Bukankah lebih baik hidup melajang daripada hidup sengsara dalam pernikahan? Setiap orang pasti memiliki jalan hidup yang berbeda satu sama lain. “Aku melihat sosok kepala keluarga Gatara di pernikahanku dan Stefan waktu itu. Dia juga nggak langsung meninggalkan Mambera setelah acara pernikahan kami selesai. Aku sempat berpikir kalau dia datang untuk menemui Tante Yuna. Tapi, sudah setengah bulan dan sama sekali nggak ada pergerakan darinya,” ujar Olivia mengubah kembali topik pembicaraan mereka. Olivia belum pernah bertemu kepala keluarga Gatara sebelumnya. Stefanlah yang memberitahunya tentang sosok kepala keluarga Gatara yang hadir di acara resepsi pernikahan mereka. Tujuan Olivia mengundang kepala keluarga Gatara ke acara resepsi pernikahannya adalah agar Yuna bisa bertemu dengan Patricia sekaligus menanyakan perihal peristiwa keluarganya di masa lalu. Bagaimanapun juga, Yuna tetap harus mendapatkan konfirmasi tentang masalah ini, sekalipun dia sudah menjalani tes DNA dengan Fel
Odelina menyentil dahi Olivia dengan lembut seraya berkata, “Stefan itu sangat peduli padamu. Dia juga bilang sama Kakak setiap kali kamu melakukan kesalahan. Jadi, jangan sebut perilakunya itu sebagai mengadu. Dia pastinya malas setiap kali melihatmu melakukan apa pun kalau memang dia nggak peduli padamu.”Olivia langsung tersenyum setelah mendengar nasihat kakaknya lalu berkata, “Iya, Stefanku itu memang yang terbaik. Kakak nggak usah bahas itu lagi, dong. Aku tahu kok kalau aku salah. Dia bukannya mengadu sama Kakak tapi dia melakukan itu karena peduli padaku.”“Lalu Kakak ngomong apa ketika dia mengadu sama Kakak begitu?”Odelina kembali mendorong dahi adiknya lalu berkata, “Kakak bilang sama dia kalau memang Stefan nggak bisa mengendalikanmu, serahkan saja kamu sama Kakak. Karena Kakak pasti bisa mengendalikanmu.”Olivia langsung menjulurkan lidahnya dengan raut wajah bercanda. Kemudian kedua bersaudara itu berjalan di sepanjang halaman keluarga Sanjaya sambil terus mengobrol satu
Bahkan para kerabatnya juga tidak datang menjemputnya. Apa mungkin mereka semua sekarang sedang sibuk menjilat Rosalina yang sudah mengambil alih bisnis keluarga Siahaan? Sekarang Giselle sudah keluar dari penjara dan dia pasti akan merebut Siahaan Group dari tangan Rosalina. Bagaimanapun juga, ayahnya yang sudah membangun Siahaan Group selama puluhan tahun dan dia tidak akan membiarkan si Rosalina buta itu untuk mengambil keuntungan dari mereka. Lagi pula, Rosalina adalah seorang gadis buta, jadi bagaimana dia bisa mengelola sebuah perusahaan? Apa mungkin Doni Handoko yang sudah membantu Rosalina menjalankan bisnis keluarga Siahaan? Dengan alasan kedua orang tuanya masuk penjara dan adik bungsunya masih seorang pelajar? Doni Handoko adalah orang yang dibawa ayahnya ke perusahaan, jadi bagaimana mungkin laki-laki itu justru berada di pihak Rosalina? Giselle berjalan beberapa langkah lalu berhenti. Karena ada dua buah mobil yang tiba-tiba berhenti di depannya. Kemudian jendela mobil y
