Kedua laki-laki itu akhirnya, menghabiskan waktu sepanjang hari untuk memancing bersama. Mereka berdua pulang ke rumah pada sore hari sambil membawa dua buah ember yang berisikan ikan hasil tangkapan mereka. Ada belasan ikan kecil di dalam ember milik Rhoma, sedangkan ada puluhan ikan kecil di dalam ember milik Ricky. “Ricky, kamu ternyata pandai memancing, ya? Padahal kita pakai umpan dan alat pancing yang sama. Tapi, entah kenapa ikan-ikan selalu saja mengincar umpanmu. Aku suka sekali memancing, tapi aku justru dapat ikan paling sedikit,” ujar Rhoma sambil terus memuji Ricky sambil berjalan. “Om Rhoma, aku cuma beruntung saja, kok. Mungkin ikan-ikan itu tertarik sama penampilanku, makanya mereka mendatangi umpanku,” balas Ricky sambil tersenyum. Rhoma langsung tertawa keras lalu kembali berkata, “Benar juga, ya! Kamu itu masih muda dan ganteng sampai ikan saja terpesona sama kamu. Ricky, sekarang apa lagi yang kamu bisa?”“Sepertinya, Om Rhoma seharusnya bertanya padaku tentang a
Rika bergegas menelepon adiknya dalam keadaan marah untuk menyuruhnya pulang sesuai dengan perintah ayahnya. Tidak lama kemudian, Ronald menjawab telepon Rika. “Kenapa Papa tiba-tiba menyuruh kita pulang untuk makan bersama? Memangnya ada acara perayaan apa di rumah?” tanya Ronald bingung karena kedua kakak beradik itu terbiasa pulang ke rumah milik mereka sendiri dan baru pulang ke kediaman orang tuanya untuk makan bersama di hari-hari libur. “Ricky datang ke rumah tadi dan menemani Papa memancing. Laki-laki itu berhasil mendapat banyak ikan sampai setengah ember. Dia juga berencana untuk memasak ikan itu dan Papa mengajak kita untuk mencicipi makanan buatan Ricky di sana,” jawab Rika dengan penuh kebencian. Ricky memang sangat pandai bersilat lidah untuk mengambil hati orang lain. Jadi, Rika yakin kalau kedua orang tuanya pasti tidak akan tahan lebih dari 3 menit untuk luluh dengan ucapan yang dilontarkan Ricky dari mulutnya. Setelah itu, ayahnya bisa saja mengungkapkan identitas
Fani berdiri di depan Arahan Group sambil melihat mobil yang berlalu Lalang di sekelilingnya lalu mengentakkan kakinya dengan kesal. Riko adalah laki-laki yang sangat sulit untuk dikejar. Dia mulai mengejar Riko secara terang-terangan setelah melihat Ricky yang mengejar Riko tanpa rasa malu sedikit pun. Oleh karena itu, dia berniat untuk melakukan hal yang sama seperti Ricky. Sebenarnya, Fani sudah cukup lama menyukai Riko. Namun, saat itu dia adalah pewaris utama keluarga Gatara yang memiliki aturan kalau dirinya hanya bisa menikah dengan laki-laki yang bersedia untuk tinggal di rumah keluarga istri. Jadi, Fani merasa kalau dirinya tidak mungkin bisa memiliki Riko karena Riko adalah sosok laki-laki luar biasa sekaligus pewaris keluarga Arahan. Jadi, rasanya tidak mungkin Riko bersedia menikah dengannya, kecuali jika Riko benar-benar mencintainya. Karena alasan inilah, Fani selama ini tidak pernah mengejar Riko seantusias perempuan lainnya. Namun, keadaannya saat ini sudah berbeda. D
