Keningnya berkerut kemudian menerima telepon tersebut.“Ma.” Terdengar suara tangis perempuan itu ketika sambungan terhubung.“Fani kenapa? Siapa menindasmu? Bilang sama Mama. Mama akan membalasnya setelah kembali nanti.”Meski kening perempuan itu berkerut, ucapan yang dia katakan juga penuh dengan kasih sayang. Seolah-olah dia akan bantu menopang dunia putri angkatnya jika perlu.“Ma, kapan Mama pulang? Selama Mama nggak ada di rumah, aku hampir mati karena Felicia. Dia menindasku dan membuatku marah! Dia memang licik, setiap menyakitiku dia akan bersikap sok polos.”“Jangan bahas tentang aku. Papa juga dibuat emosi sama dia sampai nggak bisa makan dan tidur. Papa sampai kurus sekali. Aku jadi kasihan.”“Dia juga menghasut hubungan antara kakak ipar dan menyebabkan mereka selalu berantem. Bahkan Kakak Ipar minta cerai sama Kakak.”“Felicia begitu hebat? Dia itu nggak berguna, kalau dia ada kemampuan bisa buat kalian emosi, Mama nggak perlu pusing tentang pewaris. Dia nggak tumbuh di
Setelah mendengar semua keluh kesah Fani, Patricia berkata, “Fani, kamu sengaja menabrak mobil Felicia? Mobilnya mobil baru dan mobil mewah. Terakhir kali Mama membeli mobil mewah itu untuk menyenangkannya. Kamu menabraknya dan nggak mau ganti rugi. Dia membekukan kartumu juga masuk akal.”“Kamu ini selalu buat kesalahan dan nggak mengakui kesalahanmu. Kamu selalu merasa orang lain bersalah dan nggak pernah mencari penyebab pada dirimu sendiri.”“Bayangkan kalau kamu adalah Felicia dan mobil barumu ditabrak. Lalu orang itu nggak mau ganti rugi, kamu marah? Dari sikapmu, kemungkinan kamu akan menghancurkan rumahnya.”Patricia mengumpat Fani tidak tahu terima kasih dalam hati. Felicia adalah putri kandungnya dan merupakan pewaris keluarga Gatara. Dia berhak untuk membekukan kartu bank siapa pun keluarga Gatara. Dia juga berhak mengurangi uang bulanan setiap orang.Tentu saja yang menjadi pemegang keputusan tetap Patricia. Untuk sementara, Felicia juga tidak berani menggunakan hak tersebu
Setelah itu, Cakra merasa tidak rela dan tidak berani membohongi istrinya lagi. Untungnya anak-anaknya cukup baik padanya dan akan diam-diam memberi sedikit uang agar hidupnya tetap nyaman.Patricia tidak akan mengatur hubungan antara ayah dan anak-anak mereka. Namun, jika Cakra selingkuh, dia tidak akan bersikap sopan pada lelaki itu.Perempuan itu pernah memberikan peringatan pada Cakra jika berani berselingkuh, maka dia akan menghukum Cakra dengan tegas dan dia percaya ucapan istrinya. Selama puluhan tahun, ada banyak perempuan yang mendekatinya, tetapi dia tidak berani menyentuh siapa pun.“Ini bukan masalah uang. Ini masalah siapa yang salah dan benar,” ujar Patricia dengan tegas.Fani tidak berani mengeluh lagi. Beberapa saat kemudian, dia berkata, “Mama, meski aku salah, Felicia juga nggak boleh membekukan kartu bank aku. Apa hak dia melakukan itu? Dia belum jadi kepala keluarga saja sudah memperlakukanku seperti itu. Setelah dia menjadi kepala keluarga, apakah aku masih bisa hi
“Rumah atas namamu disewakan saja, toko juga disewakan. Uang sewa satu bulan juga sekitar puluhan juta. Untuk orang biasa, itu sudah seperti pendapatan satu tahun mereka. Fani, kamu sudah jauh lebih beruntung dari banyak orang.”Fani berkata dengan memelas, “Mama menyalahkanku karena boros?”“Mama nggak bermaksud begitu. Mama hanya ingin kamu tahu kalau kamu sudah ada di posisi yang jauh lebih beruntung dibandingkan orang lain,” ujar Patricia.“Sudah, jangan marah lagi. Mama beberapa hari lagi akan kembali. Setelah pulang, Mama akan buka kartu bank kamu dan memarahi Felicia, oke? Tapi, kamu menabarak mobilnya dan lebih baik ganti rugi. Kalau nggak, Mama nggak ada alasan kuat untuk membelamu karena dia adalah anak kandung Mama.”Fani hanya menjawab dengan tidak rela, “Aku ganti biaya perbaikan mobilnya. Tapi Setelah Mama pulang, Mama harus menghibur hatiku yang terluka ini.”Patricia terkekeh dan berkata, “Iya, Mama akan beli hadiah untukmu. Hanya beli untukmu. Fani, Mama paling sayang
