Rosalina menatap mertuanya yang langsung mengerti dengan maksud tatapan menantunya. Dia tertawa kecil dan berkata, “Nggak perlu melihat Mama seperti itu. Jangan bicarakan tubuhmu bisa dipulihkan. Meski kamu nggak bisa melahirkan, Mama juga nggak akan keberatan. Kalau keberatan, waktu Calvin mengejarmu, Mama sudah pasti akan menolak.”“Mama nggak akan membiarkan kalian sampai pada hari ini. Waktu baru tahu kamu, kamu masih nggak bisa melihat. Ditambah tantemu sudah membawamu berobat selama sepuluh tahun dan matamu tetap nggak bisa sembuh.”“Selama anakku suka, nggak peduli bagaimana wujudmu, kami akan menerimanya dan nggak akan keberatan. Meski kamu seorang lelaki, asalkan Calvin suka maka kami akan menerimanya.”Dengan penuh haru Rosalina berkata, “Ma, terima kasih. Sudah buat aku merasakan kehangatan keluarga dan kasih sayang seorang Ibu.”Mertuanya mencintainya bagaikan putri kandung.“Kalau aku nggak sayang sama menantuku, mau sayang siapa? Kamu nggak perlu merasa tertekan. Percaya
Calvin baru ada kesempatan untuk berduaan dengan tunangannya. Sebelah tangannya membawa hadiah dan satu tangannya menggandeng Rosalina. Setelah jauh, lelaki itu baru berani mengeluh.“Aku lihat kamu menikmatinya,” kata Rosalina sambil tersenyum.Dia mengeluarkan ponselnya dan melepaskan genggaman tangan Calvin sambil berkata, “Tadi ponselku berbunyi terus. Nggak tahu siapa yang mengirimkan aku banyak pesan. Aku menemani Mama bicara dan nggak lihat.”Begitu membuka pesan, dia melihat pengurus rumah yang mengirimkannya pesan. Isinya adalah foto dan video. Setelah melihat isi dari foto dan video tersebut, Rosalina berkata,“Aku tebak sepertinya Giselle akan mencariku dengan bantuan keluarga Ciugito dan keluarga Gunawan. Tapi nomor baru itu bukan milik kedua tanteku.”“Hasil penelusurannya menunjukkan kalau orang yang pakai nomor baru itu namanya Farhan. Aku pikir-pikir sepertinya nggak ada kenal orang dengan nama itu. Aku tanya Kak Doni dan bilang di Siahaan Group nggak ada orang bernama
Selain Doni tidak menyatakan perasaannya, dia dan kekasihnya juga akhirnya berakhir bahagia. Sekarang tatapannya pada Rosalina juga lebih datar sehingga Calvin juga tidak begitu khawatir.“Kenapa diam? Masih menganggap Kak Doni sainganmu?”Calvin bergegas menyangkal dan berkata, “Nggak begitu, aku hanya bicara saja. Kak Doni sudah ada istri, aku percaya dengannya. Dia itu menganggapmu seperti adiknya sendiri. Tapi meski kakak adik, kalian tetap bukan saudara kandung. Dia juga sudah ada keluarga, lebih baik jaga jarak.”“Kalau kamu ada masalah, bilang sama aku. Aku akan membantumu menyelesaikannya. Kalau bisa jangan merepotkan Kak Doni. Dia sudah banyak membantumu menyelesaikan urusan kantor.”Rosalina tahu lelaki itu berkata serius ketika tidak melihat sorot berbinar di mata Calvin. Dia berkata, “Dulu mataku nggak kelihatan dan dia juga sudah bekerja di kantor cukup lama. Dulu dia sudah dipercayai oleh Om aku, jadi untuk urusan perusahaan, aku sangat bergantung padanya.”“Sekarang aku
