Sorot mata Patricia terasa dingin. Kalimat yang dia ucapkan asal-asalan saja, ternyata dipercaya oleh Fani. Bagaimana pun juga, Felicia adalah anak kandungnya. Meski Fani tidak bersalah, tetapi kesalahan ayahnya, dia yang harus membayarnya. Patricia menyimpan kembali tatapan mata itu, dengan nada yang lebih hangat mencoba menghibur Fani, "Sudah, jangan nangis lagi. Dia ‘kan dari keluarga Adhitama, ya wajar kalau dia nggak ngasih kamu muka.""Sudah berhenti nangisnya, nanti make-up mu luntur, loh. Mending nanti ke ruang istirahat touch-up lagi sana."Dengan napas panjang, Patricia menambahkan, "Fani, keluarga Gatara di Cianter ini memang termasuk keluarga kaya, tapi bukan juga yang paling kaya. Kita bahkan masih harus hormat kepada keluarga Arahan. Sedangkan keluarga Arahan itu sendiri masih di bawah keluarga Adhitama. Keluarga sekelas keluarga Adhitama itu jarang ada loh.""Mama ‘kan sudah bilang, kamu jangan neko-neko sama Ricky, kamu malah kayak nggak dengar. Kalau orang lain, mung
Setelah Patricia menghapus air mata Fani, ia berbicara dengan suara lembut, "Pak Riko itu muda dan berbakat, keluarga Arahan lebih kaya dan berpengaruh di Cianter dibandingkan keluarga Gatara. Mustahil Pak Riko akan menjadi menantu di keluarga kita."Kecuali kalau kamu bisa membuat dia jatuh cinta sama kamu, sampai-sampai dia bersedia menjadi menantu keluarga Gatara. Sekarang Felicia sudah kembali, dan menurut aturan keluarga Gatara, posisi itu harus diberikan kepada Felicia. Meskipun Mama nggak senang melihat dia berada di posisi itu, tapi aturan keluarga nggak bisa diubah."Tapi begini juga baik. Felicia dan Pak Riko itu mustahil jadi. Kamu justru sekarang bisa dengan terang-terangan mengejar Pak Riko. Kamu suka Pak Riko, kalau mau mengejar dia, kamu harus pakai cara yang benar. Kamu nggak boleh mengintimidasi. Sainganmu sekarang sangat kuat."Kamu harus memikirkan bagaimana cara mendapatkan perhatian Pak Riko. Ingat, selama kamu bisa membuat Pak Riko jatuh cinta sama kamu, seberapa
"Felicia, kamu cepat keluar, jangan di sini merusak mood Mama, deh. Lihat, kamu sudah membuat Mama marah seperti apa, cepat keluar sana." Fani berperan sebagai orang baik, membujuk Felicia untuk keluar. Dia bahkan mendekat, mendorong-dorong Felicia agar segera pergi. Felicia tidak lagi menjelaskan atau melawan. Dia membiarkan saja Fani mendorongnya keluar. Setelah Fani mendorong Felicia keluar dari ruangan, dia dengan keras menutup pintu ruangan dengan hati yang berbunga-bunga.Ternyata bisnis kecil dan anak perusahaan yang diserahkan Mama kepada Felicia untuk diurus, yang terlihat dikelola dengan sangat baik oleh Felicia, sebenarnya dibantu oleh orang lain.Fani merasa lega. Jika Felicia tidak bisa membuat ibunya puas, maka meskipun dia adalah putri kandung Patricia, Felicia tetap tidak akan bisa menduduki posisi kepala keluarga. Siapa tahu, Patricia malah menyerahkan posisi kepala keluarga kepada Fani, karena sejak kecil dia sudah dilatih untuk itu. Meski tidak sehebat Patricia,