Namun, Fani tidak pernah menduga kalau reaksi orang-orang akan sangat berbeda dari bayangannya. Mereka mengatakan kalau apa yang dilakukan oleh Felicia tidaklah salah. Kenapa orang kaya harus selalu mengendarai kendaraan mewah? Lagi pula, mereka tetap tidak akan memberikan mobil itu kembali kepada Fani, sekalipun mereka membeli mobil itu kembali. Hal ini langsung menyulut persaingan yang semakin dalam di antara Felicia dan Fani. Fani langsung menghampiri Felicia setelah gadis itu turun dari mobil dengan pakaian formalnya lalu bertanya, “Kakak pergi ke mana, sih? Kenapa pakai baju formal begini?”“Ya, kerja, dong! Kamu tahu kan kalau aku setiap hari pasti pergi bekerja ke kantor? Kamu dulu juga begini, kan?” balas Felicia yang membuat Fani langsung merasa cemburu dibuatnya. Sebelumnya, dialah yang pergi bekerja ke kantor setiap hari seperti apa yang dilakukan Felicia saat ini. Dia pergi setiap hari mengikuti ibunya untuk bertemu pelanggan, bernegosiasi seputar bisnis. Setiap hari, dip
Felicia langsung menghentikan langkahnya ketika mendengar teriakan Fani lalu menoleh sambil menatap gadis itu selama beberapa saat dan kembali menghampiri Fani. Dia mencondongkan sedikit tubuhnya ke arah Fani lalu berbisik, “Apa gunanya kalau mereka lebih menyayangimu? Bagaimanapun juga, akulah yang akan menjadi pewaris masa depan keluarga ini.”Hal yang paling pertama akan Felicia lakukan setelah menjadi kepala keluarga Gatara adalah menyuruh Fani mengganti nama belakangnya. Felicia tidak akan mengizinkan Fani menggunakan nama keluarga Gatara lagi di dalam namanya. Kemudian Felicia juga akan mengambil kembali semua uang yang Fani dapatkan dari keluarga Gatara lalu mengusir gadis itu dari keluarga ini. Lagi pula, kenapa orang yang sudah menyakitinya masih bisa menikmati kenyamanan dan kekayaan di dalam keluarga Gatara?Orang tua dan saudaranya sudah bersama dengan Fani selama lebih dari 20 tahun, jadi wajar kalau mereka tidak tega untuk melakukan hal sekejam itu pada Fani. Namun, Felic
Apa yang dikatakan Felicia terdengar kejam, tapi memang itulah kenyataannya. Kedudukan Fani dia mata orang-orang kelas atas Cianter memang terjun payung setelah informasi tentang putri asli dan palsu itu menyebar di telinga masyarakat Cianter. Orang-orang yang berteman dan menyanjungnya perlahan mulai menjaga jarak dengannya. Walaupun Fani masih sering bergaul di lingkungan kelas atas Cianter dan masih menjadi kesayangan keluarganya, orang-orang tidak lagi melihatnya sebagai sosok yang sama seperti sebelumnya. Mereka tidak lagi bersikap hormat kepada Fani. Bahkan orang-orang dari keluarga kaya kelas dua Cianter yang sebelumnya selalu mengelilinginya, sekarang mereka sudah berpindah haluan ke arah Felicia.Felicia berdiri tegak lalu kembali berkata, “Puas kamu sekarang? Aku mau masuk ke rumah dulu. Kamu juga jangan selalu bersikap menyebalkan seperti ini padaku. Selain itu, kamu jangan pernah berpikir kalau aku adalah orang lemah yang bisa kamu tindas seenaknya.”Kemudian Felicia berge
Namun, Daniel tidak akan melakukan rehabilitasinya ketika ada Odelina di sana karena dia tidak ingin Odelina melihat dirinya dalam keadaan tidak berdaya. Dia merasa malu kalau sampai Odelina melihat dirinya sedang berada dalam keadaan yang menyedihkan. Russel mengangguk seraya mengiyakan perkataan Olivia lalu dia bertanya, “Kalau begitu, kapan Om Stefan akan keluar?”Olivia mengatakan kalau dia akan menjemput Stefan setelah dia pulang. Kemudian mereka berdua juga akan pergi untuk makan bersama. Jadi, kemungkinan besar Stefan akan pulang lebih awal dari biasanya. Tidak lama kemudian, Russel tiba-tiba menunjuk ke arah seorang laki-laki jangkung yang sedang berjalan ke arah mereka seraya berseru, “Tante, Om Stefan sudah keluar!”Russel buru-buru melepaskan genggamannya dari tangan Olivia lalu menghampiri laki-laki yang baru saja keluar dari gedung perusahaan. Stefan memiliki penglihatan yang cukup baik, jadi dia bisa dengan mudah melihat Olivia dan Russel sedang menunggunya di depan pin