Rika memang menyukai Ricky, tetapi perasaannya masihb elum dalam hingga membuatnya bersedia menikah dengan lelaki itu. Oleh karena itu, tugas utama Calvin saat ini adalah mengejar istrinya.Lelaki itu mengurus Blanche Hotel, serta beberapa pabrik milik Adhitama Group yang ada di Cianter. Terkadang Calvin juga akan memberikan arahan pekerjaan di sana.Rosalina mengingat raut dingin Rika dan berkata, “Rika terlihat lebih lelaki dibandingkan lelaki pada umumnya. Sikapnya dan cara kerjanya mirip lelaki. Hanya suaranya saja yang sedikit lebih nyaring dan tidak seberat suara lelaki.”Rika sengaja merendahkan suaranya setiap berbicara dengan orang lain. Meski begitu, dia tetap berbeda dibandingkan lelaki pada umumnya. Namun juga ada lelaki yang suaranya nyaring, sehingga tidak ada orang yang curiga bahwa Rika adalah perempuan.Calvin tertawa dan berkata, “Dari kecil dia sudah berpakaian menjadi lelaki selama 20 tahunan. Tentu saja kelihatan seperti lelaki. Dia terlalu dingin dan mirip dengan
Tanpa menunggu Calvin berbicara, dia berkata lagi, “Obat yang pahit baik untuk penyakit. Aku juga akan menghabiskannya hingga habis.”Itu adalah resep obat dari Kellin. Ada banyak orang yang ingin berobat dengan Kellin, tetapi tidak pernah bisa bertemu dengannya. Rosalina beruntung karena bisa diobati langsung oleh Dokter Kellin berkat Calvin.“Rosalina, pasti bisa sembuh. Kelak, kamu nggak perlu minum obat pahit lagi.”Calvin tahu obat yang diminum oleh perempuan itu sangat pahit. Ketika dia bantu menyiapkannya, aroma pahit dari obat tersebut sudah menyebar di udara. Hanya menciumnya saja dia sudah merasa sangat pahit, apalagi Rosalina yang harus meminumnya setiap hari.Setiap perempuan itu selesai meminumnya, Calvin pasti akan memberikan permen untuk mengurangi rasa pahit tersebut.“Besok akan lebih baik lagi. Setelah malam, akan ada cahaya yang datang,” ujar Rosalina yang buat lelaki itu terkekeh.Kekasihnya ini memang sangat kuat, Calvin menyukainya dan mencintainya.“Calvin, Rosal
Reena tertawa riang. Jika Dibandingkan dengan Dewi, dia kurang anggun dan tenang. Reena bilang dia bukan dari istri dari kepala keluarga Adhitama, sehingga tidak perlu terlalu anggun. Sedangkan Dewi adalah istri kepala keluarga, sehingga harus bersikap dewasa, tenan dan anggun.Sebenarnya, Dewi dan mereka tidak jauh berbeda. Karakter ketiga ipar tersebut hampir mirip. Oleh karena itu, mereka sangat cocok satu sama lain.“Rosalina, waktu kamu baru melihat Calvin, kamu merasa puas?”Wajah perempuan itu seketika memerah. Namun, dia tersenyum dan berkata, “Waktu nggak kelihatan, aku sering meraba wajahnya dan membayangkan raut wajahnya seperti apa. Ketika aku bisa melihatnya, aku sangat terkejut. Dia nggak sama seperti yang aku bayangkan.”“Tentu saja sangat puas. Tante sering bilang sama aku agar bersikap baik dengan Calvin. Dia bilang aku diberkati oleh Papa karena bisa menemukan kekasih seperti Calvin.”“Tante lebih baik pada Calvin dibandingkan aku. Dulu Tante paling sayang sama aku.”
