“Boleh. Aku bilang sama mamaku dulu dan minta dia masak lebih banyak nasi dan lauk. Dia pasti senang sekali karena tahu kamu begitu menyukai masakannya.”Bram tertawa dan menjawab, “Masakan Tante memang benaran enak.”“Malam ini makan yang banyak. Pak Bram, aku latihan dulu. Nanti aku jemput di bandara. Sampai ketemu nanti malam.”“Oke, aku juga mau atur mode penerbangan. Sampai jumpa.”Meski begitu, Bram enggan sekali mengakhiri percakapan mereka. Layar ponselnya terdapat foto Chintya. Lelaki itu mengambil fotonya dengan pemandangan sekitar ketika menghadiri pernikahan Stefan dan Olivia. Setelah itu dia mengirimkannya pada Chintya dan menyimpannya di ponsel.Bram mengatur foto perempuan itu menjadi foto di layar ponselnya. Dengan begitu, setiap dia membuka ponsel maka akan langsung melihat Chintya.Pesawatnya terbang menuju Mambera dan ketika mendarat sudah beberapa jam kemudian. Bram membuka ponselnya dan mematikan mode penerbangan. Setelah itu, ponselnya langsung terus menerima pesa
Chintya tersenyum dan hendak membantu Bram menarik koper. Namun, lelaki itu bergegas menolaknya dan berkata, “Koperku hanya ada dua baju dan nggak berat. Lagi pula, aku lelaki jadi mana mungkin membiarkanmu membantuku?”“Kamu datang dari jauh dan tentunya sebagai tamu. Aku menyisakan dua buah sosis untukmu. Karena kamu nggak suka pedas, aku sisakan yang nggak pedas. Sedangkan punyaku ada tambahan cabai yang sangat pedas.”Bram menerima satu kantong kecil dari perempuan itu. Di dalamnya terdapat dua buah sosis. Dia mengeluarkan satu buah dan menggigitnya. Chintya memberikan makanan yang lainnya pada lelaki itu. Ketika Bram menerimanya, Chintya menarik koper sambil memegang sosis yang masih belum habis.Melihat sosok Chintya yang begitu semangat membuat Bram tersenyum. Sudah dibilang tidak perlu bantuan perempuan itu, tetapi Chintya masih membantunya menarik koper. Dia membiarkan perempuan itu membantunya.Chintya berjalan di depan koper sambil menariknya, sementara Bram mengikutinya dar
Bram tertawa dan berkata, “Mungkin semua orang tua akan seperti itu. Papa mamaku juga seperti itu. Ayahku yang lelaki dewasa juga suka mengomel, apalagi ibuku. Sekarang setiap aku bertemu papaku, pasti akan ribut seperti kucing dan tikus. Rasanya aku ingin sembunyi saja.”Keduanya masuk ke mobil. Melihat Chintya yang duduk di balik kemudi membuat Bram bertanya, “Kamu menyetir?”“Iya, aku saja. Kamu asing di tempat ini dan mobilku juga biasa saja. Aku takut kamu nggak terbiasa. Tenang saja, kemampuan menyetirku lumayan bagus, nggak akan terjadi apa pun.”Bram duduk di samping kemudi dan mengenakan sabuk pengaman sambil berkata, “Aku sudah pernah coba semua mobil. Dulu, ketika belum memiliki uang, aku bahkan pernah naik sepeda, sepeda motor dan bahkan berdesak-desakan di bus.”“Sekarang memiliki mobil mahal hanya untuk jaga harga diri saja.”Kalau bukan karena dia sudah jujur dengan Chintya, Bram masih ingin mengatakan mobilnya masih dalam cicilan. Karena sudah mengatakan identitas yang