Russel membuka mulutnya hendak membantah perkataan pamannya. Namun, dia tidak tahu apa yang harus dikatakannya. Jadi, dia hanya bisa kembali menutup mulutnya dengan wajah kesal. Ekspresi Russel tampak sangat menggemaskan sampai Stefan mencium wajah kecil anak itu beberapa kali. Stefan mencium Russel dengan erat yang membuat anak itu mendorong pamannya sambil berkata dengan nada jijik, “Jangan membuat mukaku basah sama air liurnya Om, dong.”“Ini artinya Om sayang banget sama Russel,” balas Stefan tidak peduli yang membuat Russel langsung berhenti berbicara. Russel akhirnya kembali memberontak berusaha melepaskan diri dari Stefan setelah mereka tiba di depan pintu masuk gedung. Stefan melepaskan Russel lalu menaruhnya kembali di atas tanah dan anak laki-laki itu berlari kembali ke arah Olivia.“Tante, Om Stefan membuat wajahku basah dengan air liurnya. Tolong, bantu aku membalasnya,” ujar Russel sambil mengangkat wajahnya ke arah Olivia. “Lagi pula, Om Stefan nggak benar-benar kangen
Patricia tidak ingin melanjutkan pembicaraannya dengan Ivan. Dia pun berkata, “Kalau nggak ada urusan lain, aku tutup dulu teleponnya.”“Ma, aku akan bantu Felicia. Nggak ada apa-apa, Ma. Mama lanjut kerja saja.”Patricia menutup telepon. Ivan spontan menghela napas lega setelah ibunya menutup telepon. Kemudian, dia mengangkat tangannya untuk menyeka keringat dingin di dahinya. Setelah bertindak impulsif dengan menuding ibunya, Ivan langsung berkeringat dingin. Di cuaca yang begitu dingin, dia masih bisa berkeringat. Itu membuktikan kalau dia sangat ketakutan.Felicia mengambil tisu dan memberikannya kepada Ivan. Ivan meletakkan ponsel dan mengambil tisu dari adiknya, lalu menyeka keringat di wajahnya sambil berkata, “Aku ketakutan setengah mati tadi. Aku bahkan nggak tahu kenapa aku berani ngomong seperti itu.”“Salah makan obat kali, makanya jadi berani.”Ivan memelototi Felicia dan menyalahkannya. “Gara-gara kamu. Kamu telepon sama Mama, kenapa pula kasih ponselmu ke aku. Sekarang a
“Ma.” Ivan terkekeh dan berkata, “Papa nggak mungkin marah Mama. Dia memang sudah berbuat salah, tapi Mama selalu ada di hatinya. Papa tinggal sama aku. Setiap hari dia selalu ngomong soal Mama. Dia bilang kalau Mama lagi kesal, siapa yang temani Mama cari angin segar? Setiap hari Papa baca novel dari ponselnya. Baca novel roman lagi. Dia sampai bilang mau minta maaf pada Mama seperti tokoh dalam novel.”Cakra sudah mengebiri dirinya sendiri. Tidak peduli secantik dan semuda apa perempuan di luar sana, Cakra juga tidak bisa menyentuh mereka lagi. Patricia telah menghancurkan satu-satunya kebanggaan Cakra.Namun, Cakra tidak mau bercerai. Sekalipun dia sangat membenci istrinya, dia juga tidak mau bercerai. Karena dia tahu, setelah cerai, dia tidak akan mendapatkan apa pun. Kemungkinan besar, dia harus pergi dengan tangan kosong.Di Kota Cianter, Cakra tidak akan pernah bisa mengalahkan Patricia. Kecuali dia bisa hidup lebih lama dari Patricia. Dengan begitu, setelah Patricia meninggal,
