“Nek apa ada cara untuk menghentikan muntah-muntahnya Olivia?” tanya Stefan khawatir. “Kebanyakan ibu hamil akan muntah di pagi hari pada usia awal kehamilan. Muntahnya akan berhenti dengan sendirinya secara bertahap setelah 3 bulan. Kalian bisa pergi ke dokter kalau kalian merasa Olivia sudah muntah terlalu parah. Selain itu, jangan minum obat sembarangan. Ibu hamil sangat tidak dianjurkan untuk minum obat,” jawab Nenek.“Nek, tenang saja. Aku juga tahu, kok. Aku nggak akan sembarangan minum obat. Aku akan coba menahan rasa mualku ini,” balas Olivia. Kemudian Olivia kembali berkata dengan nada iri, “Padahal Junia juga jarang muntah.”Entah mengapa, Olivia justru tiba-tiba muntah dan mual setelah berada di rumah ini. Hal ini sungguh membuat Olivia bingung. “Setiap orang punya reaksi yang berbeda saat hamil. Ada yang nggak muntah dan mual di trisemester pertama. Tapi, mereka justru muntah hebat di trisemester berikutnya.”Olivia mengelus perutnya lalu berkata, “Aku harap, rasa mualku
Dia juga mengingat nasihat Olivia kepada Aksa yang mengatakan aborsi jauh lebih berbahaya bagi seorang perempuan daripada kehamilan. Suami seharusnya mengetahui hal seperti ini daripada istrinya. Olivia bisa menangkap maksud Stefan dari tatapan matanya. Bahkan Stefan terlihat sangat ragu untuk mengucapkan hal itu kepada Olivia. “Stefan, jangan pernah memikirkan hal itu!” seru Olivia. “Aku akan menceraikanmu kalau sampai kamu membuat keributan seperti Aksa. Aku akan membesarkan anak ini sendirian dan kamu nggak perlu peduli pada kami,” lanjut Olivia berusaha memberikan peringatan kepada Stefan. “Olivia!”“Ada apa?”Odelina dan nenek tampak terkejut dengan apa yang Olivia katakan. Bahkan Olivia sampai menyebut perceraian dari mulutnya. Mereka teringat di saat Stefan mengumumkan identitas aslinya di depan publik. Saat itu, reaksi Olivia sangat keras. Bahkan dia sampai mengajukan gugatan cerai. Stefan benar-benar seperti orang gila saat itu. Mereka berdua bertarung dengan sangat sengi
Nenek ingin menampar Stefan, tapi Olivia buru-buru mencegahnya seraya berkata, “Nek, aku nggak marah lagi, kok. Jadi, jangan pukul Stefan lagi, ya. Lagi pula, dia sudah lebih dari 30 tahun. Dia pasti akan malu kalau sampai Nenek terus memukulnya.”“Nenek tetap harus memberikan peringatan padamu, sekalipun Olivia nggak mengatakan kesalahanmu. Nenek nggak akan pernah memaafkanmu kalau sampai kamu bersikap nggak jujur pada kami!” seru Nenek penuh emosi. Stefan langsung tersenyum pahit lalu berkata, “Aku ngerti kok, Nek. Aku itu selalu jujur.”Tidak lama kemudian, Bi Lesti sudah kembali sambil membawa beberapa bungkus buah plum kering. Olivia langsung mengambil sebungkus buah plum kering lalu buru-buru membukanya. Dia dengan cepat mengambil sebuah buah plum kering lalu memakannya tanpa banyak berkata lagi. Rasa asam seketika menyebar di dalam mulutnya. Stefan langsung menghela napas lega setelah melihat Olivia yang tampak menyukai buah plum kering itu. Mereka memutuskan untuk beristiraha
Odelina sempat terdiam lalu kembali berkata, “Dia sudah keluar dari ruang ICU dan dibawa ke ruang perawatan biasa. Sekarang, dia sedang di masa pemulihan. Aku sudah sempat menjenguknya bersama Russel.”“Apa dia masih berniat untuk rujuk denganmu?” tanya Nenek sambil mengangguk. “Dia menyesal, tapi dia nggak bilang kalau dia mau rujuk denganku. Lagi pula, dia juga belum bercerai dari Yenny. Walaupun keluarganya ingin dia segera bercerai, tapi kayaknya Rony nggak mau bercerai dari Yenny,” jawab Odelina. “Tapi, aku tetap nggak akan rujuk dengannya, sekalipun dia sudah bercerai. Bagaimanapun juga, dia adalah ayah kandung Russel dan aku nggak akan melarang mereka bertemu. Tapi, aku tetap tidak akan menikah lagi dengannya. Perasaanku padanya sudah hilang sejak dia mengusulkan sistem bayar sendiri-sendiri dalam pernikahan kami,” lanjut Odelina. Odelina sempat terdiam selama beberapa saat lalu kembali berkata, “Keluarga Pamungkas selalu ingin agar aku dan Roni menikah kembali. Tapi, bagaim