Chintya berkata, “Kemampuanmu begitu baik, nggak perlu pengawal sama sekali. Malam itu aku yang terlalu cepat turun tangan. Aku rasa, meski aku malam itu nggak menolongmu, seharusnya mereka juga nggak akan bisa melakukan apa pun padamu. Mereka pasti akan babak belur karena pukulanmu.”“Aku terlalu ikut campur dan terlalu cepat turun tangan justru membuatmu nggak ada kesempatan unjuk kebolehan. Aku juga kehilangan kesempatan melihatmu beraksi,” ujar Chintya.Bram bergegas berkata, “Aku memang bisa bela diri, tapi sebenarnya nggak sehebat yang kamu bayangkan. Malam itu orang jahatnya terlalu banyak, aku sendiri sudah pasti nggak bisa melawan mereka. Nggak sehebat kamu.”“Di rumahku juga ada pengawal, tapi memang jarang menggunakan mereka. Terkadang baru bawa dua pengawal keluar rumah. Tapi pengawal yang aku pekerjakan hanya memiliki tubuh kekar, bisa memanfaatkan postur tubuh mereka untuk memberikan tekanan mental pada orang lain. Mereka hanya bisa sedikit bela diri untuk melawan preman
Bram tertawa dan berkata, “Kapan pun kamu mencariku, aku akan menyambutmu dengan senang hati.”“Oh iya, aku mengirim dua kardus barang besar ke sini. Kamu sudah menerimanya? Aku melacak informasinya dan seharusnya hari ini sudah diterima.”Bram memang membeli banyak oleh-oleh khas Mambera dan beberapa suplemen untuk orang tua dan dikirim ke Kota Malinjo. Yang menerima paket adalah Chintya. Perempuan itu adalah takdirnya dan dia ingin menunjukkan sikap baik di depan keluarganya. Bram datang dari jauh dan tentu saja tidak boleh tangan kosong.“Aku nggak tahu. Sore tadi aku langsung menjemputmu, kalau ada kiriman kemungkinan akan dikirim ke rumahku. Mamaku sepanjang hari ada di rumah dan akan membantuku menerima paket. Bram, kamu membelikan aku barang apa? Nggak perlu repot-repot.”“Hanya beberapa oleh-oleh khas Mambera. Terakhir kali kamu pergi terlalu terburu-buru jadi aku nggak sempat memberimu banyak oleh-oleh. Kali ini aku membeli lebih dan lebih cepat mengirimkannya padamu. Jadi beg
Saat Bram dan Chintya tiba di rumah keluarga Baruna, hari sudah malam. Keluarga Baruna sedang menunggu keduanya.Rama keluar untuk melihat ketika dia mendengar suara mesin mobil di luar. Begitu melihat mobil adiknya yang datang, senyum lebar seketika merekah di wajahnya. Dia pun segera menghampiri mereka dan membukakan pintu mobil untuk Bram.“Pak Bram,” sapa Rama.“Kak Rama, panggil aku Bram saja.”Bram lebih tua dari Rama, tapi dia ikut Chintya memanggil Rama dengan sebutan kakak. Rama adalah pria yang cuek seperti Daniel. Jadi tidak masalah baginya Bram mau panggil dia dengan sebutan apa.“Semuanya lagi tunggu kalian untuk makan malam bersama.”Sambil bicara, Rama pergi ke belakang mobil dan membuka pintu bagasi. Kemudian, dia mengeluarkan koper Bram dari dalam bagasi.“Kak, Bram sudah booking kamar hotel. Habis makan, aku antar dia ke hotel. Nggak usah turunkan kopernya,” kata Chintya.“Oh, begitu. Bram, kamar hotelnya bisa dibatalkan, nggak? Di rumahku ada kamar kosong. Kalau kamu
“Kalau kamu berani minum alkohol, Mama akan jual semua alkohol yang ada di rumah,” kata Chintya ke Rama.Chintya juga suka minum alkohol, hanya saja tingkat toleransinya terhadap alkohol tidak terlalu bagus. Ibunya juga melarangnya minum. Ibunya bilang dia anak perempuan. Ditambah lagi, dia tidak kuat minum. Mudah terjadi sesuatu yang tidak diinginkan kalau Chintya mabuk.Rama terkekeh dan berkata pelan, “Itu sebabnya kita minta Bram nginap di rumah. Bram tamu kita. Kalau pulang malam, dia belikan makanan, kita keluarkan minuman untuk temani Bram makan. Minum segelas dua gelas, nggak akan mabuk, juga nggak ganggu kita kerja besok paginya. Mama nggak akan ngomong apa-apa.”Orang yang suka minum tapi tidak boleh minum, boleh dibilang itu semacam penyiksaan baginya. Rama pun teringat dengan Bram. Terakhir kali Bram datang, mereka sekeluarga minum-minum kecuali Chintya.Oleh sebab itu, Rama ingin memanfaatkan Bram agar punya alasan untuk minum. Itu karena Rama juga tidak punya pilihan lain
