“Ma, kepalaku sakit dan kakiku kayaknya terkilir,” jawab Felicia sedih. Kemudian dia kembali berkata sambil meringis, “Ma, aku jatuh karena nggak sengaja menabrak Pak Ricky. Semua ini nggak ada hubungannya sama Kak Felicia, jadi jangan terus salahkan dia.”Kemudian Fani menatap Ricky dan berkata dengan nada sedih, “Pak Ricky, kenapa Bapak mau mencelakai saya? Saya tahu kalau Bapak menyukai Pak Riko. Itu artinya kita memang saingan dalam masalah percintaan. Tapi, tidak seharusnya Bapak melakukan hal buruk ini pada saya.”“Apa Pak Ricky yang mencelakaimu?” tanya Patricia. Namun, Ricky tiba-tiba saja berkata dengan suara lantang sebelum Fani sempat menjawab pertanyaan Patricia, “Bu Fani, jangan sembarang menuduh orang, dong! Ibu sendiri yang berusaha menjegal saya. Tapi, sayangnya kekuatan Ibu nggak cukup untuk membuat saya terjatuh, makanya malah Ibu yang terjatuh karena ulah Ibu sendiri. Ibu memang pantas untuk mendapatkan ganjaran itu!”Rasanya mustahil untuk membedakan pihak mana ya
Fani ingin membantah perkataan ibunya. Namun, dia langsung mengurungkan niatnya setelah melihat wajah serius ibunya. Akhirnya, dia menundukkan kepalanya dan meminta maaf kepada ibunya. “Ma, maafkan aku. Aku tahu aku salah,” ujar Fani sambil meraih lengan ibunya dengan penuh kasih sayang lalu kembali berkata dengan nada ceria, “Mama jangan marah lagi, dong. Aku tuh suka banget sama Pak Riko, makanya aku berusaha untuk sekompetitif mungkin. Selain itu, ada Pak Ricky yang menambah persaingan kami semakin ketat.”“Mama lihat sendiri kan, gimana Pak Ricky bisa membuat para pengawal Pak Riko nggak berdaya sampai dia bisa menembus barisan para pengawal dan berada di dekat Pak Riko. Bahkan, dia secara terang-terangan menyatakan kalau dia berniat untuk mengejar Pak Riko. Dia juga menaruh rangkaian bunga yang sangat besar di depan pintu masuk Aurora Gorup untuk menyatakan perasaannya.”“Aku tuh cemburu dan iri sama dia, makanya aku bisa melakukan hal ceroboh seperti itu. Aku juga nggak menyangk
Fani kembali dibuat naik pitam ketika melihat Felicia dan Riko sedang berdansa bersama setelah dia kembali masuk ke dalam hotel bersama ibunya. Namun, nyatanya bukan hanya Fani yang naik pitam ketika melihat Felicia dan Riko yang berdansa bersama, tapi para pengagum Riko juga merasakan hal yang sama seperti Fani. Kemudian para perempuan itu juga menoleh ke arah Ricky yang merupakan saingan cinta terberat mereka. Namun, mereka cukup kecewa dengan reaksi Ricky yang hanya tersenyum sambil meminum anggur dan memperhatikan Felicia serta Riko berdansa bersama. Kenapa Ricky tidak maju dan melawan Felicia? Mereka juga sangat ingin bisa berdansa bersama Pak Riko. Felicia bisa merasakan tatapan panas membara dari para perempuan pengagum Riko ke arahnya. Jadi, dia pun berkata dengan lembut kepada Riko, “Pak Riko, Bapak sudah menjadikan saya musuh orang-orang itu karena meminta saya berdansa dengan Bapak.”“Bu Felicia takut sama mereka, ya?” tanya Riko sambil tersenyum. Felicia langsung mengedi