“Kamu itu sama kayak Olivia. Kalian berdua punya sifat yang sama. Oke, nanti Nenek akan membuat Daniel gembira dengan kata-kata darimu itu ketika aku mengunjungi keluarga Lumanto di lain waktu,” ujar Nenek sambil tersenyum. Odelina hanya bisa terdiam setelah mendengar perkataan nenek. Sepertinya, nenek sudah kecanduan menjadi mak comblang. Mungkin, dia masih belum merasa cukup untuk menjodohkan cucu-cucunya dan sekarang dia juga mengincar Odelina. “Tok! Tok!”Tiba-tiba terdengar ketukan pintu dari arah pintu. Odelina buru-buru melepaskan pelukannya dari nenek lalu berkata, “Nek, aku mau buka pintu dulu.”Stefan dan Olivia sedang pergi ke rumah sakit, jadi mereka berdua pastinya tidak akan kembali secepat ini. Selain itu, orang yang mengetahui berita kehamilan Olivia juga tidaklah banyak.“Nenek yakin kalau orang yang mengetuk adalah tantemu,” ujar Nenek. Odelina bergegas membuka pintu dengan diikuti oleh anjing peliharaan Olivia yang bernama Chloe sambil mengibaskan ekornya. Junia s
“Olivia muntah setelah sarapan tadi. Stefan sangat stres karena hal itu, makanya mereka sekarang pergi ke rumah sakit untuk memeriksa keadaan Olivia sekaligus mau tanya sama dokter apa ada cara untuk menghentikan muntahnya Olivia,” jawab Odelina yang mendengar pertanyaan Junia. Kemudian Odelina tersenyum seraya berkata kembali, “Kayaknya Stefan berharap dia bisa menggantikan Olivia untuk muntah.”Stefan sangat mencintai Olivia dan hal itu membuat Odelina sangat senang. Adiknya jauh lebih beruntung dalam pernikahan daripada dirinya. Padahal dia dan Roni sudah jatuh cinta cukup lama. Mereka adalah teman sekelas pada saat masih sekolah lalu menikah setelah membina hubungan selama bertahun-tahun. Namun, Roni justru berubah setelah Odelina hamil. Laki-laki itu jarang sekali menghabiskan waktu bersama Odelina. Dia keluar pagi-pagi sekali dan baru pulang larut malam. Selain itu, Roni juga tidak pernah menemani Odelina ke rumah sakit untuk memeriksakan kandungannya. Dia terpaksa meminta adik
Junia merasa kehamilannya bagai sebuah penjara baginya. Dia tidak bisa melakukan apa pun dengan bebas. Oleh karena itu, dia merasa penasaran bagaimana keluarga Adhitama akan memperlakukan Olivia. Apa mungkin mereka hanya akan mengizinkan Olivia untuk bekerja di toko buku seperti dirinya? “Kamu baru hamil 3 bulan. Nanti, kamu bisa pergi jalan-jalan setelah kondisi kandunganmu stabil. Namun, kamu tetap nggak boleh pergi ke sembarang tempat yang bisa membahayakan kandunganmu. Selain itu, kamu juga nggak boleh kelelahan. Kamu juga nggak boleh pergi jauh jika kehamilanmu sudah masuk trisemester ketiga,” balas Nenek. Sekarang, Junia justru merasa semakin iri setelah mendengar perkataan nenek. Namun, dia bukan lagi iri pada nenek, melainkan pada Olivia. Karena secara tidak langsung, nenek mengatakan kalau dia tidak akan memperlakukan Olivia seperti keluarga Reiki memperlakukannya di saat Junia hamil. Mereka bertiga mengobrol selama beberapa saat sampai akhirnya Junia berpamitan pulang. Nam
Reiki berkata, “Penjaga keamanan sudah hafal mobil yang kamu dan Olivia sering gunakan. Mereka langsung memberitahuku setelah melihat mobilmu nggak masuk ke dalam perusahaan.”“Aku sampai berpikir kalau aku sudah melakukan kesalahan karena kamu nggak mau masuk ke dalam untuk menemuiku. Aku benar-benar takut sampai aku menghentikan pekerjaanku lalu buru-buru berlari sampai berguling-guling keluar untuk menemuimu.”Junia tertawa terbahak-bahak setelah mendengar alasan Reiki. Bahkan para pengawalnya juga tidak bisa menahan tawa mereka, tapi mereka berusaha untuk tidak tertawa dengan liar seperti Junia. “Kayaknya aku ini mengerikan banget ya sampai bisa membuatmu berguling-guling keluar dari perusahaan. Tapi, kenapa aku nggak melihat kamu berlari dan berguling-guling tadi? Kalau begitu, bagaimana kalau kamu sekarang praktikkan secara langsung kata-katamu itu? Aku ingin sekali melihatnya,” ujar Junia sambil terus tertawa. “Kamu mau melihatku berlari sambil berguling-guling? Aku akan melak