Ivan tidak memiliki perasaan apa pun terhadap istrinya lagi sekarang. Padahal dulu hubungan mereka sangat baik. Mereka punya putra dan putri. Ivan pun sangat sayang anak-anaknya. Dia paling sayang putrinya.Pada saat Ivan tahu kalau Fani bukan adik kandungnya, lalu adik kandungnya Felicia, terlihat seperti orang yang lemah dan tidak bisa apa-apa, Ivan merasa sangat senang. Dia berharap ibunya bisa mewariskan posisi sebagai kepala keluarga kepada putrinya.Meskipun sekarang putri Ivan tampak tidak memiliki kemampuan apa pun, itu karena putrinya masih kecil. Selama ibunya bersedia melatih cucunya sebagai penerus, Ivan yakin putrinya tidak terlalu buruk. Oleh karena itu, dia sangat menyayangi putrinya.Setelah mendengar pertanyaan Felicia, Ivan membuka mulutnya, ingin memberikan penjelasan. Namun, dia mendapati kalau dia sama sekali tidak bisa membantah. Dia hanya bisa diam.Felicia selesai membaca dokumen di tangannya dan merasa tidak ada masalah. Dia pun menelepon ibunya dan berkata kal
Felicia bertemu dengan Ivan yang baru keluar dari lift di pintu lift. Kedua saudara itu berhenti sejenak. Ivan keluar lebih dulu dari lift, sementara Felicia tidak terburu-buru masuk. "Felicia, kamu mau pergi?" Ivan memegang sebuah map dokumen, mungkin ada dokumen yang perlu ditandatangani Felicia. Karena ibu mereka sedang tidak berada di perusahaan, semua cap penting diserahkan kepada Felicia.Banyak dokumen penting harus ditandatangani dan dicap olehnya agar berlaku. Biasanya, urusan tanda tangan dokumen seperti itu selalu diserahkan kepada sekretaris, dan jarang Ivan datang langsung. Felicia dengan tenang menjawab, "Ya, ada sedikit urusan yang harus aku urus, Kak. Ada apa?" Dia melirik map dokumen di tangan Ivan. Namun, lelaki itu tidak langsung menyerahkan map itu, melainkan berkata, "Ada dokumen yang butuh tanda tangan dan cap darimu." "Bisa ditunda sebentar? Kamu mau pergi urus apa? Apakah penting sekali?" Nada Ivan terdengar ramah, tetapi ada sedikit nada menyelidik. Ke ma
Mereka sangat menyayangi Fani, dan itu tulus. Setelah pewaris yang sebenarnya kembali, mereka tetap tidak bisa menerimanya, selalu merasa Felicia adalah penyusup yang merebut semua yang seharusnya milik Fani. Di hati mereka, ada rasa benci terhadap Felicia. Karena sejak kecil dia hidup di lingkungan yang keras tanpa kasih sayang, Felicia tidak pernah berharap bahwa orang tua kandung atau saudara laki-lakinya akan memperlakukannya dengan baik, sebagaimana dia sendiri juga tidak memiliki banyak rasa terhadap mereka. Hubungan kasih sayang antara orang tua dan anak, saudara laki-laki dan perempuan, memang perlu dipupuk. Karena dia tidak tumbuh besar di sisi orang tua kandung atau saudara laki-lakinya, tidak ada hubungan emosional yang terbentuk. Meskipun sudah kembali ke sisi orang tua kandung selama dua tahun, tetapi itu tidak ada apa-apanya dibandingkan Fani yang tumbuh besar bersama keluarga Gatara sejak kecil. Sekarang, setelah Fani tiada, ayah dan tiga saudara laki-lakinya hanya
“Felicia, sekarang kamu ada waktu?” tanya Odelina.Felicia menjawab, “Selama kamu membutuhkan bantuan, aku selalu punya waktu.” “Kalau begitu, mari kita tentukan tempat untuk bertemu.” “Kamu yang pilih tempatnya.” Felicia mengangguk, lalu bertanya lagi, “Ada apa?” “Aku baru saja keluar dari Blanche Hotel, dan hampir saja tertabrak dua mobil di depan hotel. Pengemudinya bilang mereka gugup karena melihat banyak orang, lalu salah injak gas. Tapi ada kejanggalan, dan aku rasa ini bukan kecelakaan.” Felicia segera paham. Dia berkata, “Kamu curiga ini ulah mamaku yang menyuruh orang untuk menabrakmu? Mamaku sedang bepergian jauh, seharusnya bukan dia, 'kan?” Meski tahu ibunya bukan orang baik, Felicia tetap berharap ibunya tidak melakukan hal seperti itu. Odelina berkata, “Aku rasa ini bukan mamamu. Mamamu itu licik, kalau dia memang ingin aku mati, dia nggak akan menggunakan trik sepele seperti ini yang mudah ketahuan.” Sebelumnya, Waktu Ricky, dan Rika pergi ke pesta keluarga Gata