Ibunya pergi ke Kota Mambera untuk menghadiri pernikahan Stefan, lalu tinggal di Kota Mambera selama lebih dari setengah bulan. Felicia tahu apa tujuan sang ibu, begitu pula yang lainnya.Selama itu, Felicia tidak berani menyuruh orang pergi ke Kota Mambera untuk cari tahu, karena takut akan ketahuan oleh ibunya. Namun, dia bisa menebak kalau rencana ibunya tidak akan berjalan dengan baik di sana.Kota Mambera adalah daerah kekuasaan keluarga Adhitama, keluarga Lumanto, keluarga Ardaba serta keluarga Sanjaya. Saat ini, empat keluarga besar itu juga terikat satu sama lain. Jika Patricia ingin melakukan sesuatu di sana akan sulit untuk berhasil.Saat mendengar Felicia masih lembur di perusahaan, nada bicara Patricia sedikit melembut. “Fani bilang, kamu beritahu kakak iparmu soal kakak-kakakmu cari perempuan di luar? Satu lagi, kamu blokir kartu debitnya Fani?” tanya Patricia.“Kakak-kakakku pada sudah berkeluarga. Bukannya pria yang sudah berkeluarga harus setia pada istrinya? Meskipun k
“Aku nggak bisa blokir kartu debit pribadinya. Memangnya dia nggak bisa belanja pakai tabungannya sendiri? Akhir-akhir ini dia sering banget belanja pakai kartu kredit pemberian Mama. Mau nggak mau aku harus turun tangan urus masalah ini.”“Tabungan pribadinya nggak banyak.”Felicia tertawa, “Nggak banyak? Dia punya tabungan miliaran. Dia kira semua orang kaya raya? Banyak orang yang nggak bisa hasilkan uang sebanyak itu seumur hidup mereka. Dia masih merasa kurang? Dia minta Mama gantikan uangnya?”“Dia sengaja tabrak mobilku. Aku tanya orang bengkel, untuk perbaikan butuh biaya ratusan juta. Kalau nggak minta rugi padanya, aku cari siapa? Kakak-adik? Memangnya aku dan dia kakak-adik? Apakah di tubuhnya juga mengalir darah keluarga Gatara? Kalau dia memang keturunan keluarga Gatara, aku bisa saja nggak minta rugi padanya. Tapi apakah dia keturunan keluarga Gatara?”Patricia seketika terdiam, tidak tahu harus berkata apa.“Setelah rumah dan toko miliknya disewakan, setiap bulan dia bis
Setelah meletakkan telepon, Patricia malah tertawa dan berkata dengan puas, “Anak yang kejam.”Patricia merasa lega, karena putri kandungnya ini memenuhi kualifikasi untuk menjadi seorang penerus. Dengan kekejaman Felicia, dia merasa lega menyerahkan keluarga Gatara ke tangan Felicia.Sebagai keturunan kakak Patricia, Yuna ingin mendorong Odelina menjadi penerus. Apakah Odelina bisa dibandingkan dengan Felicia.Terlebih lagi Odelina seorang ibu tunggal. Dia sendiri juga sudah membuka sebuah toko sarapan dan sebuah restoran. Biasanya Odelina sudah sibuk bukan main. Rasanya dia tidak punya cukup energi untuk pergi ke Kota Cianter untuk bersaing dengan Felicia memperebutkan posisi kepala keluarga. Setelah memikirkan hal itu, Patricia merasa sedikit lebih lega.Tentu saja, Patricia masih harus mencari cara untuk membasmi hingga ke akar-akarnya. Selama anak dan cucu dari kakak pertamanya meninggal semua, maka posisi kepala keluarga Gatara akan selalu menjadi milik Patricia dan keturunannya.