“Saya tidak akan ikut denganmu kalau kamu tidak mengatakan identitasmu padaku. Siapa yang menyuruhmu menjemput saya di sini?” ujar Giselle bersikeras. Setelah merenung sejenak, perempuan tua itu akhirnya berkata, “Bu Giselle sudah bertambah dewasa ya setelah masuk ke penjara. Nama keluarga suami saya adalah Vikar. Kami pernah berbisnis dengan ayahmu beberapa kali. Bisa dibilang, hubungan kami juga cukup baik.”Nama keluarga suaminya Vikar? Giselle tidak tahu banyak tentang bisnis keluarganya. Lagi pula, dia masih terlalu muda dan orang tuanya jarang membicarakan perihal bisnis dengannya. Dia hanya tahu kalau keluarganya tidaklah kekurangan uang. Orang tuanya selalu memberikan apa pun untuk Giselle. Mereka memberikan semua yang dimiliki oleh orang-orang kebanyakan untuknya. Namun, orang-orang itu belum tentu memiliki apa yang dia miliki. Terkadang, Giselle mendengar kalau bisnis keluarganya semakin besar. Lalu kenapa perempuan ini menjemputnya kalau memang hubungan mereka hanya dalam
Perempuan tua ini hanya berbasa-basi ketika mengatakan kalau dia menjemput Giselle karena ayahnya. Giselle berpikir kalau kehancuran hidupnya disebabkan oleh Rosalina dan Olivia. Orang tua yang selalu melindunginya dimasukkan penjara oleh Rosalina. Selain itu, Olivia yang juga sangat dia benci adalah istri dari pewaris keluarga Adhitama. Dia benar-benar tidak berdaya dalam menghadapi kedua orang itu. Ditambah lagi, Jordan yang merupakan adik kandung Giselle justru sangat dekat dengan Rosalina sejak dia kecil. Dia juga tidak dekat dengan Jordan karena Jordan sering menuduhnya sudah menindas Rosalina. Giselle sadar kalau dia tidak bisa meminta adik laki-lakinya untuk membantunya dalam membalaskan dendamnya. Giselle masih sangat muda dan tidak memiliki banyak koneksi yang bisa membantunya. Jadi, jalan satu-satunya yang bisa dia tempuh adalah bekerja sama dengan perempuan tua ini. Dia juga tidak tahu apakah yang dikatakan oleh perempuan tua ini benar atau tidak tentang hubungan dekat mer
Setengah jam kemudian. Perempuan tua itu atau yang dipanggil sebagai Nyonya Vikar oleh Giselle membawa Giselle ke sebuah hotel yang tidak besar. Hotel ini adalah hotel biasa dan bukanlah hotel berbintang. Wajah Giselle memang terlihat biasa saja, tapi dia mengeluh di dalam hatinya. Dia merasa kalau Nyonya Vikar sangat pelit karena tidak membawanya ke hotel berbintang lima. Nyonya Vikar memesankan sebuah kamar untuk Giselle di hotel itu. Kemudian dia meminta seseorang untuk mengambil tas dari dalam mobil.Dia menyerahkan tas itu kepada Giselle lalu berkata, “Ini ada satu set pakaian baru untukmu. Kamu masuk ke kamarmu dan mandi lalu ganti baju. Setelah itu, turunlah karena aku mau mengajakmu makan di luar.”Giselle mengambil kartu hotel yang disodorkan kepadanya lalu naik ke lantai atas. Walaupun Giselle sudah berada cukup lama di dalam penjara, kesombongan di dalam dirinya sudah mendarah daging karena kedua orang tuanya terus memanjakannya. Oleh karena itu dia sangat tidak suka denga
Mata Giselle berkilat penuh kebencian lalu berkata, “Di sana, aku sudah mengubah sifat yang akan merugikanku ke depannya.”“Bu Vikar, kamu bilang kalau kamu ingin bekerja sama denganku sebagai informanmu di sini. Lalu apa keuntungan apa yang bisa aku dapatkan darimu?” tanya Giselle tanpa banyak basa-basi. Giselle tidak memiliki pekerjaan. Semua barang yang dibawanya ketika ditangkap diberikan kepada kedua orang tuanya. Namun, semua barangnya kemungkinan besar berpindah tangan ke tangan Rosalina seperti ponsel, dompet, mobil dan barang-barang lainnya setelah kedua orang tuanya juga masuk ke dalam penjara.Dia mungkin bisa mendapatkan kembali semua barang itu dari tangan Rosalina, tapi untuk sementara waktu dia mungkin tidak bisa mengambil alih perusahaan kembali ke tangannya. Pertama, karena Giselle sama sekali tidak mengerti urusan perusahaan. Kedua, Rosalina mendapatkan dukungan dari Doni dan Calvin Adhitama. Keluarga Siahaan sudah diambil alih oleh Rosalina dan semua keuangan kelua
