“Baguslah kalau begitu. Aku sudah di depan rumah kamu. Tadi aku lihat pelayan rumah kamu buka pintu, ada yang mau aku omongin,” kata Yose dan langsung mengakhiri panggilan.Russel mendongak menatap Stefan dan bertanya, “Om, ada apa?”“Ada orang yang sama kayak kamu. Pagi-pagi sudah datang.”Entah apa lagi yang terjadi, apa mungkin ada perubahan terkait pernikahan Jonas dan Amelia, lalu Yose ingin meminta Stefan untuk membantu dia mengobrol dengan para tamu? masalahnya Stefan tidak bisa, yang jago untuk itu adalah Olivia.Tak lama Yose pun membawa masuk mobil yang bisa digunakan oleh adiknya itu dan memarkirkannya di halaman depan. Yose bahkan belum turun dari mobil, pintu belakang sudah terbuka dan seseorang bertubuh kecil melompat keluar dan berlari ke arah Stefan.“Russel, Russel, aku datang.”Soso bertubuh kecil itu Liam rupanya.“Liam!” sahut Russel, dia langsung melepaskan tangannya dari Stefan dan berlari ke arah Liam. Mereka berdua langsung berpelukan seperti orang dewasa yang s
“Nggak heran Russel bisa berteman baik sama Liam. Mereka berdua nggak beda jauh. Tadi pagi-pagi Russel juga sudah ketuk kamarku, makanya aku ajak dia lari pagi. Yose, gimana kalau kamu ikut aku jalan-jalan.”“Boleh saja, toh aku juga sudah nggak bisa tidur lagi. Liam, kamu main dulu sama Russel di depan, ya. Jangan terlalu jauh.”“Harusnya Russel yang ngajak Liam main, kalian kan datang ke sini sebagai tau. Aku dan Russel yang harus menjamu.”Kedua anak itu sudah pergi dari tadi sambil bergandengan tangan.“Liam itu ingatannya bagus banget. Dia baru datang sekali saja sudah ingat jalan. Bahkan bunga-bunga yang ada di pinggir jalan juga bisa dia ingat dengan jelas. Sekarang dia sudah kenal banyak jenis-jenis tanaman,” kata Yose membicarakan tentang anak angkatnya itu.“Siapa dulu gurunya, Kellin Dharma si dokter ajaib,” sahut Stefan.Meski Kellin jarang sekali membimbing Liam secara langsung, tetapi dengan adanya dia sebagai guru, Liam dapat belajar banyak tentang berbagai macam tanaman
“Untung saja keluarga kita dekat, sebentar lagi kita juga bakal jadi saudara. Kalau nggak, aku mana enak pagi-pagi datang mengganggu,” ucap Yose.Hari masih pagi dan suasana di vila masih sangat tenang, sesekali mereka bisa melihat ada satu atau dua orang yang juga sedang lari pagi.“Liam nggak punya banyak waktu untuk pulang. Jarang-jarang dia bisa datang ke sini, jadi aku bisa mengerti kalau dia nggak sabar mau main sama temannya. Kemajuannya cepat banget, tadi waktu dia lompat dari mobil dan lari, aku bisa lihat Russel nggak akan bisa mengejar dia kalau bicara soal kemampuan fisik.”“Setiap orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kekurangan Liam itu dia rakus. Dia paling suka makan. Setiap pulang, dia paling suka minta makanan sama Jody. Bahkan perutnya sudah bulat pun dia masih tetap makan. Mulan sampai takut dia jadi gendut. Untung saja dia rajin latihan setiap hari. Olahraganya banyak jadi nggak gendut.”“Yang namanya anak kecil memang begitu. Nanti kalau sudah besar