Akan tetapi, Lana sering mengomelinya. Lana bilang Firul telah salah didik putrinya. Gadis berusia 24 tahun tapi sama sekali belum pernah pacaran. Lana bahkan meminta orang untuk mencari pria yang bisa dijodohkan dengan Chintya, tapi tidak pernah membuahkan hasil. Lana pun kesal karena Chintya terbiasa memperlakukan pria sebagai teman. Teman apanya? Kenapa tidak jadi pacar saja?Setiap kali Lana mengomelinya, Firul akan menggodanya bagaimana kalau mereka mencoba punya anak perempuan lagi. Setelah itu, dia akan membiarkan Lana mendidik putri kecil mereka menjadi seorang gadis anggun. Setiap kali digoda seperti itu, wajah Lana akan memerah. Firul hanya akan mendapatkan cakaran dari sang istri.Mereka bahkan sudah bisa jadi kakek-nenek, mana mungkin punya anak lagi? Kalau Lana ingin punya anak lebih, dia pasti sudah punya ketika masih muda.“Sudah waktunya makan. Malam-malam begini masih saja suruh Bram minum teh. Nanti dia jadi nggak bisa tidur. Kamu juga, kalau nanti nggak bisa tidur ja
Seraya menekan amarahnya, Regina menjawab, “Tadi Fenny sama Rosalina juga datang ke acaranya Yura. Rebecca kan lumayan dekat sama Lena, jadi Rebecca kenalin Lena ke Rosalina, tapi Lena malah berharap bisa dapat Calvin. Lena ngomong kasar ke Rosalina, akhirnya dia sendiri yang kena siram.”“... kok bisa Lena ngomong begitu. Apa didikan kita cuma dia anggap sebagai angin lalu? Terus apa kamu sudah minta maaf ke Rosalina? Besok kita langsung ke rumah mereka untuk minta maaf secara personal.”Terrence tidak bertanya lagi apa yang sebenarnya Lena ucapkan, tetapi dia tahu kalau istrinya sudah marah, berarti kesalahan yang Lena lakukan sudah di luar batas wajar. Regina dan Terrence merasa mereka sudah mendidik Lena dengan sangat baik. Makanya ketika Lena mengatakan sesuatu yang jahat, Regina merasa sangat marah dan juga bersalah karena merasa telah gagal mendidik anaknya.“Aku sama Lena sudah minta maaf. Untungnya Rosalina juga nggak mempermasalahkannya. Dia baik banget, sih. Tapi kita nggak
Tidak ada yang melihat hasil tesnya, tetapi bisa dibayangkan Rosalina adalah putri kandung ayahnya, atau Johan dan Sinta tentu tidak akan menganiaya Rosalina. Namun dari hasil tes itu jika diketahui rupanya Sinta sudah lama berselingkuh.Kalau dipikir-pikir lagi sekarang, Fenny cukup beruntung karena Sinta dan Johan tidak peduli dengan Rosalina. Di bawah asuhan Rida dan pengasuhnya, cara pandang Rosalina terhadap dunia menjadi lurus. Kalau saja waktu itu Sinta dan Johan baik dan mau mendidik Rosalina, mungkin sekarang Rosalina tidak akan jadi seperti sekarang.“Bukan salah mereka, justru Mama yang jago mendidik anak-anak Mama jadi orang yang unggul. Siapa juga yang nggak suka sama orang hebat? Semua orang tua pasti mau anak perempuan mereka menikah sama cowok yang mapan. Cari menantu juga harus lihat siapa mertuanya. Pernikahan memang bukan urusan satu keluarga saja, tapi dua keluarga. Setelah menikah, suami istri harus bisa membaur ke kedua pihak dan beradaptasi sama gaya hidup mereka