Calvin tidak akan sungkan dengan pamannya itu. Dia langsung menuangkan minuman untuk mereka semua dan mencuci buah. Kemudian dia mengeluarkan makanan ringan.Lelaki itu melirik papan catur dan tertawa sambil berkata, “Tante sengaja nggak mau buat Om tidur dan makan dengan tenang. Sampai besok pun, dia mungkin tidak tahu harus meletakkan pionnya di mana.”Malvin mendelik pada keponakannya itu. Meski kemampuannya bermain catur sangat buruk, dia juga tidak mau ditertawakan oleh keponakannya. Bagaimanapun, dia adalah senior dan masih ada harga diri.Calvin terkekeh dan menatap tantenya agar dapat membelanya. Reena yang mendapat sinyal tersebut langsung berkata, “Simpan caturnya. Kita main lagi kalau ada waktu.”“Aku nggak mau kamu menemaniku main catur. Aku mau Calvin yang menemaniku main catur seharian. Calvin, akhir pekan ini kamu jangan ke mana pun. Kamu kembali dan temani Om main cautr. Kalau kamu nggak mau, Om akan mengomeli kamu setiap kita ketemu.”Calvin langsung memohon ampun, “Om
“Ternyata Sisi mau kamu menggendongnya. Padahal biasanya dia sangat sombong sekali. Aku saja dicakar olehnya kalau mau menggendongnya,” ujar Calvin dengan terkejut.Reena tertawa dan berkata, “Siapa suruh dulu kamu menendangnya? Dia pendendam. Tapi benar, Sisi memang memilih orang, dia suka orang yang lembut.”“Aku sangat galak?”Calvin merasa dirinya tidak galak.“Di antara kalian semua, siapa yang paling lembut? Sisi itu sangat pintar, dia bisa merasakan kalau kalian hanya pura-pura lembut.”“Tante, dia namanya Sisi? Lucu sekali.”“Kucing ini memang lucu. Kalau kamu suka, minta Calvin beli dua ekor untukmu. Mereka sangat manja dan suka minta dielus atau melompat ke pangkuanmu.Rosalina tersenyum dan berkata, “Aku rasa aku nggak akan ada waktu untuk merawat mereka.”“Kak Stefan pernah kasih Kak Olivia kucing dan anjing. Tapi karena nggak sempat dirawat, jadi diserahkan ke Bi Lesti. Akhirnya mereka nggak dekat dengan Kak Olivia. Hewan peliharaan memang lebih dekat dengan orang yang mer
Raut wajah Liam langsung berubah masam dan seketika nafsu makannya juga hilang. Namun mengingat, jarak liburan musim panas nanti masih ada setengah tahun, nafsu makannya kembali membaik. “Olivia, biasanya Russel dikasih pelajaran apa? Liburan musim panas tahun depan kan mereka berdua main bareng lagi, gimana kalau kita suruh mereka belajar bareng juga. Kalau ada teman belajar, belajarnya pasti bisa lebih cepat masuk,” Yose mengusulkan. “Liburan musim panas nanti, mungkin aku nggak bisa datang, kecuali Liam yang datang ke rumahku,” kata Olivia. Di saat itu anak Olivia baru genap satu bulan. Anaknya masih sangat kecil sehingga tidak memungkinkan Olivia untuk melakukan perjalanan jauh. Jika Liam yang datang ke Mambera juga akan menjadi tanggung jawab yang berat. Olivia tidak berani menanggung itu. Andaikan Mulan mau membawakan Liam dan kedua anak kembarnya ke Mambera, itu akan lebih baik, karena bagaimanapun Mulan dan Yose adalah orang tuanya Liam. Di liburan musim panas nanti, kedua
“Ma, Om Stefan nggak mungkin secepat itu datang jemput aku dan Tante, ‘kan? Aku masih belum puas main di sini, aku masih mau main sebentar lagi.” Mendengar Russel bilang begitu, Liam juga ikut khawatir Russel akan segera pulang ke Mam bera, maka dia pun bergegas berbicara kepada Odelina, “Tante, jangan jemput Russel pulang dulu. Kasih Russel masih di sini beberapa hari lagi saja. Kami masih belum puas. Aku … aku nggak bakal berantem sama Russel, jadi tolong kasih Russel menginap di sini lebih lama, ya.” “Boleh, kalau begitu Tante kasih kasih Russel menginap di sana satu minggu lagi. Seharusnya nanti Stefan ada waktu kosong untuk jemput dia,” kata Odelina. Liam merasa satu minggu saja masih tidak cukup, jadi dia memberikan tawaran baru. “Tante, kalau sepuluh hari saja, boleh nggak?” “Sepuluh hari, ya …,” Odelina menghitung tanggal. “Kalau sepuluh hari, Tante sudah libur. Ya sudah, oleh. Kalau begitu Russel menginap di sana sepuluh hari lagi, tapi kalian berdua harus akur, ya. Jangan