Giselle mengutuk Nyonya Vikar di dalam hatinya. Apa mungkin dia masih membutuhkan uang dari Nyonya Vikar kalau dia sudah bisa mengambil alih keluarga Siahaan beserta semua bisnis keluarganya? Namun, dia sangat membenci Olivia dan ingin Olivia hidup dalam penderitaan. Sekarang, dia hanya perlu mengumpulkan informasi tentang Olivia tanpa perlu terjun langsung untuk menyerang perempuan itu. Bukankah tugas itu jauh lebih mudah daripada dia harus turun langsung menyerang Olivia? Menurut Giselle, semua hal itu adalah hal yang sangat mungkin untuk dia lakukan. Giselle pun berkata kepada Nyonya Vikar, “Aku akan membuktikan kepadamu kalau aku mampu mengambil alih seluruh keluarga Siahaan dari tangan si buta itu. Tapi, sayangnya aku baru saja keluar dari penjara dan ponsel serta kartu ATM-ku kemungkinan berada di tangan si buta itu. Aku yakin, dia tidak akan mengembalikan semua barangku setelah mengingat semua perselisihan yang terjadi di antara kami. Jadi, aku masih membutuhkan uang untuk mel
"Nggak ada, sangat baik." Keluarga suaminya menunjukkan tingkat perhatian yang berlebihan terhadapnya, tetapi itu juga menandakan betapa mereka peduli padanya dan tentu saja pada bayi kecil yang ada di dalam perutnya. "Bagus kalau begitu. Mama sekarang paling takut mendengar kabar bahwa kamu mengalami sesuatu." Dewi akhirnya merasa lega, lalu berkata, "Ada seorang teman Mama, menantunya juga lagi hamil lima bulan. Tapi dua hari yang lalu, bayinya nggak berkembang lagi. Dia menangis sampai seperti kehilangan akal. Bayinya laki-laki dan sudah terbentuk, tapi entah bagaimana kejadiannya, tiba-tiba janinnya nggak berkembang." "Ah, Cih! Olivia sehat, dan bayi kita juga sangat sehat." Kekhawatiran Dewi terhadap Olivia memang dipicu oleh kejadian yang menimpa menantu temannya itu. "Hamil lima bulan masih bisa mengalami janin nggak berkembang?" Dewi menggandeng tangan menantunya dengan hangat. Keduanya masuk ke dalam rumah dengan akrab layaknya ibu dan anak kandung. Sedangkan Stefan? Di
Olivia berkata, "Aku hanya mau bilang, kamu sekarang sudah setegang ini, nanti saat aku melahirkan, apakah kamu akan seperti Amelia, langsung mengemudi sendiri ke rumah sakit?" Stefan menjawab dengan serius, "Jangan bandingkan aku dengan Amelia. Aku nggak akan seperti itu. Memang aku pasti akan tegang, tapi nggak sampai lupa padamu. Aku akan menemanimu masuk ke ruang bersalin." "Kamu mau masuk ke ruang bersalin bersamaku?" "Iya, aku akan menemanimu. Nggak peduli kapan dan apa yang terjadi, aku harus ada di sisimu." Olivia tersenyum, senyumnya begitu manis. "Stefan, terima kasih. Terima kasih karena sangat mencintaiku dan memperlakukanku dengan begitu baik!"Stefan kembali mengoreksinya, "Panggil aku "Sayang". Aku suka mendengar kamu memanggilku begitu. Seharusnya aku yang berterima kasih sama kamu karena mau melahirkan anak untukku. Kamu adalah pahlawan besar di keluarga kita." "Kita nggak perlu saling berterima kasih terus." Olivia tertawa kecil sambil menyandarkan dirinya ke p