Felicia membalas pesan pria itu, “Aku mau makan es krim. Kamu coba lihat di jalan ada yang jual, nggak. Kalau ada beli yang kemasan gelas. Nggak peduli apa mereknya. Yang penting pakai gelas."Dengan begitu, tidak akan belepotan ke mana-mana saat makan es krim nanti. Felicia suka makan es krim yang dalam kemasan gelas. Biasanya Vandi akan membujuknya kurangi makan makanan dingin. Malam ini Felicia jelas dalam suasana hati yang buruk. Jadi Vandi tidak membujuknya, justru mengiyakan dengan suara lembut.Setelah mendapat jawaban Vandi, Felicia baru meletakkan ponselnya di atas meja lagi. Kemudian, dia berdiri dan berjalan ke depan jendela. Gedung kantor Gatara Group tentu saja tidak setinggi gedung Aurora Group, tapi masih lebih tinggi dari gedung perusahaan lain di sekitarnya.Kantor Felicia hanya berjarak satu lantai dari lantai paling atas. Begitu dia berdiri di depan jendela kantornya dan melihat ke luar, dia bisa melihat pemandangan indah gedung-gedung di sekitarnya. Kota Cianter jug
Yuna mengangguk."Sore nanti ajak Russel bersama ke sini." Setelah berpikir sejenak, Yuna menambahkan, "Dokter Panca bilang, waktu Kakek Setya nggak banyak lagi. Biarkan dia bertemu dengan anak-anak satu per satu." Semua orang saling memandang. Olivia dengan cemas bertanya, "Penyakit apa yang diderita Kakek Setya?" "Mungkin karena luka lama yang meninggalkan efek samping, ditambah usia lanjut. Orang tua pasti punya penyakit kecil di sana-sini," jawab Yuna sambil menghela napas, dia tidak melanjutkan lebih jauh. Dokter Panca sudah menyuruh mereka bersiap secara mental. "Sore nanti, aku akan menjemput Russel, lalu kita akan datang bersama." Olivia juga memahami bahwa usia Setya yang sudah sangat tua, ditambah keinginannya yang sudah terpenuhi, mungkin tidak akan bertahan lama lagi. "Apakah perlu memberi tahu Kak Odelina agar pulang?" "Untuk sementara nggak perlu. Kakek Setya belum menyerahkan bukti-buktinya ke aku, jadi dalam waktu dekat sepertinya nggak akan ada apa-apa. Saat dia
Wajah Yuna berubah drastis. “Dokter Panca, apakah nggak ada cara agar Om Setya bisa hidup beberapa tahun lagi?” Dokter Panca berkata, “Saya dan murid-murid saya sudah pakai semua obat terbaik yang kami tanam untuknya. Kami sudah melakukan yang terbaik. Dia bisa bertahan sampai sejauh ini, pertama karena kami membantu memulihkan tubuhnya, dan kedua karena obsesi yang ada di hatinya.” “Meski dendam besar mamamu belum terbalaskan, melihat kalian hidup dengan baik, memiliki kekuatan dan dukungan, Om Setya merasa lebih tenang. Dia percaya bahwa balas dendam untuk ibumu bisa diserahkan sama kalian, jadi dia bisa pergi menemui majikannya dengan hati lega.” “Begitu obsesi itu hilang, seperti yang saya katakan sebelumnya, semangatnya akan turun. Ketika itu terjadi, dia nggak akan bertahan lama lagi. Apalagi, usianya sudah hampir seratus tahun. Bahkan kalua hari itu tiba, kalian harus menerimanya dengan tenang.” Hidup hingga seratus tahun, meski sering diucapkan, berapa banyak orang yang be