Status keluarga Junaidi di Aldimo membuat mereka tidak bisa bertindak gegabah. Faktor lainnya adalah nantinya mereka tidak akan bisa lagi mendapat informasi apa pun tentang Liam dari Vila Ferda. Mereka menduga keluarga Junaidi mengirim anak itu ke suatu tempat, tetapi mereka tidak tahu tempat apa pastinya. “Nggak apa-apa. Libur musim panas tahun depan waktunya lebih panjang. Nante Tante bawa Russel main ke rumahmu, biar dia bisa menemani kamu selama liburan,” kata Odelina tersenyum. “Tante Odelina harus tepat janji, ya! Liburan musim panas nanti Russel harus temani aku main,” ujar Liam. Liam dan Russel pasti ada saja sesekali bertengkar, tetapi sebagian besar waktu lebih banyak mereka habiskan dengan bermain bersama. Ada banyak sekali anak-anak di Vila Ferda, tetapi Archie dan Audrey masih terlalu kecil untuk bermain bersama dengan Liam. Liam tentu saja berharap Russel yang datang untuk bermain bersama. “Pasti,” Odelina berjanji. Ketika liburan musim panas nanti, anaknya Olivia ju
“Oke!” jawab Russel dengan gembira. “Mama, aku makan sendiri, lho. Tante Olivia nggak suapin aku lagi. Aku makan juga nasinya sudah nggak berantakan di meja. Aku mau tanding sama Liam siapa yang bisa makan lebih cepat.” Lam langsung mendekat dan dengan santun menyapa Odelina. “Halo, Tante. Selamat pagi. Tante sudah makan, belum?” Odelina tersenyum. “Tante baru saja makan. Sekarang lagi perjalanan balik ke kantor. Kamu sama Russel makan yang banyak, ya, biar cepat tinggi.” “Kak Odelina, jangan suruh mereka berdua makan banyak. Mereka ini tukang makan, aku malah takut mereka makan kebanyakan dan malah jadi sakit perut mereka,” sahut Mulan. Odelina juga sadar anaknya, Russel, itu tukang makan. Namun apa mau dikata, semua orang yang menjaganya juga sama-sama suka makan. Karena mendapat pengaruh dari Olivia, reputasi Russel sebagai tukang makan justru malah makin terkenal. Sisi positifnya, paling tidak sekarang sudah tidak pilih-pilih makanan. Dulu Russel paling tidak suka makan sayur,
Selama ada Vandi di sisinya, mau dunia kiamat pun Felicia tidak akan merasa khawatir.Odelina selalu bilang kalau Vandi mencintai Felicia, dan Felicia juga memiliki perasaan kepada Vandi. Odeline sudah pernah mengingatkan Felicia agar tidak menyia-nyiakan Vandi, dan juga jangan mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal seperti hanya menginginkan anak tanpa suami agar tidak membuat Vandi bersedih.Tidak peduli bagaimana akhir dari persaingan antara Odelina dengan keluarga Gatara, dalam hubungan asmara, Odelina hanya ingin memberikan saran demi kebaikan Felicia sendiri. Felicia mengakui perasaannya, dia memang mencintai Vandi. Tak bisa dipungkiri, memang sangat mudah untuk mencintai pria yang luar biasa seperti Vandi.Melihat Felicia sudah tertidur, Vandi menghentikan mobil dan melepas jaketnya, lalu dia gunakan jaket itu untuk menutupi tubuh Felicia. Udara masih terasa dingin meski di dalam mobil sudah menggunakan penghangat. Felicia akan mudah masuk angin jika dia tertidur begitu saja.
