. Jangan berharap mereka bakal berubah. Bisa selingkuh sekali berarti pasti ada kedua kalinya. Toh cerai bukan berarti hidup kamu berakhir.”“Papaku nggak bakal cerai, aku yakin itu. Kalau cerai, dia nggak dapat apa-apa. Saudara-saudaranya juga nggak akan dapat apa-apa dari keluargaku lagi. Bisa saja semua yang mereka dapatkan dulu akan terbuang sia-sia.”Dengan kekejaman yang ibunya Felicia miliki, dia bisa saja melakukan itu.“Yang jelas dalam waktu dekat ini jangan harap keluargaku bisa hidup tenang. Aku merasa sebentar lagi bakal ada masalah besar yang datang.”Odelina tidak melanjutkan percakapan mereka lagi. Tantenya meminta dia untuk segera pergi ke Cianter untuk ekspansi bisnis.
“Cuma pakai masker, kacamata hitam, sama ganti gaya rambut doang. Suruh yang lain buntuti Odelina. Bukan untuk memantau, tapi supaya mereka familier dengan sosoknya dia. Lain kali kalau dia pakai make-up pun, mereka bisa dengan segera mengenali yang mana orangnya. Setiap kali aku ngajak dia ketemuan, aku yang bertanggung jawab atas keselamatannya. Kalau sampai terjadi sesuatu sama Odelina, Olivia nggak akan mengampuni aku. Oh ya, kalau Odelina butuh bantuan selama dia di sini, kamu bantu dia secara diam-diam. Jangna sampai mamaku dan cowok yang bareng sama dia itu tahu.”Pria yan Felicia maksud itu tentu saja bukan ayahnya, tetapi asisten pribadi ibunya.“Siap, Non. Sekarang sudah larut malam, ayo pulang.”“Aku nggak mau pulang. Di rumah aku nggak merasakan adanya kehangatan keluarga sedikit pun, yang ada cuma orang-orang jahat.”Vandi tidak tahu bagaimana dia bisa menjawab ucapan Felicia. Dia sebagai asisten tidak berhak untuk ikut campur dengan urusan rumah tangga sang majikan. Dia t
“Lain kali kamu jangan begitu lagi, ya. Aku benar-benar nggak pernah ada niat untuk membenci kamu. Sama kayak waktu aku masih gendut dan jelek, kamu nggak pernah membenci aku sedikit pun.”“Kamu nggak jelek. Sedikit pun nggak. Bahkan dulu waktu kamu masih bulat pun nggak jelek. Justru kamu kelihatannya bawa hoki.”“Jelek, ya jelek. Aku waktu melihat diri sendiri di cermin saja jadi benci sama badan sendiri.”Cukup sekali saja Odelina membodohi diri sendiri, dia tidak akan mengulanginya untuk yang kedua kali. Kelak dia akan menyayangi tubuhnya sendiri dan tidak lagi makan terlalu banyak hingga berat badan menjadi tak terkendali. Sewaktu tubuhnya masih gemuk, kesehatan Odelina sangat mengkhawatirkan, dia mengidap penyakit perlemakan hati dan asam urat tinggi. Setelah berat badannya menurun, asam uratnya normal dan livernya juga membaik.“Odelina, kamu beliin Russel mainan dan baju baru, aku ada dibeliin apa?”“Kamu sudah punya semuanya. Russel kan masih kecil, tumbuhnya cepat. Setiap tah
“Iya, aku bakal rajin pergi rehabilitasi. Waktu kamu pulang nanti, mungkin aku sudah bisa jalan 2-3 meter. Oh ya, kamu berapa lama di sana?”Odelina terdiam sejenak, sebelum dia menjawab, “Ada kemungkinan sampai tahun baru.”“Lama banget. Russel gimana?”“Ada Olivia yang jagain dia. Kalau dia kangen, mungkin akhir pekan aku bakal pulang sebentar untuk menemani dia. Tapi kalau nggak ada waktu, mungkin aku minta tolong Stefan untuk ajak dia datang ke sini.”Ke depannya Odelina akan makin sibuk. Untuk sementara waktu mungkin dia tidak punya banyak waktu untuk menemani Russel.“Sejak Russel lahir, dia sudah sering dijagain sama Olivia, jadi dia sudah terbiasa. Sekarang juga nggak terlalu lama sampai tahun baru, nggak terasa sebentar lagi pasti lewat.”“Tapi aku yang kangen sama kamu!”Russel hanyalah pembuka, tetapi yang sebenarnya ingin Daniel katakan adalah bahwa dia sangat merindukan Odelina. Daniel bisa gila kalau harus menunggu selama itu. Berbicara melalui telepon dan video call tida
Keesokan harinya sudah hari Minggu. Russel yang sedang menikmati hari libur sudah bangun pagi-pagi sekali. Bangun-bangun dia langsung mengetuk pintu kamar Olivia, dan yang membukakan pintu adalah Stefan.“Om Stefan, Tante Olivia sudah bangun? Aku mau main sama Tante.”Stefan menarik napas dalam-dalam, mengingatkan dirinya sendiri untuk tidak marah kepada anak kecil. Dia berkata, “Russel, sekarang baru jam berapa kamu sudah bangun. Kenapa nggak tidur lagi saja sebentar? Biasanya kalau mau berangkat sekolah, dibangunin nggak bangun-bangun. Giliran nggak sekolah malah pagi-pagi sudah melek.”“Aku nggak bisa tidur lagi, Om Stefan. Nggak ada yang mau menemani aku main, jadi aku ngajak Tante Olivia.”Sekarang Russel menginap di vila pribadi milik Stefan yang berada di daerah perkotaan, bukan di Vila Permai. Di Vila Permai ada anak-anak lain yang bisa menemani Russel bermain, sehingga dia tidak perlu mengganggu Olivia.“Tante Olivia masih tidur, kamu main sama Om saja, ya. Kamu mau main apa?”