Olivia tidak ingin membiasakan Russel bolos hanya untuk bersenang-senang, karena itu dia mempertegas hanya sekali ini saja. Kali ini pun karena Liam sudah jauh-jauh datang. Waktu di Mambera, teman main Liam hanya Russel seorang, jadi Olivia tidak keberatan untuk membuat pengecualian.“Tante Olivia, lain ali aku datang pas lagi liburan musim panas atau musim dingin saja, jadi Russel nggak perlu izin,” kata Liam.“Iya, Tante. Tolong kali ini saja bilang ke Mama, ya?”Olivia melirik Stefan, dan Stefan membuang muka ke luar dengan sedikit rasa bersalah. Dalam hati Olivia mengomel gara-gara Stefan sudah mengajarkan yang tidak baik pada Russel.“Ya sudah,” ujar Olivia, dia lalu menelepon Odelina dan berkata, “Kak, Russel mau ngomong.”Olivia kemudian memberikan ponselnya kepada Russel, “Russel, ini kamu ngomong sendiri saja sama mama kamu.”Russel pun lantas memberi tahu ibunya alasan mengapa dia ingin meminta izin untuk tidak masuk ke sekolah. Odelina menyetujui permintaan Russel supaya dia
Di luar itu, Russel memiliki keunggulannya sendiri. Dia lebih baik dari Liam dalam hal membaca dan menulis. Meskipun Liam sudah bisa membaca banyak tulisan, dia masih lemah dalam hal menulis, sedangkan Russel sangat pandai dalam hal itu. Di antara anak-anak sebayanya, tulisan Russel sudah termasuk yang sangat bagus. Itu yang Stefan katakan kepada Russel sebagai pujian, dan Stefan tentu tidak berbohong. Dia adalah bos besar, dan ucapan bos besar tidak pernah dibuat-buat.“Yuk, kita makan. Aku sudah lapar,” kata Russel.“Aku juga lapar.” ***Di kediaman keluarga Siahaan, Giselle berdiri jauh di depan pintu masuk vila dan tak henti dia menghubungi adiknya. Setelah beberapa saat, baru akhirnya Jordan keluar juga. Melihat sang adik baru muncul, Giselle langsung menampar wajahnya.Jordan sungguh tidak mengira datang-datang kakak keduanya ini langsung menamparnya. Dia pikir Giselle datang untuk menemui karena tahu sebentar lagi dia akan kembali ke kampus.“Kak Giselle kenapa nampar aku?”“Ja
“Jordan! Kurang ajar kamu! Sudah gede malah bersekongkol sama Rosalina untuk menindasku! Sudah kuduga kamu menjenguk ke penjara memang punya niat buruk. Aku pikir kamu ke sana karena kangen sama Papa Mama, tapi ternyata untuk mengincar harta. Aku juga berhak dapat harta mereka. Kamu jangan harap bisa mengambil semuanya sendirian! Yang paling disayang itu aku, mereka nggak akan kasih semua hartanya atas nama kamu.”Giselle tahu Jordan sempat menjenguk ke penjara untuk meminta orang tuanya mewariskan sisa harta yang masih belum disita atas namanya seorang, bukan untuk Giselle ataupun Rosalina. Rosalina terlahir dari ayah yang berbeda, jadi wajar jika dia tidak mendapat bagian, tetapi Giselle adalah anak kandungnya yang begitu disayang, bagaimana mungkin dia tidak mendapat bagian?Giselle sudah berkonsultasi dengan pengacara dan siap untuk membawa perkara ini ke pengadilan. Namun dia tidak menyangka ternyata adiknya sendiri yang malah ingin memonopoli. Memang manusia itu tidak bisa dinila
Mereka keras terhadap Jordan sejak kecil karena bertujuan untuk mendidik Jordan menjadi penerus mereka sedari awal. Hanya saja Jordan masih muda, maka itu mereka tidak mengatakannya langsung. Namun kini Jordan sudah cukup dewasa.Jordan berjanji akan memberikan kehidupan yang layak bagi Giselle, dan ketika Giselle sudah cukup mapan, Jordan tidak akan membiayainya lagi. Namun jika kelak Giselle akan menikah, Jordan akan membantu memberikan mas kawin yang melimpah.Itu berarti Rosalina sedikit pun tidak menginginkan harta mereka. Yang Rosalina inginkan hanyalah keadilan baginya.“Papa Mama nggak bakal setuju. Kamu jangan gila!” kata Giselle. Dia tahu orang tuanya sudah sepakat dengan Jordan, tetapi dia masih saja membohongi diri sendiri. Dia tidak mau percaya bahwa pada akhirnya, kedua orangnya lebih memilih Jordan daripada dia. Apakah itu karena Jordan anak laki-laki? Ternyata kasih sayang kedua orang tuanya semu. Mereka tidak pernah berpikir untuk mewariskan hartanya kepada Giselle!Gi