Felicia terlihat sedikit mirip dengan kakak iparnya ketika melihatnya sekilas dan tidak mirip setelah melihatnya dengan teliti. Namun, ternyata Felicia terlihat lebih mirip dengan kakaknya Olivia yang bernama Odelina. Ricky mungkin akan berpikir kalau Felicia adalah saudara Olivia kalau saja dia tidak tahu Olivia hanya memiliki satu kakak perempuan. Olivia tidak terlalu mirip dengan kakaknya yang bernama Odelina. Karena Odelina terlihat mirip sekali dengan ibunya, sedangkan Olivia adalah campuran dari ayah dan ibunya. Namun, Olivia terlihat lebih mirip dengan ayahnya. Pikiran Ricky melayang ke mana-mana. Apa mungkin latar belakang keluarga dari kakak iparnya ada yang belum terungkap? Bukankah tidak mungkin dua orang yang tidak memiliki darah bisa memiliki kemiripan yang cukup jelas? Namun, kenapa Felicia terlihat begitu mirip dengan Olivia dan Odelina? Bukankah hal ini terasa sungguh mencurigakan? Apa mungkin mereka memiliki hubungan darah dengan Felicia?Ricky terus berusaha menebak
Ricky terus berusaha membuntuti Rika ke mana pun dia pergi. Semua orang memandang ke arah mereka tanpa berani ikut campur dalam urusan kedua laki-laki dewasa itu. Para penggemar Riko juga tampak kesal melihat idolanya terus diganggu oleh Ricky semalaman. Rika menghampiri pihak penyelenggara untuk meminta maaf seraya berkata, “Pak Anton, maafkan saya harus undur diri. Karena ada urusan lain yang harus saya urus.”Penyelenggara acara juga tahu kalau Riko pastinya lelah karena Ricky terus mengganggunya tanpa henti. Hal ini juga sudah menjadi topik pembicaraan para tamu yang datang. “Saya mengerti. Pak Riko bisa mengurus urusan Pak Riko lebih dulu. Saya yakin, urusan Bapak pastinya lebih penting,” ujar Pak Anton bijak. Rika mengangguk lalu pergi meninggalkan ruang acara bersama para pengawalnya. Ronald bergegas menghampiri kakaknya dengan perasaan enggan untuk meninggalkan acara. “Kakak sudah mau pulang? Acaranya kan belum selesai,” ujar Ronald. “Aku akan meninggalkan mobil untukmu ka
Ricky sama sekali tidak menghentikan Rika. Dia justru berdiri di depan jendela sambil melambaikan tangannya lalu berkata, “Sampai jumpa besok, Pak Riko!”Rika bergumam di dalam hatinya, “Dia tidak ingin bertemu lagi dengan Ricky kalau bisa.”Ricky berdiri dan memperhatikan mobil Rika pergi selama beberapa saat lalu berbalik untuk masuk kembali ke dalam hotel. Kemudian dia melihat Patricia Gatara dan keluarganya sedang berjalan keluar dari hotel disertai Pak Anton yang sedang mengantar keluarga itu. “Bu Patricia,” sapa Ricky sopan karena Patricia jauh lebih tua dari dirinya. Patricia langsung tersenyum seraya berkata, “Apa Pak Ricky ingin pulang juga?”“Ya, saya terlalu banyak minum, jadi rencananya saya ingin kembali ke hotel untuk beristirahat,” jawab Ricky sopan lalu menatap Felicia. Kemudian Patricia memperkenalkan putri kandungnya itu kepada Ricky. Mereka berdua pun berjabat tangan. Namun, Patricia tidak memperkenalkan Fani kepada Ricky. Lagi pula, Ricky juga tidak melirik gadis
“Nggak mungkin! Ibu mertuaku nggak punya saudara lain, selain Tante Yuna. Kamu juga tahu sendiri Tante Yuna punya berapa anak. Dia nggak punya anak perempuan lain, selain Amelia. Jadi, sepupu Perempuan Olivia hanya ada Amelia seorang,” jawab Stefan penuh keyakinan. “Kalau dilihat orang itu seumuran dengan Bu Yuna. Apa mungkin Bu Yuna punya anggota keluarga yang lain?” tanya Ricky lagi. “Tante Yuna pernah bilang kalau mereka hanya dua bersaudara. Kedua orang tuanya dan semua keluarganya yang lain sudah meninggal, makanya mereka juga sempat masuk panti asuhan karena nggak punya saudara dekat lainnya,” jawab Stefan.Ricky langsung terdiam setelah mendengar jawaban kakaknya.Namun, Stefan tiba-tiba berkata setelah berpikir sejenak, “Tadi, kamu bilang kalau nama keluarganya adalah Gatara?”Akhirnya, Stefan menangkap poin penting dalam masalah ini. “Benar, namanya adalah Felicia Gatara. Ceritanya sangat panjang dan membutuhkan waktu semalaman kalau aku menceritakannya sama Kakak. Jadi, ak