Felicia juga paham tentang apa yang dipikirkan oleh orang-orang. “Kring … Kring … Kring ….”Felicia menerima telepon saat sedang berada di lift. Dia melihat terlebih dahulu nama yang muncul di layar, baru kemudian menerimanya. “Bu, saya baru dapat info. Kepala keluarga yang sebelumnya, Bibimu, memang benar punya dua anak perempuan. Kedua anak itu hilang beberapa puluh tahun yang lalu. Sekarang sepertinya ada di Mambera.”Mambera?Felicia bertanya dengan suara rendah, “Tahu mereka di Mambera sebelah mana? Gimana kehidupannya sekarang? Apa mereka masih ingat asal usul keluarga mereka?”“Putri pertamanya menjadi nyonya besar keluarga Sanjaya. Ibu kandung CEO Sanjaya Group. Putri keduanya meninggal enam belas tahun yang lalu karena kecelakaan. Tapi dia punya dua anak perempuan. Salah satunya jadi menantu pertama keluarga Adhitama, Olivia namanya.”Mendengar nama itu, raut wajah Felicia segera berubah. Sedari pertama kali Felicia kembali ke keluarga Gatara, dia sudah mendengar desas-desu
"Bu, sepertinya ini sudah nggak bisa disembunyikan lagi. Saya dapat info ini juga dari mereka. Sekarang mereka sudah mengirim orang ke Mambera untuk bertemu dengan Yuna."Felicia terdiam sejenak sebelum berkata, "Oke. Sementara ini, sembunyikan dulu dari Bu Patricia, ya."Hal-hal yang sudah ibunya rampas dulu, kemungkinan besar harus dikembalikan lagi. Tinggal lihat bagaimana Patricia akan memilih.Setelah berakhirnya panggilan, Felicia menyadarkan diri dinding lift, menatap ke atas. Keluarga ini benar-benar kacau, pikirnya. Jika gosip-gosip itu benar, ibu kandungnya telah merusak keluarga sendiri, bahkan mengambil nyawa kedua bibinya. Bagaimana dia harus memilih? Apa yang harus dilakukannya? Felicia tidak mau ikut campur dalam kejahatan.Meskipun Felicia dibesarkan di desa, pandangannya tentang hal benar dan salah tetap utuh. Felicia tahu mana kebaikan dan kejahatan.Setelah memastikan bahwa Yuna adalah putri dari bibinya, dia akan membuat rencana.Sekarang, yang harus Felicia lakuka
"Aku pengin kerja lagi di perusahaan. Aku minta Mama buat kasih aku pekerjaan santai, tapi Felicia menentang. Dia bilang perusahaan bukan tempat untuk orang malas. Cuih, memangnya dia berharga? Dia sama saja."Fani yang sedari tadi penuh dengan uneg-uneg, akhirnya mengeluarkan semuanya kepada Dania. Di rumah, orang tua dan kakak iparnya cenderung lebih memanjakannya. "Mama bilang apa lagi?" Dania senang melihat Fani dan Felicia bersaing. "Mama bilang, kalau Felicia nggak bisa mandiri, posisi sebagai kepala keluarga mungkin nggak akan jatuh ke tangan Felicia. Dari apa yang Mama bilang, sih, sepertinya posisi Felicia sebagai penerus nggak begitu aman. Jadi aku masih punya kesempatan yang besar. Kak, tolong dong bicara sama kakak. Minta kakak ngomong yang baik-baik di hadapan Mama, biar aku bisa kembali kerja di perusahaan. Aku akan bersaing dengan Felicia sampai akhir. Akulah penerus yang dibina langsung sama Mama." Fani sangat percaya diri untuk mengalahkan Felicia. Dania berkata, "
"Felicia, Felicia, siapa sih Felicia itu? Seperti lumpur, mama berusaha keras menempelkannya di dinding tapi tetap saja seperti lumpur. Tungga saja sampai mama menyerah, baru deh kelihatan siapa sebenarnya penerus keluarga Gatara. Orang-orang yang meremehkanku, tunggu saja tanggal mainnya!""Dan Pak Riko, pria yang kuidamkan. Suatu hari nanti, aku akan membuatnya jatuh cinta sama aku. Mama juga mendukungku buat ngejar Riko."Fani berpikir, selagi dia bukan penerus sekarang, lebih baik dia mengejar Riko dulu. Kalau sudah berhasil, baru dia akan merebut kembali posisi sebagai penerus keluarga Gatara. Dengan begitu, dia akan memiliki segalanya. Pria idamannya maupun status dan posisinya.Semua akan sempurna!Sedangkan Dania hanya berharap Fani dan Felicia bertengkar, sehingga suaminya bisa mendapatkan keuntungan dari pertengkaran mereka. Dia selalu memuji Fani, membuat Fani merasa dirinya adalah wanita paling hebat di dunia.Olivia juga diam-diam memperhatikan perebutan kekuasaan dalam ke