“Kak, aku nggak bisa,” ucap Jordan. “Aku juga nggak bisa mengubah apa yang Kak Rosalina lakukan. Uang yang aku pakai sekarang juga pemberian dia. Aku saja masih dihidupi sama dia, mana mungkin aku bisa mengubah keputusan yang dia buat?”Kalaupun Jordan sanggup membujuk Rosalina untuk itu, dia tetap tidak akan mau melakukannya. Tujuan dia dan Rosalina membekukan kartu Giselle adalah supaya Giselle tidak foya-foya. Jordan berharap di tengah keterpaksaan ini, Giselle mau berjuang dan menjadi sukses karena usahanya sendiri. Jika tidak, selamanya Giselle akan berada di bawah bayang-bayang Rosalina.“Jordan, kamu cuma mau memonopoli warisan, ‘kan? Kamu ngomong manis begitu, memangnya aku gimana bisa menghabiskan warisan kita? Kita punya begitu banyak usaha, asal aku bisa dapat semuanya, uang bakal mengalir deras dan bisa untuk kita pakai tiga turunan.”“Kak Giselle … uang kita nggak sebanyak itu. Ada beberapa aset yang milik Kak Rosalina, dan bisnis Papa Mama juga melanggar hukum. Sudah dar
“Nenek bilang begitu, lalu bagaimana dengan kami? Kalau Stefan dan yang lainnya hanya dianggap biasa saja, berarti kami ini benar-benar nggak ada apa-apanya.” Aksa tertawa sambil menggoda Nenek Sarah. Jonas juga mengangguk setuju. Nenek tertawa makin bahagia. Hal yang paling dia banggakan dalam hidupnya adalah kesembilan cucunya.Tatapan Setya kembali tertuju pada Russel. Bocah itu bersembunyi di pelukan bibinya, menatap semua orang dengan rasa ingin tahu. Dia hanya bisa mendengarkan para kakek berbicara, tetapi tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. "Mirip, benar-benar mirip," gumam Setya. "Dia sangat mirip dengan Bu Reni saat kecil. Kalau dia diikat dua kuncir dan mengenakan gaun, dia akan persis seperti Bu Reni." Setya menatap Russel seakan tenggelam dalam kenangan. Dulu, anak itu selalu bersuara manja ketika bertemu dengannya dan berkata, "Kakek Setya, gendong aku, aku mau digendong." Dia tidak pernah bisa menolak permintaan si gadis kecil. Setiap kali, dia pasti akan menga
Stefan hanya terdiam mendengar ucapan neneknya, sedangkan Olivia tersenyum tipis.Nana melirik Samuel sekilas ketika semua orang tidak memperhatikannya. Saat nenek datang, dia segera memberi tahu beberapa cucunya yang masih berada di Mambera untuk datang ke kediaman keluarga Sanjaya untuk bertemu dengan para tetua. Meskipun para tetua telah menerima undangan Nenek Sarah dan berjanji untuk berkunjung ke Vila Permai, Nenek Sarah tetap khawatir mereka akan mengingkari janji dan tiba-tiba pergi. Jika begitu, di mana dia bisa menemukan mereka nanti? Meskipun mereka berasal dari generasi yang sama, Nenek Sarah sebenarnya tidak terlalu akrab dengan mereka. Selama ini dia hanya mendengar namanya tanpa pernah benar-benar bertemu. Dia pun tidak bisa menjamin apakah mereka benar-benar akan memberinya muka dan datang ke Vila Permai. Rubah Perak menatap muridnya setelah mendengar ucapan Nenek Sarah dan bercanda,"Kamu nggak perlu keliling dunia lagi. Menurutmu, bagaimana dengan muridku? Nana su