“Bukannya justru aktingku bagus. Pak Lota minta aku membantu Rosalina. Tadi aku sudah bantu dia,” kata Giselle. Namun hanya dia yang tahu betapa inginnya dia mendukung Lena tadi.“Rosalina tadi ngomong begitu tujuannya sengaja menguji kamu,” kata si pengawal.“Aku juga merasa begitu. Aku yakin dia pasti mencurigai aku. Untung saja tadi aku nggak termakan jebakannya.”“Tapi akan lebih bagus lagi kalau dia nggak melakukan itu sejak awal,” kata si pengawal dengan nada dingin. Giselle sudah melalui pelatihan yang cukup keras, tetapi sifat aslinya tidak mungkin bisa hilang. Sejak awal dia memang tidak mungkin bisa dibandingkan sejajar dengan Rosalina. Entah apakah Rosalina berhasil membongkar kedok Giselle dengan pertanyaannya tadi. Yang pasti sampai di rumah nanti si pengawal harus melaporkan keadaannya kepada Lota dan lihat bagaimana tanggapannya.Setengah jam setelah Giselle pergi, Dewi dan Fenny juga mengajak Rosalina untuk pulang. Selama perjalanan, Fenny bertanya kepada menantunya, “S
“Nggak bisa, nih. Aku sudah harus pulang. Kapan-kapan kalau ada waktu kita ngobrol lagi, ya. Rebecca, aku boleh minta nomor kamu?”Rebecca tanpa keberatan memberikan nomornya kepada Giselle. Kedua pengawal yang Giselle membawa ikut masuk untuk berpamitan dengan Yura. Dan seperti biasa, Yura meminta pelayan rumahnya untuk mengantar Giselle keluar. Begitu Giselle masuk ke mobilnya, ekspresi ramah yang dia pasang sebagai topeng seketika itu juga lenyap dan tergantikan dengan wajah penuh dengan amarah. Dia tak berhenti memaki Rosalina. Kedua pengawalnya tidak menghiraukan dan membiarkan dia mengamuk sendiri.“Bikin aku kesal aja. Dasar buta, awas saja. Suatu saat nanti aku bakal bikin kamu bertekuk lutut di depanku! Jangan harap aku bakal mengasihani kamu!”“Bu Lisa, tadi penyamarannya hampir saja ketahuan,” kata salah satu pengawalnya.“Kalian nggak tahu saja seberapa sakitnya omongan yang si buta itu keluarin dari mulutnya. Dari dulu selalu saja menjelek-jelekkan aku. Sudah aku bantu, ta
Kerugian yang disebabkan kepada orang lain pada akhirnya akan berbalik ke diri sendiri. Kalaupun tidak sampai dijatuhi hukuman atau dipenjara, catatan kejahatan akan tetap ada dan itu bisa mencoreng nama baik seseorang.Kerumunan langsung terurai tanpa waktu lama. Mereka kembali minum-minum, bersenda gurau menikmati pesta seolah-olah tadi tidak terjadi apa-apa. Fenny juga merasa puas mengetahui menantunya bukanlah orang yang hanya diam saja ketika dihina oleh orang lain.Yura mempersilakan Fenny dan Dewi untuk kembali ke dalam. Setelah mereka berdua pergi, Giselle memanfaatkan kesempatan ini untuk mendekati kakaknya dan bertanya dengan santun, “Rosalina, Rebecca, aku boleh duduk bareng kalian?”“Oh, iya silakan,” sahut Rebecca. Dia memiliki kesan yang cukup baik terhadap Lisa karena tadi melihat Lisa membela Rosalina.Anak muda memang tidak sulit untuk bergaul. Lisa masih sangat muda meski sudah menikah. Dia justru tidak cocok ketika mengobrol dengan ibu-ibu lain yang lebih tua darinya
Rosalina selalu dianggap sebagai simbol ketabahan dan kesabaran. Lena membuat rumor yang tidak-tidak tentang Rosalina malah membuat orang lain merasa dia hanya omong kosong. Jika saja Regina tidak segera menegur anaknya, entah keributan seperti apa lagi yang terjadi.Semua orang juga baru tahu sekarang kalau ternyata Lena mengincar Rosalina karena Lena juga mencintai Calvin. Sebelumnya mereka tidak pernah mendengar desas-desus kalau Lena mengejar Calvin, karena selama ini Lena hanya mencintai Calvin secara diam-diam. Tak heran mengapa Lena mengincar Rosalina, karena dia merasa cemburu.“Maaf, ya, Rosalina. Aku yang kurang mendidik Lena dengan baik. Besok pagi aku bakal ajak Lena ke rumahmu untuk minta maaf secara personal,”kata Regina dengan penuh penyesalan, lalu tak lupa dia juga memberikan kejelasan kepada orang lain yang ada di sana. “Apa yang tadi anakku bilang nggak berdasar, dia mengarang cuma karena merasa iri sama Rosalina. Aku akan mendidik dia dengan lebih baik lagi, jadi to