"Ih, kamu cantik banget, deh. Meski hamil, tapi badannya tetap bagus! Pantas Pak Reiki tergila-gila sama kamu!"Junia tertawa, "Keluarga Reiki memperlakukanku seperti sapi peliharaan. Meski bentuk tubuhku masih bagus, tapi aku merasa perutku akan segera membesar nggak lama lagi. Mereka kasih aku makan terus. Aku sampai nggak bisa berhenti makan. Sejak hamil, aku jadi kayak kecanduan makan. Mulutku seperti kelinci, nggak bisa berhenti makan.”Junia berkata sambil berdiri, membawa dua kotak kue, "Ini cemilan baru yang dibuat juru masak kue keluargaku. Menurutku ini enak banget, jadi aku bawakan dua kotak biar kamu coba.”Olivia menerima satu kotak kue, berkata, "Juru masak kue keluargamu memang sangat ahli, aku mau coba. Kalau rasanya enak, aku mau bawa pulang satu kotak lagi, terus aku kasih ke juru masak kue di villa, supaya mereka juga belajar.”"Apa kamu mau pergi ke villa akhir pekan ini?""Iya, dua minggu sekali aku pergi ke villa, menghabiskan waktu dengan keluarga. Aku punya ban
“Kami nggak pilih kasih. Russel satu-satunya cucu keluarga Pamungkas. Kami juga sangat sayang Russel. Dulu, dulu ... karena kami yang asuh Aiden, jadi lebih dekat dengan Aiden. Otomatis juga jadi pilih kasih, lebih sayang Aiden. Sekarang nggak akan seperti itu lagi,” janji Rita.Rita tahu kalau Roni kesal terhadap mereka. Dia juga menyadari kalau ini salah mereka, karena mereka selalu lebih mengutamakan Shella.Terutama karena terakhir kali, ketika Shella mengajak mertuanya makan di restoran. Shella ingin menipu Olivia dan membuatnya bayar tagihan, tapi tentu saja dia gagal. Tidak disangka, Shella malah menelepon Rita dan minta Rita yang bayar. Rita tidak tahu Shella sedang menipunya, dia pun mentransfer uang ke rekening Shella.Russel yang mengungkapkan hal itu. Saat Roni tahu, dia marah besar kepada mereka, bilang kalau mereka lebih sayang Shella. Kalau begitu, mereka pindah saja ke rumah Shella. Roni tidak akan memberikan biaya hidup kepada mereka lagi.Sekarang Roni menjadi sopir t
Seumur hidupnya, Roni hanya memiliki satu anak, yaitu Russel. Baginya, yang penting Russel masih mau mengakuinya sebagai ayah. Meskipun tidak dekat, setidaknya anaknya tidak menjauh. Itu sudah termasuk penghiburan bagi Roni.Setelah mengakhiri panggilan telepon, Russel mengembalikan ponsel ke Olivia dan berkata, “Papa mau jemput aku dan suruh aku menginap di rumahnya selama beberapa hari. Aku bilang nggak mau. Besok kita mau pergi cari Liam. Aku nggak mau ke sana dan main sama Kak Aiden. Kak Aiden selalu ganggu aku. Tapi sekarang aku sudah nggak takut dengan Kak Aiden lagi. Aku sudah belajar ilmu bela diri.”Meskipun Russel tidak memiliki banyak bakat dalam seni bela diri, setelah menjalani latihan dalam waktu lama, tubuhnya menjadi lebih kuat dan bertenaga. Pelatih bilang kalau dia terus berlatih, Russel akan memiliki kemampuan untuk melindungi dirinya sendiri. Russel tidak serakah. Dia hanya ingin memiliki kemampuan seperti Olivia.“Iya, kalau kamu nggak mau pulang ke sana ya nggak u