Karena dia bahkan tidak mau mengatakan nama aslinya, Olivia dan yang lainnya pun tidak bertanya lebih jauh tentang asal-usulnya. Saat mendengar Yuna sesekali mengingatkan Setya agar turun tangga dengan hati-hati, semua orang yang sedang bercanda dan tertawa pun terdiam, lalu menoleh ke arah tangga. Beberapa generasi muda ingin membantu memapah Setya, tetapi dia tersenyum dan berkata, "Nggak perlu, saya belum sampai pada tahap harus dipapah saat berjalan." Anak-anak muda ini hampir semuanya adalah keturunan Reni. Di dalam hatinya, Setya merasa sangat bersyukur. Dulu, dia mengira keluarga Reni telah hancur lebur, tetapi untungnya, kedua putri Reni berhasil ditemukan dan mereka juga memiliki keturunan. Dengan demikian, garis keturunan kepala keluarga tidak benar-benar punah. Russel belum pernah bertemu dengan Setya sebelumnya. Saat melihatnya, dia langsung bersembunyi di pelukan bibinya. Olivia berkata dengan lembut, "Russel, ini adalah kakek buyut yang sering disebut oleh Tante." R
Setya merasa lega dan berkata, "Saya tahu, suami Olivia adalah pria yang baik. Dia menikah dengan keluarga Adhitama, jadi kita nggak perlu mengkhawatirkannya. Masa depannya pasti akan lebih baik. Nyonya Sarah juga wanita yang cerdas." "Hanya saja, saya dengar Odelina sudah cerai. Hak asuh anak jatuh padanya. Sebelum saya datang ke sini, saya juga menyelidiki mantan suaminya. Keluarga mantan suaminya benar-benar keluarga yang buruk dan nggak tahu malu.""Dia masih sangat muda, baru berusia awal 30-an. Kelak, dia tetap harus mencari pria yang bersedia tinggal di rumahnya. Para kepala keluarga Gatara selalu mencari suami yang mau masuk ke dalam keluarga, bukan menikah dan keluar dari keluarga." Karena Yuna telah mengatur agar Odelina pergi ke Cianter, Setya pun memahami bahwa Yuna tidak akan bersaing untuk menjadi kepala keluarga Gatara, tetapi dia ingin generasi berikutnya yang melakukannya. Olivia adalah menantu sulung keluarga Adhitama, sehingga dia tidak cocok menjadi kepala keluar
Karena dia melahirkan dua putra dan satu putri, akhirnya ibu mertuanya benar-benar menerimanya. Sejak saat itu, dia benar-benar merasa dalam dunia bisnis, semuanya lancar. Ibu mertuanya sangat menyayangi Amelia, karena kepribadian gadis itu cukup mirip dengan neneknya. "Bu Yuna terlalu rendah hati. Anda benar-benar mewarisi kemampuan Bu Reni. Di mana pun Anda berada, Anda pasti bisa bersinar," kata Setya dengan nada penuh kebanggaan. Itu adalah kebanggaan seorang yang menganggap "anaknya" sebagai yang terbaik. Yuna membantu Setya keluar dari kamar. Perempuan itu tersenyum dan berkata, "Saya tidak ada status sebagai penerus keluarga Gatara. Kalau saya nggak memulai bisnis sendiri, maka di mana pun saya bekerja, saya tetap membutuhkan seseorang yang bisa mengenali bakat saya. Seorang pekerja nggak bisa menentukan nasibnya sendiri." Selanjutnya, dia juga memiliki perusahaan sendiri. Setelah putranya mengambil alih bisnis keluarga, dia juga menyerahkan perusahaannya kepada putranya un
Setya berbicara tentang masa lalu Sarah, lalu melirik ke arah Rudy. "Om Setya, saya juga selalu mendengarkan istri saya," kata Rudy dengan segera, memahami makna dari tatapan Setya. Dia ingin menunjukkan bahwa dirinya juga adalah pria yang mencintai istrinya. Lelaki itu tersenyum puas dan menjawab, "Terlihat jelas bahwa kamu sangat memanjakan Bu Yuna." Di dalam hati Yuna terasa hangat. Setya seperti keluarga dari pihak ibunya. Jika kedua orang tuanya masih hidup, dengan status serta kasih sayang Setya terhadap dia dan adiknya, dia benar-benar bisa dianggap sebagai keluarga dari pihak ibunya. Baik ayah maupun ibunya selalu berkata bahwa Setya adalah orang yang paling setia, tidak perlu khawatir bahwa dia akan berkhianat. Setya sering membantu ibunya menyelesaikan berbagai urusan. Terkadang mereka berdiskusi berdua, dan ayahnya tidak pernah merasa cemburu atau khawatir. Dalam ingatan Yuna, ibunya memiliki kesehatan yang buruk dan sering beristirahat di tempat tidur. Ayahnya adalah o