Namun, Rosalina akan menggunakan jalur hukum kalau sampai fitnah Lena terhadapnya tersebar. Dia akan membiarkan Lena dihukum berdasarkan hukum yang berlaku. Lena dan Regina saling bertatapan lalu Regina pun berkata, “Kamu sudah dengar apa yang dikatakan Bu Rosalina, kan? Dia sudah sangat baik tidak melanjutkan masalah ini ke meja hijau sementara waktu. Hal ini membuktikan betapa baiknya Bu Rosalina. Tapi, bukan berarti kamu bisa seenaknya karena Bu Rosalina sudah memaafkanmu. Jangan sampai kamu berlaku seenaknya lagi seperti ini nantinya.”“Omong kosongmu bukan hanya menyakiti perasaan orang lain, tapi juga menyakiti dirimu sendiri, bahkan keluargamu. Kamu adalah putriku, jadi orang-orang pasti akan menyalahkan orang tuami dalam mendidikmu ketika mereka mendengar perkataanmu yang jahat itu. Mereka pasti mengatakan kalau aku sudah mengajarkanmu bergosip dan menyebar fitnah.”“Aku meminta maaf kepada Bu Rosalina karena ketidakmampuanku dalam mendidik putriku. Besok, kami akan menyiapkan
Bagaimana dia bisa begitu gila malam ini? Kenapa dia melontarkan kata-kata sinis dan menghina kepada Rosalina? Dia menghina Rosalina di acara jamuan makan yang dihadiri oleh anggota keluarga Adhitama lainnya dengan kata-kata yang bisa merusak reputasi Rosalina. Lena yakin kalau dirinya pasti tidak akan selamat dari amukan Calvin kalau sampai rumor buruk ini tersebar ke mana-mana. Selain itu, pandangan orang-orang terhadapnya juga akan membuatnya merasa terkucilkan dan malu bukan kepalang. Dia sudah meminum beberapa gelas anggur lalu langsung merasa cemburu dan iri ketika melihat Rosalina dan Rebecca sedang duduk sambil makan dengan gembiranya. Akhirnya, dia pun menghampiri mereka dan membuat masalah. Dia menyukai Calvin, tapi tidak berhasil mendapatkan laki-laki itu yang membuat dirinya sangat iri dan cemburu kepada Rosalina sampai dia mengatakan kata-kata penuh penghinaan kepada perempuan itu. Sayangnya, Lena telah mengabaikan satu hal kalau Rosalina tidak datang sendirian ke acara
“Memangnya apa yang kukatakan padamu? Kamu berhasil mendapatkan kerja sama bisnis tanpa minum sedikit pun pasti karena kamu mengandalkan kecantikanmu. Selain itu, Pak Calvin bisa jatuh cinta padamu pasti karena sosokmu yang baik dan wajahmu yang cantik, kan? Apa ada alasan lain lagi?”“Siapa bilang harus minum untuk mendapatkan bisnis?”Giselle memanfaatkan kesempatan ini untuk membela Rosalina dengan membantah Lena. “Bu Lena, pikiranmu itu sungguh kotor. Mungkin justru kamu yang mengandalkan kecantikan dan tubuhmu untuk mendapatkan bisnis?”“Jangan kamu pikir, semua orang sama kotornya sama kamu.”“Siapa kamu?” tanya Lena. “Kamu masih peduli siapa aku? Padahal mulutmu saja sangat bau!”Kemudian Giselle memberikan gelas anggurnya kepada Rosalina lalu berkata, “Bu Rosalina, silakan gunakan gelas saya ini untuk membersihkan mulut bau Bu Lena.”Rosalina mengambil gelas anggur itu lalu kembali menyiramkannya ke wajah Lena lalu berkata dengan dingin, “Semua orang di sini mendengarnya deng