Terutama sejak Olivia hamil, Stefan berharap bisa menemani istrinya selama 24 jam sehari. Namun, Olivia tidak mengizinkannya untuk terus menempel padanya. “Aku masih harus kerja,” katanya sambil tersenyum. Melihat istrinya yang sedang hamil tetap bekerja, Stefan merasa tidak enak jika dirinya sendiri bermalas-malasan. “Harus kerja juga, cari uang buat beli susu bayi,” katanya sambil bercanda. Russel bilang, bayinya nanti laki-laki. Kalau benar anak laki-laki, Stefan mulai berpikir tentang masa depannya. “Harus cari uang buat beli rumah, mobil, dan biaya menikah. Itu semua butuh banyak uang.” Namun, kemudian dia tersenyum lega. Sebagai pewaris keluarga Adhitama, dia memiliki kekayaan melimpah. “Bisa dibilang, aku kekurangan segalanya kecuali uang. Uangku cukup untuk anakku hidup nyaman seumur hidup. Kelak ada cucu dan cicit, harus tetap menjaga keluarga Adhitama sebagai keluarga terkaya di Mambera, dari generasi ke generasi.” “Nicho mulai kerja tahun depan, ya?” Olivia merasa s
"Olivia, mari kita kembali ke rumah lama sebentar dan beri tahu Nenek. Dia pasti ingin bertemu dengan para tetua itu," kata Stefan. Mereka adalah orang-orang dari masa yang sama. Di zamannya, Nenek adalah sosok yang cukup terkenal di Mambera. Kemungkinan besar, para tetua itu juga mengenal neneknya. Namun, memikirkan bahwa Olivia sudah bangun pagi-pagi, Stefan mengubah keputusannya. Dia berkata, "Kamu pulang saja untuk istirahat. Aku sendiri yang akan pergi ke rumah lama. Kalau Nenek ingin datang, aku akan mengantarnya ke sini." Olivia menjawab, "Aku nggak lelah. Aku akan menemanimu pergi." "Sudah lama kita nggak pulang ke sana. Akhir pekan ini, kita bawa Russel untuk menginap dua hari. Sekalian beri tahu keluarga, setelah libur musim dingin minggu depan, aku mau bawa Russel ke Kota Aldimo untuk bermain beberapa hari." Stefan dengan perhatian bertanya, "Apa kamu nggak akan merasa terlalu capek? Kalau lelah, sebaiknya istirahat saja, jangan memaksakan diri." Olivia menepuk ringan
Yuna mengangguk."Sore nanti ajak Russel bersama ke sini." Setelah berpikir sejenak, Yuna menambahkan, "Dokter Panca bilang, waktu Kakek Setya nggak banyak lagi. Biarkan dia bertemu dengan anak-anak satu per satu." Semua orang saling memandang. Olivia dengan cemas bertanya, "Penyakit apa yang diderita Kakek Setya?" "Mungkin karena luka lama yang meninggalkan efek samping, ditambah usia lanjut. Orang tua pasti punya penyakit kecil di sana-sini," jawab Yuna sambil menghela napas, dia tidak melanjutkan lebih jauh. Dokter Panca sudah menyuruh mereka bersiap secara mental. "Sore nanti, aku akan menjemput Russel, lalu kita akan datang bersama." Olivia juga memahami bahwa usia Setya yang sudah sangat tua, ditambah keinginannya yang sudah terpenuhi, mungkin tidak akan bertahan lama lagi. "Apakah perlu memberi tahu Kak Odelina agar pulang?" "Untuk sementara nggak perlu. Kakek Setya belum menyerahkan bukti-buktinya ke aku, jadi dalam waktu dekat sepertinya nggak akan ada apa-apa. Saat dia
Wajah Yuna berubah drastis. “Dokter Panca, apakah nggak ada cara agar Om Setya bisa hidup beberapa tahun lagi?” Dokter Panca berkata, “Saya dan murid-murid saya sudah pakai semua obat terbaik yang kami tanam untuknya. Kami sudah melakukan yang terbaik. Dia bisa bertahan sampai sejauh ini, pertama karena kami membantu memulihkan tubuhnya, dan kedua karena obsesi yang ada di hatinya.” “Meski dendam besar mamamu belum terbalaskan, melihat kalian hidup dengan baik, memiliki kekuatan dan dukungan, Om Setya merasa lebih tenang. Dia percaya bahwa balas dendam untuk ibumu bisa diserahkan sama kalian, jadi dia bisa pergi menemui majikannya dengan hati lega.” “Begitu obsesi itu hilang, seperti yang saya katakan sebelumnya, semangatnya akan turun. Ketika itu terjadi, dia nggak akan bertahan lama lagi. Apalagi, usianya sudah hampir seratus tahun. Bahkan kalua hari itu tiba, kalian harus menerimanya dengan tenang.” Hidup hingga seratus tahun, meski sering diucapkan, berapa banyak orang yang be