Sama seperti para lelaki di keluarga menantunya. Tidak heran kedua keluarga itu bisa memiliki hubungan yang erat. Mereka adalah orang-orang yang sejenis. “Dokter Panca,” sapa Stefan dengan hormat. Lelaki tua itu mengangguk lagi. Kemudian, dia memperkenalkan beberapa teman lamanya kepada pasangan itu. Terakhir, dia menunjuk Setya dan berkata kepada Olivia, “Bu Olivia, kakakku ini adalah orang yang selama ini kalian cari. Tantemu memanggilnya Om Setya.” “Dokter Panca, panggil aku Olivia saja,” kata Olivia dengan sopan. Dia menoleh ke Setya dan menyapanya, “Kakek Setya.” Sebagai generasi muda, Olivia belum pernah bertemu dengan asisten tua itu, dan begitu pula sebaliknya. Karena itu, baik Olivia maupun Setya, tidak memiliki perasaan emosional yang sama seperti Yuna. Setya tersenyum dan mengangguk, lalu berkata, “Kamu pasti Olivia, 'kan?” Bu Yuna benar, Olivia tidak begitu mirip dengan Reni. Sekilas terlihat sedikit mirip, tapi kalau diperhatikan lebih saksama, ternyata nggak. Keli
“Om Setya, putri sulung Reni sudah pergi ke Cianter untuk berkarier. Anda untuk sementara nggak bisa bertemu dengannya,” kata Yuna dengan suara lembut.Dia tahu alasan Setya sering memandang Amelia. Mungkin lelaki itu khawatir bahwa keluarga ibunya tidak ada yang mampu mengambil alih keluarga Gatara. Setya sangat setia, dan menganggap keluarga Gatara itu adalah milik keturunan majikannya.Meskipun Patricia telah duduk di posisi kepala keluarga selama lebih dari 40 tahun, Setya tetap tidak mengakui kedudukan Patricia yang sah. Perempuan itu tidak ingin Setya hidup, karena selama dia masih hidup, Patricia selalu merasa posisinya tidak kokoh. Tanpa Setya, dengan semua saudaranya ang telah tiada, mengambil alih keluarga Gatara menjadi hal yang wajar baginya, sehingga dia akan merasa lebih percaya diri. “Olivia sedang dalam perjalanan. Sebentar lagi Anda bisa bertemu dengannya,” “Olivia lebih mirip ayahnya, sedangkan Odelina lebih mirip Reni. Anak laki-laki Odelina, Russel, sangat mirip
Yuna menangis sejadi-jadinya di depan nisan adiknya. Namun, tidak peduli seberapa keras tangisnya, dia tidak dapat menghidupkan kembali adiknya. Satu hal yang bisa dia lakukan hanyalah menjadi sosok ibu bagi kedua keponakannya dan memberikan mereka lebih banyak kasih sayang.Yuna dan adiknya mengalami masa kecil yang tragis. Kemudian, keduanya dipisahkan oleh dua alam yang berbeda. Setelah mengetahui penyebab kematian orang tuanya, Yuna sangat membenci Patricia.“Kalau nggak ingin orang tahu apa yang kamu lakukan, lebih baik nggak usah lakukan. Dia akan membayar harga atas semua perbuatannya,” ujar Setya dengan penuh kebencian.“Benar, Om. Dia akan bayar harga atas semua yang telah dia lakukan.”“Aku yang nggak berguna. Aku nggak punya banyak bukti. Hanya ada sedikit. Karena orang-orang yang tahu masalah ini sudah mati semua, jadi sulit untuk memberatkannya dengan bukti yang sedikit ini.” Usai berkata, Setya kembali menyalahkan dirinya sendiri dan menangis.“Aku nggak peduli ada bukti
Tahun lalu, Setya baru saja kembali dari gerbang kematian. Setelah mendengar perkataan Panca, Setya pun berusaha menenangkan dirinya. Dia menganggukkan kepala kepada teman-temannya, lalu berkata kepada yuna, “Non Yuna, aku akan berusaha tetap hidup. Sampai kalian membalaskan dendam orang tuamu, agar Bu Patricia terima hukuman atas perbuatannya. Kalau nggak, aku nggak bisa mati dengan tenang.”“Ini juga salahku. Selama bertahun-tahun, aku nggak bisa membalaskan dendam orang tuamu. Aku juga nggak bisa temukan keberadaan kamu dan adikmu.”Kalau saja Setya menemukan Yuna dan Reni lebih awal, Reni tidak akan meninggal secepat ini. Setya gagal melindungi kepala keluarga Gatara sebelumnya, juga gagal melindungi kedua putri kepala keluarga Gatara sebelumnya. Setya merasa sangat bersalah.Setya yang telah menjalani pelatihan khusus menjadi asisten terpercaya kepala keluarga Gatara. Dia telah melakukan banyak hal untuk kepala keluarga Gatara. Namun pada akhirnya, dia gagal melaksanakan dua hal t