“Itu yang buat orang curiga.” Dimas berkata, “Mereka kemungkinan besar memang menargetkanmu.” “Aku sedang berpikir, apakah ini perbuatan tanteku atau putranya?” Odelina menganalisis, “Aku rasa bibi nenekku nggak akan buat kesalahan sepele seperti ini. Kalau dia yang mengatur, mereka pasti akan mempercepat mobil saat benar-benar mendekatiku, sehingga aku hampir nggak punya kesempatan untuk menghindar.”“Felicia juga nggak mungkin. Kami cukup dekat.” Meski dalam bisnis mereka adalah saingan, terkadang Odelina merebut pelanggan Felicia, kadang sebaliknya. Di luar itu, mereka bisa berbincang dengan dengan baik. Jika Felicia bukan pewaris utama keluarga Gatara, mungkin mereka bisa menjadi teman baik. Odelina sangat menyukai sifat perempuan itu."Ketiga putra keluarga Gatara mungkin memang ingin membunuhku, terutama Ivan. Aku pernah kirim foto dia dan Fani ke istrinya. Dia pasti bisa menebak itu aku.” “Sekarang Fani sudah meninggal. Mungkin dia ingin membalas dendam untuk Fani.“Bibi ne
“Maaf, saya melihat ada banyak orang berdiri di depan hotel, saya langsung panik dan, meskipun berniat menginjak rem, saya malah menginjak gas.” Setelah memarkir mobilnya, pengemudi mobil kedua turun dari mobil sambil terus-menerus meminta maaf. Dia adalah seorang gadis muda, dan tampaknya dia benar-benar panik.Tatapannya melewati kerumunan orang dan jatuh pada Odelina, yang sedang dibantu berdiri. Dengan nada penuh perhatian dan penyesalan, dia bertanya,"Kamu nggak apa-apa? Maaf, benar-benar maaf, aku baru dapat SIM setengah bulan yang lalu, ini pertama kali aku mengemudi keluar rumah. Kalau lihat banyak orang, aku masih nggak bisa menahan diri untuk merasa gugup." Pengemudi mobil pertama sudah membawa mobilnya masuk ke tempat parkir bawah tanah dan menghilang. Odelina melihat gadis muda itu yang terlihat sangat gugup. Wajar gugup kalau dia baru mendapatkan SIM-nya. Karena Odelina tidak mengalami apa-apa, dia berkata,"Aku nggak apa-apa, tapi kamu harus lebih hati-hati. Sebaiknya
Mobil berhenti di depan Blanche Hotel.Dia mengambil dua tisu untuk mengusap hidungnya yang baru saja bersin, lalu membuang tisu itu ke tempat sampah di pintu hotel. Setelah itu, dia turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam hotel bersama sekretaris dan beberapa anggota tim manajer untuk bertemu dengan klien."Bu Odelina."Para staf Blanche Hotel menyapa Odelina dengan hormat saat melihatnya.Meskipun perempuan itu belum sepenuhnya masuk dalam dunia bisnis di Cianter, tetapi karena dia adalah kakak dari Olivia maka para staf hotel memperlakukannya dengan sangat hormat. Bahkan Ricky yang ada di sini juga bersikap hormat pada perempuan itu.Odelina membalas dengan senyuman tanpa menghentikan langkah kakina. Perempuan itu langsung menuju ruang rapat bersama timnya. Dia sudah mengatur pertemuan dengan klien, tetapi klien belum tiba.Klien tersebut sudah menelepon sebelumnya dan mengatakan bahwa mereka akan tiba dalam beberapa belas menit. Karena Odelina yang ingin bekerja sama dengan or