Bagaimanapun juga, dia akan terus berusaha untuk mengejar Rika. Sekarang, perempuan itu terlihat seperti seorang perempuan pemberani yang ketakutan karena dikuntit oleh seorang laki-laki. Ricky akan terus mengganggu Rika sampai perempuan itu bersedia untuk menjadi istrinya. Dia belajar dari pengalaman kedua kakaknya untuk mendapatkan kakak iparnya. Dia yakin, dia pasti bisa mendapatkan Rika selama dia terus berusaha dengan wajahnya yang tebal. Dia pasti bisa segera memeluk dan memanggil perempuan itu sebagai istrinya. Stefan langsung tertawa lalu berkata, “Wajar saja kalau dia membencimu. Dia sudah berpura-pura menjadi laki-laki selama 20 tahun, jadi dia pastinya belum siap untuk menyambutmu. Lagi pula, masih bagus dia nggak ketakutan sama kamu. Pasti karena dia juga punya mental yang sangat kuat sebagai seorang perempuan.”“Kak Calvin dan kakak ipar juga mengatakan hal yang sama kayak Kakak,” ujar Ricky. “Lalu apa kata-kata itu berguna untukmu?” tanya Stefan lagi. “Cukup berguna,
Mereka sangat menyayangi Fani, dan itu tulus. Setelah pewaris yang sebenarnya kembali, mereka tetap tidak bisa menerimanya, selalu merasa Felicia adalah penyusup yang merebut semua yang seharusnya milik Fani. Di hati mereka, ada rasa benci terhadap Felicia. Karena sejak kecil dia hidup di lingkungan yang keras tanpa kasih sayang, Felicia tidak pernah berharap bahwa orang tua kandung atau saudara laki-lakinya akan memperlakukannya dengan baik, sebagaimana dia sendiri juga tidak memiliki banyak rasa terhadap mereka. Hubungan kasih sayang antara orang tua dan anak, saudara laki-laki dan perempuan, memang perlu dipupuk. Karena dia tidak tumbuh besar di sisi orang tua kandung atau saudara laki-lakinya, tidak ada hubungan emosional yang terbentuk. Meskipun sudah kembali ke sisi orang tua kandung selama dua tahun, tetapi itu tidak ada apa-apanya dibandingkan Fani yang tumbuh besar bersama keluarga Gatara sejak kecil. Sekarang, setelah Fani tiada, ayah dan tiga saudara laki-lakinya hanya
“Felicia, sekarang kamu ada waktu?” tanya Odelina.Felicia menjawab, “Selama kamu membutuhkan bantuan, aku selalu punya waktu.” “Kalau begitu, mari kita tentukan tempat untuk bertemu.” “Kamu yang pilih tempatnya.” Felicia mengangguk, lalu bertanya lagi, “Ada apa?” “Aku baru saja keluar dari Blanche Hotel, dan hampir saja tertabrak dua mobil di depan hotel. Pengemudinya bilang mereka gugup karena melihat banyak orang, lalu salah injak gas. Tapi ada kejanggalan, dan aku rasa ini bukan kecelakaan.” Felicia segera paham. Dia berkata, “Kamu curiga ini ulah mamaku yang menyuruh orang untuk menabrakmu? Mamaku sedang bepergian jauh, seharusnya bukan dia, 'kan?” Meski tahu ibunya bukan orang baik, Felicia tetap berharap ibunya tidak melakukan hal seperti itu. Odelina berkata, “Aku rasa ini bukan mamamu. Mamamu itu licik, kalau dia memang ingin aku mati, dia nggak akan menggunakan trik sepele seperti ini yang mudah ketahuan.” Sebelumnya, Waktu Ricky, dan Rika pergi ke pesta keluarga Gata