Felicia menyapu pandangannya ke arah bawahan Dikta yang sudah tumbang di lantai. “Cukup awasi saja mereka, nggak perlu dibunuh.”“Baik, sudah kuperintahkan ke anak buahku,” jawab Vandi.Felicia mengiyakan, lalu dia langsung naik ke mobilnya Vandi. Dengan segera Vandi mengemudikan mobil itu kembali ke Cianter. Selagi di perjalanan, Vandi berkata, “Dari awal Bu Patricia sudah merencanakan ini. Dia sudah minta Dikta untuk menyiapkan seorang pengganti. Sekarang pengganti itu ada di rumah.”“Sudah kuduga Mama pasti bakal melakukan ini,” tutur Felicia seraya memijat lehernya.Karena itu Felicia juga sudah menyiapkan rencananya sendiri. Sewaktu ibunya mengajak dia jalan-jalan di halaman rumah, Felicia sudah menunggu ibunya beraksi, agar ibunya mengira kalau rencananya berjalan dengan lancar. Dengan begitu, Felicia bisa kembali ke Cianter tanpa ketahuan.“Mama sudah tua pun tenaganya masih kuat. Leherku sampai sekarang masih sakit.”“Bu Patricia pernah latihan bela diri. Usianya sudah tua pun
Ketiga putranya sudah memiliki anak, dan menantunya juga lebih mendengarkan Cakra untuk mengungsi ke kediaman keluarga Vikar selama tahun baru.Yang ingin Cakra lindungi adalah anak cucu yang mewarisi marganya, sedangkan yang ingin Patricia lindungi adalah Felicia yang masih menggunakan marga Gatara.Namun, bagaimanapun juga mereka tetaplah cucunya, maka dari itu Patricia tidak meminta para menantunya untuk membawa anak-anak mereka ke Cianter. Biarlah mereka melewati tahun baru yang damai di sana. Akan lebih baik jika mereka jauh dari perseteruan ini. Dalam hal ini, Cakra melakukan bagiannya dengan baik. Cakra menyadari kekejaman istrinya. Jika cucunya tidak segera pergi, dikhawatirkan mereka semua juga tidak akan bertahan hidup.Patricia mengerutkan bibirnya. Apa yang akan terjadi pada malam ini semua bergantung kepada takdir mereka semua. Andaikan, belum waktunya bagi mereka untuk mati, mungkin mereka bisa keluar dari rumah ini dengan selamat. Namun apabila mereka tidak berhasil mela
Sepasang ibu dan anak yang belum tidur semalaman itu sedang menikmati waktu sunyi berdua dengan berjalan santai di halaman rumah. Meski di luar udara sangat dingin, mereka berdua terlihat seperti tidak terpengaruh. Tidak ada pula dendam atau kebencian yang tersirat dari obrolan mereka. Mereka berdua mengobrol hal-hal biasa seperti tidak terjadi apa-apa. Di momen itu mereka hanyalah ibu dan anak biasa.Entah berapa lama kemudian, Patricia berkata, “Felicia, ayo duduk. Aku sudah tua, nggak bisa jalan terlalu jauh.”Patricia berkata sembari duduk di kursi panjang yang terbuat dari batu. Felicia pun ikut duduk di kursi itu bersama ibunya.“Langitnya sudah mau terang,” ucap Patricia mendongak ke angkasa. “Di musim dingin, malam lebih panjang dari siang. Kalau di musim panas, jam segini langit pasti sudah terang.”Dia menarik jaketnya dan bertanya, “Felicia, kamu kedinginan, nggak?”“Iya. Suhu udara di luar rumah lumayan dingin.”“Kamu pakai jaket terlalu tipis. Seharusnya kamu pakai jaket y
Meski perjamuan malam ini menyimpan bahaya yang tersembunyi, Cakra tetap akan menemani Patricia terjun ke dalam jurang.“Tapi acara malam ini pasti bakal jadi pertumpahan darah. Kalian harus ikuti terus Felicia, biar aku yang jagain kalian,” kata Cakra. “Mama kalian nggak bakal membiarkan anak putri satu-satunya celaka. Makanya dia pasti sudah menyiapkan jalan keluar untuk Felicia. Kalian awasi terus Felicia, dijamin kalian pasti selamat.”“Pa, itu kan cuma dugaan saja. Kita ini juga anak kandung Mama. Kalau ada bahaya, masa iya Mama bakal sengaja minta kita datang ke sini? Papa mikirnya jangan terlalu mengada-ada.Mendengar itu, Cakra langsung memelototi anak sulungnya. “Kamu ini selalu saja membantah. Kalau saja kalain menurut apa kataku, malam ini kita semua sudah ada di kampung halamanku. Aku juga nggak perlu khawatir. Sekarang dinasihati baik-baik malah melawan. Mama kamu itu benci aku dan nggak pernah mau lihat wajahku, tapi tiba-tiba aku dipanggil untuk menginap di sini. Kamu pi