“Angkat saja.”Pada akhirnya Russel mengangkat telepon dari ayahnya. Olivia menyerahkan ponselnya kepada Russel dan menyuruhnya mengangkat telepon. Selama bisa tidak bicara dengan Roni, Olivia tidak akan bicara dengan pria itu.“Papa,” panggil Russel.Roni menjawab dan bertanya sambil tertawa pelan, “Russel belum tidur?”“Ini sudah mau tidur. Tiba-tiba Papa telepon. Papa sudah pulang kerja? Ribut sekali di sana.”“Papa belum pulang kerja. Tapi kalau Papa mau pulang kerja juga nggak apa-apa. Tantemu ada di sana, nggak?” tanya Roni.“Ada. Papa cari Tante?”“Russel, kamu mau ke sini selama beberapa hari, nggak? Kamu lagi libur, kan. Bagaimana kalau kamu ke sini? Kakek dan nenekmu kangen sama kamu.”Roni menelepon untuk berdiskusi dengan Olivia. Dia ingin menjemput Russel ke rumahnya dan tinggal di sana selama beberapa hari. Toh, anak sekolah sedang libur. Apalagi orang tuanya juga rindu dengan cucu mereka.Shella mengantar Aiden ke sana. Kalau hanya ada Aiden, rasanya terlalu bosan. Jadi
Ingatan anak sebelum usia tiga tahun biasanya akan hilang seiring bertambahnya usia. Namun, kejadian itu meninggalkan luka yang terlalu dalam bagi Russel, sehingga dia tidak dapat melupakannya.Setelah kejadian itu, Russel mengalami mimpi buruk untuk waktu yang lama. Dia juga selalu ingat adegan di mana ibunya terluka dan berlumuran darah ketika menyelamatkannya.“Aku hanya percaya Mama, Tante, Om Stefan, Om Daniel dan yang lainnya.” Russel berkata dengan serius, “Aku nggak berani percaya papaku dan yang lainnya.”Russel mengerti segalanya. Olivia mengelus wajah mungil keponakannya dan menatapnya dengan lembut.“Kamu segalanya bagi mamamu. Apa pun yang terjadi, Tante nggak akan biarkan kalian terpisah. Russel, mamamu sudah melewati banyak masa-masa sulit. Setelah dewasa, kamu harus berbakti pada mamamu.”“Pasti, Tante. Kalau aku sudah besar, aku akan cari banyak uang untuk beli rumah besar dan mobil baru untuk Mama. Biar Mama nggak perlu capek-capek kerja lagi. Aku juga akan belikan ru
Pukul sembilan malam, Kota Mambera.Setelah melakukan panggilan video dengan kakaknya, Olivia berkata kepada Russel, “Kamu sudah selesai kemas barangmu, belum? Jangan lupa bawa hadiah untuk Liam.”“Sudah. Aku hanya bawa beberapa mainan dan hadiah untuk Liam,” jawab Russel. “Biar aku yang ketinggalan, hadiah untuk Liam juga nggak akan ketinggalan.”Olivia tertawa pelan. “Kalau kamu ketinggalan, siapa yang kasihkan hadiah untuk Liam?”Russel tersipu malu. Olivia menggendongnya, lalu mendudukkannya di tempat tidur. “Om Stefan lagi ke luar kota. Malam ini kamu tidur sama Tante. Besok pagi habis sarapan, kita langsung pergi ke rumah Om Yose. Suruh kamu pergi bareng kakek-kakek itu, kamu nggak mau. Padahal mereka suka banget sama kamu. Mereka akan jaga kamu dengan baik.”Russel baring di tempat tidur, tapi dia menyandarkan kepalanya di paha Olivia dan berkata, “Mereka sangat suka sama aku. Tapi aku nggak terlalu kenal mereka. Tante dan Mama sering bilang jangan mau pergi dengan orang lain se
Kepala pelayan hanya bisa menghela napas dalam hati. Bahkan Cakra saja tidak memiliki kebebasan seperti ini, padahal dia adalah suami dari Patricia. Namun, perempuan itu lebih memercayai Dikta. Dia adalah asisten setia yang telah menemani Patricia sepanjang hidupnya. Sementara itu, sejak skandal perselingkuhannya, Cakra sudah tidak memiliki posisi apa pun di hati Patricia. Jika bukan karena mereka memiliki anak, demi mempertimbangkan masa depan anak dan cucunya, mungkin mereka sudah lama bercerai. Setelah naik ke lantai atas, Dikta langsung menuju ruang kerja. Dia mengetuk pintu beberapa kali. Setelah mendapatkan izin dari Patricia, barulah lelaki itu masuk. Di dalam, Patricia sedang berlatih kaligrafi. Dikta berjalan mendekat dan mengamati tulisan yang dibuatnya. "Bagaimana menurutmu?" Patricia bertanya. "Tulisan tanganku ini." "Hati Bu Patricia sedang gelisah. Tulisan tangan pun ikut gelisah. Lebih baik berhenti saja, jangan buang-buang tinta dan kertas." Dikta adalah satu-sa