“Itu yang buat orang curiga.” Dimas berkata, “Mereka kemungkinan besar memang menargetkanmu.” “Aku sedang berpikir, apakah ini perbuatan tanteku atau putranya?” Odelina menganalisis, “Aku rasa bibi nenekku nggak akan buat kesalahan sepele seperti ini. Kalau dia yang mengatur, mereka pasti akan mempercepat mobil saat benar-benar mendekatiku, sehingga aku hampir nggak punya kesempatan untuk menghindar.”“Felicia juga nggak mungkin. Kami cukup dekat.” Meski dalam bisnis mereka adalah saingan, terkadang Odelina merebut pelanggan Felicia, kadang sebaliknya. Di luar itu, mereka bisa berbincang dengan dengan baik. Jika Felicia bukan pewaris utama keluarga Gatara, mungkin mereka bisa menjadi teman baik. Odelina sangat menyukai sifat perempuan itu."Ketiga putra keluarga Gatara mungkin memang ingin membunuhku, terutama Ivan. Aku pernah kirim foto dia dan Fani ke istrinya. Dia pasti bisa menebak itu aku.” “Sekarang Fani sudah meninggal. Mungkin dia ingin membalas dendam untuk Fani.“Bibi ne
“Maaf, saya melihat ada banyak orang berdiri di depan hotel, saya langsung panik dan, meskipun berniat menginjak rem, saya malah menginjak gas.” Setelah memarkir mobilnya, pengemudi mobil kedua turun dari mobil sambil terus-menerus meminta maaf. Dia adalah seorang gadis muda, dan tampaknya dia benar-benar panik.Tatapannya melewati kerumunan orang dan jatuh pada Odelina, yang sedang dibantu berdiri. Dengan nada penuh perhatian dan penyesalan, dia bertanya,"Kamu nggak apa-apa? Maaf, benar-benar maaf, aku baru dapat SIM setengah bulan yang lalu, ini pertama kali aku mengemudi keluar rumah. Kalau lihat banyak orang, aku masih nggak bisa menahan diri untuk merasa gugup." Pengemudi mobil pertama sudah membawa mobilnya masuk ke tempat parkir bawah tanah dan menghilang. Odelina melihat gadis muda itu yang terlihat sangat gugup. Wajar gugup kalau dia baru mendapatkan SIM-nya. Karena Odelina tidak mengalami apa-apa, dia berkata,"Aku nggak apa-apa, tapi kamu harus lebih hati-hati. Sebaiknya
Mobil berhenti di depan Blanche Hotel.Dia mengambil dua tisu untuk mengusap hidungnya yang baru saja bersin, lalu membuang tisu itu ke tempat sampah di pintu hotel. Setelah itu, dia turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam hotel bersama sekretaris dan beberapa anggota tim manajer untuk bertemu dengan klien."Bu Odelina."Para staf Blanche Hotel menyapa Odelina dengan hormat saat melihatnya.Meskipun perempuan itu belum sepenuhnya masuk dalam dunia bisnis di Cianter, tetapi karena dia adalah kakak dari Olivia maka para staf hotel memperlakukannya dengan sangat hormat. Bahkan Ricky yang ada di sini juga bersikap hormat pada perempuan itu.Odelina membalas dengan senyuman tanpa menghentikan langkah kakina. Perempuan itu langsung menuju ruang rapat bersama timnya. Dia sudah mengatur pertemuan dengan klien, tetapi klien belum tiba.Klien tersebut sudah menelepon sebelumnya dan mengatakan bahwa mereka akan tiba dalam beberapa belas menit. Karena Odelina yang ingin bekerja sama dengan or
Daniel terdiam sejenak. Setelah membuka pembicaraan, Erik melanjutkan, “Selain itu, kita semua tahu alasan sebenarnya Odelina pergi ke Cianter. Sekarang sudah pasti bahwa mereka adalah keturunan keluarga Gatara. Kalau benar dia mengikuti rencana bibinya untuk menjatuhkan kepala keluarga saat ini dan menggantikannya, maka dia akan menjadi kepala keluarga Gatara.” “Kalau begitu, kamu harus bersiap masuk ke keluarga Gatara. Hal ini juga perlu kamu pertimbangkan. Kakak tahu kamu rela melakukannya demi Odelina, tapi Papa dan Mama mungkin nggak akan mudah menerima hal ini.” Daniel menjawab, “Kak, aku sudah memikirkannya. Aku nggak peduli selama aku bisa bersama Odelina. Bagaimanapun keadaannya, aku terima. Mengenai Papa dan mama, mungkin awalnya mereka akan menolak, tapi aku akan perlahan-lahan membujuk mereka sampai mereka bisa memahami dan menerima.” Erik terdiam sejenak sebelum berkata, “Kalau kamu sudah memikirkan semuanya, Kakak nggak ada lagi yang perlu dikatakan.” “Meski begitu,