Sama seperti para lelaki di keluarga menantunya. Tidak heran kedua keluarga itu bisa memiliki hubungan yang erat. Mereka adalah orang-orang yang sejenis. “Dokter Panca,” sapa Stefan dengan hormat. Lelaki tua itu mengangguk lagi. Kemudian, dia memperkenalkan beberapa teman lamanya kepada pasangan itu. Terakhir, dia menunjuk Setya dan berkata kepada Olivia, “Bu Olivia, kakakku ini adalah orang yang selama ini kalian cari. Tantemu memanggilnya Om Setya.” “Dokter Panca, panggil aku Olivia saja,” kata Olivia dengan sopan. Dia menoleh ke Setya dan menyapanya, “Kakek Setya.” Sebagai generasi muda, Olivia belum pernah bertemu dengan asisten tua itu, dan begitu pula sebaliknya. Karena itu, baik Olivia maupun Setya, tidak memiliki perasaan emosional yang sama seperti Yuna. Setya tersenyum dan mengangguk, lalu berkata, “Kamu pasti Olivia, 'kan?” Bu Yuna benar, Olivia tidak begitu mirip dengan Reni. Sekilas terlihat sedikit mirip, tapi kalau diperhatikan lebih saksama, ternyata nggak. Keli
“Om Setya, putri sulung Reni sudah pergi ke Cianter untuk berkarier. Anda untuk sementara nggak bisa bertemu dengannya,” kata Yuna dengan suara lembut.Dia tahu alasan Setya sering memandang Amelia. Mungkin lelaki itu khawatir bahwa keluarga ibunya tidak ada yang mampu mengambil alih keluarga Gatara. Setya sangat setia, dan menganggap keluarga Gatara itu adalah milik keturunan majikannya.Meskipun Patricia telah duduk di posisi kepala keluarga selama lebih dari 40 tahun, Setya tetap tidak mengakui kedudukan Patricia yang sah. Perempuan itu tidak ingin Setya hidup, karena selama dia masih hidup, Patricia selalu merasa posisinya tidak kokoh. Tanpa Setya, dengan semua saudaranya ang telah tiada, mengambil alih keluarga Gatara menjadi hal yang wajar baginya, sehingga dia akan merasa lebih percaya diri. “Olivia sedang dalam perjalanan. Sebentar lagi Anda bisa bertemu dengannya,” “Olivia lebih mirip ayahnya, sedangkan Odelina lebih mirip Reni. Anak laki-laki Odelina, Russel, sangat mirip
Yuna menangis sejadi-jadinya di depan nisan adiknya. Namun, tidak peduli seberapa keras tangisnya, dia tidak dapat menghidupkan kembali adiknya. Satu hal yang bisa dia lakukan hanyalah menjadi sosok ibu bagi kedua keponakannya dan memberikan mereka lebih banyak kasih sayang.Yuna dan adiknya mengalami masa kecil yang tragis. Kemudian, keduanya dipisahkan oleh dua alam yang berbeda. Setelah mengetahui penyebab kematian orang tuanya, Yuna sangat membenci Patricia.“Kalau nggak ingin orang tahu apa yang kamu lakukan, lebih baik nggak usah lakukan. Dia akan membayar harga atas semua perbuatannya,” ujar Setya dengan penuh kebencian.“Benar, Om. Dia akan bayar harga atas semua yang telah dia lakukan.”“Aku yang nggak berguna. Aku nggak punya banyak bukti. Hanya ada sedikit. Karena orang-orang yang tahu masalah ini sudah mati semua, jadi sulit untuk memberatkannya dengan bukti yang sedikit ini.” Usai berkata, Setya kembali menyalahkan dirinya sendiri dan menangis.“Aku nggak peduli ada bukti