“Baguslah kalau begitu. Aku sudah di depan rumah kamu. Tadi aku lihat pelayan rumah kamu buka pintu, ada yang mau aku omongin,” kata Yose dan langsung mengakhiri panggilan.Russel mendongak menatap Stefan dan bertanya, “Om, ada apa?”“Ada orang yang sama kayak kamu. Pagi-pagi sudah datang.”Entah apa lagi yang terjadi, apa mungkin ada perubahan terkait pernikahan Jonas dan Amelia, lalu Yose ingin meminta Stefan untuk membantu dia mengobrol dengan para tamu? masalahnya Stefan tidak bisa, yang jago untuk itu adalah Olivia.Tak lama Yose pun membawa masuk mobil yang bisa digunakan oleh adiknya itu dan memarkirkannya di halaman depan. Yose bahkan belum turun dari mobil, pintu belakang sudah terbuka dan seseorang bertubuh kecil melompat keluar dan berlari ke arah Stefan.“Russel, Russel, aku datang.”Soso bertubuh kecil itu Liam rupanya.“Liam!” sahut Russel, dia langsung melepaskan tangannya dari Stefan dan berlari ke arah Liam. Mereka berdua langsung berpelukan seperti orang dewasa yang s
“Nggak heran Russel bisa berteman baik sama Liam. Mereka berdua nggak beda jauh. Tadi pagi-pagi Russel juga sudah ketuk kamarku, makanya aku ajak dia lari pagi. Yose, gimana kalau kamu ikut aku jalan-jalan.”“Boleh saja, toh aku juga sudah nggak bisa tidur lagi. Liam, kamu main dulu sama Russel di depan, ya. Jangan terlalu jauh.”“Harusnya Russel yang ngajak Liam main, kalian kan datang ke sini sebagai tau. Aku dan Russel yang harus menjamu.”Kedua anak itu sudah pergi dari tadi sambil bergandengan tangan.“Liam itu ingatannya bagus banget. Dia baru datang sekali saja sudah ingat jalan. Bahkan bunga-bunga yang ada di pinggir jalan juga bisa dia ingat dengan jelas. Sekarang dia sudah kenal banyak jenis-jenis tanaman,” kata Yose membicarakan tentang anak angkatnya itu.“Siapa dulu gurunya, Kellin Dharma si dokter ajaib,” sahut Stefan.Meski Kellin jarang sekali membimbing Liam secara langsung, tetapi dengan adanya dia sebagai guru, Liam dapat belajar banyak tentang berbagai macam tanaman
“Untung saja keluarga kita dekat, sebentar lagi kita juga bakal jadi saudara. Kalau nggak, aku mana enak pagi-pagi datang mengganggu,” ucap Yose.Hari masih pagi dan suasana di vila masih sangat tenang, sesekali mereka bisa melihat ada satu atau dua orang yang juga sedang lari pagi.“Liam nggak punya banyak waktu untuk pulang. Jarang-jarang dia bisa datang ke sini, jadi aku bisa mengerti kalau dia nggak sabar mau main sama temannya. Kemajuannya cepat banget, tadi waktu dia lompat dari mobil dan lari, aku bisa lihat Russel nggak akan bisa mengejar dia kalau bicara soal kemampuan fisik.”“Setiap orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kekurangan Liam itu dia rakus. Dia paling suka makan. Setiap pulang, dia paling suka minta makanan sama Jody. Bahkan perutnya sudah bulat pun dia masih tetap makan. Mulan sampai takut dia jadi gendut. Untung saja dia rajin latihan setiap hari. Olahraganya banyak jadi nggak gendut.”“Yang namanya anak kecil memang begitu. Nanti kalau sudah besar