Daniel membayangkan pernikahannya dengan Odelina membuat matanya bersinar penuh harapan. Erik tersenyum dan berkata, “Tentu saja, pernikahan kamu nggak boleh kalah dengan dua sahabatmu itu.” “Nggak perlu tunggu sampai pulang ke rumah malam ini untuk bilang sama Papa dan Mama. Bilang sama mereka saja di grup keluarga.” “Oke,” jawab Daniel. “Odelina di Cianter baik-baik saja, 'kan? Kalau dia butuh bantuan, suruh dia jangan ragu untuk mengatakannya. Meskipun kita berjauhan, kita tetap bisa membantunya kalau dia butuh.” Sejak Daniel mengalami kecelakaan dan Odelina datang merawatnya, keluarga Lumanto mulai menganggap Odelina sebagai menantu mereka. Jika Odelina membutuhkan bantuan di sana, keluarga Lumanto tidak akan tinggal diam. “Untuk saat ini, dia belum butuh bantuan. Bahkan kalau ada masalah, dia pasti akan cari cara untuk selesaikan sendiri,” kata Daniel sambil bersandar di kursi.“Melihat dia perlahan-lahan jadi lebih kuat dan terus berkembang, rasanya sangat berbeda. Setelah
"Apa yang barusan membuatmu tertawa?" tanya Erik lagi.Daniel dengan jujur menjawab, "Baru saja telepon Odelina. Aku memikirkan bahwa kami akan segera menikah, jadi aku nggak bisa menahan senyum." "Kamu sudah melamarnya?" tanya Erik."Sudah, tapi dulu saat aku melamar, dia nggak menerimanya. Kak, aku nggak tidak akan membiarkannya merasa direndahkan.""Aku akan melamarnya lagi nanti saat dia kembali ke Mambera. Aku akan mengatur semuanya di luar, mendekorasi tempat lamaran dengan baik, dan aku mau melamarnya di depan umum. Aku ingin menunjukkan ke Roni dan keluarganya bahwa melepaskan Odelina adalah kerugian terbesar mereka." "Roni memang nggak pantas untuk Odelina." Daniel memendam tekad untuk membuat keluarganya Roni menyesal. Erik tertawa dan berkata, "Mereka sudah lama menyesal, tapi penyesalan itu nggak ada gunanya sekarang." "Benar, setelah mengalami satu pernikahan yang gagal, dia pasti ada trauma. Kalau bukan karena ketulusanmu, keteguhan hatimu, dan fakta bahwa dia melihat
Mereka akan terlebih dahulu mendaftarkan pernikahan mereka, tetapi tidak akan segera mengadakan upacara pernikahan. Setelah dia bisa berjalan seperti orang normal, barulah mereka akan mengadakan resepsi pernikahan. “Kalau begitu, sampai jumpa akhir pekan.” “Iya, sampai jumpa akhir pekan.” Dengan penuh rasa enggan, Daniel berkata, “Kamu lanjut bekerja dulu, aku juga akan bekerja. Aku nggak akan menyita waktumu, tapi ingatlah untuk menjaga kesehatan. Kesehatan adalah yang terpenting.” “Uang nggak akan pernah habis untuk dicari, dan kestabilan perusahaan juga bukan sesuatu yang bisa dicapai dalam satu hari. Itu memerlukan waktu dan usaha.” Daniel khawatir Odelina akan terlalu terburu-buru sehingga melelahkan dirinya sendiri. Perempuan itu mengangguk dan menjawab, “Aku tahu, aku akan menjaga kesehatanku. Kamu juga, ya. Kalau begitu, kita lanjut bicara nanti malam.” Setelah menutup telepon, Daniel masih enggan meletakkan ponselnya. Dia memandangi ponselnya sambil tersenyum, membayangk