Ingatan tentang Yuna yang dulu masih kecil, kini sudah menjadi seorang nenek. Sudah tua, semuanya sudah tua. Cucu-cucu dari Reni pun sudah menikah dan memiliki anak. Jika kepala keluarga masih hidup, pasti akan sangat bahagia melihat tiga cucu perempuannya yang luar biasa. Tidak perlu khawatir tentang penerus keluarga. Siapa pun dari cucu perempuan itu yang dipilih untuk memikul tanggung jawab, tidak akan ada yang perlu dikhawatirkan. Sayangnya, kepala keluarga tidak bisa melihat pencapaian keturunannya. Saat Setya terbangun dan menyadari bahwa ini bukan mimpi, bahwa semuanya nyata, bahwa dia benar-benar bertemu dengan Yuna, air matanya pun jatuh. Dia teringat pada kepala keluarga dan merasa tidak adil untuknya. Kakak perempuan Patricia membesarkannya dengan penuh kasih saying selayaknya seperti seorang ibu. Namun, pada akhirnya justru hancur di tangan Patricia. Reni menganggap Patricia sebagai adik, bahkan seperti putrinya sendiri, sangat mencintai dan sangat memercayainya. Satu-
Cakra menatap tajam putra sulungnya dan berkata, "Kalau kalian kasih tahu mamamu, lalu dia melarang kalian kasih uang saku ke aku, apakah kalian benar-benar nggak akan kasih lagi?" "Tentu saja nggak. Kami akan berusaha mendapatkan sejumlah uang saku untuk Papa, asalkan Papa bisa menjamin nggak akan..." Ivan tiba-tiba teringat bahwa ayahnya sudah tidak bisa lagi melakukan hal itu, jadi dia tidak melanjutkan kata-katanya. Wajah Cakra menjadi muram. Dia tahu bahwa putra sulungnya berkata yang sebenarnya. Setelah menghela napas, dia pun berkata, "Terserah kalian, kalau mau bilang, silakan. Aku ini papa kalian. Sekarang aku sudah tua dan nggak punya penghasilan, apa salahnya kalian kasih aku uang saku? Apakah Patricia masih berniat untuk melarangnya?" Karena kesal terhadap Patricia, Cakra kini langsung menyebut nama istrinya begitu saja tanpa embel-embel. "Papa, aku yakin Mama nggak akan melarangnya." "Papa, sudahlah, jangan membahas hal ini lagi. Ayo, kita makan. Malam ini, kita haru
Lelaki yang benar-benar dicintai oleh Patricia lebih tua darinya sekitar belasan hingga dua puluh tahun, dan dia adalah asisten dari kakak perempuannya. Namun, lelaki itu hanya setia kepada majikannya saja, sementara perasaan Patricia hanyalah cinta sepihak. Mungkin karena cinta yang bertepuk sebelah tangan itulah, Patricia akhirnya membunuh kakaknya karena rasa benci yang lahir dari cinta. Cakra memang tidak memiliki bukti bahwa Patricia membunuh kakaknya, tetapi sebagai suaminya selama puluhan tahun, dia sangat memahami sifat kejam perempuan itu. Ditambah lagi, dia pernah mendengar bisik-bisik orang-orang di dalam keluarga besar mereka. Seperti kata pepatah, tidak ada asap jika tidak ada api. Bisa jadi, Patricia memang naik ke posisi penguasa dengan cara membunuh kakaknya. Dengan karakter seperti itu, apalagi yang tidak bisa dia lakukan? Kalau pria yang benar-benar dicintai oleh Patricia masih hidup sampai sekarang, pasti dia sudah menemukannya. Namun, besar kemungkinan pria itu