Yuna memanggil pria itu Setya, adik Yuna juga ikut memanggilnya dengan nama itu. Setiap kali Yuna dan adiknya memanggil Setya, pria itu selalu menjawab sambil tersenyum.Dalam ingatan Yuna yang samar-samar, orang tuanya dan Setya sangat sibuk. Namun, kesehatan ibunya kurang baik, jadi ibunya sering meminta bibinya yang tidak lain adalah Patricia untuk melakukan sesuatu.Sekarang kalau dipikir-pikir, justru karena ibunya Yuna sakit. Jadi ibunya Yuna mau tidak mau sering minta Patricia mengurus perusahaan dan urusan keluarga, sehingga timbul keinginan di dalam hati Patricia untuk merebut kekuasaan.Patricia pasti merasa dia telah berbuat banyak, tapi semua orang tetap berpihak pada ibu Yuna. Oleh karena itu, Patricia ingin mengambil alih. Karena dia mengira hanya dengan menjadi kepala keluarga, semua orang akan sepenuhnya berpihak padanya.“Huh ....”Syuna memanggil Sety, Setya menghela napas sambil menahan air matanya. Keduanya sama-sama tidak memiliki kesan mendalam terhadap satu sama
Stefan tertawa pelan. “Oke, asal kamu nggak berebut dengan tantemu untuk dapat perhatian, sebenarnya kamu akan merasa sangat bahagia. Ada begitu banyak orang yang sayang sama kamu. Cepat gosok gigi dan cuci muka. Habis itu ambil tasmu dan turun untuk sarapan dulu. Nanti om sopir yang antar kamu ke sekolah. Om dan tantemu ada urusan, nggak bisa antar kamu.”Russel memanyunkan bibir lagi. Namun pada akhirnya, dia tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia pun pergi mencuci muka dan menggosok gigi dengan tenang. Sedangkan Stefan kembali ke kamarnya untuk membangunkan Olivia. Dia memberitahu Olivia kalau Dokter Panca membawa asisten nenek Olivia ke rumah keluarga Sanjaya.Olivia langsung bangun dan mandi secepatnya. Selesai ganti baju, dia bergegas turun bersama suaminya. Di sisi lain, Aksa juga telah membangunkan orang tuanya. Begitu mengetahui kedatangan para pria tua dan salah satu di antaranya adalah guru Kellin, Yuna langsung keluar dari kamar. Namun, suaminya segera menghentikannya.“Yuna, k
Mereka berdua sedang bertelepon, tapi Stefan malah bilang kalau dia tidak bicara dengan Aksa. Karena Aksa tahu Stefan pasti sedang mengurus Russel, Aksa pun tidak marah.“Oke, kamu bisa bicara sekarang.” Stefan akhirnya bicara dengan Aksa.Kalau bukan karena tahu Olivia masih tidur saat ini, Aksa sungguh tidak ingin menelepon Stefan. Dengar saja nada bicara Stefan, sangat menjengkelkan, bukan? Seolah-olah Aksa akan melapor ke Stefan saja.Aksa pun berkata sambil menahan amarahnya, “Dokter Panca bawa asisten nenekku datang ke sini. Selain mereka berdua, ada beberapa pak tua lainnya. Mereka mungkin para master yang menguasai dunia beberapa puluh tahun yang lalu. Kamu bilang sama Olivia. Kalau kamu bisa datang, kamu temani Olivia datang ke sini sebentar.”“Dokter Panca?” Stefan spontan mengerutkan kening. “Kamu yakin orang itu Dokter Panca?”“Aku nggak yakin. Makanya aku suruh Jonas datang. Jonas pernah bertemu dengannya. Tapi aku rasa mereka nggak akan berbohong. Nggak akan ada yang bera