"Kapan Pak Stefan datang?" Felicia bertanya. "Baru saja tiba. Setelah mendengar bahwa kamu dirawat di rumah sakit, dia ikut bersama kami untuk menjengukmu." Stefan berbohong kepada istrinya, mengatakan bahwa dia harus pergi dalam perjalanan bisnis, padahal dia sebenarnya datang ke Cianter. Dia ingin melihat situasi di Cianter dan berdiskusi dengan kakak iparnya sebelum kembali ke Mambera. Lelaki itu hanya memiliki waktu dua hingga tiga hari di sini, tidak bisa tinggal terlalu lama, agar Olivia tidak mengetahuinya. Felicia tersenyum dan berkata, "Pak Stefan benar-benar perhatian." Secara teknis, meskipun Felicia lebih muda beberapa tahun dari Stefan, dia adalah seniornya, karena dia adalah bibi nenek dari Olivia. Seharusnya, Stefan memanggilnya "Bibi Nenek". Seorang junior menjenguk seniornya sebagai bentuk hormat dan perhatian adalah hal yang wajar. Meskipun semua orang tahu alasan sebenarnya di balik kunjungan ini. Jika bukan karena Felicia memberi tahu Odelina sebelumnya, orang
Vandi khawatir Felicia akan merasa pusing saat baru bangun, jadi dia membantunya berdiri dengan hati-hati. Felicia duduk di sofa dan melihat hidangan yang tersaji penuh di meja. Dia berkata, "Hanya kita berdua yang makan, kita nggak akan bisa menghabiskan sebanyak ini. Nggak perlu memasak terlalu banyak." "Nggak banyak, porsinya hanya untuk dua orang." Vandi mengambil semangkuk sup dan meletakkannya di depan Felicia, kemudian menyuruhnya minum sup terlebih dahulu. "Kamu juga makan." "Iya." Vandi tidak menolak. Dia sudah menyiapkan makanan ini sebelumnya dan membawanya dengan termos makanan. Dia sendiri belum makan. Dia suka makan bersama Felicia. Gadis itu memiliki nafsu makan yang baik, tidak seperti para putri konglomerat lainnya yang makan lebih sedikit daripada kucing hanya demi menjaga bentuk tubuh. Felicia selalu makan sesuai selera dan kebutuhannya, tidak pernah menelantarkan perutnya sendiri. Ponsel Felicia berbunyi di dalam kamar rawatnya. "Aku ambilkan untukmu." Van
Menjadi seorang aktris, tidak ada yang tidak berharap suatu hari nanti bisa menjadi pemeran utama berkat kecantikan dan aktingnya. Sayangnya, semua wanita yang mencoba peruntungan memiliki wajah yang cantik. Dengan penampilannya, dia hanya bisa dikatakan lumayan, bukan seorang calon bintang sejati. Menjadi pengganti Giselle sudah memberinya bayaran yang cukup tinggi. Jika mendapat tamparan, masih ada kompensasi tambahan. Jauh lebih menguntungkan daripada menjadi figuran. "Mudah sekali mendapatkan uang ini. Kalau lain kali kamu mau mencari masalah dengan kakakmu lagi, aku bisa sengaja membuatnya marah dan membiarkan dia menamparku beberapa kali lagi, jadi aku bisa mendapatkan lebih banyak uang." Giselle tertawa sinis, "Hanya beberapa juta saja, apakah itu sepadan?" "Bu Giselle, Anda berasal dari keluarga kaya, tumbuh dalam kemewahan, sejak kecil nggak pernah kekurangan apa pun, dan memiliki uang yang nggak akan habis digunakan. Anda nggak akan pernah memahami kesulitan orang biasa s